SKRIPSI
Oleh
Raudah Jala Dara
4111171010
NIM : 4111171010
Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Henny Juliastuti, dr., M.Kes Drh. Lia Siti Halimah, drh., M.Si
NID. 412164370 NID. 412181657
Mengetahui
Yudith Yunia Kusmala, dr., M.Kes., Sp.PD Dr. Welly Ratwita, dr., M.Kes
NID. 412139771 NID. 412165880
i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam usulan
penelitian ini terkandung ciri–ciri plagiat dan bentuk–bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar aturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza Sativa L. Indica) terhadap Kadar TNF-α
pada Tikus Putih yang Diinduksi Lipopolisakarida
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Universitas Jenderal Achmad Yani berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasinya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin selama tetap
mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
iii
ABSTRAK
Inflamasi adalah peradangan saat tubuh mengalami cedera pada jaringan baik
karena trauma fisik, kimia, penyakit, dan lain-lain. Proses inflamasi ditandai
dengan meningkatnya pengeluaran mediator sitokin inflamasi dalam darah yaitu
TNF- α, IL-1, dan IL-6. TNF-α merupakan mediator yang akan dikeluar pertama
kali saat terjadi inflamasi. Antosianin yang tinggi terkandung dalam beras hitam
merupakan jenis antioksidan yang berfungsi sebagai imunomodulator saat terjadi
proses inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak
beras hitam terhadap penurunan kadar TNF-α & mengetahui dosis efektif dari
pemberian ekstrak beras hitam terhadap penurunan kadar TNF-α. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian posttest-only
with Control group design, menggunakan tikus galur wistar yang dibagi menjadi 5
kelompok yaitu, kelompok kontrol negatif (K1), kontrol positif (K2), perlakuan
1,2, dan 3 yang diberian ekstrak etanol beras hitam sebanyak 100mg/kgBB (P1),
200mg/kgBB (P2), dan 400mg/kgBB (P3). Induksi lipopolisakarida 0,5mg/kgBB
dilakukan setelah 14 hari pemberian perlakuan, dan pengambilan sampel darah
dilakukan 24 jam setelah diinduksi LPS. Hasil rerata kadar TNF-α didapatkan
kelompok K2 paling besar dengan 75,2 pg/mL, kelompok K1 paling rendah
sebesar 47,35 pg/mL, dan diantara kelompok perlakuan didapatkan kelompok P3
mendapat hasil paling rendah yaitu 54,78 pg/mL. Hasil analisis data menggunakan
uji Kruskal Wallis di dapatkan hasli p=0,202 (p>0,05), hal ini menunjukan tidak
terdapat perbedaan bermakna kadar TNF-α disemua kelompok penelitian.
Kesimpulan penelitian ini ekstrak etanol beras hitam dapat menurunkan kadar
TNF-α tikus yang induksi lipopolisakarida, walupun secara statistik tidak
bermakna (p>0,05). Sedangkan dosis yang paling efektif ekstrak etanol beras
hitam menurunkan kadar TNF-α tikus adalah 400mg/kgBB.
iv
ABSTRACT
Inflammation is when the body experiences injuries to tissues because physical
trauma, chemical, disease, etc. The inflammatory process is characterized by
increased inflammatory cytokine mediators in the blood, namely TNF-α, IL-1, and
IL-6. TNF-α is a mediator that will be released first when inflammation occurs.
The high anthocyanin contained in black rice is a type of antioxidant that
functions as an immunomodulator when an inflammatory process occurs. This
study used an experimental method used a posttest-only with Control group
design planned for 23 days, using white rats divided into 5 groups, namely,
negative control group (K1), positive control (K2), treatment 1,2, and 3 by giving
black rice ethanol extract as much as 100mg / kgBW (P1), 200mg / kgBW (P2),
and 400mg / kgBW. lipopolysaccharide was induced after 14 days of treatment,
and blood sampling was carried out 24 hours after being induced by LPS. The
average result of TNF-α levels was that the K2 group was the biggest with 75.2
pg/mL, the K1 group had the lowest at 47.35 pg / mL, and among the treatment
groups the P3 group got the lowest result at 54.78 pg / mL. The results of data
analysis using the Kruskal Wallis test showed p = 0.202 (p> 0.05), this shows
that there was no significant difference in TNF-α levels in all study groups. The
conclusion of this study, black rice ethanol extract can reduce TNF-α levels of
lipopolysaccharide-induced rats, although it is not statistically significant (p>
0.05). Meanwhile, the most effective dose of black rice ethanol extract in reducing
TNF-α levels in rats was 400mg / kgBW.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat, dan karunia-Nya telah memberikan petunjuk, kemudahan dan kekuatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan naskah usulan proposal penelitian
yang berjudul “Efek Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza sativa L. indica)
Terhadap Kadar Tnf-α Pada Tikus Putih Yang Diinduksi Lipopolisakarida”.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, memberi
masukan, mendukung, dan membimbing penulis selama proses penyusunan
naskah usulan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan beserta staf, dan Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Achmad Yani
2. Dr. Henny Juliastuti, dr., M.Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, pengarahan, bimbingan dan saran dalam menyusun
naskah usulan proposal penelitian ini.
3. Lia Siti Halimah, drh., M.Si sebagai dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan masukan, pengarahan, bimbingan dan saran dalam
menyusun naskah usulan proposal penelitian ini.
