Anda di halaman 1dari 85

EFEK EKSTRAK ETANOL BERAS HITAM

(ORYZA SATIVA L. INDICA) TERHADAP


KADAR TNF-α PADA TIKUS PUTIH YANG
DIINDUKSI LIPOPOLISAKARIDA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh
Raudah Jala Dara
4111171010

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Mei 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza Sativa L. Indica)


terhadap Kadar TNF-α pada Tikus Putih yang Diinduksi
Lipopolisakarida.

Nama : Raudah Jala Dara

NIM : 4111171010

Cimahi, Mei 2021

Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Henny Juliastuti, dr., M.Kes Drh. Lia Siti Halimah, drh., M.Si
NID. 412164370 NID. 412181657

Mengetahui

Wakil Dekan I Ketua Program Studi

Yudith Yunia Kusmala, dr., M.Kes., Sp.PD Dr. Welly Ratwita, dr., M.Kes
NID. 412139771 NID. 412165880

i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Raudah Jala Dara
Nim : 4111171010
Jurusan/Prodi : Kedokteran Umum
Fakultas : Kedokteran
Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini yang berjudul
“Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza sativa L. indica) terhadap Kadar TNF-α
pada Tikus Putih yang Diinduksi Lipopolisakarida” benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya dari orang lain. Kutipan
pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya
ilmiah yang berlaku.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam usulan
penelitian ini terkandung ciri–ciri plagiat dan bentuk–bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar aturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.

Cimahi, Mei 2021


Yang membuat pernyataan

Raudah Jala Dara


NIM 4111171010

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Nama : Raudah Jala Dara


NIM : 4111171010
Program Studi : Kedokteran Umum
Judul Tugas Akhir (Skripsi) : Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza Sativa L.
Indica) Terhadap Kadar TNF-α pada Tikus Putih yang Diinduksi
Lipopolisakarida.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Jenderal Achmad Yani Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul:

Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza Sativa L. Indica) terhadap Kadar TNF-α
pada Tikus Putih yang Diinduksi Lipopolisakarida

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Universitas Jenderal Achmad Yani berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasinya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin selama tetap
mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya


Cimahi, 2021

Mengetahui, Yang menyatakan


Pembimbing I Mahasiswa

Dr. Henny Juliastuti, dr.,M.Kes Raudah Jala Dara


NID. 412164370 4111171010

iii
ABSTRAK
Inflamasi adalah peradangan saat tubuh mengalami cedera pada jaringan baik
karena trauma fisik, kimia, penyakit, dan lain-lain. Proses inflamasi ditandai
dengan meningkatnya pengeluaran mediator sitokin inflamasi dalam darah yaitu
TNF- α, IL-1, dan IL-6. TNF-α merupakan mediator yang akan dikeluar pertama
kali saat terjadi inflamasi. Antosianin yang tinggi terkandung dalam beras hitam
merupakan jenis antioksidan yang berfungsi sebagai imunomodulator saat terjadi
proses inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak
beras hitam terhadap penurunan kadar TNF-α & mengetahui dosis efektif dari
pemberian ekstrak beras hitam terhadap penurunan kadar TNF-α. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian posttest-only
with Control group design, menggunakan tikus galur wistar yang dibagi menjadi 5
kelompok yaitu, kelompok kontrol negatif (K1), kontrol positif (K2), perlakuan
1,2, dan 3 yang diberian ekstrak etanol beras hitam sebanyak 100mg/kgBB (P1),
200mg/kgBB (P2), dan 400mg/kgBB (P3). Induksi lipopolisakarida 0,5mg/kgBB
dilakukan setelah 14 hari pemberian perlakuan, dan pengambilan sampel darah
dilakukan 24 jam setelah diinduksi LPS. Hasil rerata kadar TNF-α didapatkan
kelompok K2 paling besar dengan 75,2 pg/mL, kelompok K1 paling rendah
sebesar 47,35 pg/mL, dan diantara kelompok perlakuan didapatkan kelompok P3
mendapat hasil paling rendah yaitu 54,78 pg/mL. Hasil analisis data menggunakan
uji Kruskal Wallis di dapatkan hasli p=0,202 (p>0,05), hal ini menunjukan tidak
terdapat perbedaan bermakna kadar TNF-α disemua kelompok penelitian.
Kesimpulan penelitian ini ekstrak etanol beras hitam dapat menurunkan kadar
TNF-α tikus yang induksi lipopolisakarida, walupun secara statistik tidak
bermakna (p>0,05). Sedangkan dosis yang paling efektif ekstrak etanol beras
hitam menurunkan kadar TNF-α tikus adalah 400mg/kgBB.

Kata Kunci : Antosianin, Beras hitam, Inflamasi, TNF-α.

iv
ABSTRACT
Inflammation is when the body experiences injuries to tissues because physical
trauma, chemical, disease, etc. The inflammatory process is characterized by
increased inflammatory cytokine mediators in the blood, namely TNF-α, IL-1, and
IL-6. TNF-α is a mediator that will be released first when inflammation occurs.
The high anthocyanin contained in black rice is a type of antioxidant that
functions as an immunomodulator when an inflammatory process occurs. This
study used an experimental method used a posttest-only with Control group
design planned for 23 days, using white rats divided into 5 groups, namely,
negative control group (K1), positive control (K2), treatment 1,2, and 3 by giving
black rice ethanol extract as much as 100mg / kgBW (P1), 200mg / kgBW (P2),
and 400mg / kgBW. lipopolysaccharide was induced after 14 days of treatment,
and blood sampling was carried out 24 hours after being induced by LPS. The
average result of TNF-α levels was that the K2 group was the biggest with 75.2
pg/mL, the K1 group had the lowest at 47.35 pg / mL, and among the treatment
groups the P3 group got the lowest result at 54.78 pg / mL. The results of data
analysis using the Kruskal Wallis test showed p = 0.202 (p> 0.05), this shows
that there was no significant difference in TNF-α levels in all study groups. The
conclusion of this study, black rice ethanol extract can reduce TNF-α levels of
lipopolysaccharide-induced rats, although it is not statistically significant (p>
0.05). Meanwhile, the most effective dose of black rice ethanol extract in reducing
TNF-α levels in rats was 400mg / kgBW.

Keyword : Antocyanin, Black rice, Inflammation, TNF-α.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat, dan karunia-Nya telah memberikan petunjuk, kemudahan dan kekuatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan naskah usulan proposal penelitian
yang berjudul “Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza sativa L. indica)
Terhadap Kadar Tnf-α Pada Tikus Putih Yang Diinduksi Lipopolisakarida”.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, memberi
masukan, mendukung, dan membimbing penulis selama proses penyusunan
naskah usulan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan beserta staf, dan Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Achmad Yani
2. Dr. Henny Juliastuti, dr., M.Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, pengarahan, bimbingan dan saran dalam menyusun
naskah usulan proposal penelitian ini.
3. Lia Siti Halimah, drh., M.Si sebagai dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan masukan, pengarahan, bimbingan dan saran dalam
menyusun naskah usulan proposal penelitian ini.
4. Ayah, Ibu, dan Rofiq Maulana Sandi, selaku keluarga dari penulis yang selalu
memberi dukungan, motivasi dan doa.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam
penulisan naskah usulan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar pada saat pelaksanaan
serta penulisan laporan penelitian kelak dapat menjadi lebih baik.

Cimahi, Mei 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
ABSTRACT............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitia...........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitia..........................................................................................5
1.4.1 Manfaat Akademis...................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................5
1.4.2.1. Bagi Masyarakat.................................................................................5
1.4.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Inflamasi.......................................................................................................6
2.1.1 Definisi....................................................................................................6
2.1.2 Mekanisme..............................................................................................7
2.2 Tumor Necrosis Factor – α (TNF- α)...........................................................8

vii
2.2.1 Definisi....................................................................................................8
2.2.2 Mekanisme Terhadap Tubuh...................................................................8
2.3 Beras (Oryza sativa).....................................................................................9
2.3.1. Taksonomi Tanaman Beras.....................................................................9
2.3.2. Morfologi dan Karakteristik Beras........................................................10
2.3.3. Kandungan Beras Putih, Beras Merah, dan Beras Hitam......................11
2.3.4. Flavonoid terhadap Inflamasi................................................................13
2.4 Lipopolisakarida.........................................................................................15
2.4.1. Struktur Lipopolisakarida......................................................................15
2.4.2. Mekanisme Lipopolisakarida................................................................16
2.4.3. Salmonella typhii...................................................................................17
2.5 Tikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus)...........................................18
2.5.1. Morfologi dan Karakteristik..................................................................18
2.5.2. Konversi Pemberian Beras Hitam pada Tikus Putih.............................19
2.6 Kerangka Pemikiran...................................................................................20
2.7 Premis Penelitian........................................................................................21
2.8 Hipotesis.....................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23
3.1. Rancangan Penelitian.................................................................................23
3.2. Objek Penelitian Ekstrak Beras Hitam.......................................................23
3.2.1. Kriteria Inklusi.......................................................................................23
3.2.2. Kriteria Eksklusi....................................................................................23
3.3. Subjek Penelitian........................................................................................23
3.3.1. Kriteria Inklusi.......................................................................................23
3.3.2. Kriteria Eksklusi....................................................................................24
3.3.3. Kriteria Drop Out..................................................................................24
3.4. Jumlah Sampel...........................................................................................24
3.5. Variabel Penelitian.....................................................................................25
3.6. Definisi Operasional...................................................................................25
3.7. Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................25
3.8. Prosedur Penelitian.....................................................................................26

viii
3.8.1. Persiapan Penelitian...............................................................................26
3.8.2. Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Beras Hitam.......................................26
3.8.3. Penentuan Dosis Ekstrak Etanol Beras Hitam.......................................26
3.8.4. Penentuan Dosis Induksi Lipopolisakarida...........................................27
3.8.5. Cara Perlakuan.......................................................................................28
3.8.4. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar TNF-α Darah Tikus.........29
3.8.5. Alur Penelitian.......................................................................................31
3.9. Analisis Data..............................................................................................32
3.10. Aspek Etik Penelitian.................................................................................32
3.11. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................33
3.12. Jadwal Penelitian........................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................35
4.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Beras Hitam terhadap Kadar TNF-α...35
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian.......................................................................35
4.3 Keterbatasan Penelitian.................................................................................40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................41
5.1 Simpulan........................................................................................................41
5.2 Saran..............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................4
LAMPIRAN..........................................................................................................43

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi, Mineral, dan Vitamin Beras……............................13


Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................25
Tabel 3.2 Konversi Perhitungan Dosis antar Jenis Hewan.................................27
Tabel 3.3 Cara Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan......................................28
Table 3.4 Jadwal Penelitian ................................................................................34
Tabel 4.1 Hasil Kadar TNF-α Setiap Kelompok Penelitian……………………35
Tabel 4.2 Rerata Nilai Kadar TNF-α tiap Kelompok…………………………..35
Tabel 4.3 Uji Normalitas dan Homogenoitas antar Kelompok Penelitian…......37
Tabel 4.4 Hasil Perbandingan Efektifitas antar Kelompok Perlakuan………....38

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Beras Hitam....................................................................................11


Gambar 2.2 Struktur Dasar Flavonoid...............................................................12
Gambar 2.3 Struktur Dasar Antosianin..............................................................14
Gambar 2.4 Struktur Selubung Bakteri Gram Negatif…...................................16
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran.......................................................................20
Gambar 3.1 Alur Penelitian...............................................................................32
Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Nilai Kadar TNF-α………………………..36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Etik Penelitian………………...............................................43


Lampiran 2 Tabel Konversi Dosis………….....................................................44
Lampiran 3 Perhitungan Jumlah Sampel……...................................................45
Lampiran 4 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Beras Hitam………………….46
Lampiran 5 Perhitungan Dosis Induksi Lipopolisakarida................................47
Lampiran 6 Hasil Absorbansi TNF-α Setiap Kelompok……………………...48
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Kasar TNF-α Setiap Kelompok………..……..49
Lampiran 8 Hasil Uji Statistik………………………………………………...50
Lampiran 9 Dokumentasi Kegiatan Penelitian………………………………..52
Lampiran 10 Surat Keterangan Laboratorium Hewan FK UNJANI...................62

xii
DAFTAR SINGKATAN

APC Antigen Persenting Cell


C3G cyanidin-3-glucoside
ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
HMGB1 High-Mobility Group Protein 1
ICAM 1 Intracellular Adhesion Molecule- 1
IL-1 Interleukin 1
IL-6 Interleukin 6
KDO asam 2-keto-3-deok-siktonat
PAMPs Pathogen-Associated Molecular Patterns
PRR Pattern Recognition Reseptor
RNS Radical Nitrogen Species
ROS Reactive Oxidation Species
TNF-α Tumor Necrosis Factor Alpha
VEGF Vascular Endotheliat Growth Factor

