Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG IMUNISASI MR

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA DALAM IMUNISASI


MR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMASIN

PRA PROPOSAL

Oleh

ANTIKA CAHYANI

NIM : 16.IK.460

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2019
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
1. Tujuan Umum...................................................................................................4
2. Tujuan Khusus..................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6
A. Landasan Teori........................................................................................................6
1. Pendidikan Kesehatan........................................................................................6
a. Pengertian....................................................................................................6
b. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................6
2. Pengetahuan.......................................................................................................7
a. Pengertian....................................................................................................7
b. Tingkat Pengetahuan....................................................................................7
c. Faktor-faktor Yang Yempengaruhi Pengetahuan........................................8
d. Pengaruh Pendidkan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu Balita
tentang Imunisasi MR.................................................................................9
3. Imunisasi MR.....................................................................................................10
a. Epidemiologi Campak dan Rubella.............................................................10
b. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia.............12
c. Pengertian Imunisasi ...................................................................................14
d. Tujuan Imunisasi..........................................................................................15
e. Manfaat Imunisasi........................................................................................15
f. Sasaran Imunisasi........................................................................................15
g. Dampak Imunisasi.......................................................................................16
iii

h. Pengertian Vaksin........................................................................................16
i. Syarat Pemberian Vaksin MR......................................................................17
j. Cara Pemberian Vaksin MR........................................................................17
k. Kampanye Imunisasi Measles Rubella........................................................18
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................20
A. Lokasi, Waktu, dan Sasaran Penelitian......................................................................20
B. Metode Penelitian .....................................................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................20
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vaksinasi adalah salah satu intervensi untuk kelangsungan hidup anak yang
paling hemat biaya dan dipraktikkan di seluruh dunia. Semua negara di dunia
memiliki program imunisasi untuk memberikan vaksin yang tepat sasaran dan
bermanfaat, secara khusus berfokus pada wanita hamil, bayi dan anak-anak, yang
berisiko tinggi terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (Dharmalingam,
2017). Salah satu indicator tercapainya program Universal Child Immunization
(UCI). Pencapaian UCI merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11)
bulan secara nasional hingga ke tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan
indikator cakupan imunisasi adalah 90% ditingkat nasional dan 80% disemua
kabupaten. Program Imunisasi merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective(hemat) dan telah
diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956 (Veronica, 2015).

Imunisasi sangat penting, setiap anak harus mendapatkan paket lengkap


imunisasi yang diwajibkan. Perlindungan awal melalui pemberian imunisasi untuk
anak usia kurang dari satu tahun sangat penting. Semua orang tua atau pengasuh
harus mengikuti saran petugas kesehatan terlatih tentang kapan harus menyelesaikan
jadwal imunisasi termasuk imunisasi MR (Kemenkes RI, 2010). Tujuan dilakukannya
imunisasi adalah memberikan kekebalan system imunitas sejak bayi, sehingga dapat
mencegah penyakit dan kematian pada anak atau bayi yang disebabkan oleh penyakit
menular. Manfaat dilakukannya imunisasi bagi anak adalah supaya mencegah
terjadinya penyakit infeksi berbahaya yang bisa menyebabkan kecacatan bahkan
kematian pada anak (Proverawati dan Andhini, 2010).

(MMR atau Measles (campak), Mumps (gondongan), dan Rubella adalah


penyakit yang disebabkan oleh virus dan memiliki dampak berbahaya. Sebelum
2

adanya vaksin, penyakit ini termasuk penyakit yang sangat umum terjadi di Amerika
Serikat, khususnya di kalangan anak-anak. Penyakit ini masih sering muncul di
berbagai belahan dunia (Immunizaton Action Coaliton, 2018). Penyakit campak dan
rubella dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan anak di Indonesia,
sehingga pemerintah melaksanakan kampanye vaksinasi MR (MMR VIS - Indonesia,
2012). Anak yang sudah melakukan vaksinasi 80-95 % akan terhindar dari penyakit
berbahaya. Semakin banyak cakupan imunisasi bayi dan anak maka semakin terlihat
penurunan angka kesakitan dan kematian (Ranuh, 2011). Vaksin MR (Measles
Rubella) memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat komplikasi pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan
penyakit jantung bawaan (Ditjen P2P, 2016).

