Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi
pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan
bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi
sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan
pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan
menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi
(Robert, 1997).
Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain
laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada
tahun-tahun belakangan ini digunakan istilah yang lebih tepat yaitu trakeostomi.
Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang
rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga.
Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi
kepada trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat
kurang dan trakeostomi elektif dengan persiapan sarana cukup yang dapat
dilakukan secara baik. Perbedaan lain dari kedua jenis trakeostomi di atas
adalah dari jenis insisinya. Pada trakeostomi darurat, insisi yang dilakukan
adalah insisi vertikal yang memberikan keuntungan berupa pembukaan
lapangan operasi yang dibutuhkan bagi kontrol jalan nafas secara cepat,
sedangkan pada trakeostomi elektif insisi yang dilakukan adalah insisi
horizontal karena lebih menguntungkan secara kosmetik (Hadikawarta,
Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Perawat sebagai care provider pasien dituntut mampu memahami
trakeostomi secara keseluruhan. Dimulai dari anatomi dan fisiologi trakea,
definisi trakeostomi, tata cara  penatalaksanaan prosedur trakeostomi, dan
asuhan keperawatan pada prosedur trakeostomi.Perawatan kanul trakea di
rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi
trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat

1
perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi.Selain itu,
pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti
kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan
tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam
hal ini peran perawat sangat penting sebagai educator dan role mode dalam
perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
dijelaskan  berbagai macam hal mengenai trakheostomi dan bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien trakheostomi.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi trakea?
1.2.2 Apa definisi, sejarah, dan fungsi trakeostomi?
1.2.3 Bagaimana indikasi dan kontraindikasi trakeostomi?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi trakeostomi?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan trakeostomi?
1.2.6 Apa komplikasi trakeostomi?
1.2.7 Bagaimana prosedur perawaan selang trakeostomi?
1.2.8 Bagaimana web of caution trakeostomi?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan trakeostomi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan anatomi dan fisiologi trakea
1.3.2 Menjelaskan definisi, sejarah, dan fungsi trakeostomi
1.3.3 Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi trakeostomi
1.3.4 Menjelaskan klasifikasi trakeostomi
1.3.5 Menjelaskan penatalaksanaan trakeostomi
1.3.6 Menjelaskan komplikasi trakeostomi
1.3.7 Menjelaskan prosedur perawaan selang trakeostomi
1.3.8 Menjelaskan web of caution trakeostomi
1.3.9 Menjelasan asuhan keperawatan pasien dengan trakeostomi

2
1.4 Manfaat
Mahasiswa mengetahui, memahami dan mampu mengaplikasikan
penatalaksanaan dan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi trakea


(Davies, 1997) menjelaskan bahwa trakea merupakan tabung berongga
yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang
berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke
dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina.
Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah
lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas
trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior,
biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren
terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi
trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada
kartilago tiroid dan hyoid. (Tembem, Doraemon. 2011. Trakeostomi (Online))

Gambar 1. Respiratory System, anterior


view, with microscopic view of alveoli and
pulmonary capillaries. (Modifies from
Scanlon,VC, Sanders, T: Essentials of
Anatomy and Physiology, ed 5. F.A. Davis,
Philadelphia, 2007.)

4
Gambar 2. Anatomi Trakea

2.2 Definisi, sejarah dan fungsi trakeostomi


2.2.1 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar
udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas
bagian atas (Adams, 1997).
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara
dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas
(Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi
jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea
disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma
selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara
dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas
jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).

5
Istilah trakeotomi dan trakeostomi dengan maksud membuat
hubungan antara leher bagian anterior dengan lumen trakea, sering
saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi ialah membuat
insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada
trakea.
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi
membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau
lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga
dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti
pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar
udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian
atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan
gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas
bagian atas. (Tembem, Doraemon. 2011. Trakeostomi (Online)).
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar
udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas
bagian atas. Trakeostomi merupakan tindakan operatif yang memiliki
tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan membuat
sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
(Handoko,Wisnu.2013.ASKEP Trakeostomi (Online)).
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara
melalui leher langsung ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila
ada gangguan pertukaran udara pernapasan, tindakan membuat
stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan
memintas jalan nafas bagian atas, prosedur operasi yang bertujuan
untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal, tindakan
dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan napas agar udara dapat masuk ke
paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. (Alaika, Moch
Badrun. 2012. Makalah Trakeostomi (Online)).
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan napas agar udara
dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan napas bagian atas

6
1,2,3. Novita, Gege Dwi. 2012. Trakeostomi (2) (Online).