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflamasi atau peradangan terjadi karena adanya cedera pada jaringan baik itu
dikarenakan trauma, bahan kimia, dan lain-lain. Jaringan yang mengalami cedera
akan melepaskan berbagai zat yang dapat menimbulkan perubahan sekunder di
sekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera. Inflamasi ditandai dengan
timbul cardinal sign pada saat terjadi inflamasi akut seperti rubor, kalor, dolor,
tumor, dan fungsiolesa.1 Inflamasi akut jika tidak ditangani dan patogen asing
didalam tubuh tidak bisa disingkirkan dapat menjadi inflamasi kronis, dan jika
inflamasi terus berlanjut maka akan terjadi kegagalan mekanisme dan
menyababkan kerusakan ireversibel dari jaringan organ. Proses inflamasi
merupakan tanda dari beberapa penyakti seperti kanker, rheumatoid arthritis,
chronic obstructive pulmonary disease (COPD), arherosclerosis, dan
cardiovascular disease.2,3
Proses inflamasi pada jaringan akan ditandai dengan terjadi pengeluaran
mediator sitokin inflamasi dalam darah yaitu dengan meningkatnya TNF- α, IL-1,
dan IL-6.1 TNF-α merupakan mediator sitokin proinflamasi yang akan dikeluar
pertama kali saat terjadi inflamasi, sehingga TNF- α ini dipilih untuk diuji dalam
penelitian. Mediator-mediator inflamasi yang keluar akan mengaktifkan sel
endotel untuk memproduksi selektin, integri dan kemokin, untuk menarik antigen
spesifik limfosit, juga merangsang mekanisme umpan balik produksi sel darah
putih untuk membantu menghilangkan penyebab inflamasi atau menurunkan
proses inflamasi.1,2,3 Tubuh juga adakalanya membutuhkan imunomodulator
tambahan dari luar tubuh berupa senyawa yang dapat digunakan sebagai
antiinflamasi.4
Penggunaan obat antiinflamasi seperti NSAID (non-steroid anti-
inflammatory) atau SAID (steroid anti-inflammatory) dengan kemampuan
menekan terjadinya gejala inflamasi, namun penggunaan jangka panjang dari obat

1
2

antiinflamasi dapat menyebabkan menurunnya fungsi organ seperti ginjal, hati,


sistem pencernaan, dan jantung. Komplikasi dari inflamasi dan konsumsi obat
antiinflamasi dapat menyebabkan gangguan fungsi organ, sehingga tubuh
membutuhkan proteksi tambahan dari luar berupa imunomodulator.
Imunomodulator didalam tubuh sebagai pencegahan sebelum terinfeksi patogen,
sehingga saat patogen asing dapat disingkirkan dan tidak menimbulkan inflamasi
(imunostimulator), dan berfungsi untuk menekan aktivitas inflamasi semakin
kronis (imunosupresan).1,2,5
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khotimah,dkk. tahun 2016
didapatkan beberapa senyawa bioaktif pada tanaman seledri, mengkudu, daun
daruju dan ramping kunir sebagai antiinflamasi, berupa flavonoid, bixin, norbixin,
epifrielinol, lupeol, steroid, fenolik, tannin, sapoin, alkaloid. 5 Tanaman yang
digunakan untuk menurunkan kadar TNF-α karena memiliki kandungan flavonoid
dari penelitian sebelumnya oleh Margono,dkk. tahun 2016 menggunakan kelakai,
Dewi,dkk. 2016 menggunakan propolis, dan Nugraha 2019 menggunakan teh
hijau dan beras hitam.6,7,8
Beras merupakan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Banyak varietas beras di Indonesia seperti beras putih (Oryza sativa
L.), beras merah (Oryza nivara), dan beras hitam (Oryza sativa L. Indica). Beras
banyak dikonsumsi karena mengandung tinggi karbohidrat, rendah protein, lemak,
vitamin, mineral, dan antosianin. Masyarakat Indonesia lebih banyak
mengkonsumsi beras varietas beras putih (Oryza sativa L.), yang biasanya
dijadikan sebagai nasi yang merupakan bahan pangan rendah gluten. Beras merah
(Oryza nivara) adalah bahan pokok makanan lainnya yang sering di konsumsi dan
dijadikan sebagai makanan untuk diet. Beras hitam (Oryza sativa L. Indica)
merupakan varietas beras lokal yang memiliki pigmen warna merah-biru-ungu
yang pekat sehingga menyerupai warna hitam, dan dengan adanya pigmen warna
ini pada bagian pericarp, aleruron dan endospermium, beras hitam memiliki kadar
antosianin yang tinggi dibanding varietas lain.9 Kadar antosianin yang terkandung
beras putih sebesar 0,002 mg, beras merah, 0,247 mg, dan beras hitam 2,314 mg
dalam 100 gram beras, sehingga beras hitam memiliki kandungan antosianin
3

paling tinggi dibandingkan varietas beras putih maupun beras merah.10 Kandungan
antosianin yang tinggi diberas hitam berfungsi sebagai antioksidan tambahan bagi
tubuh, juga sebagai antibodi tambahan yang dapat menetralisir TNF-α sehingga
dapat menekan terjadinya aktivasi sel endotel saat inflamasi. Beras hitam dipilih
karena memiliki nilai kekerasan beras terendah, kandungan serat paling tinggi,
kandungan gula reduksi terendah, dan kadar antosianin paling tinggi 2,9,11
Antosianin yang tinggi terkandung dalam beras hitam merupakan salah
satu golongan flovanoid. Flovanoid sendiri merupakan salah satu jenis antioksidan
yang didapat secara alami, yang mempunyai digunakan untuk mengontrol dan
kurangi peroksidasi lipid di dalam tubuh, juga sebagai imunomodulator yang
mempengaruhi saat terjadi proses inflamasi. Flavonoid memiliki fungsi sebagai
antioksidan, antikanker, hipoglikemia, sifat bakteriosid, antimetik, antihelmintik,
antiasmatik, analgeik, antimikroba, dan efek sebagai antiinflamasi. 6,12,13 Penelitian
sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 didapatkan bahwa pemberian dosis efektif
ekstrak etanol beras hitam sebanyak 200 mg/KgBB pada tikus dapat
menghasilkan jumlah relatif sel imunokompeten yang berproliferasi yang besar,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian ekstrak
maka semakin tinggi jumlah relatif imunokompetan yang berproliferasi sehingga
membantu saat terjadi proses inflamasi. Efek imunomodulasinya berupa
terstimuasinya fagositosis, aktivasi makrofag, peningkatan imunoglobulin spesifik
dan peningkatan sel darah putih.6,14
Lipopolisakarida adalah komponen terbesar di bagian membran luar dari
bakteri gram-negatif, atau sebagai Pathogen-Associated Molecular Patterns
(PAMPs). Lipopolisakarida mempunyai lapisan dari luar ke dalam, yaitu antigen
O, inti, dan lipid A. Lipopolisakarida adalah faktor untuk media respon imun
bawaan bakteri, sehingga menjadi mediator inflamasi yang menginduksi sel host
berupa makrofag untuk mensekresi mediator berupa sitokin inflamasi seperti
factor necrosis tumor-α (TNF-α), interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6).15,16
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arianto tahun 2009, Nugroho tahun
2012, Sonia tahun 2017, dan Olive,dkk. tahun 2020 didapatkan bahwa dengan
diinduksi LPS dapat menyebabkan terjadinya inflamasi dengan pengeluaran
4

mediator sitokin, disfungsi endotel, hingga sepsis.11,15,16,17 Lipopolisakarida yang


digunakan merupakan komersil merk sigma dari bakteri Salmonella typhii. S.
typhii merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan terjadinya
demam tifoid, dengan gejala demam, malaise, mialgia, sakit perut, gangguan
vaskular, dan koagulasi. Komplikasi dari tifoid bisa menyebabkan anemia
hemolitik, perdarahan, perforasi, ileus paralitik, dan miokarditis. S. typhii jika
masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan respon imun spesifik dengan
merespon makrofag teraktivasi, sehingga dapat mengeluarkan mediator sitokin
berupa TNF-α dan IL-1.2,11,15
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya berdasarkan dosis efektif ekstrak beras hitam yang diinduksikan, dan
mengecek efek imunomodulator dari beras hitam sebagai antiinflamasi terhadap
indikator inflamasi berupa mediator TNF-α.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pemberian ektrak beras hitam berpengaruh terhadap kadar TNF-α
pada tikus putih yang di induksi lipopolisakarida?
2. Manakah dosis yang efektif antara pemberian 100, 200, atau 400 mg/kgBB
ektrak beras hitam yang berpengaruh terhadap kadar TNF-α pada tikus
putih yang dinduksi lipopolisakarida?

1.3 Tujuan Penelitia


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
pemberian beras hitam terhadap kadar TNF-α pada tikus yang diinduksi
lipopolisakarida.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
5

1. Untuk mengetahui efek ekstrak etanol beras hitam dalam menurunkan


kadar TNF-α pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida.
2. Untuk mengetahui dosis efektif dari ekstrak etanol beras hitam yang
diberikan kepada tikus yang diinduksi lipopolisakarida. .

1.4 Manfaat Penelitia


1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan biasa sebagai pengetahuan dasar bagi peneliti
mengenai potensi dari ekstrak beras hitam sebagai antiinflamasi dengan
menurunkan kadar TNF-α saat terjadi inflamasi.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang
manfaat dari beras hitam sebagai anti peradangan yang dipertanggung jawabkan
secara ilmiah, dan mengenalkan jenis beras hitam yang memiliki kandungan
antioksidan yang tinggi, dan manfaat untuk kesehatan yang lebih baik dari jenis
beras lainnya.
1.4.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam bidang kesehatan
untuk memanfaatkan beras hitam yang mengandung antioksidan jenis flavonoid
yang dapat mengurangi kadar TNF- α saat terjadi inflamasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflamasi
2.1.1 Definisi
Inflamasi adalah respon sel darah putih di dalam tubuh dalam memproteksi
terhadap adanya patogen yang masuk seperti bakteri, virus dan jamur. Inflamasi
diawali saat patogen masuk ke tubuh menyebabkan adanya infeksi atau rusaknya
jaringan, sehingga terjadi proteksi dengan dilepasnya sel darah putih ke aliran
darah. Tubuh akan merespon patogen sehingga diharapkan patogen penyebab
infeksi dapat disingkirkan dan dibersihkannya sel-sel neurotik dan jaringan yang
rusak akibat adanya inflamasi.1,4 Pertahanan pertama saat terjadinya inflamasi
dalam tubuh, dilakukan oleh makrofag, jaringan yang terjadi dalam waktu
beberapa menit setelah terjadi inflamasi pada jaringan. Terdapat pertahanan kedua
yang dilakukan oleh tubuh saat terjadi inflamasi yaitu dengan terjadinya invasi
neutrofil ke jaringan yang mengalami cedera, invasi neutrofil terjadi dalam waktu
sekitar satu jam pertama, terjadi invasi karena sitokin inflamasi contohnya Factor
Necrosis Tumor-αlpha (TNF-α), interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) yang di
produksi oleh jaringan yang cedera memicu reaksi. Pertahanan ketiga yaitu invasi
makrofag kedua ke jaringan yang cedera, dan pertahanan keempat adalah dengan
terjadinya peningkatan produksi granulosit dan monosit oleh sumsum tulang yang
memerlukan waktu 3-4 hari.1
Inflamasi akut bisa ditandai dengan adanya gejala kemerahan (rubor), panas
(kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi pada organ yang
terkena (functiolaesa). Mediator yang dikeluarkan saat inflamasi akan
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan aliran darah sehingga
timbul kemerahan dan panas di lokasi terjadinya infeksi. Mediator juga
menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menyebabkan
perpindahan bahan kimiawi ke jaringan dan timbul adanya edema. Mediator juga

6
7

merangasang saraf, sehingga timbul rasa nyeri, dan menarik fagosit terutama
neutrofil ke bagian jaringan yang terjadi infeksi.2,4
2.1.2 Mekanisme
Inflamasi akut diawali saat sel–sel yang ada di dalam jaringan tubuh seperti
makrofag, sel dendritik, histosit, sel kufer dan mastosit. Sel–sel tersebut memiliki
reseptor di bagian permukaan selnya atau disebut pattern recognition reseptor
(PRR), yang nantinya akan berikatan dengan patogen, sehingga nantinya patogen
akan dikenali sebagai benda asing. Makrofag yang nantinya berikatan dengan
patogen akan timbul respons dengan pengeluaran mediator berupa histamin,
bradikinin, serotonin, leukotrin dan prostaglandin, sehingga dapat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, meningkatnya aliran darah, merangsang saraf
sehingga timbul nyeri, dan menarik fagosit terutama neutrofil. Neutrofil akan
melepaskan faktor–faktor sehingga dapat mengatur pengeluaran leukosit dan
limfosit. Inflamasi akut memiliki reaksi imunitas yang terjadi dengan cepat, bisa
timbul dalam beberapa jam hingga hari, jika inflamasi ini terus berlanjut dan
menetap hingga beberapa minggu dapat menjadi inflamasi yang kronik.2,4
Inflamasi akut akan terjadi awal dengan pengeluaran sel di 6 jam awal
terjadinya infeksi, dengan pengeluaran sel utama yaitu netrofil. Netrofil akan
meningkat dalam aliran darah, netrofil nantinya akan berikatan dengan sel
endotel. Saat patogen menempel dipermukaan reseptor makroga, makrofag akan
mengeluarkan mediator sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, dan high-
mobility group protein 1 (HMGB1) sebagai respon imunitas spesifik. Mediator–
mediator inflamasi yang dilepaskan seperti TNF-α dan IL-1 menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga timbul kemerahan dan panas, peningkatan
permeabilitas sehingga timbul edem dan infiltrasi vaskuler. Sel fagosit di aliran
darah berguna untuk menyingkirkan patogen dan jaringan nekrosis karena adanya
infeksi atau cedera, yang nantinya fagosit akan mengeluarkan enzim, radikal
bebas amnion superoksin dan oksida nitrit yang berfungsi menghancurkan
makromolekul. Patogen didalam tubuh gagal dieliminasi maka inflamasi akan
menjadi kronik.2,4
8