4. Ayah, Ibu, dan Rofiq Maulana Sandi, selaku keluarga dari penulis yang selalu
memberi dukungan, motivasi dan doa.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam
penulisan naskah usulan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar pada saat pelaksanaan
serta penulisan laporan penelitian kelak dapat menjadi lebih baik.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
ABSTRACT............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitia...........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitia..........................................................................................5
1.4.1 Manfaat Akademis...................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................5
1.4.2.1. Bagi Masyarakat.................................................................................5
1.4.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Inflamasi.......................................................................................................6
2.1.1 Definisi....................................................................................................6
2.1.2 Mekanisme..............................................................................................7
2.2 Tumor Necrosis Factor – α (TNF- α)...........................................................8
vii
2.2.1 Definisi....................................................................................................8
2.2.2 Mekanisme Terhadap Tubuh...................................................................8
2.3 Beras (Oryza sativa).....................................................................................9
2.3.1. Taksonomi Tanaman Beras.....................................................................9
2.3.2. Morfologi dan Karakteristik Beras........................................................10
2.3.3. Kandungan Beras Putih, Beras Merah, dan Beras Hitam......................11
2.3.4. Flavonoid terhadap Inflamasi................................................................13
2.4 Lipopolisakarida.........................................................................................15
2.4.1. Struktur Lipopolisakarida......................................................................15
2.4.2. Mekanisme Lipopolisakarida................................................................16
2.4.3. Salmonella typhii...................................................................................17
2.5 Tikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus)...........................................18
2.5.1. Morfologi dan Karakteristik..................................................................18
2.5.2. Konversi Pemberian Beras Hitam pada Tikus Putih.............................19
2.6 Kerangka Pemikiran...................................................................................20
2.7 Premis Penelitian........................................................................................21
2.8 Hipotesis.....................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23
3.1. Rancangan Penelitian.................................................................................23
3.2. Objek Penelitian Ekstrak Beras Hitam.......................................................23
3.2.1. Kriteria Inklusi.......................................................................................23
3.2.2. Kriteria Eksklusi....................................................................................23
3.3. Subjek Penelitian........................................................................................23
3.3.1. Kriteria Inklusi.......................................................................................23
3.3.2. Kriteria Eksklusi....................................................................................24
3.3.3. Kriteria Drop Out..................................................................................24
3.4. Jumlah Sampel...........................................................................................24
3.5. Variabel Penelitian.....................................................................................25
3.6. Definisi Operasional...................................................................................25
3.7. Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................25
3.8. Prosedur Penelitian.....................................................................................26
viii
3.8.1. Persiapan Penelitian...............................................................................26
3.8.2. Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Beras Hitam.......................................26
3.8.3. Penentuan Dosis Ekstrak Etanol Beras Hitam.......................................26
3.8.4. Penentuan Dosis Induksi Lipopolisakarida...........................................27
3.8.5. Cara Perlakuan.......................................................................................28
3.8.4. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar TNF-α Darah Tikus.........29
3.8.5. Alur Penelitian.......................................................................................31
3.9. Analisis Data..............................................................................................32
3.10. Aspek Etik Penelitian.................................................................................32
3.11. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................33
3.12. Jadwal Penelitian........................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................35
4.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Beras Hitam terhadap Kadar TNF-α...35
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian.......................................................................35
4.3 Keterbatasan Penelitian.................................................................................40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................41
5.1 Simpulan........................................................................................................41
5.2 Saran..............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................4
LAMPIRAN..........................................................................................................43
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
paling tinggi dibandingkan varietas beras putih maupun beras merah.10 Kandungan
antosianin yang tinggi diberas hitam berfungsi sebagai antioksidan tambahan bagi
tubuh, juga sebagai antibodi tambahan yang dapat menetralisir TNF-α sehingga
dapat menekan terjadinya aktivasi sel endotel saat inflamasi. Beras hitam dipilih
karena memiliki nilai kekerasan beras terendah, kandungan serat paling tinggi,
kandungan gula reduksi terendah, dan kadar antosianin paling tinggi 2,9,11
Antosianin yang tinggi terkandung dalam beras hitam merupakan salah
satu golongan flovanoid. Flovanoid sendiri merupakan salah satu jenis antioksidan
yang didapat secara alami, yang mempunyai digunakan untuk mengontrol dan
