Jurnal Badaruddin 2017
Jurnal Badaruddin 2017
BADARUDDIN1, ADINOLLAH2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar 2
ABSTRAK
Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tak
heran setiap daerah memilik jenis rumah adat yang berbeda pula. Seperti halnya di pulau Sumbawa
yang mayoritas penduduknya masih menggunakan material kayu sebagai bahan konstruksi rumah
panggung.
Rumah panggung kayu adalah bangunan rumah dengan menggunakan sistem struktur rangka
pemikul dari bahan kayu. Biasa disebut sebagai rumah kayu, ciri-cirinya yaitu seluruh komponen
struktur atap, balok dan kolom serta dinding yang digunakan adalah kayu.
Perencanaan konstruksi rumah panggung diperhitungkan penggunaan kayu yang sesuai
dengan kebutuhan beban yang bekerja seperti beban hidup, beban mati, dan beban angin yang terlihat
pada dimensi kuda – kuda, balok dan kolom yang merupakan hasil perhitungan beban yang bekerja
pada kontruksi atap. Dengan luasan rumah panggung 8 x 11 meter, jarak antar kuda – kuda 3 meter,
serta jenis kayu yang digunakan adalah kayu jati dengan klasifikasi kuat kayu kelas II, perhitungan
dilakukan dari konstruksi atap dengan sudut kemiringan atap 30o dan penutup atap genteng dengan
melakukan analisis rangka batang menggunakan cara analitis dengan metode keseimbangan titik
buhul dan cara grafis dengan menggunakan metode cremona.
Berdasarkan hasil analisis tersebut didapat dimensi gording dengan ukuran 8/10 cm, balok tarik
6/12 cm, kaki kuda - kuda 6/12 cm, sekur 6/12. tiang kuda – kuda 6/12 cm, balok lantai 8/12 cm, dan
kolom 16/16 cm, sehingga dengan demikian perencanaan rumah panggung dapat diminimalisir
penggunaan material kayu yang efisien.
e) Penijauan dimulai dari simpul yang balok dan kolom struktur rumah
mempunyai maksimum 2 buah gaya panggung.
batang yang belum diketahui.
f) Lukiskan garis sejajar terhadap f) Tahap VI
batang – batang yang ditinjau dan Pemilihan profil kayu untuk elemen
susunanya sesuai dengan arah utama struktur ( balok dan kolom).
susunan gaya – gaya luar. g) Tahap VII
g) Panjang garis – garis yang didapat Tahap pengambilan kesimpulan.
menyatakan besar gaya batang Pada tahap ini, dengan berdasarkan
menurut skala gaya yang diambil. hasil analisis data dan pembahasan,
h) Bila gaya yang menuju titik simpul dibuat suatu kesimpulan yang sesuai
adalah gaya tekan (-) dan bila gaya dengan tujuan penelitian.
meninggalkan titik simpul adalah
gaya tarik (+). Bagan alir penelitian
i) Terakhir buatkan dalam tabel
besarnya gaya tiap batang agar kita
bisa menarik kesimpulan dalam
perhitungan tersebut.
Metodologi perencanaan
Suatu perencanaan harus
dilakukan dengan sistematika yang jelas
dan teratur sehingga hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam
penelitian ini ada beberapa tahap yang
harus dilakukan sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap persiapan. Persiapan
dilakukan untuk mencari data,
informasi, dan literatur untuk
mendukung perencanaan struktur
rumah panggung tersebut.
b) Tahap II
Pemodelan geometri struktur yang
meliputi, denah rumah panggung,
tampak dan potongan struktur.
c) Tahap III
Perencanaan atap yang meliputi
perencanaan gording, struktur kuda-
kuda dan menghitung gaya batang
berdasarkan point ( 3.1.2 dan 3.1.3)
yang akan digunakan untuk
perhitungan dimensi batang pada
struktur atap rumah panggung.
d) Tahap IV
Perencanaan dimensi batang yang
meliputi batang tekan dan batang
tarik pada struktur atap rumah
panggung.
e) Tahap V
Menghitung pembebanan dinding
dan lantai yang bekerja terhadap
42
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
Gambar 6. Tampak
1220
visual (3D)
Potongan melintang struktur
Potongan melintang pada
bangunan struktur adalah potongan
yang ditinjau sebagai objek analisis
sehingga mempermudah dalam
Gambar 2. Tampak depan perhitungan dari struktur tersebut.