Berdasarkan data WHO (2016) Jumlah negara yang menggunakan vaksin


dalam program nasional mereka terus meningkat. Pada Desember 2016, 152 dari 194
negara telah memperkenalkan vaksin rubela, namun cakupan nasional bervariasi dari
13% hingga 99%. Kasus rubella yang dilaporkan menurun 97%, dari 670.894 kasus
di 102 negara dari 2000 menjadi 361 kasus di 165 negara pada 2016. Tingkat CRS
(Congenital Rubella Syndrome) tertinggi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara di
mana cakupan vaksin paling rendah. Terkait dengan belum tercapainya target
imunisasi di luar Jawa,Kemenkes RI menegaskan perlu menguatkan surveilans
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Kasus CRS pada tahun
2015-2016 diantaranya 77% menderita kelainan jantung , 67,5% menderita katarak,
dan 47% menderita ketulian (Ditjen P2P,2016). Berdasarkan data Ditjen Pencegahan
dan Pengendalian penyakit, Kemenkes RI (2018) total angka kejadian campak di
Indonesia pada tahun 2017 yang sudah terlapor adalah 14.640 kasus, dan masih ada
beberapa wilayah yang beluh terdata atau belum melaporkan angka kejadian campak.
Sedangkan untuk tahun 2018 Kemenkes RI belum menginformasikan angka kejadian
campak di Indonesia. Dinkes Kalimantan selelatan menyatakan penyakit campak dan
rubella di Kota Banjarbaru sudah menjangkiti 71 orang pada tahun 2018. Dari kasus
sebanyak itu, ia merinci ada 33 kasus di Pondok Pesantren Darul Ilmi, 19 kasus di
3

Pondok Pesantren Al Falah, sembilan kasus di SMAN 2 Banjarbaru, dan 10 kasus di


Poltekkes Banjarbaru.

Berdasarkan data Riskesdas 2018 di Indonesia imunisasi dasar lengkap pada


anak umur 12-23 bulan menunjukkan cakupan imunisasi sebesar 57,9% Angka ini
menurun jika dibandingkan Riskesdas 2017 sebesar 85,41%, untuk cakupan
imunisasi MR pada anak umur 12-23 bulan mencapai 77% sedangkan pada tahun
2017 cakupan imunisasi MR anak umur 12-23 mencapai 97,69%. Untuk wilayah
Kalimantan selatan pada tahun 2018 cakupan imunisasi MR umur 12-23 hanya
53,75%. Kota Banjarmasin merupakan wilayah terendah ketiga yakni 43,69%, setelah
Kabupaten Hulu Sungai Utara (37,64%) dan Kabupaten Banjar (29,65%). Factor
yang mempengaruhi rendahnya persentasi cakupan imunisasi MR adalah factor
geografis, seperti sentiment agama masyarakat karena sebelum keluar fatwa mubah
MUI sempat menjadi pertentangan dikalangan masyarakat karena kandungan serum
yang berasal dari babi (Dinkes Kalsel, 2018). Tingkat pengetahuan masyarakat akan
mempengaruhi target cakupan imunisasi MR. maka dari itu perlu koordinasi antara
Dinas Kesehatan dengan kader, tokoh agama, dan sekolah dasar melalui pendidikan
kesehatan terkait pemberian imunisasi MR, khususnya pada wilayah yang tinggi
penolakan terhadap imunisasi MR sehinggah dapat merubah sikap dan minat
masyarakat untuk melakukan imunisasi MR (Prabandari, 2018). Dengan pendidikan
kesehatan tentang imunisasi MR perubahan perilaku dalam pencegahan penyakit
Campak dan Rubella. pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang dibandingkan dengan yang tidak diberi pendidikan kesehatan (Apilaya,
2016).