kurangi peroksidasi lipid di dalam tubuh, juga sebagai imunomodulator yang
mempengaruhi saat terjadi proses inflamasi. Flavonoid memiliki fungsi sebagai
antioksidan, antikanker, hipoglikemia, sifat bakteriosid, antimetik, antihelmintik,
antiasmatik, analgeik, antimikroba, dan efek sebagai antiinflamasi. 6,12,13 Penelitian
sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 didapatkan bahwa pemberian dosis efektif
ekstrak etanol beras hitam sebanyak 200 mg/KgBB pada tikus dapat
menghasilkan jumlah relatif sel imunokompeten yang berproliferasi yang besar,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian ekstrak
maka semakin tinggi jumlah relatif imunokompetan yang berproliferasi sehingga
membantu saat terjadi proses inflamasi. Efek imunomodulasinya berupa
terstimuasinya fagositosis, aktivasi makrofag, peningkatan imunoglobulin spesifik
dan peningkatan sel darah putih.6,14
Lipopolisakarida adalah komponen terbesar di bagian membran luar dari
bakteri gram-negatif, atau sebagai Pathogen-Associated Molecular Patterns
(PAMPs). Lipopolisakarida mempunyai lapisan dari luar ke dalam, yaitu antigen
O, inti, dan lipid A. Lipopolisakarida adalah faktor untuk media respon imun
bawaan bakteri, sehingga menjadi mediator inflamasi yang menginduksi sel host
berupa makrofag untuk mensekresi mediator berupa sitokin inflamasi seperti
factor necrosis tumor-α (TNF-α), interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6).15,16
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arianto tahun 2009, Nugroho tahun
2012, Sonia tahun 2017, dan Olive,dkk. tahun 2020 didapatkan bahwa dengan
diinduksi LPS dapat menyebabkan terjadinya inflamasi dengan pengeluaran
4
2.1 Inflamasi
2.1.1 Definisi
Inflamasi adalah respon sel darah putih di dalam tubuh dalam memproteksi
terhadap adanya patogen yang masuk seperti bakteri, virus dan jamur. Inflamasi
diawali saat patogen masuk ke tubuh menyebabkan adanya infeksi atau rusaknya
jaringan, sehingga terjadi proteksi dengan dilepasnya sel darah putih ke aliran
darah. Tubuh akan merespon patogen sehingga diharapkan patogen penyebab
infeksi dapat disingkirkan dan dibersihkannya sel-sel neurotik dan jaringan yang
rusak akibat adanya inflamasi.1,4 Pertahanan pertama saat terjadinya inflamasi
dalam tubuh, dilakukan oleh makrofag, jaringan yang terjadi dalam waktu
beberapa menit setelah terjadi inflamasi pada jaringan. Terdapat pertahanan kedua
yang dilakukan oleh tubuh saat terjadi inflamasi yaitu dengan terjadinya invasi
neutrofil ke jaringan yang mengalami cedera, invasi neutrofil terjadi dalam waktu
sekitar satu jam pertama, terjadi invasi karena sitokin inflamasi contohnya Factor
Necrosis Tumor-αlpha (TNF-α), interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) yang di
produksi oleh jaringan yang cedera memicu reaksi. Pertahanan ketiga yaitu invasi
makrofag kedua ke jaringan yang cedera, dan pertahanan keempat adalah dengan
terjadinya peningkatan produksi granulosit dan monosit oleh sumsum tulang yang
memerlukan waktu 3-4 hari.1
Inflamasi akut bisa ditandai dengan adanya gejala kemerahan (rubor), panas
(kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi pada organ yang
terkena (functiolaesa). Mediator yang dikeluarkan saat inflamasi akan
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan aliran darah sehingga
timbul kemerahan dan panas di lokasi terjadinya infeksi. Mediator juga
menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menyebabkan
perpindahan bahan kimiawi ke jaringan dan timbul adanya edema. Mediator juga
6
7
merangasang saraf, sehingga timbul rasa nyeri, dan menarik fagosit terutama
neutrofil ke bagian jaringan yang terjadi infeksi.2,4
2.1.2 Mekanisme
Inflamasi akut diawali saat sel–sel yang ada di dalam jaringan tubuh seperti
makrofag, sel dendritik, histosit, sel kufer dan mastosit. Sel–sel tersebut memiliki
reseptor di bagian permukaan selnya atau disebut pattern recognition reseptor
(PRR), yang nantinya akan berikatan dengan patogen, sehingga nantinya patogen
akan dikenali sebagai benda asing. Makrofag yang nantinya berikatan dengan
patogen akan timbul respons dengan pengeluaran mediator berupa histamin,
bradikinin, serotonin, leukotrin dan prostaglandin, sehingga dapat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, meningkatnya aliran darah, merangsang saraf
sehingga timbul nyeri, dan menarik fagosit terutama neutrofil. Neutrofil akan
melepaskan faktor–faktor sehingga dapat mengatur pengeluaran leukosit dan
limfosit. Inflamasi akut memiliki reaksi imunitas yang terjadi dengan cepat, bisa
timbul dalam beberapa jam hingga hari, jika inflamasi ini terus berlanjut dan
menetap hingga beberapa minggu dapat menjadi inflamasi yang kronik.2,4
Inflamasi akut akan terjadi awal dengan pengeluaran sel di 6 jam awal
terjadinya infeksi, dengan pengeluaran sel utama yaitu netrofil. Netrofil akan
meningkat dalam aliran darah, netrofil nantinya akan berikatan dengan sel
endotel. Saat patogen menempel dipermukaan reseptor makroga, makrofag akan
mengeluarkan mediator sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, dan high-
mobility group protein 1 (HMGB1) sebagai respon imunitas spesifik. Mediator–
mediator inflamasi yang dilepaskan seperti TNF-α dan IL-1 menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga timbul kemerahan dan panas, peningkatan
permeabilitas sehingga timbul edem dan infiltrasi vaskuler. Sel fagosit di aliran
darah berguna untuk menyingkirkan patogen dan jaringan nekrosis karena adanya
infeksi atau cedera, yang nantinya fagosit akan mengeluarkan enzim, radikal
bebas amnion superoksin dan oksida nitrit yang berfungsi menghancurkan
makromolekul. Patogen didalam tubuh gagal dieliminasi maka inflamasi akan
menjadi kronik.2,4
8
Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan varietas beras yang paling banyak
dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia. Beras putih banyak
dimanfaatkan dengan diolah menjadi nasi, dan sebagai sumber pangan bebas
gluten. Penelitian sebelumnya oleh Hernawan tahun 2016 didapatkan bahwa
meningkatnya konsumsi beras putih berkaitan dengan meningkatnya risiko
diabetes tipe 2, karena memiliki kandungan aleurin sedikit, dan amilosa yang
cukup tinggi sekitar 20%.9
Beras merah (Oryza nivara) merupakan varietas beras yang memiliki manfaat
kesehatan yang baik dibanding beras putih, sehingga banyak dikonsumsi di
Indonesia setelah beras putih. Beras merah memiliki kandungan antosianin
berpigmen merah pada bagian pericarp, dan pada bagian gabahnya, yang
berfungsi sebagai antioksidan.9
Beras hitam (Oryza sativa L. Indica) merupakan varietas beras lokal yang
memiliki pigmen warna merah-biru-ungu yang pekat sehingga menyerupai warna
hitam, seperti pada gambar 2.1. Padi hitam ini banyak dibudidaya di Cina,
Srilangka, Indonesia, India, Filipina dan Thailand. Petani diIndonesia
membudidayakan padi hitam di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, dan Sulawesi Selatan.20
Padi hitam merupakan tanaman semusim, yang hanya diproduksi sekali dalam
1 tahun, hal ini dikarenakan setelah menghasilkan beras, padi akan langsung mati.
