BAB I
BAB II
BAB III
A. TEKNIK PELAKSANAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer (Smith et al., 2004).
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang perlu mendapatkan
perhatian. Dampaknya dapat membahayakan keselamatan jiwa. Hipertensi
yang tidak tertangani dengan baik dapat berujung pada kematian. Hipertensi
dapat menyebabkan Penyakit jantung koroner dan stroke (Lanny, 2012,
hlm.163). Kejadian hipertensi yang banyak dijumpai adalah hipertensi
primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya (Indrayani, 2009, hlm.
51). Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi primer atau esensial
meliputi gaya hidup, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan, asupan natrium dalam jumlah besar, stress, obesitas dan faktor
usia (Jenifer, 2011, hlm.180). Hipertensi yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dan tidak diobati menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri. Dinding arteri yang mengalami kerusakan ini akan menjadi
penimbunan lemak, sel-sel trombosit, kolesterol, dan penebalan lapisan otot
polos di dinding arteri dan kekakuan dinding arteri (Wahyu, 2009, hlm.27).
Hipertensi dapat dikendalikan dengan pengobatan farmakologi dan non-
farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan pengobatan menggunakan
obat anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah (Marliani & Tantan,
2007, hlm.42). Pengobatan anti hipertensi antara lain dengan ACE inhibitor,
diuretik, antagonis kalsium, dan vasodilator. Pengobatan jangka panjang
membutuhkan biaya yang cukup dan menimbulkan efek samping bagi tubuh,
disamping itu masyarakat sering tidak mematuhi untuk minum obat
antihipertensi secara teratur, sehingga masyarakat memilih menggunakan
pengobatan nonfarmakologi. Pengobatan non farmakologi merupakan
pengobatan tanpa obat-obatan, dengan merubah gaya hidup menjadi lebih
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat berisiko. Salah satu bentuk
pengobatan non farmakologi dalam mengatasi hipertensi yaitu dengan
pengobatan herbal. Salah satu pengobatan herbal pada penderita hipertensi
adalah dengan minum air kelapa muda.
Air kelapa muda mempunyai kandungan seperti gula, protein, kalium,
kalsium, magnesium, vitamin C. Kandungan kalium yang tinggi pada air
kelapa muda dapat menurunkan tekanan darah. Air kelapa muda dapat
digunakan dalam penanganan penyakit hipertensi (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dari penyakit hipertensi ?
2. Apa konsep dari air kelapa muda ?
3. Apa manfaat dari air kelapa muda ?
4. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer menggunakan air
kelapa muda ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui konsep dari air kelapa muda
3. Untuk mengetahui manfaat dari air kelapa muda
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer
menggunakan air kelapa muda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%) (Tanto Chris, 2014)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari
adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya
hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang
sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-
faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress,
kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (Tanto Chris, 2014)
3. Patofisiologi Hipertensi
b. sering gelisah,
1) Jenis kelamin
2) Umur
3) Keturunan (Genetik)
Tabel 1.1
Kategori Hipertensi
Kategori stadium Tekanan sistolik Tekanan diastolic
a. Organ Jantung
b. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian
dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat
pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi
hipertensi, dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah
yang akan menyebabkan gangguan pada organ pengelihatan.
(Elsanti,2009).
c. Sistem Ginjal
3. Kalium
Kalium merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang K+ dengan nomor atom 19, dan berat molekul 39,10
g/mol.19,20 Kalium (K+) merupakan kation utama pada cairan
intraseluler (CIS); 98% K+ tubuh berada dalam sel, dan sisanya 2%
berada dalam cairan ekstraseluler (CES). Kalium membentuk 0,35% dari
total berat badan atau sekitar 245 gram pada orang dengan berat badan 70
kg (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
Fungsi Kalium merupakan bagian terbesar CIS, karenanya K+
dalam tubuh berperan penting dalam mempertahankan volume sel,
sedangkan di dalam CES, berfungsi pada sistem neuromuskuler,
potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi (seperti otot
jantung dan otot rangka), dan berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah
proses metabolisme.Perbedaan konsentrasi kalium dan natrium di dalam
dan di luar membran sel penting untuk mempertahankan perbedaan
muatan listrik. Perbedaan muatan listrik akan mempengaruhi eksitabilitas
jaringan saraf, kontraksi otot, serta pemindahan ion antara CES dan CIS
pada ginjal. (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
4. Kandungan Kalium (K) dan Natrium (Na) dalam Air Kelapa Muda
Air kelapa muda merupakan minuman isotonis yang
mengandung hampir semua mineral, dengan kandungan terbanyak
adalah K. Berbeda dengan minuman isotonis yang kandungan Na nya
lebih tinggi daripada K, kandungan K yang terdapat dalam air kelapa
jauh lebih besar daripada kandungan Na. Air kelapa umur 6-8 bulan
mempunyai kandungan kadar K tertinggi dan kadar Na terendah
(Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
5. Pengaruh Air Kelapa Muda terhadap tekanan Darah
Pemberian kalium telah dibuktikan dalam beberapa penelitian
menurunkan tekanan darah. Hal tersebut diperkirakan melalui
mekanisme natriuresis, endotheliumdependent vasodilatation,
menurunkan aktivitas RAA dan saraf simpatis. Kadar kalium yang
tinggi dalam air kelapa muda dilapor kan dapat menurunkan tekanan
darah atau sebagai antihipertensi, namun penelitiannya masih jarang
dilakukan pada manusia (Oktaviani, 2013,Hlm. 97).
Hasil penelitian ini selajan dengan pendapat Bogadenta (2013,
hlm.45) bahwa air kelapa muda dapat menormalkan tekanan darah.
Kandungan kalium membantu tubuh untuk menyeimbangkan fungsi
natrium dalam ketidakseimbangan tekanan darah yang normal. Kalium
bertindak sebagai unsur penting yang mempertahankan kenormalan
tekanan darah dalam tubuh manusia, hal ini berarti semakin
memperkecil kemungkinan penyakit jantung dan hipertensi. Pengatur
tekanan darah merupakan fungsi yang paling penting dari mineral ini.
C. PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan).
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrase terapi komplementer.
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator
dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit
manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternative.
BAB III
METODELOGI
A. Teknik Pelaksanaan
1. Alat dan Bahan
Alat :
a. Gelas ukuran 250 cc
b. Teko
Bahan :