Menurut penelitian Merlinta (2018) semakin meningkat pengetahuan ibu


maka semakin minat keikutsertaan vaksinasi MR. Hasil penelitiannya juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Kusumoningtyas (2016) yang meneliti hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi anjuran dengan minat melakukan imunisasi
anjuran pada balita dengan nilai p 0,000 yang artinya terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi anjuran dengan minat melakukan
imunisasi anjuran.
4

Menurut Reizza Dwitara Pramodya Septiarini (2015) dalam penelitiannya


mengatakan Pengetahuan ibu terhadap imunisasi adalah dapat mempengaruhi minat
keikutsertaannya melakukan imunisasi MR, ibu dapat denga cepat ,tanggap, dan tahu
apa yang harus dilakukan ketika timbul efek samping pada anaknya. Hal tersebut
berdampak pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk membawa anaknya ke
fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Sehingga akan ada ibu yang
berpandangan bahwa imunisasi akan menjadi hal yang merugikan bagi dirinya dan
sang anak.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneiti tertarik
untuk meneliti Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Imunisasi MR terhadap
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah “Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Imunisasi MR terhadap
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita dalam Imunisasi MR di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarmasin ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umun
Mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Imunisasi MR terhadap
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita dalam Imunisasi MR di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan dan minat ibu tentang imunisasi MR
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di Puskesmas
b. Mengetahui tingkat pengetahuan dan minat ibu melakukan imunisasi MR
setelah pendidikan kesehatan ibu tentang imunisasi MR di Puskesmas
c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
dan minat ibu tentang imunisasi MR di Puskesmas
5

D. Manfaat penelitian
1. Teoritis
Dari segi teoritis hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan anak melalui pendidikan kesehatan imunisasi
terhadap tingkat pengetahuan ibu balita tentang imunisasi MR agar dapat
dikembangkan sebagai dasar ilmu keperawatan anak
2. Praktis
a. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu keperawatan anak
terkait pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap tingkat
pengetahuan ibu balita tentang imunisasi MR. Penelitian ini juga dapat
dijadikan referensi bagi tenaga pendidik dalam menyampaikan materi
perkuliahan.
b. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
terkait pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap tingkat
pengetahuan ibu balita tentang imunisasi MR.
c. Tempat penelitian
Memberikan informasi tambahan bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya
dalam melakukan pendidikan kesehatan terkait imunisasi MR.
d. Peneliti
Memberi sumber data yang baru bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti lebih lanjut pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap
tingkat pengetahuan dan minat ibu tentang imunisasi MR
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar ada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.
Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal (Apilaya, 2016).
b. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan ialah (Apilaya, 2016) :
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada
4) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya)
5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah
dan mencegah penyakit menular.
6) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
7) Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya
7

hidup dan perilaku sehat sehingga angka kesakitan terhadap


pnyakit tersebut berkurang
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan baik itu indera penglihatan, pendengaran,
penghidu, pengecap, dan peraba terhadap suatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (Waluyo, 2018).
b. Tingkat Pengetahuan
Enam tingkat pengetahuan menurut Waluyo, 2018, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
nyata
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
8

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk


meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Diharapkan dengan pengetahuan ibu hamil yang baik maka ibu
dapat memberikan tindakan yang positif khususnya dalam
pemenuhan gizi ibu hamil
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain yaitu:
1) Faktor pendidikan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan
semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau
yang berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat
diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru,
dan media masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin
mudah untuk menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan
teknologi.
2) Faktor pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses
mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.
3) Faktor pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,
semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka
akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal
tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
9

wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi yang


ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
4) Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat
secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih
dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5) Sosial budaya
Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang.
6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan
terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
7) Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan
pada aspek fisik psikologis, dan kejiwaan.Dalam aspek
psikologis taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa
8) Paparan informasi RUU teknologi informasi mengartikan
informasi sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, dan menyimpan, manipulasi, mengumumkan,
menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan maksud dan
tujuan tertentu yang bisa didapatkan melalui media elektronik
maupun cetak.
d. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu balita tentang
imunisasi MR
Menurut WHO dalam Apilaya (2016) bahwa pemberian pendidikan
kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat
yang kondusif untuk kesehatan. pendidikan kesehatan mempengaruhi
tingkat kesehatan masyarakat berkaitan dengan kebiasaan berperilaku
10