Padi memiliki bagian vegeratif berupa akar, batang, dan daun, dan bagian
generatif yaitu butir-butir padi. Padi juga termasuk family Graminae karena
memiliki batang yang berbentuk seperti ruas–ruas atau berbuku–buku. Padi
memiliki akar berbentuk serabut yang berwarna kecoklatan jika padi telah dewasa.
Daun tanaman padi memiliki ciri yang khas yaitu seperti ada sisik dan daun
telinga, juga tersusun secara selang–seling. Bagian butir–butir padi berada di
cabang pertama dan kedua dari batang, dan bagian malai / bunga padi berada pada
ruas buku terakhir dari batang padi.21,22
Karakteristik dari fisikokimia beras mempengaruhi dalam proses pengolahan
beras, dan nilai rasa dari nasi yang dihasilkan. Karakteristik dari kekerasan beras
yaitu sifat daya tahan beras terhadap tekanan untuk beras putih didapatkan sebesar
11
6,75 KgF, beras merah 6,57 KgF, dan beras hitam memiliki nilai kekerasan
terendah sebesar 6,00 KgF. Nilai Berat butir beras untuk beras putih sekitar 18,03
gram, beras merah 15,7 gram dan beras hitam sekitar 1,411 gram, sehingga untuk
berat butir beras terendah dimiliki varietas beras hitam.9
2.4 Lipopolisakarida
2.4.1. Struktur Lipopolisakarida
15
Bakteri gram negatif memiliki lapisan dinding dari luar ke dalam seperti pada
gambar 2.4 yaitu lipopolisakarida, membran luar, lipoprotein, periplasma, dan
membran dalam. Lipoprotein memiliki komponen lipid, 57 asam amino, dan
memiliki jumlah protein terbanyak pada sel bakteri gram negatif, memiliki fungsi
untuk menstabilkan membran luar dan perlekatan dengan peptidoglikan. Lapisan
membran luar memiliki struktur ganda yaitu membran sitoplasma dan fosfolipid,
memiliki molekul protein porin yang membuat terjadinya difusi pasif komponen
hidrofilik dengan berat jenis rendah seperti gula, asam amino, dan ion.
Lipopolisakarida merupakan struktur dinding sel pada lapisan luar dari bakteri
gram negatif, bersifat endotoksin dikarenakan ikatan yang kuat pada permukaan
sel bakteri dan dilepaskan saat sel mengalami lisis. Lipopolisakarida mempunyai
suprastruktur untuk membangun integrasi struktur bakteri dan sebagai
perlindungan kepada bakteri terhadap sistem imunitas sel host. Lipopolisakarida
berperan sebagai pengatur permeabilitas membran, perlindungan dan penghalang
untuk masuknya komponen berbahaya kedalam sel bakteri, dan sebagai
pertahanan bakteri di lingkungan yang ekstrim, sehingga bersifat tahan panas, dan
mempunyai berat molekul sekitar 300 – 5000, dan dapat diekstraksi dengan fenol-
air. Lipopolisakarida melekat pada bagian membran luar sel bakteri dengan ikatan
hidrofobik, LPS ini disintesis di bagian membran sitoplasma dari bakteri, yang
kemudian akan ditransport ke bagian luar dari struktur bakteri.29,30,31
Komponen dari LPS terdiri dari lipid A, inti lipopolisakarida, dan antigen
spesifik O. Lipid A merupakan rangka gugus hepatosa dan fosfat, rangka gugus
ini akan dihubungkan dengan lipid melalui KDO (asam 2-keto-3-deok-siktonat),
sehingga lipid dapat terhubung dengan peptidoglikan melalui ikatan glikosida,
karena adanya ikatan antara lipid A dengan KDO ini dapat menyebabkan bakteri
bersifat toksisitas secara primer. Inti dari polisakarida secara kimiawi berbentuk
N-Asetilglukossamin, glukosa, galaktosa, dan hepatosit. Komponen antigen
spesifik O merupakan bagian paling luar dari lipopolisakarida, bagian ini resisen
terhadap panas, alkohol, dan dapat dideteksi melalui adanya aglutinasi bakteri.
Antigen O mempunyai komponen kompleks yang merupakan kombinasi
16
oligosakarida sebagai penentu dari hapten tipe bakteri secara spesifik, antigen ini
bereaksi terhadap antibodi IgM.29,30
antigen Vi. Bakteri ini memiliki dinding sel dengan kandungan 3 komponen yang
berada diluar dari lapisan peptidoglikan yaitu berupa lipoprotein, membrane luar,
dan lipopolisakarida. Lipopolisakarida pada dinding selnya terdiri dari lipid
kompleks atau disebut lipid A, sebagai tempat melekatnya polisakarida melalui
ikatan hidrofobik. Saat sel lisis dan LPS pecah menjadi polisakarida dan lipid A,
nantinya seluruh sifat toksisitasnya akan berikatan ke lipid A. Saat bakteri
Salmonella typhii kehilangan antigen H maka bakteri menjadi non-motil, jika
antigen Vi yang hilang sebagian atau seluruhnya maka akan terjadi respon
transduksi, dan jika antigen O hilang maka bakteri akan terjadi perubahan dalam
bentuk koloni kasar. Pencegahan dan pengendalian dari demam tifoid dilakukan
pemberian vaksin strain mutan Salmonella typhii yang tidak virulen secara oral.