2.2.2 Sejarah
Tindakan pembedahan ini memiliki reputasi yang cukup panjang.
Buku suci agama Hindu Rig Veda yang ditulis antara tahun 2000 dan
1000 SM menjelaskan suatu tindakan yang dapat menyatukan
kembali pipa udara apabila tulang rawan leher dipotong. Namun para
ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 124 SM
merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini.
Trosseau dan Bretonneau mempopulerkan operasi ini di
Perancis. Mereka melakukannya untuk menangani kasus difteria
(infeksi akut yang disebabkan Corymebacterium Diphteriae di mana
gejala klinik eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini. Salah satu
gejala adalah obstruksi pernafasan : sesak, retraksi dinding thoraks,
sianosis dengan penanganan pemberian oksigen atau pun
trakeostomi). dengan angka keberhasilan 25 persen (pada saat itu
angka tersebut merupakan angka penyembuhan yang cukup tinggi).
Pada tahun 1932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan
nafas dapat dilakukan pada kasus – kasus paralisis pernafasan yang
sulit, khususnya poliomielitis. Galloway juga ikut berperan dalam

7
mengarahkan pemikiran pada era ini, dengan melakukan trakeostomi
untuk indikasi seperti cedera kepala, cedera dada yang berat,
intoksikasi barbiturat dan kontrol jalan nafas paska bedah. 
Saat ini tengah dikembangkan teknik trakeostomi perkutaneus
yang mana secara umum adalah suatu prosedur elektif, teknik ini
tidak sesuai untuk situasi emergensi. (Tembem, Doraemon. 2011.
Trakeostomi (Online)).

2.2.3 Fungsi trakeostomi


1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan
udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan
ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi
cukup besar (paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat
penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk
pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke
traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan
secret ke perifer oleh tekanan negative intratoraks yang tinggi
pada fase inspirasi batuk yang normal. (Tembem, Doraemon.
2011. Trakeostomi (Online)).

2.3 Indikasi dan kontraindikasi trakeostomi


2.3.1 Indikasi
1. Obstruksi mekanis saluran nafas atas.
Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan
jalan nafas dan mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi
endotrakeal. Antara lain akibat:

8
No. Penyebab Contoh
1. Kongenital/bawaan - Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea
atas.
- Anomali trakeoesofagus.
- Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh
darah kecil yang membentuk benjolan di
bawah kulit). Haemangiomas pada, dagu
rahang atau leher anak kadang-kadang dapat
mempengaruhi jalan napas nya,
menyebabkan kesulitan bernapas. Tanda
pertama dari hal ini adalah stridor, ketika anak
membuat suara serak dengan napas masing-
masing. Jika hemangioma tumbuh, dapat
menyumbat jalan napas. Pada beberapa
anak, laser pengobatan hemangioma jalan
napas selama microlaryngobronchoscopy a
(MLB) meningkatkan masalah pernapasan,
tetapi kadang-kadang seorang anak mungkin
perlu memiliki trakeostomi (pembukaan ke
batang tenggorokan buatan) untuk
meningkatkan pernapasan mereka.
2. Infeksi - Epiglotitis akut
- Laryngotracheobronchitis
- Angina Ludwig (radang berat disertai supurasi
di daerah bawah mulut)
3. Keganasan  Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas
tingkat lanjut dengan stridor.
4. Trauma  - Di maksilofasial.
- Luka tembak, tusuk di leher.
- Menghirup asap.
- Menelan cairan korosif.
5. Kelumpuhan pita - Postoperasi komplikasi tiroidektomi
suara - Operasi esophagus
- Operasi jantung, cerebral bulbar.

9
6. Benda asing . - Terhirup objek yang bersarang di saluran
nafas atas menyebabkan stridor.
- Adanya benda asing di subglotis. Stoma
berguna untuk mengambil benda asing dari
subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
untuk bronkoskopi.

Gambar 5. Indikasi Tindakan Trakeostomi untuk Mengatasi


Obstruksi Jalan Nafas (Bradley, 1997).

2. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.


Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring
atau faring dapat memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur

10
atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu di
alami karena:

No. Penyebab Contoh


1. Penyakit neurologis  - Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf
atau jaringan syaraf yang kekurangan energi,
misalnya Guillainâ € "Barre yaitu penyakit
yang menyerang radiks saraf yang bersifat
akut dan menyebabkan kelumpuhan yang
gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan
meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot
wajah)
- Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan
laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus
(kejang otot) sering ditanggulangi dengan
Trakeostomi.
- Bulbar poliomyelitis
- Multiple sclerosis
- Myasthenia gravis
Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral
dengan kegagalan pernafasan akut.

Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan


untuk menelan dapat mengakibatkan resiko
tinggi terjadinya aspirasi.
2. Koma  - Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
- Stroke
- Tumor otak

Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari

11
8,pasien beresiko aspirasi karena refleks
pelindung hilang.
3. Trauma - Patah tulang wajah yang parah.
Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari
saluran nafas atas.