hidup bersih dan sehat yang dapat mempengaruhi pencegahan penyebaran


penyakit menular. Dengan pendidikan kesehatan tentang imunisasi MR
perubahan perilaku dalam pencegahan penyakit Campak dan Rubella.
pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang
dibandingkan dengan yang tidak diberi pendidikan kesehatan.
3. Imunisasi MR
a. Epidemiologi Campak dan Rubella
Campak adalah salah satu penyakit yang paling menular yang
disebabkan oleh virus campak dan terjadi sebagai penyakit musiman di
daerah endemis. Di zona tropis, sebagian besar kasus campak terjadi
selama musim kemarau, sementara di daerah beriklim sedang, insidensi
memuncak pada saat terlambat musim dingin dan awal musim semi
(WHO, 2017). Sebelum pengenalan vaksin campak pada tahun 1963,
epidemiologi utama terjadi kira-kira setiap 2-3 tahun dan diperkirakan 30
juta kasus campak dan lebih dari 2 juta kematian terjadi secara global
setiap tahun, dan pada usia 15 tahun, lebih lebih dari 95% orang telah
terinfeksi campak virus. Campak dapat dicegah dan dapat dihilangkan
dengan vaksinasi. Sejak 2000-2015, tahunan global melaporkan Kejadian
campak menurun 75% dari 146 menjadi 35 kasus per juta populasi. Pada
2015, ada perkiraan 134 200 kematian campak secara global, mewakili
79% menurun sejak 2000. Penularan campak tergantung pada faktor
biologis dan epidemiologis, terutama kekebalan tubuh. Ada beberapa
factor penyebab seperti negara-negara berpenghasilan rendah atau kamp-
kamp pengungsi, angka kelahiran tinggi dan kepadatan populasi tinggi,
menyebabkan peningkatan penularan pada kelompok usia yang lebih
muda termasuk bayi dan anak-anak prasekolah. Dengan meningkatnya
cakupan vaksinasi, usia rata-rata campak infeksi dapat bergeser ke remaja
dan dewasa muda. Kelompok yang lebih tua tetap rentan jika mereka
belum divaksinasi. Karena tidak adanya upaya vaksinasi kelompok yang
lebih tua rentan tertular virus campak.
11

Gambar 1
Negara dengan Kasus Campak Terbesar di Dunia tahun 2016
Sumber: Kemenkes RI 2016
Dari gambaran di atas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu dari
negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.
Penyebab Rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan
virus RNA. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah
bening regional, dan viremia terjadipada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh.
Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan
dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella Syndrome/CRS. Masa
penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah
rash. Masa inkubasi Rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala Rubella
ditandai dengan demam (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai
pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan suboccipital
(INFODATIN,2018).
Konfirmasi laboratorium dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan
melakukan pemeriksaan serologis atau virologis. IgM rubella biasanya mulai
muncul pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak
terdeteksi lagi, dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan
puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya menetap seumur hidup.
12

Virus rubella dapat diisolasi dari sampel darah, mukosa hidung, swab
tenggorok, urin atau cairan serebrospinal. Virus di faring dapat diisolasi mulai 1
minggu sebelum hingga 2 minggu setelah rash.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau
bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella pada
wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada
wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus
atau bayi lahir dengan CRS. Bentuk kelainan pada CRS (INFODATIN,2018):
a. Kelainan jantung :
1) Patent ductus arteriosus
2) Defek septum atrial
3) Defek septum ventrikel
4) Stenosis katup pulmonal
b. Kelainan pada mata :
1) Katarak kongenital
2) Glaukoma kongenital
3) Pigmentary Retinopati
c. Kelainan pendengaran
d. Kelainan pada sistem saraf pusat:
1) Retardasi mental
2) Mikrocephalia
3) Meningoensefalitis
e. Kelainan lain :
1) Purpura
2) Splenomegali
3) Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
4) Radioluscent bone
b. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000
kasus suspect campak dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12 – 39%
diantaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16 – 43% adalah
13

rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus
campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah
dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus
yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan
laporan surveilans yang masih rendah.

Gambar 2
Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Indonesia Tahun 2015 – 2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 provinsi (52,9%) yang
mengalami peningkatan kasus dalam tiga tahun terakhir, yaitu Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Timur,
Banten, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua
Barat. Provinsi Banten dan Jawa Timur mengalami peningkatan yang signifikan
di antara 18 provinsi tersebut.
Berdasarkan data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit,
Kemenkes RI (2018) total angka kejadian campak di Indonesia pada tahun 2017
yang sudah terlapor adalah 14.640 kasus, dan masih ada beberapa wilayah yang
beluh terdata atau belum melaporkan angka kejadian campak. Sedangkan untuk
tahun 2018 Kemenkes RI belum menginformasikan angka kejadian campak di
Indonesia.
14

