Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“TERAPI KOMPLEMENTER PADA AIR KELAPA UNTUK


MENURUNKAN HIPERTENSI “
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas

DISUSUN OLEH : KELOMPOK

Antika Cahyani 16.IK.


Dwiti Hikmah Sari 16.IK.466
Fachriyal Hami 16.IK467
Nekky Mawaddah 16.IK.
Silviyanti 16.IK.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
DAFTAR ISI

BAB I

A. LATAR BELAKANG (TERAPI KOMPLEMENTER)


B. TUJUAN
C. MANFAAT

BAB II

A. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI


B. KONSEP AIR KELAPA
C. PERAN PERAWAT

BAB III

A. TEKNIK PELAKSANAAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer (Smith et al., 2004).
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang perlu mendapatkan
perhatian. Dampaknya dapat membahayakan keselamatan jiwa. Hipertensi
yang tidak tertangani dengan baik dapat berujung pada kematian. Hipertensi
dapat menyebabkan Penyakit jantung koroner dan stroke (Lanny, 2012,
hlm.163). Kejadian hipertensi yang banyak dijumpai adalah hipertensi
primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya (Indrayani, 2009, hlm.
51). Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi primer atau esensial
meliputi gaya hidup, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan, asupan natrium dalam jumlah besar, stress, obesitas dan faktor
usia (Jenifer, 2011, hlm.180). Hipertensi yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dan tidak diobati menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri. Dinding arteri yang mengalami kerusakan ini akan menjadi
penimbunan lemak, sel-sel trombosit, kolesterol, dan penebalan lapisan otot
polos di dinding arteri dan kekakuan dinding arteri (Wahyu, 2009, hlm.27).
Hipertensi dapat dikendalikan dengan pengobatan farmakologi dan non-
farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan pengobatan menggunakan
obat anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah (Marliani & Tantan,
2007, hlm.42). Pengobatan anti hipertensi antara lain dengan ACE inhibitor,
diuretik, antagonis kalsium, dan vasodilator. Pengobatan jangka panjang
membutuhkan biaya yang cukup dan menimbulkan efek samping bagi tubuh,
disamping itu masyarakat sering tidak mematuhi untuk minum obat
antihipertensi secara teratur, sehingga masyarakat memilih menggunakan
pengobatan nonfarmakologi. Pengobatan non farmakologi merupakan
pengobatan tanpa obat-obatan, dengan merubah gaya hidup menjadi lebih
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat berisiko. Salah satu bentuk
pengobatan non farmakologi dalam mengatasi hipertensi yaitu dengan
pengobatan herbal. Salah satu pengobatan herbal pada penderita hipertensi
adalah dengan minum air kelapa muda.
Air kelapa muda mempunyai kandungan seperti gula, protein, kalium,
kalsium, magnesium, vitamin C. Kandungan kalium yang tinggi pada air
kelapa muda dapat menurunkan tekanan darah. Air kelapa muda dapat
digunakan dalam penanganan penyakit hipertensi (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dari penyakit hipertensi ?
2. Apa konsep dari air kelapa muda ?
3. Apa manfaat dari air kelapa muda ?
4. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer menggunakan air
kelapa muda ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui konsep dari air kelapa muda
3. Untuk mengetahui manfaat dari air kelapa muda
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer
menggunakan air kelapa muda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg (Tanto Chris, 2014)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas.
Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama (Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2008).

2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%) (Tanto Chris, 2014)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari
adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya
hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang
sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-
faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress,
kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (Tanto Chris, 2014)
3. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,


meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus


ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
4. Penggolongan Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri


sendiri, tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain,
misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.Sebanyak 90-95


persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama,
setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar
juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk menderita penyakit ini.
Onset hipertensi essensial biasanya muncul pada usia antara 25-55
tahun, sedangkan usia di bawah 20 tahun jarang ditemukan.
Patogenesis hipertensi essensial adalah multifaktorial. Faktor-faktor
yang terlibat dalam pathogenesis hipertensi essensial antara lain
faktor genetik, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek natriuresis, natrium dan kalsium intraseluler, serta
konsumsi alkohol secara berlebihan. (Saraswati,2009)

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder


Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan,
2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya , penyebab spesifiknya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan
faktor penyebab. Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang
spesifik. Hipertensi sekunder dapat terjadi pada individu dengan usia
sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi dalam keluarga.
Penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler ginjal, hiperaldosteronisme
primer dan sindroma cushing, feokromsitoma, koarktasio aorta,
kehamilan, serta penggunaan obat-obatan. (Saraswati,2009)
5. Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak


memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang
mudah diamati antara lain yaitu :

a. gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,

b. sering gelisah,

c. wajah merah, atau mudah marah

d. tengkuk terasa pegal,

e. telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk,


mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari
hidung).

6. Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi


yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Jenis kelamin

2) Umur

3) Keturunan (Genetik)

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:


1) Merokok
2) Status Gizi
3) Konsumsi Na (Natrium)
4) Stres
7. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:

Tabel 1.1

Kategori Hipertensi
Kategori stadium Tekanan sistolik Tekanan diastolic

Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 (hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119mmHg


8. Komplikasi Hipertensi

Kondisi hipertensi yang berkepanjangan sangat berpotensi


menyebabkan gangguan pembuluh darah di seluruh organ tubuh. Secara
umum kondisi darah tinggi tidak bisa diprediksi secara dini akan
menyerang organ bagian mana, tergantung organ mana yang terlebih
dahulu merespon tekanan yang abnormal. Angka kematian yang tinggi
pada penderita darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.

a. Organ Jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi


berupa penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan
memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung
akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai
dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner)
akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
berakibat rasa nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan
kematian. (Elsanti,2009).

b. Sistem Saraf

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian
dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat
pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi
hipertensi, dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah
yang akan menyebabkan gangguan pada organ pengelihatan.
(Elsanti,2009).

c. Sistem Ginjal

Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari


pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai
pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik.
Akibat dari gagalnya sistem ginjal akan terjadi penumpukan zat yang
berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama
otak. (Elsanti,2009).
B. KONSEP AIR KELAPA
1. Definisi Air kelapa

Gambar 2.1. Air kelapa


(Bogadenta.2013).
Air kelapa muda merupakan air yang biasa ditemukan pada buah
kelapa yang masih muda dan memiliki rasa yang manis, air kelapa
muda mengandung beberapa kandungan seperti gula, vitamin,
kalsium dan kaliaum. Kalium yang membantu tubuh untuk
menyeimbangkan fungsi natrium dalam ketidakseimbangan
tekanan darah normal. Kalium sangat penting sebagai unsur
mempertahankan tekanan darah normal pada tubuh hal ini makin
mamperkecil kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan hipertensi.
Pengaturan tekanan darah merupakan fungsi yang paling penting dari
mineral ini (Bogadenta.2013).

2. Komposisi Air kelapa


Tabel 2.1 komposisi air Kelapa
(Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
Komposisi air kelapa tergantung dari varietas, derajat maturitas (umur),
dan faktor iklim. Volume air kelapa pada tiap buah kelapa biasanya
sekitar 300 mL, dengan pH berkisar 3,5-6,1. Air kelapa memberikan rasa
dan aroma yang khas karena adanya komponen aromatik dan volatile.

3. Kalium
Kalium merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang K+ dengan nomor atom 19, dan berat molekul 39,10
g/mol.19,20 Kalium (K+) merupakan kation utama pada cairan
intraseluler (CIS); 98% K+ tubuh berada dalam sel, dan sisanya 2%
berada dalam cairan ekstraseluler (CES). Kalium membentuk 0,35% dari
total berat badan atau sekitar 245 gram pada orang dengan berat badan 70
kg (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
Fungsi Kalium merupakan bagian terbesar CIS, karenanya K+
dalam tubuh berperan penting dalam mempertahankan volume sel,
sedangkan di dalam CES, berfungsi pada sistem neuromuskuler,
potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi (seperti otot
jantung dan otot rangka), dan berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah
proses metabolisme.Perbedaan konsentrasi kalium dan natrium di dalam
dan di luar membran sel penting untuk mempertahankan perbedaan
muatan listrik. Perbedaan muatan listrik akan mempengaruhi eksitabilitas
jaringan saraf, kontraksi otot, serta pemindahan ion antara CES dan CIS
pada ginjal. (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).

4. Kandungan Kalium (K) dan Natrium (Na) dalam Air Kelapa Muda
Air kelapa muda merupakan minuman isotonis yang
mengandung hampir semua mineral, dengan kandungan terbanyak
adalah K. Berbeda dengan minuman isotonis yang kandungan Na nya
lebih tinggi daripada K, kandungan K yang terdapat dalam air kelapa
jauh lebih besar daripada kandungan Na. Air kelapa umur 6-8 bulan
mempunyai kandungan kadar K tertinggi dan kadar Na terendah
(Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
5. Pengaruh Air Kelapa Muda terhadap tekanan Darah
Pemberian kalium telah dibuktikan dalam beberapa penelitian
menurunkan tekanan darah. Hal tersebut diperkirakan melalui
mekanisme natriuresis, endotheliumdependent vasodilatation,
menurunkan aktivitas RAA dan saraf simpatis. Kadar kalium yang
tinggi dalam air kelapa muda dilapor kan dapat menurunkan tekanan
darah atau sebagai antihipertensi, namun penelitiannya masih jarang
dilakukan pada manusia (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
Hasil penelitian ini selajan dengan pendapat Bogadenta (2013,
hlm.45) bahwa air kelapa muda dapat menormalkan tekanan darah.
Kandungan kalium membantu tubuh untuk menyeimbangkan fungsi
natrium dalam ketidakseimbangan tekanan darah yang normal. Kalium
bertindak sebagai unsur penting yang mempertahankan kenormalan
tekanan darah dalam tubuh manusia, hal ini berarti semakin
memperkecil kemungkinan penyakit jantung dan hipertensi. Pengatur
tekanan darah merupakan fungsi yang paling penting dari mineral ini.
C. PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan).
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrase terapi komplementer.
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator
dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit
manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternative.
BAB III
METODELOGI
A. Teknik Pelaksanaan
1. Alat dan Bahan
Alat :
a. Gelas ukuran 250 cc
b. Teko

Bahan :

a. Air kelapa muda

2. Cara Prosedur Pembuatan


a. Pemberian terapi herbal air kelapa muda dapat dimulai dengan
mengambil air kelapa muda sebanyak satu gelas air kelapa atau 250 cc.
b. Air kelapa muda diberikan kepada responden dua kali sehari pagi dan
sore.
c. Sebelum responden meminum air kelapa muda dilakukan pengukuran
tekanan darah sebelum dan setelah mengkonsumsi air kelapa muda
selama 14 hari.
d. Takaran dalam pemberian air kelapa muda sama antara kelompok
dewasa, pra lansia dan lansia. Apabila pemasukan kalium berlebihan
maka ginjal juga dapat mensekreseikan kalium melalui urine agar
kembali seimbang (Corwin, 2009, hlm.739).

Anda mungkin juga menyukai