Bakteri gram negatif memiliki salah satu komponen dinding sel berupa LPS dan
terdapat juga vaksin dan spesimen LPS yang dijual komersial sehingga penelitian
ini menggunakan LPS. Penelitian ini menggunakan LPS dari Sigma yang dijual
secara komersial berasal dari bakteri Salmonella typhii, karena LPS dari bakteri S.
typhii spesifik untuk proses inflamasi dengan mengeluarkan TNF-α dan IL-
6.29,30,31,32
family Muridae, subfamily Murinae, genus Rattus, dan spesies Rattus norvegicus.
Tikus putih galur wistar memiliki kondisi metabolisme dan respon terhadap
inflamasi yang mirip dengan manusia, yaitu dengan meniru tahapan terjadinya
inflamasi, seperti akut atau kronis. Proses inflamasi didalam tubuh tikus akan
merangsang sel T untuk melepaskan mediator-mediator inflamasi seperti IL-1,
TNF-α, dan TGF-β.33,34
Tikus memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 45 – 46 cm, dengan berat badan
untuk tikus jantan dewasa sekitar 450 – 520 gram, dan tikus betina dewasa sekitar
250 – 300 gram. Tikus dapat bertahan hidup dalam kondisi sehat sampai 3 tahun,
hal ini dipengaruhi oleh galur, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan. Tikus putih
galur wistar memiliki frekuensi denyut jantung sekitar 250 – 450 kali/menit,
dengan tekanan darah sistol sebesar 83 – 130 mmHg dan diastole sebesar 60-90
mmHg. Volume darah total dari tikus putih galur wistar sekitar 54 – 70 mL/kg.
Tikus jenis ini membutuhkan asupan makanan perharinya 10 gram/100
gramBB/hari, dan kebutuhan asupan minum 10 mL/100 gramBB/hari.34,35
2.5.2. Konversi Pemberian Beras Hitam pada Tikus Putih
Pemberian dosis ektrak etanol beras hitam dengan frekuensi 1 kali sehari pada
sore hari. Konsumsi beras yang dianjurkan pada manusia dengan berat badan 70
kg, atau berusia lebih dari 60 tahun sebesar 200 g/konsumsi. Dosis beras hitam
yang dikonsumsi manusia dikonversi dengan dosis tikus dengan berat badan 200
gram. Faktor konversi dari berat badan manusia ke tikus seperti pada table 3.2
sebesar 0,018 , sehingga penghitungan dosisi untuk tikus adalah 200 x 0,018 = 3,6
atau dibulatkan menjadi 4 gram/hari. 6,36,37 Sedangkan untuk lama dari pemberian
ekstrak pada tikus dikonversi ke pemberiannya pada manusia didapatkan bahwa 1
hari pada tikus itu sama dengan 26,7 hari pada manusia. Jadi pemberian ekstrak
dilakukan 14 hari pada tikus, maka pemberian pada manusia selama 1 tahun.34,35,48
20
Tabel 2.2 Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence dan Bacharach,
1964)6,38
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 187,9
Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0
Marmot 400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,1 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
Kandungan
Makrofag
Antosianin yang
merupakan
golongan
CD14 Flavonoid
Dipresentasikan
sel T APC
Sitokin Pro-
inflamasi
Sel Endotel
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
: mengaktivasi
: Di induksi ke tikus
: Efek menurunkan
2.8 Hipotesis
H0 :
1. Ekstrak etanol beras hitam tidak memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi
dengan menurunkan kadar TNF-α dalam darah tikus yang diinduksi
lipopolisakarida.
2. Dosis ekstrak etanol beras hitam 400 mg/kgBB tidak dapat menurunkan kadar
TNF-α pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida
H1 :
1. Ekstrak etanol beras hitam memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi dengan
menurunkan kadar TNF-α dalam darah tikus yang diinduksi lipopolisakarida.
2. Dosis ekstrak etanol beras hitam 400 mg/kgBB paling efektif dapat
menurunkan kadar TNF-α pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida.
BAB III
METODE PENELITIAN
23
24
Keterangan :
r = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
makan dan minum tikus, timbangan digital, disposable syringe, sarung tangan,
lab coat, kacamata google, masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol beras hitam
dengan dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB, lipopolisakarida
merk sigma, alkohol 70%, DMSO dan makanan tikus berupa pelet dan air untuk
minum tikus.