2.2 Tumor Necrosis Factor – α (TNF- α)


2.2.1 Definisi
Tumor Necrosis Factor alpha (TNF-α) merupakan mediator yang dikeluarkan
oleh sel mast, makrofag, sel monosit, basofil, dan eosinofil. Makrofag sebagai
respons imun spesifik yang menyesuaikan diri dengan zat patogen asing, dan
berfungsi untuk mengeliminasi patogen tersebut. TNF-α memiliki sel target di
semua tubuh, kecuali sel eritrosit. Makrofag yang berikatan dengan patogen akan
mengeluarkan mediator sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-1 saat terjadi
inflamasi, maka akan timbul gejala klinis berupa demam, syok, peningkatan
sitotoksik leukosit, dan induksi sitokin proinflamasi.2,4
2.2.2 Mekanisme terhadap Tubuh
Inflamasi akut bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Bagian dinding
permukaan luar dari bakteri berupa lipopolisakarida merupakan tanda molekuler
khusus dari bakteri yang memiliki sifat endotoksin. Makrofag mempunyai fungsi
untuk menangkap, menyingkirkan patogen asing yang masuk ke tubuh.
Lipopolisakarida menempel pada lapisan luar makrofag yaitu CD14, dan
mengeluarkan toksin sehingga akan terjadi respons imun seluler. Selanjutnya
terjadi peningkatkan molekul CD 80 & CD 86 yang nantinya menyampaikan ke
Antigen Persenting Cell (APC) yaitu limfosit T dibantu juga dengan MHC kelas
II. Terjadi translokasi inti sehingga mentranskripsi NFkB, yang menyebabkan
pengeluaran mediator sitokin proinflamasi berupa TNF-α, TNF-β, IL-1, dan IL-
6.1,2,4,11
Mediator–mediator yang dikeluarkan ini akan mengaktifkan sel endotel
memproduksi selecting, interi dan kemokin, untuk menarik antigen spesifik
limfosit, juga merangsang mekanisme umpan balik produksi sel darah putih untuk
membantu mengilangkan penyebab inflamasi dan menurunkan proses inflamasi.
Selektin berupa molekul intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
menyebabkan terjadinya pengguliran netrofil diendotel, molekul intern akan
menyebabkan adhesi netrofil dan monosit ke endotel, dan kemokin akan
mengaktifkan migrasi netrofil ke lokasi infeksi. Molekul adhesi akan berikan
dengan ICAM-1 di neutrofil menyebabkan penempelan neutrofil ke dinding
9

kapiler yang terjadi inflamasi.1,2,4 Proses inflamasi akan membuat mediator –


mediator yang dikeluarkan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan
peningkatan aliran darah sehingga timbul kemerahan (rubor) dan panas di lokasi
terjadinya infeksi (kalor). Mediator juga menyebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, menyebabkan perpindahan bahan kimiawi ke
jaringan dan timbul adanya edema (tumor). Mediator juga merangasang saraf,
sehingga timbul rasa nyeri (dolor), dan menarik fagosit terutama neutrofil ke
bagian jaringan organ yang terjadi infeksi (fungsiolesa).2,4
Tubuh membutuhkan imunomodulator dari luar tubuh berupa senyawa yang
dapat digunakan sebagai antiinflamasi.5 Beberapa imonomodulator yang
terkandung dalam tumbuhan berupa senyawa aktif antiinflamasi seperti flavonoid,
bixin, norbixin, steroid, fenolik, tannin, alkaloid.3 Salah satu imunomosulator
yaitu golongan flavonoid berupa antosianin memiliki cara kerja hambat
memproduksi pro inflamatori mediator, sehingga menstimulasi sel yang berikatan
dengan mediator inflamasi seperti limfosit, monosit, natural killer cell, neutrofil,
makrofag dan monosit.18 Flavonoid juga dapat aktivitas menghambat enzim asam
arakidonat, sehingga terjadi penurunan produksi dari mediator inflamasi seperti
asam arakhidonat, prostaglandin, leukotrin, dan nitrat oksida.5 Flavonoid juga
dapat meningkatkan jumlah sel imunokompeten yang berproliferasi dan
peningkatan aktivitas sel endotel yang terjadi saat inflamasi dapat ditekan, untuk
menetralisir peningkatan berlebihan TNF-α sehingga terjadi penurunan kadar
TNF-α.6,14

2.3 Beras (Oryza sativa)


2.3.1. Taksonomi Tanaman Beras
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Beras berasal dari
kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Monokotil, subkelas Commelinids,
ordo Poeles, famili Poaceae, genus Oryza, spesies Oryza sativa. Beras putih
memiliki nama latin (Oryza sativa L.), beras merah (Oryza nivara), dan beras
hitam (Oryza sativa L. Indica).6,19
2.3.2. Morfologi dan Karakteristik Beras
10

Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan varietas beras yang paling banyak
dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia. Beras putih banyak
dimanfaatkan dengan diolah menjadi nasi, dan sebagai sumber pangan bebas
gluten. Penelitian sebelumnya oleh Hernawan tahun 2016 didapatkan bahwa
meningkatnya konsumsi beras putih berkaitan dengan meningkatnya risiko
diabetes tipe 2, karena memiliki kandungan aleurin sedikit, dan amilosa yang
cukup tinggi sekitar 20%.9
Beras merah (Oryza nivara) merupakan varietas beras yang memiliki manfaat
kesehatan yang baik dibanding beras putih, sehingga banyak dikonsumsi di
Indonesia setelah beras putih. Beras merah memiliki kandungan antosianin
berpigmen merah pada bagian pericarp, dan pada bagian gabahnya, yang
berfungsi sebagai antioksidan.9
Beras hitam (Oryza sativa L. Indica) merupakan varietas beras lokal yang
memiliki pigmen warna merah-biru-ungu yang pekat sehingga menyerupai warna
hitam, seperti pada gambar 2.1. Padi hitam ini banyak dibudidaya di Cina,
Srilangka, Indonesia, India, Filipina dan Thailand. Petani diIndonesia
membudidayakan padi hitam di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, dan Sulawesi Selatan.20
Padi hitam merupakan tanaman semusim, yang hanya diproduksi sekali dalam
1 tahun, hal ini dikarenakan setelah menghasilkan beras, padi akan langsung mati.
Padi memiliki bagian vegeratif berupa akar, batang, dan daun, dan bagian
generatif yaitu butir-butir padi. Padi juga termasuk family Graminae karena
memiliki batang yang berbentuk seperti ruas–ruas atau berbuku–buku. Padi
memiliki akar berbentuk serabut yang berwarna kecoklatan jika padi telah dewasa.
Daun tanaman padi memiliki ciri yang khas yaitu seperti ada sisik dan daun
telinga, juga tersusun secara selang–seling. Bagian butir–butir padi berada di
cabang pertama dan kedua dari batang, dan bagian malai / bunga padi berada pada
ruas buku terakhir dari batang padi.21,22
Karakteristik dari fisikokimia beras mempengaruhi dalam proses pengolahan
beras, dan nilai rasa dari nasi yang dihasilkan. Karakteristik dari kekerasan beras
yaitu sifat daya tahan beras terhadap tekanan untuk beras putih didapatkan sebesar
11

6,75 KgF, beras merah 6,57 KgF, dan beras hitam memiliki nilai kekerasan
terendah sebesar 6,00 KgF. Nilai Berat butir beras untuk beras putih sekitar 18,03
gram, beras merah 15,7 gram dan beras hitam sekitar 1,411 gram, sehingga untuk
berat butir beras terendah dimiliki varietas beras hitam.9

Gambar 2.1 Beras Hitam


Dikutip dari : Kurniasih NS dkk.18
2.3.3. Kandungan Beras Putih, Beras Merah, dan Beras Hitam.
Beras mengandung pigmen warna yang menempel pada bagian pericarp,
aleuron dan endospermium. Pigmen warna pada makanan terbentuk karena
adanya senyawa antosianin yang terkandung. Beras putih berpigmen putih
kekuningan, beras merah memiliki pigmen warna merah, dan beras hitam
berwarna merah-biru-keunguan atau kehitaman. Pigmen warna tersebut dapat
menunjukan bahwa adanya kandungan antosianin, karena kandungan utama
antosianin yaitu berupa senyawa cyanidin-3-glucoside (C3G), antosianin
merupakan pigmen alami yang tergolong sebagai flavonoid yang memiliki peran
sebagai pemberi warna pada makanan.9,23 Kandungan senyawa bioaktif dari beras
hitam yaitu flavon atau flavonoid, karoten, oryzanol dan antosianin.24
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang bertindak sebagai penghalang
bagi radikal hidroksil dan superoksida untuk merusak membran lipida saat terjadi
reaksi oksidasi yang merusak.13,23 Flavonoid mempunyai struktur C6-C3-C6 yang
mempunyai dua cincin aromatik yang menghubungkan tiga rantai karbon, seperti
pada gambar 2.2. Flavonoid terdiri dari enam golongan yaitu flavonol, flavon,
12

flavanon, flavanol, isoflavon, dan antosianidin. 25 Flavonoid memiliki warna stabil


kuning yang merupakan senyawa kompleks.13

Gambar 2.2 Struktur Dasar Flavonoid


Dikutip dari : Kumar S dkk.25
Beras putih, merah dan hitam memiliki kandungan gizi berupa karbohidrat,
lemak, protein, air, serat, gula, vitamin C, kalsium, magnesium, kalium, besi, zinc,
dan antosianin. Karbohidrat terbesar dimiliki beras hitam sebanyak 76,17 g, dan
terendah oleh beras merah hanya 32,5 g. Kandungan lemak terbesar terdapat pada
beras putih sebesar 0,66 g dan terendah pada beras merah sebesar 0,4 g.
Kandungan protein tertinggi dikandungan beras hitam sebesar 7,5 g dan terendah
pada beras merah sebesar 2,8 g. Kandungan serat terbesar dikandung beras hitam
sebesar 7,5% dan terendah oleh beras merah sebesar 1%. Kandungan gula yang
terkandung dalam beras tertinggi sebesar 0,13% pada beras putih, dan terendah
sebesar 0,08% pada beras hitam. Kandungan antosianin sebagai antioksidan di
dalam beras tertinggi sebesar 2,314 mg pada beras hitam, sedangkan terendah
sebesar 0,002 mg terkandung pada beras putih.10,19,23,26,27 Kandungan beras tersebut
terdapat pada table 2.1 berikut:
13

Tabel 2.1 Kandungan Gizi, Mineral, dan Vitamin Beras.10,19,23,27


Komponen Hasil per-100 gram
Beras Hitam Beras Merah Beras Putih
Karbohidrat 76,17 g (85%) 32,5 g (10%) 44,08 g
Lemak 0,53 g (1,9%) 0,4 g (0,60%) 0,66 g
Protein 7,5 g (1,04%) 2,8 g (4,67%) 7,13 g
Air 10,5 % 64 g 11,62 g
Serat 7,5 % 1% 5,4%
Gula 0,08% 0,10% 0,13%
Vitamin B2 0,039mg 0,049mg 0,043 mg
Vitamin E 31,6 mg 1,4 mg 0,462 mg
Kalsium (Ca) 36,8 mg 6 mg 28 mg
Kalium (K) 88,6 mg 91,4mg 115 mg
Magnesium (Mg) 195 mg 72,2 mg 25 mg
Besi (Fe) 1,8 mg 0,8 mg 0,80 mg
Zinc (Zn) 2,1 mg 0,9 mg 1,09mg
Antosianin 2,314 mg 0,247mg 0,002mg
2.3.4. Flavonoid terhadap Inflamasi
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki aktivitas scavenger
radikal bebas, menghambat enzim hydrolytic dan oksidatif, dan sebagai anti-
inflamasi.7 Menurunkan reaksi inflamasi dengan menurunkan aktivitas TNF-α
karena efek neuroprotektan dan imunomodulator.8 Flavonoid mempunyai efek
biologis dalam bentuk glikosida atau terikat dengan komponen glukosa
(monosakarida, disakarida, atau triglikosida) dengan ikatan alfa dan beta.13
Kandungan flavonoid pada beras hitam merupakan senyawa antosianin,
struktur senyawa antosianin terdapat pada gambar 2.3. Antosianin merupakan
senyawa yang berperan dalam pemberian warna terhadap beras. Antosianin yang
umumnya ditemukan pada tumbuhan seperti senyawa cyaniding, pelargonidin,
delphinnidin, malvidin, petunidin, dan peonidin. Farmakologi senyawa antosianin
dapat berperan dalam aktivitas menekan ekspresi vascular endotheliat growth
factor (VEGF), aktivitas protein kinase p38 mitogen dan kinase c-Jun N-
terminal.18
14

Gambar 2.3 Struktur Dasar Antosianin


Dikutip dari : Priska M dkk.28
Inflamasi merupakan proses peradangan yang terjadi pada saat tubuh terpapar
oleh benda asing, sehingga tubuh akan memberi proteksi sebagai bentuk
perlawanan terhadap benda asing tersebut dengan melepaskan mediator–mediator
inflamasi seperti leukosit, protease plasma, amina vasoaktif dan asam arakhidonat.
Proses ini diikuti dengan pembentukan sel inflamasi yang mengeluarkan ROS,
RNS, dan sitokin pro-inflamasi untuk mengeliminasi benda asing dan perbaiki
kerusakan jaringan yang terjadi.3,18,25
Inflamasi terjadi karena integrasi antara enzim COX-1 dan COX-2 dengan
prostaglandin, sehingga COX-2 yang dihasilkan akan merangsang rasa sakit.
Golongan flavonoid berupa antosianin digunakan sebagai antiinflamasi dengan
cara kerja hambat memproduksi pro inflamatori mediator, sehingga menstimulasi
sel yang berikatan dengan mediator inflamasi seperti limfosit, monosit, natural
killer cell, neutrofil, makrofag dan monosit.18 Flavonoid memiliki aktivitas
menghambat enzim asam arakidonat, sehingga terjadi penurunan produksi dari
mediator inflamasi seperti asam arakhidonat, prostaglandin, leukotrien, dan nitrat
oksida.5 Peningkatan aktivitas sel endotel yang terjadi saat inflamasi dapat ditekan
dengan penambahan antibodi dari luar tubuh seperti antioksidan, untuk
menetralisir TNF-α sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α.2,4