43
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
Tabel 1. Daftar
panjang batang
Panjang
Nama batang
batang (m)
Gambar 8. Potongan memanjang
1 2,31
Mx3 = 1/8 x qy x L2
Mx 3 = 1/8 x 123,168
x 32
= 138,564 Nm
Gambar 14. Momen My3 = 0 Nm
beban hidup 2). Angin hisap
Angin yang bekerja keluar
Mx2 = 1/4 x Px x L2
tegak lurus bidang atap
= 1/4 x 500 x 32 dengan koefisien angin hisap
= 1125,000 Nm CH = -0,4 (PPURG 1987 )
My2 = 1/4 x Py x L2 qx = 0
= 1/4 x 866,025 x 32 qy = CH x x L
= 1948,557 N/m = - 0,4 x 400 x 1,54
dimana : = -246,3363 N/m
L = Jarak antar kuda – kuda dimana :
Beban angin diperhitungkan L = jarak antar gording (m)
dengan menganggap adanya tekanan e. Perhitungan momen akibat beban
positif dan negatif (hisap). Tekanan angin
angin yang bekerja tegak lurus pada Mx3 = 1/8 x qy x L2
bidang atap, dengan demikian Mx 3 = 1/8 x -246,33 x 32
tekanan angin hanya bekerja pada = -217,128 Nm
sumbu Y sedangkan X = 0.
Ada dua jenis beban angin My3 = 0 Nm
yang harus ditinjau, yaitu : dimana :
1). Angin tekan L = Jarak antar kuda - kuda
Untuk tekanan angin hisap Didalam perhitungan hanya
sesuai dengan pasal 4.2 ayat 2 angin tekan saja yang
yaitu = 40 kg/m2 = 400 N/m2. diperhitungkan karena angin hisap
Tekanan angin dengan sudut hanya akan memperkecil tegangan
kemiringan < 60 (PPURG 1987). pada batang.
f. Momen terfaktor
Momen terfaktor merupakan
momen yang bekerja pada struktur
yang menggunakan kombinasi
beban menurut SNI 03 – xxx - 2000
1). Kombinasi momen akibat
Gambar 15. Beban angin sementara (DL + LL + Wtekan)
46
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
V=0
RA – P1 – S1 . sin 30 = 0
10759,421 – 4927,307– S1.0.5 = 0
5832,114 – S1 0.5 = 0
S1 = 11664,229 N
H=0
S8 – S1 cos 30 = 0
S8 – 11664,229 x 0,866 = 0 H=0
S8 – 10101,518 = 0 S3 cos 60 – S2 cos 60 = 0
S8 = 10101,518 N S3 0,5 – 7766,152 x 0,5 = 0
Simpul H S3 = 7776,152 N
V=0
S9
-P3 – S3 sin 60 – S11 – S2 sin 60 = 0
-3888,076 – 7766,152 x 0.866 – S11 –
7766,152 x 0.866 = 0
S8 S7 -3919.276 – 6734,346– 6734,346–
S11 = 0
S11 = 3888,076 N
Menghitung gaya batang masing – masing
V=0 simpul dengan cara Grafis.