3. Gagal nafas.

No. Penyebab Contoh


1. Kerusakan paru. Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan
trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air
space) di saluran nafas atas seperti rongga
mulut, sekitar lidah dan faring.
2. Penyakit paru - Eksaserbasi bronkitis kronis
- Emfisema
- Asma berat.
- Pneumonia berat.

3. Penyakit neurologis. - Multiple sclerosis.


Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis
(MS) menyebabkan masalah seperti disfagia
(kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas.

4. Luka dada Dapat menyebabkan pneumotoraks yang


berakibat gagal nafas.

4. Retensi sekresi bronchial

No. Penyebab Contoh


1. Penyakit paru - Infeksi saluran pernafasan akut

12
2. Penurunan tingkat
kesadaran

3. Trauma ke kandang
otot toraks

2.3.2 Kontraindikasi
1. Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis
kanker).
2. Infeksi pada tempat pemasangan.
3. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh:
Hemofili.

2.4 Klasifikasi trakeostomi


Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,
trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak
ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya
tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan
persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana
cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).
2.4.1 Lama Pemasangan
1. Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada
leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka
sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).

2. Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)


Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat
obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari
metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang
mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).

13
2.4.2 Letak Insisi
1. Insisi Vertikal.
Dilakukan pada keadaan darurat
2. Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan elektif.

2.4.3 Waktu Dilakukan Tindakan


1. Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit
gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing
trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat
dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya
infeksi juga jauh lebih kecil. Menggunakan teknik insisi vertikal.
2. Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di
dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua
dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik insisi
horizontal.

Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut :

No. Waktu dilakukan Lama Penggunaan Teknik Insisi


Tindakan

14
1. Darurat Sementara Vertikal, dibuat di anatara
cincin trakea 1 dan 2 atau 2
dan 3.

2. Non-darurat Permanen Horizontal, dibuat di antara


cincin trakea 2 dan 3
sepanjang 4-5 cm.

2.5 Penatalaksanaan trakeostomi


2.5.1 Jenis Tindakan
1. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu
dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil,
maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh
lebih kecil.

2. Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.


Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga
sepanjang 4-5 cm.
Selain itu, terdapat Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan
insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997).

2.5.2 Persiapan Alat


1. Alat – alat:
a. Spuit yang berisi analgesia.
b. Pisau bedah.

15
c. Pinset anatomi.
d. Gunting panjang tumpul.
e. Sepasang pengait tumpul.
f. Benang bedah.
g. Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
h. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.

2. Jenis Pipa
a. Cuffed Tubes.Selang dilengkapi dengan balon yang dapat
diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

Gambar6. Cuffed Tubes

Gambar7. Mekanisme kerja cuffed tubes

b. Uncuffed Tubes.

16
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita
yang tidak mempunyai risiko aspirasi.

Gambar8. Uncuffed Tubes

c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam).


Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan
dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan
diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.

d. Silver Negus Tubes.


Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk
trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering
dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.

Gambar9. Silver Negus Tubes

17
e. Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di
sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap
merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian
terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara
(Kenneth, 2004).

Gambar10. Fenestrated Tubes

3. Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 – 12 atau 24 – 44
French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari
perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih
besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik
melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih
sedikitdan lebih nyaman bagi klien.

2.5.3 Persiapan Pasien.


a. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih
rendah 30° untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-
vena leher.
b. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan
kepala untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital.

18
Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak
di garis median dekat permukaan leher.
c. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik
dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di
pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.

Gambar11. Posisi kepala dan leher pasien.

Gambar 12. Daerah yang akan disayat. Gambar13. Anastesi dilakukan.

2.5.4 Prosedur Inti.


a. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari
bawah krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan
horizontal di pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa
suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa.

19
Gambar14. Sayatan di leher
b. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di
bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan
pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan
jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak
ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya
cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem
pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini
dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.

20
Gambar15. Proses Trakeostomi

2.6 Komplikasi trakeostomi


No. Waktu Komplikas
1. - Intraoperatif - Haemorrhage (pendarahan).
- Rasa panas pada jalan nafas
- Cedera pada trakea dan laring
- Cedera pada struktur trakeal
- Emboli udara
- Apnea
- Henti jantung
- Perforasi
- Ruptur pleura viseralis

21
- Sumbatan darah/secret

2. Postoperatif - Emfisema subkutan
- Pneumotoraks / pneumomediastinum
- Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan

3. Jangka panjang - Obstruksi jalan nafas atas


- Infeksi
- Fistula trakeoesofagus
- Stenosis trakea
- Iskemia atau nekrosis trakea

2.7 Prosedur perawatan selang trakeostomi


1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan
ketenangan selama pengisapan.
2. Siapkan alat – alat yang diperlukan
3. Cuci tangan
4. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai
kebutuhan)
5. Buka kit kateter pengisap
6. Isi kom dengan normal salin
7. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang
tinggi.
8. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )

22
9. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke
pengisap
10. Masukkan selang kateter samapi pada karina tanpa memberikan isapan,
untuk menstimulasi reflek batuk
11. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360
derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan
pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia
12. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16. Bilas selang pengisap
17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.