2.4 Lipopolisakarida
2.4.1. Struktur Lipopolisakarida
15

Bakteri gram negatif memiliki lapisan dinding dari luar ke dalam seperti pada
gambar 2.4 yaitu lipopolisakarida, membran luar, lipoprotein, periplasma, dan
membran dalam. Lipoprotein memiliki komponen lipid, 57 asam amino, dan
memiliki jumlah protein terbanyak pada sel bakteri gram negatif, memiliki fungsi
untuk menstabilkan membran luar dan perlekatan dengan peptidoglikan. Lapisan
membran luar memiliki struktur ganda yaitu membran sitoplasma dan fosfolipid,
memiliki molekul protein porin yang membuat terjadinya difusi pasif komponen
hidrofilik dengan berat jenis rendah seperti gula, asam amino, dan ion.
Lipopolisakarida merupakan struktur dinding sel pada lapisan luar dari bakteri
gram negatif, bersifat endotoksin dikarenakan ikatan yang kuat pada permukaan
sel bakteri dan dilepaskan saat sel mengalami lisis. Lipopolisakarida mempunyai
suprastruktur untuk membangun integrasi struktur bakteri dan sebagai
perlindungan kepada bakteri terhadap sistem imunitas sel host. Lipopolisakarida
berperan sebagai pengatur permeabilitas membran, perlindungan dan penghalang
untuk masuknya komponen berbahaya kedalam sel bakteri, dan sebagai
pertahanan bakteri di lingkungan yang ekstrim, sehingga bersifat tahan panas, dan
mempunyai berat molekul sekitar 300 – 5000, dan dapat diekstraksi dengan fenol-
air. Lipopolisakarida melekat pada bagian membran luar sel bakteri dengan ikatan
hidrofobik, LPS ini disintesis di bagian membran sitoplasma dari bakteri, yang
kemudian akan ditransport ke bagian luar dari struktur bakteri.29,30,31
Komponen dari LPS terdiri dari lipid A, inti lipopolisakarida, dan antigen
spesifik O. Lipid A merupakan rangka gugus hepatosa dan fosfat, rangka gugus
ini akan dihubungkan dengan lipid melalui KDO (asam 2-keto-3-deok-siktonat),
sehingga lipid dapat terhubung dengan peptidoglikan melalui ikatan glikosida,
karena adanya ikatan antara lipid A dengan KDO ini dapat menyebabkan bakteri
bersifat toksisitas secara primer. Inti dari polisakarida secara kimiawi berbentuk
N-Asetilglukossamin, glukosa, galaktosa, dan hepatosit. Komponen antigen
spesifik O merupakan bagian paling luar dari lipopolisakarida, bagian ini resisen
terhadap panas, alkohol, dan dapat dideteksi melalui adanya aglutinasi bakteri.
Antigen O mempunyai komponen kompleks yang merupakan kombinasi
16

oligosakarida sebagai penentu dari hapten tipe bakteri secara spesifik, antigen ini
bereaksi terhadap antibodi IgM.29,30

Gambar 2.4 Struktur Selubung Bakteri Gram Negatif


Dikutip dari : Brooks GF dkk.29
2.4.2. Mekanisme Lipopolisakarida
Pada bakteri dengan spesies bakteroides yang memiliki struktur yang sama
dan bersifat endotoksin, sehingga bagian lipopolisakarida dari bakteri yang akan
bertanggung jawab atas aktivitas endotoksin non-spesifik. Lipopolisakarida masuk
ke tubuh, maka akan dikenali oleh tubuh sebagai patogen asing. Lipopolisakarida
masuk aliran darah yang merupakan tanda molekuler khusus dari patogen,
sehingga berinteraksi dengan berikatan pada protein yang berada di sirkulasi
darah dan terjadi perlekatan LPS dengan reseptor makrofag, monosit, dan sel-sel
lain pada sistem retikuloendotelial. Makrofag yang terinduksi LPS akan
mengaktifkan sel limfosit T dan terjadi pelepasan mediator radang berupa sitokin
pro-inflamasi seperti tumor nekrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), dan komplemen kaskade koagulasi diaktivasi. Mediator yang
dilepaskan akan menyebabkan dilatasi arteriola dan kapiler darah.
Lipopolisakarida juga menginduksi terjadinya perubahan molekul adhesi di sel
endotel dan leukosit, sehingga menyebabkan trombosit yang dikeluarkan sebagai
respons, akan menempel pada dinding vaskular dan dapat menyumbat pembuluh
darah.1,29,31,32
17

Pengeluaran mediator-mediator inilah, yang menimbulkan gejala klinis berupa


demam, leukopenia, hipoglikemi, hipotensi, syok, koagulasi intravaskular dan
kematian organ secara masif. Pelepasan IL-1 akan menimbulkan demam dalam
60-90 menit, karena LPS butuh waktu untuk merespon adanya endotoksin bakteri.
Jika lipopolisakarida terus masuk ke aliran darah akan terjadi blokade
retikuloendotelial dan terbentuknya antibodi IgM terhadap LPS di dalam tubuh.29
IL-6 dilepaskan oleh fagosit mononuklear, sel endotel, vaskular, fibroblas, sebagai
imun non-spesifik yang merupakan respons terhadap mikroba dan sitokin.
Mediator IL-6 akan menginduksi sel limfosit T dan limfosit B, dan dikenali
sebagai respon terjadinya fase akut, atau sebagain tahap awal terjadinya inflamasi,
sehingga digunakan untuk mendiagnosis secara cepat. Mediator TNF-α dilepaskan
oleh makrofag yang diaktifkan oleh sel limfosit T, sel NK, dan sel mast. Mediator
ini penanda terjadinya inflamasi dan infeksi, karena menginduksi leukosit dan
endotel saat terjadi inflamasi akut.32
2.4.3. Salmonella typhii
Salmonella sp. merupakan jenis bakteri gram negatif, bersifat fakultatif
anaerob, motil dengan flagel peritrik, dan tidak bisa memfermentasi laktosa.
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit pada gastrointestinal, dan berperan
dalam menyebabkan reaksi inflamasi di tubuh manusia seperti diare akut, nyeri
abdomen, dan demam. Salmonella sp. merangsang terjadinya respon imun
humoral maupun seluler. Bakteri ini dapat ditularkan secara zoonoses, baik dari
hewan ke manusia maupun masuk melalui makanan yang higienitas buruk.6,29
Salmonella typhii merupakan bakteri patogen penyebab demam tifoid, yang
ditularkan melalui Rickettsia sp. Masa inkubasi dari Salmonella typhii selama 10 –
14 hari hingga timbulnya gejala demam tifoid.3 Demam tifoid ditandai dengan
timbulnya gejala demam, malaise, mialgia, sakit perut, gangguan vaskular,
koagulasi, dan adanya bradikardi relatif. Komplikasi dari demam tifoid bisa
menyebabkan anemia hemolitik, perdarahan, perforasi, ileus paralitik, miokarditis,
dan tifoid kronik.2
Salmonella typhii diklasifikasikan berdasarkan jenis antigen O berupa rantai
samping LPS, antigen H pada bagian flagel, dan antigen K (kapsular) atau disebut
18

antigen Vi. Bakteri ini memiliki dinding sel dengan kandungan 3 komponen yang
berada diluar dari lapisan peptidoglikan yaitu berupa lipoprotein, membrane luar,
dan lipopolisakarida. Lipopolisakarida pada dinding selnya terdiri dari lipid
kompleks atau disebut lipid A, sebagai tempat melekatnya polisakarida melalui
ikatan hidrofobik. Saat sel lisis dan LPS pecah menjadi polisakarida dan lipid A,
nantinya seluruh sifat toksisitasnya akan berikatan ke lipid A. Saat bakteri
Salmonella typhii kehilangan antigen H maka bakteri menjadi non-motil, jika
antigen Vi yang hilang sebagian atau seluruhnya maka akan terjadi respon
transduksi, dan jika antigen O hilang maka bakteri akan terjadi perubahan dalam
bentuk koloni kasar. Pencegahan dan pengendalian dari demam tifoid dilakukan
pemberian vaksin strain mutan Salmonella typhii yang tidak virulen secara oral.
Bakteri gram negatif memiliki salah satu komponen dinding sel berupa LPS dan
terdapat juga vaksin dan spesimen LPS yang dijual komersial sehingga penelitian
ini menggunakan LPS. Penelitian ini menggunakan LPS dari Sigma yang dijual
secara komersial berasal dari bakteri Salmonella typhii, karena LPS dari bakteri S.
typhii spesifik untuk proses inflamasi dengan mengeluarkan TNF-α dan IL-
6.29,30,31,32

2.5 Tikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus)


2.5.1. Morfologi dan Karakteristik
Tikus putih galur wistar banyak digunakan sebagai sampel penelitian, karena
memiliki beberapa kesamaan secara biologis dengan manusia. Tikus galur wistar
90% dipilih sebagai hewan coba dalam penelitian biomedik, pathobiologic dari
suatu makhluk hidup, penelitian dengan teknik eksperimental, pengobatan, dan
pencegahan dari suatu penyakit dikarenakan aktivitas biomedik. Banyak
penelitian yang dilakukan di laboratorium Eropa menggunakan tikus galur wistar
seperti penelitian tentang eksperimental efek pemberian diet, mengukur IgA
nefropati, diabetes mellitus. Jenis tikus yang sering digunakan dalam penelitian
biomedik menurut National Toxicolog Program di United States adalah jenis tikus
albino galur wistar dan galur Sprague dawley. Klasifikasi tikus yang digunakan
berasal dari kingdom Animalia, divisi Chordate, kelas Mammalia, ordo Rodentia,
19

family Muridae, subfamily Murinae, genus Rattus, dan spesies Rattus norvegicus.
Tikus putih galur wistar memiliki kondisi metabolisme dan respon terhadap
inflamasi yang mirip dengan manusia, yaitu dengan meniru tahapan terjadinya
inflamasi, seperti akut atau kronis. Proses inflamasi didalam tubuh tikus akan
merangsang sel T untuk melepaskan mediator-mediator inflamasi seperti IL-1,
TNF-α, dan TGF-β.33,34
Tikus memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 45 – 46 cm, dengan berat badan
untuk tikus jantan dewasa sekitar 450 – 520 gram, dan tikus betina dewasa sekitar
250 – 300 gram. Tikus dapat bertahan hidup dalam kondisi sehat sampai 3 tahun,
hal ini dipengaruhi oleh galur, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan. Tikus putih
galur wistar memiliki frekuensi denyut jantung sekitar 250 – 450 kali/menit,
dengan tekanan darah sistol sebesar 83 – 130 mmHg dan diastole sebesar 60-90
mmHg. Volume darah total dari tikus putih galur wistar sekitar 54 – 70 mL/kg.
Tikus jenis ini membutuhkan asupan makanan perharinya 10 gram/100
gramBB/hari, dan kebutuhan asupan minum 10 mL/100 gramBB/hari.34,35
2.5.2. Konversi Pemberian Beras Hitam pada Tikus Putih
Pemberian dosis ektrak etanol beras hitam dengan frekuensi 1 kali sehari pada
sore hari. Konsumsi beras yang dianjurkan pada manusia dengan berat badan 70
kg, atau berusia lebih dari 60 tahun sebesar 200 g/konsumsi. Dosis beras hitam
yang dikonsumsi manusia dikonversi dengan dosis tikus dengan berat badan 200
gram. Faktor konversi dari berat badan manusia ke tikus seperti pada table 3.2
sebesar 0,018 , sehingga penghitungan dosisi untuk tikus adalah 200 x 0,018 = 3,6
atau dibulatkan menjadi 4 gram/hari. 6,36,37 Sedangkan untuk lama dari pemberian
ekstrak pada tikus dikonversi ke pemberiannya pada manusia didapatkan bahwa 1
hari pada tikus itu sama dengan 26,7 hari pada manusia. Jadi pemberian ekstrak
dilakukan 14 hari pada tikus, maka pemberian pada manusia selama 1 tahun.34,35,48
20

Tabel 2.2 Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence dan Bacharach,
1964)6,38
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 187,9
Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0
Marmot 400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,1 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

2.6 Kerangka Pemikiran


Lipopolisakarida merupakan selubung terluar dari bakteri gram negatif,
contohnya bakteri Salmonela typhii. Lipopolisakarida diinduksikan ke tikus putih
akan terjadi respons imunitas. Lipopolisakarida akan mengalir di peredaran darah,
lalu menempel dilapisan CD14 pada makrofag, dan monosit. Makrofag yang
terinfeksi oleh LPS akan dipresentasikan ke antigen persenting cell (APC) yaitu
sel limfosit T, sehingga mengeluarkan mediator sitokin pro-inflamasi berupa IL-
1,IL-6, dan TNF-α. Mediator–mediator ini akan mengaktifkan sel endotel,
sehingga mengeluarkan produk selektin, interim, dan kemokin.29,31,32
Ekstra etanol beras hitam yang diinduksikan ke tikus putih mengandung
senyawa antioksidan golongan favonoid yaitu antosianin, yang memiliki fungsi
sebagai imunomodulator dan antitinflamasi. Flavonoid dapat menstimulasi sel
yang berikatan dengan mediator inflamasi misalnya limfosit, monosit, natural
killer cell, neutrophil, makrofag dan monosit. Beras hitam dapat hambat produksi
mediator sitokin proinflamasi berupa IL-1,IL-6, dan TNF-α.2,4,5,18 Kerangka
pemikiran terlihat seperti gambar 2.5 berikut
21

Lipopolisakarida Ekstrak etanol


Tikus Putih
dari bakteri beras hitam
Salmonela typhii

Kandungan
Makrofag
Antosianin yang
merupakan
golongan
CD14 Flavonoid

Dipresentasikan
sel T APC

Sitokin Pro-
inflamasi

IL-6 IL-1 TNF-α

Sel Endotel
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

: mengaktivasi
: Di induksi ke tikus
: Efek menurunkan

2.7 Premis Penelitian


1. Beras hitam mengandung antioksidan berupa antosianin yang merupakan
golongan flavonoid.9,12,13,24
2. Antosianin termasuk ke dalam golongan flavonoid yang memiliki aktivitas
scavenger radikal bebas dan sebagai anti-inflamasi, dengan efek
neuroprotektan hambat memproduksi mediator pro-inflamator sehingga
22

menstimulasi sel yang berikatan dengan mediator inflamasi dan menurunkan


aktivitas TNF-α.12,13,23,24,25
3. Lipopolisakarida merupakan struktur lapisan luar dari bakteri gram negatif
contohnya Salmonella typhii. Menurut penelitian sebelumnya pemberian LPS
0,5 mg/KgBB, akan merangsang respon imun dengan mengaktifkan makrofag
dan sel limfosit T sehingga mengeluarkan mediator sitokin proimflamasi
berupa IL-1, IL-6 dan TNF-α.1,3,4,15,16,17,29,30,31,32

2.8 Hipotesis
H0 :
1. Ekstrak etanol beras hitam tidak memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi
dengan menurunkan kadar TNF-α dalam darah tikus yang diinduksi
lipopolisakarida.
2. Dosis ekstrak etanol beras hitam 400 mg/kgBB tidak dapat menurunkan kadar
TNF-α pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida
H1 :
1. Ekstrak etanol beras hitam memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi dengan
menurunkan kadar TNF-α dalam darah tikus yang diinduksi lipopolisakarida.
2. Dosis ekstrak etanol beras hitam 400 mg/kgBB paling efektif dapat
menurunkan kadar TNF-α pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan
penelitian posttest-only with Control group design. Pada penelitian ini dilakukan
pengelompokan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimental dengan
rancangan randomized.