S9 = 0
H=0 Tabel 2. Hasil perhitungan gaya
S7 – S8 = 0 batang beban mati
S7 = S8
S7 = 10101,518 N
Simpul C
V=0
S10 sin 60 – P2 sin 60 = 0 Beban hidup ( P ) = 100 kg = 1000 N (
S10 0,866 – 3888,076 x 0,866 = 0 PPURG 1987 )
S10 0,866 – 3367,173= 0 P1 = P5 (beban hidup yang bekerja
S10 = 3888,076 N pada atap dapat dilihat pada
gambar 4.23)
H=0 Beban tritisan pada atap ditinjau =
S1 – S10cos 60 – P2 cos60–S2 = 0 200 kg = 2000 N (PPURG 1987)
11664,23 – 3888,076 x 0.5 – P total = 1000 + 2000
3888,076 x 0.5 – S2 = 0 = 3000 N
S2 = 7776,152 N P2 = P3 = 1000 N ((beban hidup yang
Simpul D bekerja pada atap dapat dilihat
pada gambar 4.23)
Beban yang diakibatkan oleh pekerja
dan oleh pemadam kebakaran
50
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
S8 S7
V=0
S10 sin 60 – P2 sin 60 = 0
S10 0,866 – 1000 x 0,866 = 0
S10 0,866 – 866,025 = 0
S10 = 1000 N
H=0
S1 – S10 cos 60 – P2 cos 60 – S2
=0
V=0 3000 – 1000 x 0,5 – 1000 x 0,5 –
RA – P1 – S1 . sin 30 = 0 S2 = 0
4500 – 3000 – S1 . 0,5 = 0 S2 = 2000 N
1500 – S1 0,5 = 0 Simpul D
S1 = 3000 N
H=0
S8 – S1 cos 30 = 0
S8 – 3000 x 0,866 = 0
S8 – 2598,076 = 0
S8 = 2598,076 N
Simpul H
H=0
S3 cos 60 – S2 cos 60 = 0
S3 0,5 – 2000 x 0,5 = 0
S3 = 2000 N
51
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
Simpul C Simpul D
V=0
W2 sin 60 – S2 sin 60 – S1 sin H=0
60 – S10 sin 60 = 0 -W3 cos 60 – S3 cos 60 – S2
426,667 x 0,866 – S2 x 0,866 – cos 60 + W4 cos 60 = 0
S10 x 0,866 = 0 -426,667 x 0,5 – S3 x 0,5 –
369,504 – S2 x 0,866 – S10 x 187,61 x 0,5 + 169,901 x 0,5 =
0,866 = 0 0
S10 x 0,866 – S2x 0,866 = - -213,333 – S3 x 0,5 – 84,950 +
369,50 426,667 = 0
S10 + S2 = 426,667 Pers I S3 x 0,5 = 298,284
S3 = 298,284
H=0
0,5
W2 cos 60 – S2 cos 60 – S1
S3 = 596,568 N
cos 60 – S10 cos 60 = 0
426,667 x 0,50 – S2 x 0,5 – V=0
339,802 x 0,5 – S10 x 0,5 = 0 -W3 sin 60 – S3 sin 60 + S11 +
213,333 – S2 x 0,5 – 169,901 – S2 sin 60 + W4 sin 60 = 0
S10 x 0,5 = 0 -426,667 x 0,866 – 596,568 x
S2 x 0,5 – S10 x 0,5 = 213,333 0,866 + S11 + 187,610 x 0,866
+ 169,901 + 853,33 x 0,866 = 0
S10 – S2 = 383,324 -369,504 – 516,643 + S11 +
0,5 147,643 + 739,008 = 0
S10 – S2 = 766,468 N ….Pers II S11 = 739,008 N
Dari persamaan I dan II Simpul G
S10 + S2 = 426,667
S10 – S2 = 766,468 +
2 S10 = 1193,193
S10 = 1193,193
2
S10 = 596,968 N
Dari persamaan I
S10 + S2 = 426,667 V=0
596,968 + S2 = 426,667 S11 – S12 sin 30 – S10 sin 30 =
S2 = 596,968 – 426,667 0
S2 = 169,901 N 739,008 – S12 x 0,5 – 596,568
x 0,5 = 0
S12 = 440,725
0,5
S12 = 881,449 N
H=0
S6 + S12 cos 30 – S10 cos 30
=0
54
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
V=0
S13 = 0
H=0 Tabel 5. Kombinasi hasil pembebanan gaya
S5 – S6 = 0 batangberdasarkan
S5 = S6 SK SNI – 03 – xxx2002
S5 = 1280,00 N ( Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu Untuk
Bangunan Gedung )
Simpul E
V=0
W5 sin 60 – S4 sin 60 – S13 – Menghitung dimensi batang
S12 sin 60 = 0 Pada konstruksi kuda – kuda di bagi
853,333 x 0,866 – S4 x 0,866 – menjadi dua kriteria batang struktur yaitu :
0 – 881,449 x 0,866 = 0 Merencanakan batang tekan (Batang 1,
739,008 – S4 x 0,866 – 763,357 2, 3, 4, 10, 12)
=0 Batang tekan merupakan batang dari suatu
S4 x 0,866 = 739,008 + 763,357 rangka batang pada bangunan yang
S4 = 1502,366 menerima tekan searah panjang batang.