23
Gambar16. Prosedur perawatan tracheostomy tube

2.8 Web of caution

Inflamasi penyakit tertentu Cedera parah pada wajah


yang menyumbat jalan napas dan leher

Obtruksi jalan napas bagian


atas

Bersihan jalan napas


tidak efektif

Trakeostomi

24
Post operasi
Pre operasi

Kurang Perubahan Udara keluar Insisi pada Trakeostomi tube


pengetahuan anatomi leher masuk tanpa kulit leher menekan pita
system suara
penyaringan

Gagguan Gangguan
Ansietas Mikroorganisme / Kerusaka
citra diri komunikasi
benda asing masuk n
verbal
ke dalam trakhea integritas
kulit

Menstimulus sel
goblet untuk
memproduksi mukus
Bersihan jalan napas
Resiko infeksi tidak efektif

Produksi mucus
Media yang baik untuk meningkat
berkembangnya mikroba Akumulasi sekret

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Trakeostomi

3.1.1 Pengkajian

 Anamnesa

 IDENTITAS
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,

25
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.

 RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
2. Riwayat penyakit sekarang
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri
dada, batuk berdahak, dan disertai sesak napas dan adanya
edema pada laring.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk
rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya, seperti : adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota
keluarga yang lain, seperti: penyakit asma.

 Pemeriksaan Fisik
B1: Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun

 Pengkajian Psikososial
Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan

 Periode Praoperasi
1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya
hidup.

26
 Periode Pascaprosedur
1. Resiko tinggi inefektif bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi,
obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi selang trakeostomi.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan
penumpukan sekresi berlebihan dan bypass pertahanan pernapasan
atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap
trakeostomi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan pola seksualitas yang berhubungan
dengan perubahan penampilan, takut penolakan.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia,
disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi.
6. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang
perawatan trakeostomi, tindak kewaspasaan, tanda dan gejala
komplikasi, perawatan kedaruratan dan perawatan lanjut.

3.1.3 Intervensi

 Periode Praoperasi

DIAGNOSA KRITERIA
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Ansietas yang 1. Menyebutkan 1. Pertegas 1. Menjelaskan
berhubungan alasan untuk penjelasan tentang apa
dengan kurang trakeostomi dokter tentang yang
pengetahuan dan hasil yang pembedahan diperkirakan
tentang diperkirakan. dan alasannya. terjadi dapat

27
pembedahan Bila membantu
yang akan 2. Menyebutkan memungkinkan, mengurangi
dijalani dan keterbatasan jelaskan bahwa ansietas klien
dampak kondisi bicara dan trakeostomi yang
pada gaya hidup komunikasi sementara berhubungan
yang diindikasikan dengan
diantisipasi. dalam edema ketakutan akan
pascaoperasi hal-hal yang
3. Menggambark setelah biopsy, tidak diketahui
an perawatan distress dan tidak
segera pernapasan diperkirakan.
pascaoperasi berat, dan
dan tindakan gangguan lain,
perawatan diri. dan bahwa
trakeostomi
4. Praoperasi, permanen
menunjukkan adalah
kemampuan alternative
untuk untuk intubasi
berkomunikasi endotrakeal
secara efektif atau
menggunakan nasotrakeal.
metode lain
selain bicara. 2. Jelaskan istilah 2. Pengertian
dan konsep tentang
umum, berikan terminologi
literature dan memperbaiki
peralatan pemahaman
aktual, bila dan membantu
memungkinkan. mengurangi
Pastikan klien ansietas.
mengenal hal
berikut:

28
a.Prosedur
trakeostomi
b.Stoma
c.Selang
trakeostomi
d.Suction dan
kateter
suction
e.Kolar
pelembab
trakeal

3. Diskusikan 3. Menyiapkan
potensial squele klien untuk apa
bedah yang
trakeostomi, diperkirakan
termasuk: dapat
a.Perubahan mengurangi
penampilan ansietas karena
tubuh. ketidaktahuan.
b.Perubahan
fungsi tubuh,
misalnya:
bernapas,
bcara,
menyanyi,
batuk, dan
pembersihan
sekresi.