3.2. Objek Penelitian Ekstrak Beras Hitam


Penelitian ini menggunakan objek penelitian berupa beras hitam yang
dijadikan ekstrak etanol beras hitam.
3.2.1. Kriteria Inklusi
1. Beras hitam yang termasuk spesies Oryza sativa L.indica, berwarna merah-
biru-keunguan, dan beras hitam berasal dari Cianjur, Jawa Barat.
3.2.2. Kriteria Eksklusi
1. Beras hitam terjadi perubahan warna menjadi tidak pekat saat proses
penyimpanan
2. Beras hitam yang ditumbuhi jamur

3.3. Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini menggunakan tikus putih galur wistar (Rattus
norvegicus). Sebelum dilakukan penelitian, hewan uji dilakukan adaptasi terhadap
lingkungan baru (aklimatisasi) selama 7 hari di Laboratorium Hewan Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani. Dalam penatalaksanaan penelitian
ini sampel tikus akan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, kelompok kontrol negatif,
kontrol positif, dan 3 kelompok yang diberi perlakuan.
Hewan uji penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
3.3.1. Kriteria Inklusi
1. Tikus putih galur wistar dari Lab Farmakologi dan Terapi Eijkman

23
24

2. Berat badan sekitar 150 – 250 gram


3. Berumur 6 – 8 minggu
4. Tikus sehat yang ditandai dengan bulu berwarna putih, dan bergerak aktif
3.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Tikus yang sakit ditandani dengan bulu rontok, stress dan bergerak lemah
selama proses aklimatisasi
3.3.3. Kriteria Drop Out
1. Tikus yang mati selama penelitian

3.4. Jumlah Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol beras
hitam. Untuk mengetahui efek etanol beras hitam sebagai antiinflamasi terhadap
kadar TNF-α darah tikus, maka dibutuhkan subjek penelitian dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan tiga
kelompok yang diberi dosis ekstrak etanol beras hitam yang berbeda – beda.
Penentuan jumlah sampel didapat dari rumus Federer, yaitu:

Keterangan :
r = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Penelitian membagi subjek penelitian menjadi lima kelompok, dan didapatkan


jumlah sampel sebanyak 5 ekor tikus putih galur wistar untuk setiap kelompok.
Total jumlah sampel sebanyak 25 ekor tikus putih galur wistar.
25

3.5. Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol beras hitam 100 mg/KgBB, 200
mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB
2. Variabel terikat : kadar TNF-α darah tikus putih galur wistar
3. Variabel perancu : lingkungan penempatan hewan coba, hewan coba dalam
mengkonsumsi makan dan minum, kondisi stress yang terjadi pada hewan
coba.

3.6. Definisi Operasional


Definisi operasional penelitian sebagai berikut:
1. Ekstrak etanol beras hitam merupakan ekstrak yang di dapatkan dari simplisia
beras hitam yang telah dihaluskan, dan direndam etanol 95%. Setelah
perendaman, akan dilakukan pemanasan untuk menguapkan etanol. Hasil
sediaan ekstrak etanol beras hitam berbentuk kental seperti pasta, dengan
dosis pemberian pada seluruh kelompok perlakuan dalam sehari sebanyak 700
mg.
2. Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat, belum
mengalami pengolahan apapun.
3. Kadar TNF-α darah tikus adalah hasil pengukuran kadar TNF-α darah tikus
dari kelompok kontrol positif (K2) dan kelompok perlakuan P1,P2,dan P3.
Kadat TNF-α diukur menggunakan ELISA kit Streptavidin-HRP work
solution dan TMB substrat solusion.
4. Lipopolisakarida merk Sigma nomor katalog L7895 berasal dari bakteri
Salmonella typhii dalam kemasan botol berisi 1 mg berupa serbuk.

3.7. Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ELISA kit (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) merk cloud-clone, sonde berujung tumpul (force feed
needle), kandang tikus berbentuk kubus yang terbuat dari anyaman kawat, tempat
26

makan dan minum tikus, timbangan digital, disposable syringe, sarung tangan,
lab coat, kacamata google, masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol beras hitam
dengan dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB, lipopolisakarida
merk sigma, alkohol 70%, DMSO dan makanan tikus berupa pelet dan air untuk
minum tikus.

3.8. Prosedur Penelitian


3.8.1. Persiapan Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel tikus putih galur wistar. Tikus yang
digunakan sebanyak 25 ekor yang akan dibagi menjadi lima kelompok tikus.
Masing – masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Hewan coba akan diukur
berat badanya sebelum diberi perlakuan. Tikus akan melakukan pengadaptasian
terhadap lingkungan yang baru (aklimatisasi) selama 7 hari di Laboratorium
Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achamad Yani. Hewan coba
akan diberi microenvironment, yaitu kandang tikus yang telah tersedia sumber
daya yang diperlukan. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.
3.8.2. Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Beras Hitam
Pembuatan ekstrak menggunakan teknik maserasi, menghaluskan beras hitam
terlebih dahulu menggunakan blender. Beras hitam yang sudah halus ditambahkan
etanol 95%, dengan perbandingan yang digunakan antara beras dengan etanol
yaitu 1:2, dan lalukan perendaman di dalam erlenmeyer 1000 ml. Hasil
perendaman selanjutnya masukan ke shaker selama 1-2 jam untuk diaduk
menggunakan kecepatan 200 – 250 rpm, dan diamkan selama 3 x 24 jam.28,36
Hasil rendaman dari beras kemudian disaring untuk memisahkan antara hasil
dan bahan sisa menggunakan alat vacuum pump. Selanjutnya, memanaskan hasil
penyaringan untuk menguapkan etanol sehingga terpisah dengan ekstrak
menggunakan rotary evaporator dalam suhu titik didih etanol 84oC. Ekstrak beras
hitam yang dihasilkan akan dilakukan penyimpan dalam wadah yang gelap dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung.28,36
27

3.8.3. Penentuan Dosis Ekstrak Etanol Beras Hitam


Dosis pemberian ekstrak etanol beras hitam 100 mg/kgBB pada kelompok
perlakuan 1 dalam sehari sebanyak 100 mg, kelompok perlakuan 2 untuk dosis
200 mg/kgBB dalam sehari sebanyak 200 mg, dan kelompok perlakuan 3 untuk
dosis 400 mg/kgBB sebanyak 400 mg/hari. Total ektrak etanol beras hitam dalam
14 hari pemberian untuk semua kelompok perlakuan sebnanyak 11,76 gram.
3.8.4. Penentuan Dosis Induksi Lipopolisakarida
Lipopolisakarida yang akan diinduksikan pada hari ke-21 pada kelompok
kontrol positif dan kelompok perlakuan merupakan sediaan LPS merk Sigma dari
bakteri Salmonella typhii. Satu pack LPS merk Sigma nomor katalog L7895 berisi
1 mg bubuk LPS dalam botol. Lipopolisakarida akan dibuat dengan cara
melarutkan LPS bubuk dalam satuan mg ke dalam NaCl 0,9% satuan ml dengan
perbandingan 1:1 dan aduk sampai larut. Pemberian dosis LPS 0,5 mg/kgBB pada
1 ekor tikus dengan berat 200 gram. dan total untuk LPS yang dibutuhkan untuk
diinduksi ke 4 kelompok yaitu kelompok kontrol positif dan 3 kelompok
perlakuan sebanyak 2 mg.
3.8.5. Cara Perlakuan
Tikus putih galur wistar yang telah melakukan aklimatisasi selama 7 hari
dengan memberikan makanan berupa pelet standar dan air minum, untuk melihat
apakah kondisi tikus sesuai dengan kriteria kondisi penelitian dengan cara
menimbang berat badanya. Pada hari ke 8-22 akan mulai memberikan perlakuan,
dengan pemberian 1 kali sehari pada sore hari. Pemberian perlakuan akan
berlangsung selama 14 hari. Pada kelompok 1 sebagai kontrol negatif (K1)
dengan memberikan pakan berupa pelet sebanyak 25-35g/ekor, dan minum
aquades. Kelompok 2 sebagai kontrol positif (K2) dengan memberikan pakan
berupa pelet sebanyak 25-35g/ekor, dan minum aquades. Kelompok 3 sebagai
perlakuan 1 (P1) dengan memberikan pakan berupa pelet sebanyak 25-35g/ekor,
minum aquades, dan ekstrak etanol beras hitam sebanyak 100 mg/kgBB secara
per oral. Kelompok 4 sebagai perlakuan 2 (P2) dengan memberikan pakan berupa
pelet sebanyak 25-35g/ekor, minum aquades, dan ekstrak etanol beras hitam
sebanyak 200 mg/kgBB secara peroral. Kelompok 5 sebagai perlakuan 3 (P3)
28

dengan memberikan pakan berupa pelet sebanyak 25-35g/ekor, minum aquades,


dan ekstrak etanol beras hitam sebanyak 400 mg/kgBB secara peroral. Pada hari
ke-22 kelompok K2, P1, P2, dan P3 akan memberikan perlakuan tambahan
dengan menginduksi LPS 0,5 mg/kgBB secara peritoneal dan di tunggu selama 24
jam sebelum pengambilan. Pada hari ke-23 melakukan pengambilan darah melalui
vena orbita tikus dan melakukan pengukuran kadar TNF-α menggunakan ELISA
kit merk cloud-clone. Cara perlakuan terhadap tikus putih galur wistar terdapat
pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Cara Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan


No. Kelompok Hari ke-
1-7 8-22 22 23
1. Kontrol Diadaptasi Diberi pakan Diberi pakan dan Pengambilan darah
Negatif (K1) dengan dan air minum air minum melalui vena ekor
pemberian air dan pengukuran
mium dan kadar TNF-α darah
pakan pelet tikus
standar
2. Kontrol Diadaptasi Diberi pakan Diberi pakan dan Pengambilan darah
Positif (K2) dengan dan air minum air minum standar + melalui vena ekor
pemberian air diinduksi LPS 0,5 dan pengukuran
mium dan mg/kgBB secara kadar TNF-α darah
pakan pelet peritoneal tikus
standar
3. Perlakuan 1 Diadaptasi Diberi ekstrak Diberi pakan dan Pengambilan darah
(P1) dengan etanol beras minum standar, melalui vena ekor
pemberian air hitam ektrak etanol beras dan pengukuran
mium dan 100mg/kgBB hitam 100mg/kgBB kadar TNF-α darah
pakan pelet per oral per-oral + diinduksi tikus
standar LPS 0,5 mg/kgBB
secara peritoneal
4. Perlakuan 2 Diadaptasi Diberi ekstrak Diberi pakan dan Pengambilan darah
(P2) dengan etanol beras minum standar, melalui vena ekor
pemberian air hitam ektrak etanol beras dan pengukuran
mium dan 200mg/kgBB hitam 200mg/kgBB kadar TNF-α darah
pakan pelet per oral per-oral + diinduksi tikus
standar LPS 0,5 mg/kgBB
5. Perlakuan 3 Diadaptasi Diberi ekstrak Diberi pakan dan Pengambilan darah
(P3) dengan etanol beras minum standar, melalui vena ekor
pemberian air hitam ektrak etanol beras dan pengukuran
mium dan 400mg/kgBB hitam 400mg/kgBB kadar TNF-α darah
29