0,866 Data kayu yang digunakan yaitu
S4 = 1734,783 N dengan kode mutu kayu = E14 (SNI 03 – xxx
– 2000)
2. Menghitung gaya batang masing – Dicoba menggunakan kayu dengan kuat
masing simpul dengan cara Grafis. kayu kelas II dengan ukuran 60/120 mm.
b
b = 60 mm
h = 120 mm
h
kuat tekan sejajar serat
(Fc) = 30 Mpa
Ew = 13000 Mpa
Faktor reduksi () = 0.9
Ct = 1.00
55
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
Cf = 1.00
Cpt = 1.00 Cp = 1 + 0,721 - 1 + 0,746 2
- 0,746
Fb = 1.00 1,6 1,6 0,8
CM = Fb/Cf = 1/1 = 1.00 < 8 Mpa,
maka Cm = 1.00 = 0,151
Faktor tahanan stabilitas (s) = 0.85 P’ = Cp x Pc
Faktor tahanan tekan (c) = 0.90 = 0,151 x 194400
Faktor waktu () = 0.80 = 29451,463 N
c = 0.80 Pu x c x P’
Kuat tekan sejajar serat (Fc) 20690,900 0.80 x 0.90 x 29451,463
Fc = 30 x 0,9 = 27 Mpa 20184,,900 21205,053 N
Ew = 13000 Mpa Berdasarkan perhitungan diatas
1. Menghitung faktor beban bahwa dimensi kayu 6/12 cm dengan
berdasarkan persamaan (2.13) klasifikasi kuat kayu kelas II dapat
Fc’ = Fc x CM x Ct x Cpt x Cf digunakan sebagai batang tekan pada
= 27 x 1 x 1 x 1 x 1 konstruksi kuda – kuda rumah panggung.
= 27 Mpa
Pc’ = A bruto x Fc’ Dimensi batang tarik (Batang 5, 6, 7, 8, 11,
= 60 x 120 x 27 13)
= 194400 Mpa Batang tarik merupakan batang
E05 = 0,69 x Ew dari struktur yang dapat menahan
= 0,69 x 13000 pembebanan tarik yang bekerja searah
= 8970 Mpa dengan sumbunya.
Pe = p 2 x E05 x A 1. Menghitung kuat tarik sejajar (Ft//)
Ke x L Faktor tahanan serat = 0.80
r Faktor kuat tarik sejajar serat (Ft//)
r = 0.289 x b = 28 Mpa
= 0.289 x 60 Ft = 0.80 x 28 = 22 Mpa
= 17,34 2. Menghitung tahanan tarik
2 terkoreksi
Pe = 3.14 x 8970 x 7200 Ct = 1.00
1 x 3000 Cf = 1.00
17,34 Cpt = 1.00
= 122908,185 N Fb = 1.00
CM = Fb/Cf = 1/1 = 1.00 < 8 Mpa,
ac = js x Pe maka Cm = 1.00
Faktor koreksi tahan api (Crt) = 1.00
l x jc x Pc'
T’ = F’t x An
T’ = Cm x Ct x Cpt x Cf x Crt x Ft x An
ac = 0,85 x 122908,185 = 0,746
T’ = 1 x 1 x 1 x 1 x 1 x 22 x An
0,8 x 0,9 x 194400 3. Menghitung kebutuhan luas
Kebutuhan luas neto (An)
Tu x t x T’
2
Cp = + ac - 1 + ac - ac 20184,,900 0.80 x 0.80 x 1 x 1 x
2c 2c c 1 x 1 x 1 x 22 x An
20184,,900 14,34 x An
An=20690,65=1443,654mm2
14,34
Kebutuhan luas bruto (Ag)
Ag = 1.25 x An = 1.25 x 1443,654
56
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017
q total = 18994 N
2. Menghitung jari – jari girasi (r)
Jari – jari girasi searah sumbu x
r min = Imin
A
3 4
r x = 1 100 x 100 = 28,87 mm
12 100 100
Jari – jari girasi searah sumbu y
Gambar 24. Potongan kolom
yang di tinjau
r min = Imin
A
4
ry = 1 100 x 100 3 = 28,87 mm
12 100 100