Gambar 2.3
Jumlah kasus campak selama 2017 di Indonesia
c. Pengertian imunisasi MR
Imunisasi adalah Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin Campak dan Rubella untuk
perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella.
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit Campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertaidengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat
15

berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis ,


kebutaan, gizi buruk dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi
anakdan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi apabila Rubella ini
menyerang padawanita hamil pada trimester pertama. Infeksi Rubella yang
terjadi sebelumkonsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus, kematian janindan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
d. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi
dan anak agar mencegah penyakit dan kematian yang disebabkan oleh
penyakit menular. Tujuan imunisasi secara umum antara lain (Proverawati A,
2010).
e. Manfaat Imunisasi
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya
dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan
oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan
keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
d. Sasaran Imunisasi
Menurut Nina Siti Muliyani dan Mega Rinawati (2013) orang yang beresiko
terkena penyakit dapat dicegah dengan imunisasi adalah sebagai berikut :
16

1) Bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja


2) Calon jamaah haji/umroh
3) Orang tua, lansia
4) Orang yang berpergian keluar negeri
e. Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu, sosial
dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara individu,
apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan terhindar dari
penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang mendapat vaksinasi
(dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat penurunan angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) (Ranuh et.al, 2011). Kekebalan individu
ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari anak ke anak
lain atau kepada orang dewasa yang hidup bersamanya, inilah yang disebut
keuntungan sosial, karena dalam hal ini 5%-20% anak yang tidak diimunisasi
akan juga terlindung, disebut Herd Immunit. Menurunnya angka morbiditas
akan menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah
kematian dan kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat seumur
hidupnya. Upaya pencegahan penyakit infeksi pada anak, berarti akan
meningkatkan kualitas hidup anak dan meningkatkan daya produktivitas karena
30% dari anak-anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali
pemerintahan dimasa yang akan datang (Ranuh et.al, 2011).
f. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah hasil produk biologi yang kandungan antigennya berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup kemudian dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah
diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Permenkes RI, 2017). Banyak
penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin seperti tuberkolosis, difteri, tetanus,
pertusis, poliomyelitis, dan campak yang dapat menyebabkan anak mengalami
cacat fisik dan mental bahkan kematian (SATGAS Imunisasi IDAI, 2014).
17

Vaksin MR adalah kombinasi vaksin Campak/Measles (M) dan Rubella


(R)untuk perlindungan terhadap kedua penyakit tersebut Campak dan
rubellamerupakan jenis penyakit yang tidak dapat diobati (virus penyebab
penyakit tidakdapat dibunuh), maka Imunisasi MR ini adalah pencegahan
terbaik bagi keduanya. Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan (live attenuated), berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan
vaksin adalah 10 dosis per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung 1000
CCID50 virus campak dan 1000 CCID50 virus rubella.
f. Syarat Pemberian Vaksin MR
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya
boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama.
Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat selama 6
jam setelah dilarutkan. Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan demam,
batuk pilek dan diare.
g. Cara Pemberian Vaksin MR
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun
tanpa melihat status imunisasi dan riwayat penyakit campak atau rubella
sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan penyuntikan
vaksin MR:
1) Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai
(Autodisable Syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik tersebut
dimaksudkan untuk menghindari pemakaian berulang jarum sehingga dapat
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.
2) Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan cara
memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum selalu
berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang
masuk ke dalam spuit.
3) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan
keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan
mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.
18

4) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali pakai
atau kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga kering. Apabila
lengan anak tampak kotor diminta untuk dibersihkan terlebih dahulu.l
5) Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.
6) Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45o). Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar,
kemudian ambil kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan, jika ada
perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah berhenti.

h. Kampanye Imunisasi Measles Rubella


Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
Campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi Campak.
Sedangkan untuk akselerasi pengendalian Rubella/CRS maka perlu dilakukan
kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam
imunisasi rutin (Kemenkes RI, 2017). Oleh karena itu, diperlukan kampanye
pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun.
Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan
cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk
imunitas kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi virus
ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki
usia reproduksi. Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan
hingga 15 tahun dilaksanakan secara bertahap dalam 2 fase sebagai berikut
1) Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa
2) Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Pencanangan Kampanye Imunisasi MR dilaksanakan dalam rangka
menggerakkan masyarakat agar dapat dicapai cakupan yang tinggi yang
diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2017 oleh Presiden RI di MTSN 1
Sleman, DI Yogyakarta. Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR Fase I telah
mencapai target cakupan yaitu > 95%.
Cakupan Kampanye Imunisasi MR Fase I yang sudah dicapai yaitu 100,9%
atau sejumlah 35.307.148 anak telah diberikan imunisasi MR. Kampanye
19