Hari ke 8-22 diberikan pakan pelet Hari ke 8-22 diberi makan, minum standar dan
dan air minum standar ekstrak etanol beras hitam sesuai kelmpok
perlakuan
Kelompok
3.8.5. Alur Penelitian Kelompok Kelompok
kontrol Kelompok Kelompok perlakuan 2 perlakuan 3
negatif (K1) kontrol positif perlakuan 1 (P2) diberi (P3) diberi
hanya diberi (K2) pada (P1) diberi ekstrak etanol ekstrak etanol
makan dan hari ke-21 ekstrak etanol beras hitam beras hitam
minum diinduksi LPS beras hitam 200 mg/kgBB 400 mg/kgBB
standar 0,5 mg/kgBB 100 mg/kgBB
selama 22 secara
hari peritoneal
Hari ke-22 diinduksi LPS 0,5 mg/kgBB secara
peritoneal
Man Whitney. Hasil dinyatakan bermakna secara statistik jika nilai p <0,05 dan
tidak bermakna secara statistik jika p >0,05.7,8,15,36,37
dengan membersihkan rutin setiap hari, dan sedikit melakukan tindakan invasi
kepada tikus sehingga tikus bisa nyaman. Freedom form injury or disease
menjaga kesehatan tikus dengan memberikan makan dan minum secukupnya
sekitar 25-35gram/ekor dalam sehari, menjaga kebersihan kandang sehari sekali
agar tikus terhindar dari penyakit, dan jauhkan dari benda – benda yang dapat
melukai tikus seperti benda yang tajam. Freedom to Express normal behavior
pemberian kandang microenvironment bentuk kubus dengan luas yang cukup
untuk tikus, agar hewan coba dapat beraktivitas seperti dihabitatnya. Freedom
form fear and distress dilakukan aklimatisasi selama 7 hari kepada tikus, dengan
diberikan makan berupa pelet dan minum standar sebanyak 25-35 gram/ekor
dalam sehari sebelum diberi perlakuan untuk menjauhkan adanya rasa takut dan
stres pada tikus.33,34,35
4.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Beras Hitam terhadap Kadar TNF-
α
Hasil dari penelitian ini didapatkan data kadar TNF-α dari setiap kelompok
penelitian bisa dilihat dari tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil kadar TNF-α Setiap Kelompok Penelitian
Kontrol Kontrol
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Tikus Negatif Positif
1 (pg/ml) 2 (pg/ml) 3 (pg/ml)
(pg/ml) (pg/ml)
1. 24,377 61,510 78,916 54,548 56,868
2. 75,435 56,868 82,397 53,387 59,189
3. 37,722 66,152 40,623 65,571 52,227
4. 29,599 92,841 48,165 73,694 48,746
5. 69,633 98,643 78,916 58,609 56,868
Rerata 47,353 75,203 65,803 61,162 54,780
Dari tabel 4.1 diatas di dapatkan hasil rata-rata kadar TNF-α plasma darah
tikus putih galur wistar pada seluruh kelompok penelitian. Hasil rerata kadar
tertinggi TNF-α terdapat pada kelompok kontrol positif (K2) dengan nilai sebesar
75,20 pg/ml, kelompok kontrol negatif (K1) dengan nilai sebesar 47,35 pg/ml,
kelompok perlakuan 1 (P1) sebesar 65,80 pg/ml, kelompok perlakuan 2 (P2)
sebesar 61,16 pg/ml, dan kelompok perlakuan 3 (P3) sebesar 54,78 pg/ml. Jadi,
didapatkan dari hasil rerata bahwa kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki hasil
rerata kadar TNF-α yang paling kecil, dan paling jauh perbandingan hasilnya
dengan kelompok kontrol positif.
35
36
Dari hasil tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kelompok kontrol negatif (K1)
merupakan kelompok tikus yang sehat, memiliki hasil rerata kadar TNF-α paling
minimum yaitu 47,35 pg/ml dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K2)
sebagai tikus yang mengalami inflamasi didapatkan hasil rerata kadar TNF-α
paling tinggi yaitu 75,20 pg/ml. Hasil rerata kadar TNF-α pada kelompok
perlakuan 1 menunjukkan hasil penurunan kadar TNF-α dibandingkan kelompok
kontrol positif (K2) yaitu sebesar 65,80 pg/ml. Hasil rerata kadar TNF-α pada
kelompok perlakuan 2 (P2) menunjukkan hasil penurunan kadar TNF-α yaitu
61,16 pg/ml dibanding kelompok perlakuan 1 dan kontrol positif (K2). Sedangkan
hasil rerata kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki hasil lebih kecil dibandingkan
rerata kelompok perlakuan 1, 2 dan kontrol positif (K2), namun lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K1) yaitu sebesar 54,78 pg/ml.
Jadi dari hasil rerata kadar TNF-α pada kelompok perlakuan 3 (P3) memiliki nilai
kadar TNF-α paling kecil atau mendekati hasil kelompok tikus yang sehat yaitu
kontrol negatif, dan hasil reratanya paling jauh dengan kelompok kontrol positif
(K2), yaitu kelompok tikus yang mengalami inflamasi dengan kadar TNF-α yang
paling tinggi. Sehingga kelompok perlakuan 3 (P3) merupakan kelompok yang
paling bisa mencegah terjadi peningkatan kadar TNF-α dalam darah dibandingkan
dengan kelompok perlakuan lainnya
Pada tabel 4.5 terlihat hasil p>0,05 atau sebesar p=0,202 menunjukkan
hipotesis H0 gagal ditolak, sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antar hasil selisih rata–rata kadar TNF-α disemua kelompok, baik kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan yaitu P1, P2, dan P3.