4. Jelaskan klien 4. Dengan


tentang cara- meminta klien
cara alternative mempraktikkan

29
komunikasi teknik
(misal: kertas komunikasi
atau papan sebelum
gambar). Minta prosedur
klien memungkinkan
menggunakan perawat untuk
peragaan ulang mendeteksi dan
untuk berupaya untuk
menunjukkan memperbaiki
kemahiran. adanya
kekurangan
yang serius.
Penguasaan
terhadap
pengganti
komunkasi daat
membantu
menurunkan
perasaan asing
dan kesepian,
meningkatkan
rasa kontrol
klien dan
mengurangi
ansietas.

 Periode Pascaprosedur

DIAGNOSA KRITERIA
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Resiko tinggi 1. Klien akan 1. Tinggikan 1. Posisi ini
inefektif bersihan mempertahan kepala tempat memudahkan

30
jalan napas yang kan selang tidur 30-45 pernapasan
berhubungan trakeostomi derajat. optimal dengan
dengan paten. meningkatkan
peningkatan drainase
sekresi sekunder 2. Klien batuk sekrasi.
terhadap dengan efektif
trakeostomi, untuk 2. Anjurkan klien 2. Napas dalam
obstruksi kanula membersihkan untuk bernapas mengurangi
dalam atau jalan napas. dalam dan penumpukan
perubahan posisi batuk secara sekresi, batuk
selang teratur. membantu
trakeostomi. mengeluarkan
sekresi.

3. Berikan 3. Pelembaban
pelembaban diperlukan
adekuat udara untuk
inspirasi. menggantikan
pelembaban
bypass yang
normalnya
diberikan
struktur
nasofaringeal.
Kurang
pelembaban
dapt mengarah
pada
pengeringan
mukosa trakeal
dan gagguan
proses
transport

31
mukosaliar
dengan
mengakibatkan
rusaknya
mukosa dan
kemungkinan
trakeitis (Martin,
1989).

4. Pengisian salin 4. Pengisian salin


normal steril (5 akan mencuci
ml) sesuai mukosa trakeal
kebutuhan. dan bronchial
dan
merangsang
batuk untuk
membershkan
sekresi
(Mapp,1988).

5. Suction 5-10 5. Suction


detik sesuai membuang
kebutuhan, sekresi dan
dengan mencegah
mempertahanka stasis. Suction
n teknik steril berlebihan
sesai indikasi dapat
dengan menimbulkan
auskultasi paru. hipoksia dan
atau iritasi pada
mukosa trakeal
(Singler, 1993).

32
6. Secara teratur 6. Sekresi kering
inspeksi dan dapat
bersihkan menghambat
selang jalan napas
trakeostomi. atau menjadi
sumber infeksi.

7. Pertahankan 7. Status hidrasi


status hidrasi mempengaruhi
optimal. jumlah dan
karakter
sekresi, klien
dehidrasi
beresiko
terhadap
pembentukan
sumbatan oleh
lendir.

2. Resiko tinggi Klien akan bebas 1. 1.


terhadap infeksi dari infeksi pada a.Suction a.Penghisapan
yang tempat selang teratur
berhubungan trakeostomi. trakeostomi menghilangk
dengan setiap jam an sekresi
penumpukan dan sesuai yang
sekresi kebutuhan tertumpuk,
berlebihan dan atau yang yang
bypass telah memberikan
pertahanan dipesankan. media baik
pernapasan b.Pertahankan untuk
atas. teknik steril. pertumbuhan
c.Gunakan mikroorganis
kateter yang me.

33
telah diberi b.Memberi
pelumas, perlindungan
ukuran yang infeksi.
tepat (kurang c.Kateter yang
dari setengah terlalu besar
diameter dapat
selang menghambat
trakeostomi), jalan napas,
lumasi selang kateter yang
kateter non- tidak dilumasi
silikon denga dapat
pelumas larut mengetuk
air, selang
nonpetroleum trakeostomi..
.
2. Kaji batas
stoma terhadap 2. Drainase
edema yang tak abnormal dapat
biasanya, tanda menunjukkan
kerusakan kulit, infeksi (purulen,
drainase, bau atau
pendarahan, kebocoran
bau, eritemia, duktus torakal
lesi dan krepitus (seperti susu).
udara.

3. Ganti balutan
trakeostomi 3. Penggantian
setiap shift atau balutan teratur
sesuai membantu
kebutuhan. mempertahank
an batas stoma
tetap kering dan

34
bebas mukus.
4. Hindari iritasi
jaringan 4. Ikatan harus
disekitarnya cukup aman
dengan untuk
mengendurkan mencegah
ruang satu jari gerakan turun
di antara naik selang
pengikat dan trakeostomi
leher. dalam trakea
tetapi tidak
terlalu kencang
karena dapat
menekan vena
jugularis
eksterna.
5.
a.Bersihkan 5. Pembersihan
sekitar stoma teratur
setiap 4 jam menghilangkan
dan sesuai sumber
kebutuhan, kontaminasi
gunakan potensial.
hydrogen Dokter mungkin
peroksida membiarkan
setengah stoma tanpa
kuat dan balutan selama
larutan periode
salin,dan pascaoperasi
usap dengan segera untuk
salin. memudahkan
b.Oleskan salep pengkajian dan
antibakteri pembersihan.

