Anda di halaman 1dari 2

KESIBUKAN BAGI ORANG YANG BERAKAL

‫ب لَذاةٍ ِب َح ََل ٍل‬ ٍ ‫ ت َزَ ُّود ٌ ِل َم َعا ٍد َو ُمؤْ نَةٌ ِل َم َع‬: ‫ث‬
َ ‫اش َو‬
ِ َ‫طل‬ ٍ ‫علَى ْال َعاقِ ِل ا َ ْن ََل يَ ْشت َ ِغ َل ا اَِل ِبث َ ََل‬
َ ‫َح ٌق‬
Dari Nabi Daud as., beliau bersabda: Telah diwahyukan kepadaku di dalam kitab
zabur sebagai berikut : Hak bagi orang yang berakal itu adalah jangan terlalu
disibukan, kecuali tiga perkara, yaitu mengumpulkan bekal untuk kembali (ke
akhirat), berusaha (bekerja) untuk biaya hidup (di dunia), dan mencari kenikmatan
dengan cara yang halal.

1. Bekal Mati

2. Bekerja Keras

‫س ََلم َكانَ يَأْكُ ُل‬


‫علَ ْي ِه ال ا‬ ِ‫ي ا‬
َ َ‫َّللا دَ ُاود‬ َ ‫ط َخي ًْرا ِم ْن أ َ ْن يَأْكُ َل ِم ْن‬
‫ع َم ِل يَ ِد ِه َو ِإ ان نَ ِب ا‬ ُّ َ‫ط َعا ًما ق‬
َ ٌ ‫َما أ َ َك َل أ َ َحد‬
َ ‫ ِم ْن‬.
‫ع َم ِل يَ ِد ِه‬
Dari al-Miqdam Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha
tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha
tangannya (sendiri)” (HR. Al-Bukhari)

‫سبُ ُه ُم ْٱل َجا ِه ُل أ َ ْغنِيَا ٓ َء‬


َ ْ‫ض يَح‬ ِ ‫ض ْربًا فِى ْٱْل َ ْر‬ َ َ‫ٱَّلل ََل يَ ْست َِطيعُون‬
ِ ‫سبِي ِل ا‬ َ ‫وا فِى‬ ۟ ‫ص ُر‬ِ ْ‫ِل ْلفُقَ َرآ ِء ٱلاذِينَ أُح‬
‫ع ِلي ٌم‬ َ ‫وا ِم ْن َخي ٍْر فَإ ِ ان ا‬
َ ‫ٱَّلل ِبِۦه‬ ۟ ُ‫اس ِإ ْل َحافًا ۗ َو َما تُن ِفق‬
َ ‫ف ت َ ْع ِرفُ ُهم ِبسِي َٰ َم ُه ْم ََل َيسْـَٔلُونَ ٱلنا‬
ِ ُّ‫ِمنَ ٱلت ا َعف‬
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka
orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (Al Baqarah 273)

Abdullah bin Al-Mubarak Beliau pernah ditanya, “engkau mengekspor barang-


barang dagangan dari negeri Khurasan ke Tanah Haram/Mekkah (untuk dijual),
bagaimana ini?”.

Dengan bijak Abdullah bin Al-Mubarak menjawab, “Sesungguhnya aku


melakukan (semua) itu hanya untuk menjaga mukaku (dari kehinaan meminta-
minta), memuliakan kehormatanku (agar tidak menjadi beban bagi orang lain),
dan menggunakannya untuk membantuku dalam ketaatan kepada Allah”.

3. Menikmati Hidup

‫َصي َبكَ ِمنَ ٱلدُّ ْن َيا‬ َ ‫اخ َرة َ ۖ َو ََل ت‬


ِ ‫َنس ن‬ ْ ‫اار‬
ِ ‫ٱل َء‬ ‫َوٱ ْبت َِغ ِفي َما ٓ َءات ََٰىكَ ا‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Al Qhasas 77)

‫ َولَ ِك ان ْال ِغنَى ِغنَى النا ْف ِس‬، ‫ض‬


ِ ‫ع ْن َكثْ َر ِة ْال َع َر‬
َ ‫ْس ْال ِغنَى‬
َ ‫لَي‬

Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya
kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa
cukup.”(HR. Bukhari dan Muslim)

۟ ‫َوأ َ اما ٱلاذِينَ سُ ِعد‬


‫ُوا فَ ِفى ْٱل َجنا ِة َٰ َخ ِلدِينَ فِي َها‬
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain);
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud 108)

Anda mungkin juga menyukai