Imunisasi Measles Rubella (MR) Fase II akan dilaksanakan pada bulan


Agustus-September 2018 dengan jumlah sasaran anak usia 9 bulan sampai
dengan < 15 tahun sebesar 31.963.154 di 28 provinsi di luar Pulau Jawa.
Semua upaya yang dilakukan tersebut ditujukan untuk memperoleh herd
imunity (kekebalan kelompok) yang dapat menangkal kasus infeksi Campak
dan Rubella. Penurunan kasus Campak dan Rubella diharapkan dapat
berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal, bayi dan balita di
Indonesia. Anak anak yang sehat dan terbebas dari penyakit adalah asset
bangsa dalam menyongsong bonus demografi yang berpotensi untuk
diperoleh Indonesia di masa depan.
20

BAB III

METODE PELITIAN

A. Lokasi, Waktu, dan Sasaran Penelitian


1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Banjarmasin
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal Agustus-September 2019
3. Sasaran penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja
puskesmas Banjarmasin
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang imunisasi MR terhadap tingkat
pengetahuan ibu balita di puskesmas Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan
rancangan pre-eksperimental dengan pendekatan one-group pretest-posttest yaitu
suatu jenis penelitian epidemiologi subjek dari suatu populasi untuk menerima dan
tidak menerima suatu tindakan preventif, terapeutik, maneuver dan intervensi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas
Banjarmasin.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagai alat keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu balita yang datang berkunjung dan memeriksakan bayi di wilayah
kerja Puskesmas Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. MenurutRoscoe
21

(2012) untuk penelitian eksperimen yang menggunakan kelompok eksperimen


jumlah anggota sampel masing-masing antara 10-20 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengggunakan metode non-random
sampling yaitu secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi
(Dharma, 2011) dengan teknik accidental sampling, teknik pengambilan sampel
ini secara kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable penelitian
a. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
dianggap menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat menentukan
faktor risiko, prediktor, kausa atau penyebab (Saryono dan Anggraeni,
2013). Variable independen dalam penelitian ini adalah pendidikan
kesehatan.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi (Saryono
dan Anggraeni, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Bomboa, V.F., dkk. 2015. Pengaruh Penyuluhan Imunisasi Campak Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Ibu. Jurnal Ilmiah Bidan. 3(45-50). Tersedia di:
https://media.neliti.com/media/publications/91171-ID-pengaruh-penyuluhan-
imunisasi-campak-ter.pdf [diakses Desember 2015]

Dharmalingam, A., dkk. 2017. Immunization Knowledge, Attitude and Practice


among Mother Children from0 to 5 Years. International Journal of
Contemporary Pediatrics. 4(3) hal 783-789. Tersedia di:
http://dx.doi.org/10.18203/2349-3291.ijcp20171488 [diakses April 2017]

Immunization Action Coalition. 2018. Vaksin MMR. Vaccine Information Statement

Kementerian Republik Indonesia. 2017. Riset Kesehatan Dasar 2017-2018. Jakarta :


Kementerian Indonesia

Kementerian Republik Indonesia. 2018. Situasi Campak dan Rubella di Indonesia.


Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Mulyani, N.S., dan Mega Rinawati. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika

Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Proverawati, A., dan Citra Setyo Dwi Andhini. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi.
Yogyakarta : Nuha Offset

Septiarini, R.D.P., dkk. 2015. Pengaruh Penyuluhan Mengenai Imunisasi terhadap


Pengetahuan dan Sikap Ibu di Desa Sukarapih Kec. Sukasari. Jurnal Sistem
Kesehatan. 1(2) hal 48-54. Tersedia di:
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/10342 [diakses 2015]

Satgas Imunisasi PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas
23

WHO, 2017. Status Campak dan Rubella saat ini di Indonesia.


tersedia
di:http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_s
tatus.pdf?ua=1 [diakses 11 Agustus 2017]

Anda mungkin juga menyukai