35
bila
dipesankan.
c.Bila selang
trakeostomi
dijahit,
bersihkan
sekitar stoma
menggunaka
n bola kapas.

3. Kerusakan Klien akan 1. Berdasarkan 1. Klien mungkin


komunikasi mengkomunikasi hasil memerlukan
verbal yang kan kebutuhan pengkajian, intervensi
berhubungan dasar dengan lakukan intensif, khusus
dengan menggunakan konsultasi yang untuk
ketidakmampuan bentuk tepat (misal memastikan
untuk komunikasi patologis komunikasi
menghasilkan pengganti. wicara, yang efektif.
bicara sekunder optalmologist,
terhadap atau
trakeostomi. otorhinolaringol
ogist).

2. Sebelum 2. Pengertian klien


pembedahan bahwa
jelaskan klien trakeostomi
tentang efek normalnya tidak
yang menganggu
diperkirakan struktur anatomi
dari trakeostomi yang
terhadap bicara. bertanggung
Jelaskan jawab terhadap
fisiologi normal penghasilan

36
penghasilan bunyi dan
bicara dan bahwa
bagaimana kerusakan
trakeostomi bunyi mungkin
mengganggu sementara,
mekanisme ini. dapat
membantu klien
mengatasi
kerusakan
bicara dan
dapat
mendorong
penggunaan
metode
komunikasi
pengganti
(Trwley, 1987).

3. Setelah 3. Penggunaan
mengidentifikasi bentuk
metode komunikasi
komunikasi pengganti dapat
pengganti yang membantu
tepat, menurunkan
instruksikan ansietas dan
klien untuk perasaan
mempraktikkan terisolasi dan
pada asing
praoperasi, bila meningkatkan
memungkinkan. kontrol
Ajarkan staf dan terhadap situasi
para pendukung dan
untuk meningkatkan

37
mempraktikkan kenyamanan
juga komunikasi (Sawyer,1990).
pengganti.

4. Simpan lampu 4. Klien akan tidak


pemanggil mampu
disamping menggunakan
tempat tidur interkom.
klien dan Jawaban yang
letakkan tanggap
catatan pada terhadap lampu
meja "klien pemanggil akan
sementara tidak membantu
dapat mengurangi
berbicara". perasaan
terisolasi dan
memberi
keyakinan
bahwa staf ada
(Swayer, 1990).

5. Singkirkan 5. Teknik
penghambat komunikasi
ekstra yang efektif oleh
dapat pendengar
mempengaruhi meningkatkan
komunikasi pemahaman
efektif. (Mapp, 1988).
a. Berikan
lingkungan
yang tenang
dan tentram.
b. Kurangi

38
rangsangan
eksternal
(misal: televisi,
radio dan
pembicaraan
orang lain).
c. Menghadap
klien saat
berkomunikasi.
d. Berikan waktu
yang adekuat
untuk klien
melakukan,
menyelesaikan
dan berespon
terhadap
komunikasi.
e. Hindari menyela
atau
menyelesaikan
kalimat yang
klien ucapkan,
biarkan klien
berkomunikasi
sesuai
keinginannya.
f. Gunakan
pernyataan
ulang untuk
memastikan
pemahaman.
g. Gunakan
keterampilan

39
mendengar
aktif.
h. Berikan
dukungan
emosional,
menenangkan
dan dorongan.
6. Bila dijelaskan 6. Menjad mampu
sejak awal, bicara akan
anjurkan klien menurunkan
mempraktikkan perasaan
teknik terisolasi dan
komunikasi terasing.
verbal setelah
trakeostomi
dipasang, untuk
klien dengan
selang
sementara atau
setelah mereka
diberi alat
komunikasi
tambahan
(misal: laring
elektronik)
untuk mereka
dengan
trakeostomi
permanen.

4. Resiko tinggi 1. Klien akan 1. Diskusikan efek 1. Pengertian klien


terhadap mendiskusika trakeostomi tentang efek
perubahan pola n perasaan yang bedah dapat

40
seksualitas yang dan diperkirakan membantu klien
berhubungan kekhawatirann pada fungsi menerima dan
dengan ya mengenai tubuh (misal: mengatasi
perubahan efek bernapas, perubahan dan
penampilan, trakeostomi berbicara, mempertahank
takut penolakan. pada fungsi membersihkan an peran
seksual. sekresi), hubungan,
penampilan dan harga diri dan
2. Mengungkapk mobilitas, identitas
an niat untuk keintiman seksual.
menceritakan dengan orang
pada terdekat dan
pasangan. kemampuan
untuk tetap aktif
dalam
seksualitas.