pakan pelet per oral per-oral + diinduksi tikus


standar LPS 0,5 mg/kgBB

3.8.4. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar TNF-α Darah Tikus


Pada hari ke-23 setelah pemberian perlakuan kepada 5 kelompok, dilakukan
pengambil sampel berupa darah vena dari bagian orbita tikus putih galur wistar.
Pengukuran kadar TNF-α darah tikus menggunakan ELISA kit merk cloud-clone
dengan sensitivitas yang tinggi dan spesifik untuk deteksi TNF-α sehingga dapat
mendeteksi TNF-α kurang dari 5,7 pg/mL. Larutan atau reagen yang digunakan
bisa disimpan dalam waktu 30 menit disuhu 37oC, dan untuk pencampuran reagen
dengan sampel harus tercampur dengan rata seluruhnya. Untuk membaca hasil
haruslah disiapkan kurva mendeteksi standar disetiap percobaanya, dan peneliti
dapat menentukan besar sampel dengan diestimasi jumlah protein yang
terkandung disampel.39
Pertama tambahkan 100 µL larutan standar dan sampel ke dalam well plate
yang sesuai, lalu tutup well dan inkubasi selama 60 menit pada suhu kamar (37 oC)
atau bisa disimpan semalaman dalam suhu 4oC, dan menggetarkan dengan lembut.
Lepas penutup, lalu keluarkan atau buang solution dalam plate dan keringkan
mengguakan tisu atau bahan yang dapat menyerap lainnya, jangan di cuci
menggunakan wash buffer dan jangan biarkan well plate mengering dengan
sendirinya. Setelah well plate kering, tambahkan 100 µL working solution
berlabel reagen A untuk mendeteksi antibodi ke dalam masing – masing well, dan
inkubasi selama 60 menit disuhu 37oC. setelah dilakukan inkubasi, well plate
kembali melakukan pencucian sebanyak 3 kali menggunakan wash buffer working
dan setiap pencucian biarkan wash buffer work solution didalam well selama 1-2
menit. Setelah melakukan pencucian, buang solution dalam plate dan keringkan
mengguakan tisu atau bahan yang dapat menyerap lainnyadan keringkan. Setelah
mengeringkan, tambahkan 100 µL Streptavidin-HRP working solution dengan
label reagen B ke masing–masing well plate dan inkubasi plate selama 30 menit
disuhu 37oC. setelah menginkubasi, lakukan kembali pencucian plate
menggunakan wash buffer working solution seperti sebelumnya, namun kali ini
30

sebanyak 5 kali pencucian, lalu keringkan menggunakan tisu. Setelah plate


kering, tambahkan 90 µL TMB substrate solution ke masing – masing well, lalu
inkubasi plate di tempat gelap selama 10-20 menit disuhu 37oC. setelah 20 menit
melakukan inkubasi, tambahkan 50 µL stop solution di masing –masing well, dan
akan terlihat dengan segera perubahan warna menjadi kekuningan. Lakukan
pembacaan hasil dalam waktu 30 menit setelah penambahan stop solution dengan
absorbansi dengan panjang gelonbang 450 ± 10 nm pada alat mikroplate reader.39
Untuk penghitungan hasil TNF-α dapat dengan cara (O.D 450 relatif) =
(O.D.450 dari setiap well) – (O.D.450 dari zero well). Untuk kurva standar dapat
diplot menjadi O.D.450 relatif dari masing – masing larutan standar (Y)
dibandingkan dengan konsentrasi
25 ekor tikusmasing – masing
putih galur wistar,larutan
sehat, standar (X). Setelah
gerak aktif,
kulitsampel,
mendapatkan konsentrasi putih, dengan berat badan sampel
maka konsentrasi 150 – 250 gram,
dapat dan
menambahkan
berumur 6 – 8 minggu
dari kurva standar. Jika sampel yang digunakan ditambahkan pengencer, maka
dapat mengalikan faktor pengenceran dengan konsentrasi tambahan untuk
mendapatkan hasil konsentrasi sebelum pengenceran.39
Diaklimatisasi selama 7 hari dengan pemberian pelet
dan air minum, tikus dikelompokkan menjadi 5

Hari ke 8-22 diberikan pakan pelet Hari ke 8-22 diberi makan, minum standar dan
dan air minum standar ekstrak etanol beras hitam sesuai kelmpok
perlakuan

Kelompok
3.8.5. Alur Penelitian Kelompok Kelompok
kontrol Kelompok Kelompok perlakuan 2 perlakuan 3
negatif (K1) kontrol positif perlakuan 1 (P2) diberi (P3) diberi
hanya diberi (K2) pada (P1) diberi ekstrak etanol ekstrak etanol
makan dan hari ke-21 ekstrak etanol beras hitam beras hitam
minum diinduksi LPS beras hitam 200 mg/kgBB 400 mg/kgBB
standar 0,5 mg/kgBB 100 mg/kgBB
selama 22 secara
hari peritoneal
Hari ke-22 diinduksi LPS 0,5 mg/kgBB secara
peritoneal

Pengambilan darah dari vena orbita tikus setelah 24


jam pemberian LPS dan pengukuran kadar TNF-α
menggunakan ELISA kit
31

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.9. Analisis Data


Data yang telah didapat, dikumpulkan dan diuji normalitas menggunakan
software SPSS for Windows dengan uji Shapiro-Wilk (sampel <50). Jika hasil data
normal dan homogen, melanjutkan menguji dengan One-way ANOVA untuk
mengetahui apakah ada perbedaan bermakna kadar TNF-α antar kelompok
perlakuan. Kemudian lanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey untuk mengetahui
perbedaan kadar TNF-α disetiap kelompok. Jika distribusi data tidak normal maka
menggunakan uji non-parametrik Kruskal-Wallis, dan melanjutkan dengan uji
32

Man Whitney. Hasil dinyatakan bermakna secara statistik jika nilai p <0,05 dan
tidak bermakna secara statistik jika p >0,05.7,8,15,36,37

3.10. Aspek Etik Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Komisis Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dengan surat keputusan
no. 46/UN6.KEP/EC/2020 yang ditetapkan tanggal 16 Juni 2020. Penelitian ini
menerapkan prinsip dasar etika 3 R (Replacement, Reduction, and Refinement)
dan 5 F (freedom from hunger or thrist, discomfort and pain, injury or diseases,
freedom to express normal behavior, fear and distress) karena penelitian ini
menggunakan hewan sebagai subjek penelitian.
Replacement diupayakan bisa menggantikan hewan coba yaitu tikus putih
galur wistar dengan sampel lain, namun pada penelitian ini tidak memungkinkan
untuk mengganti tikus putih galur witar menggunakan sampel lain karena
penelitian ini membutuh repons imunitas dari hewan hidup. Reduction diupayakan
menggunakan seminimal mungkin jumlah tikus yang digunakan dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan rumus Federer untuk mendapat jumlah sampel
perkelompok sebanyak 5 ekor tikus. Refinement pelihara tikus dengan baik seperti
kandang microenvironment bentuk kubus dari kawat yang luas serta dilengkapi
tempat makan dan minum, suhu, cahaya, dan kelembapan sesuai sifat biologis dari
tikus, perlakukan tikus coba secara manusiawi dengan pemberian makan dan
minum terjadwal yaitu 1 kali sehari pada sore hari, dan minimalisir perlakuan
yang dapat menyakiti tikus saat akhir penelitian sebelum pengambilan darah vena
dengan memberi anastesi dan euthanasia menggunakan gas CO2.33,34,35
Freedom from hunger or thrist diupayakan tikus diberikan makanan dan
minuman di waktu yang sesuai setiap harinya yaitu 1 kali sehari pada sore hari,
sehingga tidak membuat tikus merasa kelaparan atau kehausan. Freedom form
discomfort and pain pada penelitian ini tikus akan mengalami demam selama 7
hari namun saya tidak memberikan obat karena akan meneliti proses inflamasinya,
namun saya akan membuat kandang microenvironment bentuk kubus dari kawat
yang luas serta dilengkapi tempat makan dan minum, suhu, cahaya, dan
kelembapan sesuai sifat biologis dari tikus, menjaga kebersihan dari kandang
33

dengan membersihkan rutin setiap hari, dan sedikit melakukan tindakan invasi
kepada tikus sehingga tikus bisa nyaman. Freedom form injury or disease
menjaga kesehatan tikus dengan memberikan makan dan minum secukupnya
sekitar 25-35gram/ekor dalam sehari, menjaga kebersihan kandang sehari sekali
agar tikus terhindar dari penyakit, dan jauhkan dari benda – benda yang dapat
melukai tikus seperti benda yang tajam. Freedom to Express normal behavior
pemberian kandang microenvironment bentuk kubus dengan luas yang cukup
untuk tikus, agar hewan coba dapat beraktivitas seperti dihabitatnya. Freedom
form fear and distress dilakukan aklimatisasi selama 7 hari kepada tikus, dengan
diberikan makan berupa pelet dan minum standar sebanyak 25-35 gram/ekor
dalam sehari sebelum diberi perlakuan untuk menjauhkan adanya rasa takut dan
stres pada tikus.33,34,35

3.11. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Achamad Yani Cimahi untuk dilakukan aklimatisasi,
memelihara dan perlakuan. Pembuatan ekstrak etanol beras hitam dilakukan di
Laboratorium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

3.12. Jadwal Penelitian


Jadwal pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


Bulan
No Kegiatan
9 3-4 4 4
1. Proses persetujuan etik
2. Pembuatan ekstrak etanol
beras hitam
3. Pelaksanaan penelitian
a) aklimatisasi tikus
b) pemberian ekstrak
c) induksi lipopolisakarida
34

d) pengukuran kadar TNF-


α darah tikus
4. Pengumpulan data
5. Penyusunan laporan hasil
penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Beras Hitam terhadap Kadar TNF-
α
Hasil dari penelitian ini didapatkan data kadar TNF-α dari setiap kelompok
penelitian bisa dilihat dari tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil kadar TNF-α Setiap Kelompok Penelitian
Kontrol Kontrol
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Tikus Negatif Positif
1 (pg/ml) 2 (pg/ml) 3 (pg/ml)
(pg/ml) (pg/ml)
1. 24,377 61,510 78,916 54,548 56,868
2. 75,435 56,868 82,397 53,387 59,189
3. 37,722 66,152 40,623 65,571 52,227
4. 29,599 92,841 48,165 73,694 48,746
5. 69,633 98,643 78,916 58,609 56,868
Rerata 47,353 75,203 65,803 61,162 54,780

Dari tabel 4.1 diatas di dapatkan hasil rata-rata kadar TNF-α plasma darah
tikus putih galur wistar pada seluruh kelompok penelitian. Hasil rerata kadar
tertinggi TNF-α terdapat pada kelompok kontrol positif (K2) dengan nilai sebesar
75,20 pg/ml, kelompok kontrol negatif (K1) dengan nilai sebesar 47,35 pg/ml,
kelompok perlakuan 1 (P1) sebesar 65,80 pg/ml, kelompok perlakuan 2 (P2)
sebesar 61,16 pg/ml, dan kelompok perlakuan 3 (P3) sebesar 54,78 pg/ml. Jadi,
didapatkan dari hasil rerata bahwa kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki hasil
rerata kadar TNF-α yang paling kecil, dan paling jauh perbandingan hasilnya
dengan kelompok kontrol positif.

Tabel 4.2 Rerata Nilai Kadar TNF-α tiap kelompok


Std.
Kelompok Mean Deviation Min - Max
Kontrol negatif 47.35 23.56 24.38 – 75.44
Kontrol positif 75.20 19.14 56.87 – 98.64
P1 65.80 19.78 40.62 – 82.40

35
36

P2 61.16 4.22 48.75 – 73.69


P3 54.78 18.09 24.35 – 59.19

Dari hasil tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kelompok kontrol negatif (K1)
merupakan kelompok tikus yang sehat, memiliki hasil rerata kadar TNF-α paling
minimum yaitu 47,35 pg/ml dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K2)
sebagai tikus yang mengalami inflamasi didapatkan hasil rerata kadar TNF-α
paling tinggi yaitu 75,20 pg/ml. Hasil rerata kadar TNF-α pada kelompok
perlakuan 1 menunjukkan hasil penurunan kadar TNF-α dibandingkan kelompok
kontrol positif (K2) yaitu sebesar 65,80 pg/ml. Hasil rerata kadar TNF-α pada
kelompok perlakuan 2 (P2) menunjukkan hasil penurunan kadar TNF-α yaitu
61,16 pg/ml dibanding kelompok perlakuan 1 dan kontrol positif (K2). Sedangkan
hasil rerata kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki hasil lebih kecil dibandingkan
rerata kelompok perlakuan 1, 2 dan kontrol positif (K2), namun lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K1) yaitu sebesar 54,78 pg/ml.
Jadi dari hasil rerata kadar TNF-α pada kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki nilai
kadar TNF-α paling kecil atau mendekati hasil kelompok tikus yang sehat yaitu
kontrol negatif, dan hasil reratanya paling jauh dengan kelompok kontrol positif
(K2), yaitu kelompok tikus yang mengalami inflamasi dengan kadar TNF-α yang
paling tinggi. Sehingga kelompok perlakuan 3 (P3) merupakan kelompok yang
paling bisa mencegah terjadi peningkatan kadar TNF-α dalam darah dibandingkan
dengan kelompok perlakuan lainnya

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian


Dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk Test karena jumlah
sampel yang digunakan kurang dari 50 sampel, untuk mengetahui perbedaan
pemberian ekstrak beras hitam terhadap kadar TNF-α darah tikus putih galur
wistra yang diinduksi lipoplisakarida pada setiap kelompok perlakuan, dan
mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak. Selanjutnya di uji
homogenitas untuk mengethui variasi antar 2 distribusi atau lebih antar kelompok.
Hasil uji normalitas dan homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
37

Tabel 4.4 Uji Normalitas Dan Homogenitas Antar Kelompok Penelitian


Uji Uji
No Kelompok Normalitas Interpretasi Homogenitas Interpretasi
(Nilai p*) (Nilai p**)
1 Kontrol negatif 0.214 Normal
2 Kontrol positif 0.198 Normal
Non
3 P1 0.069 Normal 0.000
Homogen
4 P2 0.461 Normal
5 P3 0.493 Normal

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa semua kelompok memiliki


distribusi normal karena p value lebih besar dari 0,05 ( p>0,05), yaitu kelompok
kontrol negatif sebesar 0,215, kelompok kontrol positif sebesar 0,198, kelompok
perlakuan 1 sebesar 0,069, kelompok perlakuan 2 sebesar 0,461, dan pada
kelompok perlakuan 3 sebesar 0,493. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas , dan
diperoleh hasil uji homogenitas berupa p<0,05 yaitu 0,00 sehingga data
dinyatakan variasi antar variabel relatif tidak sama. Berdasarkan hasil analisis
diatas dapat dinyatakan bahwa variasi antar kelompok penelitian relatif tidak
sama.
Pada penelitian ini hasil uji Shapiro Willk homogenitas p<0,05 maka
selanjutnya akan di uji secara non-parametrik menggunakan uji Kruskal Wallis
untuk mengetahui perbedaan antara semua kelompok penelitian. Kriteria hipotesis
pada uji Kruskal Wallis ini adalah H0 ditolak apabila p-value <0,05. Untuk hasil
perbandingan efektifitas penelitian antar semua perlakuan dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut.