Karena hasil dari p> 0,05 maka uji statistik tidak bisa dilanjutkan ke uji antar
pasang kelompok yaitu uji post hoc turkey. Hasil Penelitian ini didapatkan bahwa
secara statistik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, maupun pemberian
ekstrak beras hitam 100mg/kgBB, 200mg/kgBB, ataupun 400 mg/kgBB tidak
menunjukkan perbedaan signifikan dari hasil kadar TNF-α yang terdeteksi, hal ini
dikarenakan dosis LPS yang diinduksikan pada tikus terlalu kecil untuk
memberikan efek inflamasi. Ada kehawatiran jika pemberian dosis lebih tinggi
seperti 1 mg/kgBB akan memberikan efek sepsis pada tikus, sehingga peneliti
memberikan dosis lebih kecil yaitu 0,5 mg/kgBB. Hal ini mengakibatkan
efektifitas pemberian ekstrak etanol beras hitam selama 14 hari tidak menunjukan
perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol positif.40,41,42
Hasil penelitian sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 menjelaskan mengenai
antioksidan berupa senyawa flavonoid, bixin, norbixin, epifrielinol, lupeol,
steroid, fenolik, tannin, sapoin, alkaloid mempunyai efek terhadap proses
inflamasi dalam menurunkan kadar sitokin proinflamasi dalam darah.3 Penelitian
sebelumnya oleh Kurnia tahun 2017 menjelaskan bahwa kandungan dari beras
hitam berupa antosianin yang tinggi dapat mempengaruhi dari penurunan kadar
TNF-α pada darah, karena memiliki efek neuroprotektan dan imunomodulator
sehingga bisa mengontrol dan mengurangi peroksidase lipid saat terjadi proses
inflamasi, juga hambat memproduksi pro inflamatori mediator, sehingga
menstimulasi sel yang berikatan dengan mediator inflamasi seperti limfosit,
monosit, natural killer cell, neutrofil, makrofag dan monosit.6,14,18 Penelitian
sebelumnya yang dilakukan Kurnia tahun 2017 di dapatkan bahwa dosis beras
hitam 200mg/kgBB efektif dalam mengehasilkan sel imunokonpeten dalam proses
inflamasi.40
39
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pemberian ekstrak etanol beras hitam
dosis 400 mg/kgBB dapat memberikan efek paling efektif dalam menurunkan
kadar TNF-α, walaupun secara statistik hasilnya tidak terdapat perbedaan
bermakna kadar TNF-α dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan
kontrol positif. Faktor yang mungkin bisa menyebabkan penelitian ini tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol negatif dan kontrol positif secara statistik, yaitu karena dosis
LPS yang diinduksikan kurang menyebabkan inflamasi pada tikus karena
penelitian ini menginduksi LPS hanya 1 kali pemberian, sedangkan penelitian
sebelumnya oleh Kurnia 2017 LPS yang diinduksikan 0,5 mg/kgBB dilakukan
sebanyak 3 kali pemberian selama 3 hari, dan penelitian lainnya oleh Rusnedy
2020 didapatkan LPS yang diinduksikan sebanyak 1 mg/kgBB untuk mendapat
tikus yang sepsis, LPS juga merangsang ekspresi gen NF-kB yang mengontrol
produksi sitokin proinflamasi selain TNF-α, tapi juga memproduksi IL-1, IL-6,
juga IFN-ɣ.40,41,42
Faktor lain yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar
TNF-α pada penelitian ini karena dari penelitiaan oleh Yunarti 2007 menyebutkan
bahwa kemampuan tubuh untuk memproduksi TNF-α pada saat terjadi inflamasi
juga tergantung dari kondisi limfosit, monosit dan makrofag. Nutrisi yang
diberikan kepada hewan coba, dari pangan, ataupun dari kondisi masing – masing
hewan coba dalam mengkonsumsi jumlah pangan yang beragam bisa
menyebabkan produksi dari sitokin proinflamasi seperti TNF-α, dan IL-6
menurun.40,43,44 Pengambilan sampel penelitian ini berupa darah yang dilakukan
juga bisa berperan dalan kondisi hasil kadar TNF-α yaitu dari sampel yang sudah
terjadi lisis karena jika sampel plasma terjadi lisis akan mempengaruhi hasil saat
proses pembacaan.45 Waktu pengambilan sampel darah yaitu 24 jam setelah
induksi benda asing, karena TNF-α merupakan respon pertahanan akut tubuh
sehingga mediator yang timbul saat tubuh melakukan proses pertahanan ke 2 saat
respon inflamasi yang bereaksi saat 1 jam setelah paparan benda asing dalam
tubuh.1 dari penelitian sebelumnya menjelaskan kinetika produksi TNF-α akan
mencapai puncak pada 18 jam setelah infeksi virus, dalam 24 jam akan terjadi
40
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian ekstrak etanol beras hitam dapat menurunkan kadar TNF-α pada
tikus putih yang diinduksi lipopolisakarida, walaupun secara statistik tidak
bermakna (p>0,05)
2. Dosis 400mg/kgBB ekstrak etanol beras hitam terbukti paling efektif untuk
menurunkan kadar TNF-α pada tikus putih yang diinduksi lipopolisakarida
dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB, walaupun
secara statistik perbedaannya tidak bermakna (p>0,05).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan :
1. Dilakukan penelitian pendahuluan tentang dosis lipopolisakarida yang paling
efektif meningkatkan kadar TNF-α, namun tidak menimbulkan sepsi pada
tikus.
2. Dilakukan penelitian waktu yang tepat untuk pengambilan sampel darah
setelah induksi lipopolisakarida pada tikus, sebelum terjadi penurunan kadar
TNF-α dalam darah.
41
DAFTAR PUSTAKA
43
44
30. Kharisma I, Indraputri RS, Pertiwi A, Ichsani SIF, Saputri D, Faras A. Risalah
Mikrobiologi. 1th Ed. Surakarta : Lab Mikrobiologi UNS 2013. hal. 47-52.
31. Myint SH, Klivington S, Maggs A, Swann RA. Medical Microbiology made
memorable. 1th Ed .London : Churchill Livingstone Elsevier 1999. p. 20-21.
32. Febriza A, Natzir R, Hatta M, As’ad S, Budu, Kaelan C, Kasim VN, Idrus
HH. The role of IL-6, TNF-a And VDR Ni inhibiting The growth of salmonela
thypi : invivo Study. The Open Microbiology Journal 2020; 14: 65-71.
33. Hau J, Gerald L. Handbook of Laboratory Animal Science III. In Animal
Models. 2nd edition. New York: CRC Press; 2003.
34. Fox J G, Barthold S W, Davidson M T, et all. The Mouse in Biomedical
Research. 2nd edition. Berlington California London: Elsevier; 2007.