2. Konsul klien 2. Model PLISSIT


entang masalah memungkinkka
seksual, n perawat untuk
dengan membimbing
menggunakan masalah klien
metode dalam cara
konseling terorganisasi
PLISSIT; dan efektif
(Groenwald,
Permission (izin). 1993).
Berikan kepastian
bahwa saling
berbagi perasaan
dan kekhawatiran
tentang seksual
adalah sehat dan

41
bahwa minat seks
dan keintiman fisik
ketika sakit adalah
normal, dorong
saling berbagi
perasaan dengan
pasangan.

Limited
information.
Berikan hanya
informasi yang
tepat untuk kondisi
dan kekhawatiran
tertentu klien.

Specificinstruction
s
berikan instruksi
dan saran yang
rinci untuk
mengatasi
masalah dan
kekhawatiran
spesifik.

Intensive therapy
Lakukan rujukan
pada ahli spesialis
untuk terapi yang
lebih intensif,
sesuai kebutuhan.

42
3. Tenangkan klien 3. Penenangan ini
dan pasangan dapat
bahwa membantu
kekhawatiran mengurangi
dan rasa takut ansietas, dan
mereka adalah memudahkan
normal dan koping positif
diperkirakan. dan komunikasi
terbuka.

4. Biarkan 4. Pemberian
pasangan untuk privasi dapat
saling berbagi mendorong
rasa menenai pasangan klien
kekhawatiranny untuk
a dalam ruang mengungkapka
tersendiri, bila n perasaan dan
memungkinkan. kekhawatiran
Area yang yang
menjadi merupakan
kekhawatiran komponen
biasanya penting dalam
termasuk resiko perencanaan
menyakiti atau intervensi
bahkan efektif..
membuat klien
kehabisan
napas
(sufokasi)
selama aktivitas
seksual.

5. Anjurkan klien 5. Melihat pada

43
dan pasangan stoma dapat
untuk melihat membantu klien
letak dan pasangan
trakeostomi. menerima
kenyataan
tentang
perubahan
fungsi dan
penampilan
tubuh, yang
memudahkan
koping positif.

6. Intervensi untuk 6. Penunjukan


membantu masalah dan
klarifikasi kekhawatiran
miskonsepsi spesifik
atau membantu klien
menunjukkan dan pasangan
area spesfik dalam adaptasi
tentang terhadap
kekhawatiran. perubahan.
a.Takut akan
kehabisan
napas
(sufokasi).
Jelaskan
bahwa ini
kemungkinan
yang sangat
kecil,
anjurkan klien
untuk

44
menggunaka
n pelindung
atau penutup
stoma
sebagai
kewaspadaan
tambahan.

b.Sekresi dan
bau
menusuk.
Anjurkan
penggunaan
parfum atau
aftershave
untuk
menutupi
bau, atau
gunakan oto
stoma untuk
menutupi
sekresi

c.Penampilan
menjijikkan.
Anjurkan
menutupi oto
stoma
dengan scraf,
krag baju
tinggi, atau
ascot,
instruksikan

45
klien pria
untuk
menggunaka
n kaos
ukuran krag
besar untuk
menutupi oto
stoma tanpa
perlu
mengikatnya.

d.Keletihan
Anjurkan
periode
istirahat
sebelum
melakukan
aktivitas
seksual dan
anjurkan
posisi yang
meminimalka
n
penggunaan
energi klien
(misal: klien
di bawah
atau kedua
pasangan
miring).

e.Penurunan
libido

46
Jelaskan
bahwa ini
adalah
normal
setelah
pembedahan,
karena
banyak faktor
termasuk
keletihan,
kekhawatiran
tentang
penampilan
dan bau,
nyeri serta
ansietas.
Tenangkan
klien bahwa
libido akan
kembali bila
faktor-faktor
tersebut
teratasi.

7. Konsul 7. Klien dan


dengan pasangan
terapis pakar mendapatkan
seks, bila keuntungan dari
diindikasikan. keahlian
seorang
spesialis.