Tabel 4.5 Hasil perbandingan efektifitas antar kelompok perlakuan.


Kelompok (mg/dl) ± SD p
Kontrol negatif 47.35 ± 23.56
Kontrol positif 75.20 ± 19.14
P1 65.80 ± 19.78 0.202
P2 61.16 ± 4.22
P3 54.78 ± 18.09
38

*) p≤0,05 (Terdapat perbedaan yang bermakna)

Pada tabel 4.5 terlihat hasil p>0,05 atau sebesar p=0,202 menunjukkan
hipotesis H0 gagal ditolak, sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antar hasil selisih rata–rata kadar TNF-α disemua kelompok, baik kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan yaitu P1, P2, dan P3.
Karena hasil dari p> 0,05 maka uji statistik tidak bisa dilanjutkan ke uji antar
pasang kelompok yaitu uji post hoc turkey. Hasil Penelitian ini didapatkan bahwa
secara statistik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, maupun pemberian
ekstrak beras hitam 100mg/kgBB, 200mg/kgBB, ataupun 400 mg/kgBB tidak
menunjukkan perbedaan signifikan dari hasil kadar TNF-α yang terdeteksi, hal ini
dikarenakan dosis LPS yang diinduksikan pada tikus terlalu kecil untuk
memberikan efek inflamasi. Ada kehawatiran jika pemberian dosis lebih tinggi
seperti 1 mg/kgBB akan memberikan efek sepsis pada tikus, sehingga peneliti
memberikan dosis lebih kecil yaitu 0,5 mg/kgBB. Hal ini mengakibatkan
efektifitas pemberian ekstrak etanol beras hitam selama 14 hari tidak menunjukan
perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol positif.40,41,42
Hasil penelitian sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 menjelaskan mengenai
antioksidan berupa senyawa flavonoid, bixin, norbixin, epifrielinol, lupeol,
steroid, fenolik, tannin, sapoin, alkaloid mempunyai efek terhadap proses
inflamasi dalam menurunkan kadar sitokin proinflamasi dalam darah.3 Penelitian
sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 menjelaskan bahwa kandungan dari beras
hitam berupa antosianin yang tinggi dapat mempengaruhi dari penurunan kadar
TNF-α pada darah, karena memiliki efek neuroprotektan dan imunomodulator
sehingga bisa mengontrol dan mengurangi peroksidase lipid saat terjadi proses
inflamasi, juga hambat memproduksi pro inflamatori mediator, sehingga
menstimulasi sel yang berikatan dengan mediator inflamasi seperti limfosit,
monosit, natural killer cell, neutrofil, makrofag dan monosit.6,14,18 Penelitian
sebelumnya yang dilakukan Kurnia tahun 2017 di dapatkan bahwa dosis beras
hitam 200mg/kgBB efektif dalam mengehasilkan sel imunokonpeten dalam proses
inflamasi.40
39

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pemberian ekstrak etanol beras hitam
dosis 400 mg/kgBB dapat memberikan efek paling efektif dalam menurunkan
kadar TNF-α, walaupun secara statistik hasilnya tidak terdapat perbedaan
bermakna kadar TNF-α dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan
kontrol positif. Faktor yang mungkin bisa menyebabkan penelitian ini tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol negatif dan kontrol positif secara statistik, yaitu karena dosis
LPS yang diinduksikan kurang menyebabkan inflamasi pada tikus karena
penelitian ini menginduksi LPS hanya 1 kali pemberian, sedangkan penelitian
sebelumnya oleh Kurnia 2017 LPS yang diinduksikan 0,5 mg/kgBB dilakukan
sebanyak 3 kali pemberian selama 3 hari, dan penelitian lainnya oleh Rusnedy
2020 didapatkan LPS yang diinduksikan sebanyak 1 mg/kgBB untuk mendapat
tikus yang sepsis, LPS juga merangsang ekspresi gen NF-kB yang mengontrol
produksi sitokin proinflamasi selain TNF-α, tapi juga memproduksi IL-1, IL-6,
juga IFN-ɣ.40,41,42
Faktor lain yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar
TNF-α pada penelitian ini karena dari penelitiaan oleh Yunarti 2007 menyebutkan
bahwa kemampuan tubuh untuk memproduksi TNF-α pada saat terjadi inflamasi
juga tergantung dari kondisi limfosit, monosit dan makrofag. Nutrisi yang
diberikan kepada hewan coba, dari pangan, ataupun dari kondisi masing – masing
hewan coba dalam mengkonsumsi jumlah pangan yang beragam bisa
menyebabkan produksi dari sitokin proinflamasi seperti TNF-α, dan IL-6
menurun.40,43,44 Pengambilan sampel penelitian ini berupa darah yang dilakukan
juga bisa berperan dalan kondisi hasil kadar TNF-α yaitu dari sampel yang sudah
terjadi lisis karena jika sampel plasma terjadi lisis akan mempengaruhi hasil saat
proses pembacaan.45 Waktu pengambilan sampel darah yaitu 24 jam setelah
induksi benda asing, karena TNF-α merupakan respon pertahanan akut tubuh
sehingga mediator yang timbul saat tubuh melakukan proses pertahanan ke 2 saat
respon inflamasi yang bereaksi saat 1 jam setelah paparan benda asing dalam
tubuh.1 dari penelitian sebelumnya menjelaskan kinetika produksi TNF-α akan
mencapai puncak pada 18 jam setelah infeksi virus, dalam 24 jam akan terjadi
40

penurunan kadar TNF-α dan menghilang dalam 96 jam, sedangkan penelitian in


vivo TNF-α di cek 45-60 menit setelah penyuntikan virus, puncaknya 90 menit,
dan akan hilang setelah 3 jam. 46 Pada penelitian sebelumnya juga mendapatkan
bahwa TNF-α meningkat 6 jam setelah injeksi LPS.47

4.4 Keterbatasan Penelitian


1. Peneliti cukup kesulitan untuk mendapatkan hewan penelitian dikarenakan
pandemi kebutuhan akan hewan coba pada bulan tersebut tinggi untuk
penelitian COVID-19.
2. Keterbatasan sediaan lipoplisakarida sebagai bahan penginduksian pada tikus
putih mengakibatkan penelitian tertunda untuk menunggu ketersediaan
lipopolisakarida.
3. Keterbatasan dalam hal teknis penelitian karena peneliti belum terlatih
sehingga pada pengambilan sampel darah diperlukan waktu yang panjang dan
dibutuhkan tenaga ahli, saat pengambilan darah yang tidak berhasil dalam satu
kali pengambilan, saat pembuatan plasma darah terdapat hasil yang lisis.
Selama penelitian berlangsung banyak hal yang bisa berdampak pada hasil
kadar TNF-α, sehingga secara statistik hasil tidak ada perbedaan bermakna.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian ekstrak etanol beras hitam dapat menurunkan kadar TNF-α pada
tikus putih yang diinduksi lipopolisakarida, walaupun secara statistik tidak
bermakna (p>0,05)
2. Dosis 400mg/kgBB ekstrak etanol beras hitam terbukti paling efektif untuk
menurunkan kadar TNF-α pada tikus putih yang diinduksi lipopolisakarida
dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB, walaupun
secara statistik perbedaannya tidak bermakna (p>0,05).

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan :
1. Dilakukan penelitian pendahuluan tentang dosis lipopolisakarida yang paling
efektif meningkatkan kadar TNF-α, namun tidak menimbulkan sepsi pada
tikus.
2. Dilakukan penelitian waktu yang tepat untuk pengambilan sampel darah
setelah induksi lipopolisakarida pada tikus, sebelum terjadi penurunan kadar
TNF-α dalam darah.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Gyuton and Hall: textbook of medical physiology. 12th Editon. Amerika


Serikat: Elsevier; 2011. hal. 423-429.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. edisi VI. Jakarta Pusat: InternaPublishing; 2014. hal.
93-108.
3. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke 12. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018. hal. 265-272.
4. Kim HP, Son KH, Cang HW, Kang SS. Anti-inflammatory palnt Flavonoids
and Cellular Action Mechanisms. Journal of Pharmacological Science 2004;
96: 229-245.
5. Khotimah SN, Muhtadi A. Beberapa Tumbuhan yang Mengandung Senyawa
Aktif Antiinflamasi. Farmaka Universitas Padjadjaran 2016; 14(2): 28-40.
6. Nugraha FE. Perbandingan Ekstrak Beras Hitam dan Ekstrak Daun Teh Hijau
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus yang Diinduksi Aloksan.
2019;33–43
7. Margono DPNH, Suhartono E, Arwati H. Potensi Ekstrak Kelakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) Terhadap Kadar Tumor Necrosis
Factor-Alfa (TNF-α) Pada Mencit BALB/c yang Diinfeksi Plasmodium
berghei ANKA. Jurnal Kedokteran & Kesehatan Universitas Airlangga
Surabaya 2016; 12(1): 77-85.
8. Dewi AC, Ali M, Purnomo H. The Effects os Propolis Extract on Brain TNF-
α Expression, Apoptosis and Necrosis in Rat Model of Traumatic Brain
Injury. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2016; 29(2): 117-124
9. Hernawan E, Mieylani V.Analisis Karakteristik Fisikokimia Beras Putih,
Beras Merah, Dan Beras Hitam (Oryza sativa L., Oryza nivara dan Oryza
sativa L. indica). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 2016; 15(1):79-91.
10. Widyawati PS, Suteja AM, Suseno TIP, Monika P, Saputrajaya W, Liguori C.
Pengaruh Perbedaan Warna Pigmen Beras Organik Terhadap Aktivitas
Antioksidan. AGRITECH 2014; 34(4): 399-406.
11. Datu OS, Sumalong FP. Efek Pemberian Alpha Lipoic Acid pada Endotel
Tikus Putih yang Dinduksi Lipopolisakarida. PHARMACON 2020; 9(1):
2302-2493.
12. Chatterjea MN, Shinde R. textbook of medical biochemistry. 8th Edition. New
Delhi Panama City London: JAYPEE; 2012. p. 211.
13. Sari AK, Ayuchecaria N, Penetapan Kadar Fenolik Total Dan Flavonoid Total
Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmiah
Ibnu Sina 2017; 2(2): 327-335.
14. Hartati FK. Evaluasi Fitokimia, Aktivitas Antioksidan dan Imunomodulator
Beras Hitam (Oriza Sativa L. Indica). Lembaga Penelitian Universitas
DR.Soetomo 2018; 14-38

43
44

15. Sonia S. Pengaruh Ekstrak Flavonoid Daun Tembakau Kasturi Terhadap


Ekspresi TOLL-LIKE RECEPTOR 4 Pada Kultur Sel Osteoblas Yang Dipapar
Lipopolisakarida. Digital Repository Universitas Jember 2017: 10-11.
16. Arianto AT. Pengaruh Pemberian Ketamin Intravena Terhadap Indeks
Apoptosis Limfosit Lien Mencit Balb/c yang Terpapar Lipopolisakarida.
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis 1 Anastesiologi Universitas Diponegoro 2009: 6-8.
17. Nugroho TE, Harahap MS, Jatmiko HD. Pengaruh Simvastatin Terhadap
Kadar Nitric Oxide Makrofag Mencit Balb/C yang Diberi Lipopolisakarida.
Jurnal Anestesiologi Indonesia 2012; 4(3): 145-154.
18. Alfaridz F, Amalia R. Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari Senyawa
Aktif Flavonoid. Farmaka Universitas Padjadjaran 2018; 16(3): 1-9.
19. Dahlia S. Pengaruh Pemberian Dekok Beras putih, Beras Merah dan Beras
Hitam Terhadap Efek Hiperglikemi pada Mencit Putih Jantan Galur Swiiss
Webster. 2019; 5-11.
20. Adhi, R K. Pertumbuhan Padi Hitam Varietas Wojalaka Yang Dibudidayakan
Dengan Sistem Tanam Banjar. Widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian
Binuang, Kalimantan Selatan 2017; 3(1) : 19-24.
21. Siregar, Zuliyanti A. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi
Hitam (Oriza Sativa L. Indica). Repositori Departemen agroekoteknologi
Universitas Sumatra Utara 2019; 1: 1-13.
22. Kurniasih NS, Susandarini R, Susanto FA, Nuringtyas TR, Jenkins G, dkk.
Charaterization of Indonesian Pigmented Rice (Oryza sativa) Based on
Morphology and Singel Nucleotide Polymotphisms. Biodiversitas 2019; 20:
1208 – 1214.
23. Mangiri J, Mayulu N, Kawengian SES. Gambaran Kandungan Zat Gizi Pada
Beras Hitam (Oriza Sativa L. Indica) Kultivar Pare Ambo Sulawesi Selatan.
Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia Komisariat Manado Fakultas
Kedokteran UNSRAT 2016; 4(1).
24. Muktisari RD, Hartati FK. Analisis Aktivitas Antioksidan Pada Beras Hitam
dan Tepung Beras Hitam (Oriza Sativa L. Indica). Food Science and
Technology Journal 2018; 1(1): 20-27.
25. Kumar S, Pandey AK. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids. The
Scientific World Journal 2013; 2013: 1-16.
26. Vijay D, Roy B. Breeding. Biotechnology and Seed Productin of Field Crops.
1st ed. Delhi: New India Publishing Agency New Delhi; 2013. p. 76 – 78.
27. Nuryani. Potensi Substitusi Beras Putih dengan Beras Merah sebagai
Makanan Pokok untuk Perlindungan Diabetes Melitus. Media Gizi
Masyarakat Indonesia 2013; 3(3): 157-168.
28. Priska M, Peni N, Carvallo L, Ngapa YD. Review: Antosianin dan
Pemanfaatannya. Ckra Kimia Indonesian E-journal of Applied Chemistry
2018; 6: 79 – 97.
29. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical
Microbiology. 23th Ed. New York : The McGraw-Hill Companies,inc 2004.
hal. 1-273.
45