35. Ellenbroek B, Youn J. Rodent Models In Neuroscience Research : is it a rat
race?. The Company od Biologists 2016; 9: 1079-1089.
36. Pinontoan AR. Pengaruh Pemberian Ektrak Beras Hitam (Oryza sativa L)
terhadap kadar low Density lipoprotein pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus)
yang Diberi Diet Prodislipidemi. Jurnal Anastasia Rosalin Pinotoan
Universitas Sam Ratulangi 2015; 2:
37. Salmon AR, Kawengian SES, Kawatu PAT. Efek Protektif Ekstrak beras
Hitam (Oryza sativa L) Terhadap Pemberian Sel Busa Pada Tikud Wistar
(Rattus novergicus) yang Diberi Diet Prodislipidemia. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 2015; 4(2): 1-7.
38. Laurence and Bacharach, 1964, Evaluation of Drug Activities
Pharmacometrics, cit: Ngatidjan, 1990, Metode Laboratorium dalam
Toksikologi, reviewer: Hakim, L., Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
39. Mybiosourch. Mouse TNF Alpha ELISA kit User Manual. California Amerika:
Mybiosourch 2007.
40. Hartanti FK, Widjanarko SB, Widyaningsih TD, RIfa’I M. Antiinflammatory
evaluation of black rice extract inhibits TNF-α, IFN-ɣ, and IL-6 cytokines
produced by immunocompetent cells. Food and Agricultur immunology
2017;28 (6): 1116-1125.
41. Datu OS, Sumalong FP. Efek Pemberian Alphalipoic Acid Pada Endotel Tikus
Putih Yang Diinduksi Lipopolisakarida. PHARMACON 2020; 9(1):126-131.
42. Rusnedy R. Uji Antioksidan Campuran Buah Kelapa Muda Dan Air Perasan
Jeruk Purut Sebagai Imunonutrisi Pada Tikus Terinduksi Sepsis. Riset
Informasi Kesehatan 2020;9(2):134-142.
43. Yunarti. Pengaruh polyphenols the hijau terhadap kapasitas produksi TNF-α
oleh sel Mononuklear darah tepi pada penderita karsinoma nasofaring yang
mendapat radioterapi. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Dipenogoro 2007:
79-94.
44. Winarsih S, Santosa PA, Derisna AG. Pengaruh Vaksin Heat killed
Salmonella typhimurium terhadap kadar tumor necrosis factor alpha (TNF-α)
serum pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi lemak. JFLS
2017;1(2):57-63.
45. ELISA cloud clone : instruction manual 12th edition. USA : Cloud-clone corp;
2021. hal. 1-9.
46
43
44
Keterangan :
r = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
46
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Descriptives
Dosis_Ekstrak
95% Confidence
Interval for Mean
Dosis_Ekstrak
11.252 4 20 .000
51
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
-
s variances .035 .856 8 .195 -25.99280 18.39740 -68.41727 16.43167
1.413
assumed
Equal
variances -
7.495 .198 -25.99280 18.39740 -68.91994 16.93434
not 1.413
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances .356 .567 -.601 8 .564 -12.76420 21.23254 -61.72654 36.19814
assumed
Equal
variances
-.601 7.976 .564 -12.76420 21.23254 -61.75173 36.22333
not
assumed
52
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances .201 .666 -.535 8 .607 -9.74720 18.21357 -51.74777 32.25337
assumed
Equal
variances
-.535 7.399 .608 -9.74720 18.21357 -52.34951 32.85511
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances .392 .549 -.354 8 .732 -7.65840 21.62403 -57.52349 42.20669
assumed
Equal
variances
-.354 7.938 .732 -7.65840 21.62403 -57.59123 42.27443
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal 1.776 .219 .694 8 .507 13.22860 19.05181 -30.70496 57.16216
s variances
assumed
53
Equal
variances
.694 7.300 .509 13.22860 19.05181 -31.44862 57.90582
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances .202 .665 1.040 8 .329 16.24560 15.61681 -19.76683 52.25803
assumed
Equal
variances
1.040 7.994 .329 16.24560 15.61681 -19.77161 52.26281
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances 1.631 .237 .941 8 .374 18.33440 19.48715 -26.60306 63.27186
assumed
Equal
variances
.941 7.171 .377 18.33440 19.48715 -27.52383 64.19263
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
of the Difference
dosi Equal
s variances 2.029 .192 .160 8 .877 3.01700 18.87436 -40.50736 46.54136
assumed
Equal
variances
.160 7.196 .877 3.01700 18.87436 -41.36867 47.40267
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances .006 .943 .230 8 .824 5.10580 22.18346 -46.04935 56.26095
assumed
Equal
variances
.230 7.991 .824 5.10580 22.18346 -46.05970 56.27130
not
assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
dosi Equal
s variances 1.952 .200 .108 8 .917 2.08880 19.31370 -42.44868 46.62628
assumed
Equal
variances
.108 7.063 .917 2.08880 19.31370 -43.49839 47.67599
not
assumed
55
56
Pengenceran Ekstrak
Etanol Beras Hitam
57
Pemberian Ekstrak
Secara Oral Pada
Tikus
58
Pengenceran LPS
Merk Siigma Dengan
Nacl 0,9%
59
Penginduksian LPS
Secara Intraperitoneal
60
Pengambilan Darah
Tikus Melalui Vena
Orbita
61
Proses Sentrifugasi
Darah Tikus Untuk
Mengambil Plasma
Darah.
62
Pengambilan Plasma
Darah
Proses pemeriksaan
kadar TNF-α
menggunakan ELISA
kit
65
Proses Pembacaan
Absorbansi Kadar
TNF-α
66
67
68