30. Kharisma I, Indraputri RS, Pertiwi A, Ichsani SIF, Saputri D, Faras A. Risalah
Mikrobiologi. 1th Ed. Surakarta : Lab Mikrobiologi UNS 2013. hal. 47-52.
31. Myint SH, Klivington S, Maggs A, Swann RA. Medical Microbiology made
memorable. 1th Ed .London :  Churchill Livingstone Elsevier 1999. p. 20-21.
32. Febriza A, Natzir R, Hatta M, As’ad S, Budu, Kaelan C, Kasim VN, Idrus
HH. The role of IL-6, TNF-a And VDR Ni inhibiting The growth of salmonela
thypi : invivo Study. The Open Microbiology Journal 2020; 14: 65-71.
33. Hau J, Gerald L. Handbook of Laboratory Animal Science III. In Animal
Models. 2nd edition. New York: CRC Press; 2003.
34. Fox J G, Barthold S W, Davidson M T, et all. The Mouse in Biomedical
Research. 2nd edition. Berlington California London: Elsevier; 2007.
35. Ellenbroek B, Youn J. Rodent Models In Neuroscience Research : is it a rat
race?. The Company od Biologists 2016; 9: 1079-1089.
36. Pinontoan AR. Pengaruh Pemberian Ektrak Beras Hitam (Oryza sativa L)
terhadap kadar low Density lipoprotein pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus)
yang Diberi Diet Prodislipidemi. Jurnal Anastasia Rosalin Pinotoan
Universitas Sam Ratulangi 2015; 2:
37. Salmon AR, Kawengian SES, Kawatu PAT. Efek Protektif Ekstrak beras
Hitam (Oryza sativa L) Terhadap Pemberian Sel Busa Pada Tikud Wistar
(Rattus novergicus) yang Diberi Diet Prodislipidemia. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 2015; 4(2): 1-7.
38. Laurence and Bacharach, 1964, Evaluation of Drug Activities
Pharmacometrics, cit: Ngatidjan, 1990, Metode Laboratorium dalam
Toksikologi, reviewer: Hakim, L., Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
39. Mybiosourch. Mouse TNF Alpha ELISA kit User Manual. California Amerika:
Mybiosourch 2007.
40. Hartanti FK, Widjanarko SB, Widyaningsih TD, RIfa’I M. Antiinflammatory
evaluation of black rice extract inhibits TNF-α, IFN-ɣ, and IL-6 cytokines
produced by immunocompetent cells. Food and Agricultur immunology
2017;28 (6): 1116-1125.
41. Datu OS, Sumalong FP. Efek Pemberian Alphalipoic Acid Pada Endotel Tikus
Putih Yang Diinduksi Lipopolisakarida. PHARMACON 2020; 9(1):126-131.
42. Rusnedy R. Uji Antioksidan Campuran Buah Kelapa Muda Dan Air Perasan
Jeruk Purut Sebagai Imunonutrisi Pada Tikus Terinduksi Sepsis. Riset
Informasi Kesehatan 2020;9(2):134-142.
43. Yunarti. Pengaruh polyphenols the hijau terhadap kapasitas produksi TNF-α
oleh sel Mononuklear darah tepi pada penderita karsinoma nasofaring yang
mendapat radioterapi. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Dipenogoro 2007:
79-94.
44. Winarsih S, Santosa PA, Derisna AG. Pengaruh Vaksin Heat killed
Salmonella typhimurium terhadap kadar tumor necrosis factor alpha (TNF-α)
serum pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi lemak. JFLS
2017;1(2):57-63.
45. ELISA cloud clone : instruction manual 12th edition. USA : Cloud-clone corp;
2021. hal. 1-9.
46

46. Nurwati I, Marsetyawan HNES, Sutaryo. Kinetika produksi tumor necrosis


factor alfa (TNF-α) pada kultur sel endotel yang diinfeksi virus dengue
serotype 2 dan 3. Sains Kesehatan 2003; 16(1) : 42-49.
47. Zhao S, et all. The concentration of tumor necrosis facor–α determines its
protective or damaging effect on liver injury by regulating Yap activity. Cell
death Differentiation association 2020 ; 10(70) : 1-13.
48. Sengupta P. The laboratory Rat: Relating its age with human’s. International
Journal of Preventive Medicine 2013;4(6):624-630
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Etik Penelitian

43
44

Lampiran 2. Tabel Konversi Dosis


Tabel 2.2 Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence dan
Bacharach, 1964)
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 187,9

Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0


Marmot 400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,1 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
45

Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Sampel


Penentuan jumlah sampel didapat dari rumus Federer, yaitu:

Keterangan :
r = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
46

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Beras Hitam


1. Kelompok perlakuan 1 : ekstrak etanol beras hitam 100 mg/kgBB
Dosis : 0,1 gram x 200 gram = 20 mg/ekor
Pengenceran : untuk 1 kelompok : 5 ekor x 1 ml = 5 ml
: 20 mg x 5 ml = 100 mg/hari
2. Kelompok perlakuan 2 : ekstrak etanol beras hitam 200 mg/kgBB
Dosis : 0,2 gram x 200 gram = 40 mg/ekor
Pengenceran : untuk 1 kelompok : 5 ekor x 1 ml = 5 ml
: 40 mg x 5 ml = 200 mg/hari
3. Kelompok perlakuan 3 : ekstrak etanol beras hitam 400 mg/kgBB
Dosis : 0,4 gram x 200 gram = 80 mg/ekor
Pengenceran : untuk 1 kelompok : 5 ekor x 1 ml = 5 ml
: 80 mg x 5 ml = 400 mg/hari
4. Total pemberian ekstrak etanol beras hitam untuk semua kelompok
perlakuan per-hari sebanyak 100 mg + 200 mg + 400 mg = 700 mg.
5. Total pemberian ekstrak etanol beras hitam untuk semua kelompok
perlakuan dalam 14 hari pemberian sebanyak 700 mg x 14 hari = 9800 mg
atau 9,8 gram.
47

Lampiran 5. Perhitungan Dosisi Induksi Lipopolisakarida


Induksi Lipopolisakarida 0,5 mg/kgBB
Dosis : 0,005 gram x 200 gram = 0,1 mg/ml
Pengenceran : untuk 4 kelompok : 20 ekor x 1 ml = 20 ml
: 0,1 mg/ml x 20 ml = 2 mg
48

Lampiran 6. Tabel Hasil Absorbansi TNF-α Plasma Tikus Setiap


Kelompok
Tabel Hasil absorbansi TNF-α plasma tikus tiap kelompok
Kontrol Kontrol
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Tikus Negatif Positif
1 (P1) 2 (P2) 3 (P3)
(K1) (K2)
1. 0,169 0,201 0,216 0,195 0,197
2. 0,213 0,197 0,219 0,194 0,199
3. 0,180 0,205 0,183 0,204 0,193
4. 0,173 0,228 0,189 0,215 0,190
5. 0,208 0,233 0,216 0,198 0,197
Rerata 0,188 0,212 0,204 0,200 0,195
49

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Kadar TNF-α Setiap Kelompok


Gambar kurva linier dari hasil standart ELISA.

Cara perhitungan kadar TNF-α dengan kurva linier standart :


Kadar TNF-α : y = 1160.4x – 171.73
Keterangan :
y = konsentrasi TNF-α sampel
x = hasil absorbansi TNF-α sampel

Tabel hasil kadar TNF-α plasma tikus tiap kelompok.


Kontrol Kontrol
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Tikus Negatif Positif
1 (pg/ml) 2 (pg/ml) 3 (pg/ml)
(pg/ml) (pg/ml)
1. 24,377 61,510 78,916 54,548 56,868
2. 75,435 56,868 82,397 53,387 59,189
3. 37,722 66,152 40,623 65,571 52,227
4. 29,599 92,841 48,165 73,694 48,746
5. 69,633 98,643 78,916 58,609 56,868
Rerata 47,353 75,203 65,803 61,162 54,780
50

Lampiran 8. Hasil Uji statistik


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistik df Sig.

KontrolNegatif .265 5 .200* .852 5 .201

KontrolPositif .282 5 .200* .851 5 .198

P1 .346 5 .050 .791 5 .069

P2 .218 5 .200* .909 5 .461

P3 .290 5 .197 .914 5 .493

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Dosis_Ekstrak

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper


N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum

1.00 5 47.2528 23.61528 10.56107 17.9306 76.5750 24.38 75.44

2.00 5 75.2052 19.14213 8.56062 51.4371 98.9733 56.88 98.64

3.00 5 65.8034 19.77621 8.84419 41.2480 90.3588 40.62 82.40

4.00 5 61.1618 8.47354 3.78948 50.6405 71.6831 53.39 73.69

5.00 5 54.7796 4.21562 1.88528 49.5452 60.0140 48.75 59.19

Total 25 60.8406 18.12145 3.62429 53.3604 68.3207 24.38 98.64

Test of Homogeneity of Variances

Dosis_Ekstrak

Levene Statistik df1 df2 Sig.

11.252 4 20 .000
51

T-Test (Kontrol negativ vs kontrol positif)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
-
s variances .035 .856 8 .195 -25.99280 18.39740 -68.41727 16.43167
1.413
assumed

Equal
variances -
    7.495 .198 -25.99280 18.39740 -68.91994 16.93434
not 1.413
assumed

T-Test (Kontrol negatif vs P1)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances .356 .567 -.601 8 .564 -12.76420 21.23254 -61.72654 36.19814
assumed

Equal
variances
    -.601 7.976 .564 -12.76420 21.23254 -61.75173 36.22333
not
assumed
52

T-Test (Kontrol negatif vs P2)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances .201 .666 -.535 8 .607 -9.74720 18.21357 -51.74777 32.25337
assumed

Equal
variances
    -.535 7.399 .608 -9.74720 18.21357 -52.34951 32.85511
not
assumed

T-Test (kontrol negatif vs P3)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances .392 .549 -.354 8 .732 -7.65840 21.62403 -57.52349 42.20669
assumed

Equal
variances
    -.354 7.938 .732 -7.65840 21.62403 -57.59123 42.27443
not
assumed

T-Test (Kontrol Positif vs P1)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal 1.776 .219 .694 8 .507 13.22860 19.05181 -30.70496 57.16216
s variances
assumed
53

Equal
variances
    .694 7.300 .509 13.22860 19.05181 -31.44862 57.90582
not
assumed

T-Test (Kontrol positif vs P2)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances .202 .665 1.040 8 .329 16.24560 15.61681 -19.76683 52.25803
assumed

Equal
variances
    1.040 7.994 .329 16.24560 15.61681 -19.77161 52.26281
not
assumed

T-Test (Kontrol positif vs P3)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances 1.631 .237 .941 8 .374 18.33440 19.48715 -26.60306 63.27186
assumed

Equal
variances
    .941 7.171 .377 18.33440 19.48715 -27.52383 64.19263
not
assumed

T-Test (P1 vs P2)


Independent Samples Test

  Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval


54

of the Difference

tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances 2.029 .192 .160 8 .877 3.01700 18.87436 -40.50736 46.54136
assumed

Equal
variances
    .160 7.196 .877 3.01700 18.87436 -41.36867 47.40267
not
assumed

T-Test (P1 vs P3)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances .006 .943 .230 8 .824 5.10580 22.18346 -46.04935 56.26095
assumed

Equal
variances
    .230 7.991 .824 5.10580 22.18346 -46.05970 56.27130
not
assumed

T-Test (P2 vs P3)


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval


of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
  F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

dosi Equal
s variances 1.952 .200 .108 8 .917 2.08880 19.31370 -42.44868 46.62628
assumed

Equal
variances
    .108 7.063 .917 2.08880 19.31370 -43.49839 47.67599
not
assumed
55
56

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian


Penempatan Kandang
Sesuai Kelompok
Penelitian

Pengenceran Ekstrak
Etanol Beras Hitam
57

Pemberian Ekstrak
Secara Oral Pada
Tikus
58

Pengenceran LPS
Merk Siigma Dengan
Nacl 0,9%
59

Penginduksian LPS
Secara Intraperitoneal
60

Pengambilan Darah
Tikus Melalui Vena
Orbita
61

Proses Sentrifugasi
Darah Tikus Untuk
Mengambil Plasma
Darah.
62

Pengambilan Plasma
Darah

Persiapan alat dan


bahan pemeriksaan
TNF-α menggunakan
ELISA kit
63
64

Proses pemeriksaan
kadar TNF-α
menggunakan ELISA
kit
65

Proses Pembacaan
Absorbansi Kadar
TNF-α
66
67
68

Lampiran 10. Surat Keterangan Laboratorium Hewan FK UNJANI

Anda mungkin juga menyukai