5. Resiko tinggi 1. Klien 1. Jelaskan peran 1. Penjelasannya

47
terhadap mempertahan dan pentingnya perlu nutrisi
perubahan kan berat nutrisi pada pasca operasi
nutrisi: kurang badan atau pemulihan optimal dapat
dari kebutuhan penurunan jaringan pasca membantu
tubuh yang tidak lebih dari operasi. meminimalkan
berhubungan 2 kg dalam miskosepsi dan
dengan proses periode pasca memudahkan
penyakit, operasi. kepatuhan
anoreksia, 2. Klien klien.
disfagia, mengkonsums
odinofagia, dan i jumlah cairan 2. Pantau berat 2. Kecenderungan
status puasa dan nutrisi badan. berat badan
pasca operasi. adekuat untuk dapat
memenuhi mengindikasika
kebutuhan n kebutuhan
metabolisme suplemen diet
basal pada atau perubahan
periode pasca teknik
operasi. pemberian
3. Masukkan makan pada
nutrisi dan klien dengan
cairan adekuat peningkatan
tanpa aspirasi kebutuhan
atau tersedak nutrisi atau
sebelum mereka yang
pulang. akan
dipuasakan
selama lebih
dari 1 sampai 2
hari (Taylor,
1989).

3. Kaji 3. Edema pasca

48
kemampuan operasi dapat
pasien untuk menyebabkan
menelan tanpa disfagia atau
batuk atau odinofagia.
aspirasi. Aspirasi
tersembunyi
terjadi pada
30% sampai
50% pasien
dengan disfagia
(Mendelsohn,
1993).
Selang
trakeostomi
dapat
menambatkan
laring,
membatasi
gerak laring
selama
menelan dan
karenanya
mencetuskan
aspirasi
(Mendelsohn,
1993).
Pemberian
makan akan
perlu dihentikan
dan dokter
diberitahu bila
klien teraspirasi.
Aspirasi refluks

49
asam akut
dapat
menimbulkan
mortalitas
sampai 50%,
tidak seperti
prandial
(selama
deglutisi) atau
aspirasi saliva,
kerusakan
utama adalah
iritasi asam
pada jaringan
paru daripada
infeksi bakteri
(Mendelsohn,
1992).

4. Semi padat
4. Evaluasi atau makanan
konsistensi dihaluskan
makanan yang mungkin
dapat ditoleransi lebih
ditoleransi baik, karena
pasien tanpa awal menelan
aspirasi. dan gerakan
makanan dari
konsistensi ini
dikontrol lebih
baik daripada
cairan
(Mendelsohn,19

50
93).

5. Untuk
5. Pertahankan memudahkan
kepala tempat menelan dan
tidur dalam membantu
Fowler's tinggi mencegah
atau pasien aspirasi
harus duduk di (Black,1993).
kursi saat
makan.
6. Ini dapat
6. Inspeksi area menjadii
periostoma dan pertanda
sekresi trakeal aspirasi,
terhadap karenanya
makanan bila pemebrian
diberikan makanan harus
makanan dihentikan dan
peroral. dokter
diberitahu
(Swayer,1990).

7. Suture baru
7. Pertahankan memerlukan
status puasa waktu untuk
bila trakeostomi menyembuh
dilakukan untuk
dengan mencegah
prosedur bedah gangguan atau
yang mencakup kontaminasi
jahitan mukosa. insisi mukosa
(Sigler,1993).

51
8. Untuk
8. Berikan makan mempertahank
melalui selang an berat badan,
(sesuai memudahkan
ketentuan atau penyembuhan
yang telah luka dan
dipesankan) membantu
dan ajarkan mencegah
prinsip-prinsip infeksi (Sigler,
pemberian 1993).
makan melalui
selang.
9. Untuk menjaga
9. Pertahankan suture tetap
hygiene oral bersih dan
yang baik merangsang
sebelum dan nafsu makan.
setelah makan
bila diberikan
makanan
peroral.
10. Bila klien
10. Bekerja sama mendapat
dengan ahli gizi makan melalui
untuk selang atau
memastikan mengalami
kebutuhan kesulitan
nutrisi pasien mempertahank
bila klien an masukan
mengalami nutrisi adekuat,
defisit nutrisi masukan dari
pra operasi atau ahli gizi

52
masukan nutrisi mungkin
dibatasi pada diperlukan
periode pasca untuk
operasi. menetapkan
kebutuhan
nutrient dan
cairan bagi
klien untuk
memudahkan
pemulihan luka
dan mencegah
dehidrasi.

6. Resiko tinggi 1. Berhubungan 1. Ajarkan 1. Peawatan


terhadap inefektif dengan tindakan tracheostomy
penatalaksanaan rencana perawatan yang tepat
regimen pemulangan trakeostomi d dapat membatu
terapeutik yang 2. Rujuk pada rumah. mencegah
berhubungan rencana infeksi dan
dengan pemulangan. komplikasi lain.
ketidakcukupan a.Perawatan a.Kulit harus
pengetahuan kulit. dilindungi
tentang dari sekresi
perawatan erosif.
trakeostomi, b.Suction. b.Suction
tindak mungkin
kewaspasaan, diperlukan
tanda dan gejala untuk
komplikasi, memberikan
perawatan patensi jalan
kedaruratan dan nafas.
perawatan lanjut. c.Perawatan c. Perawatan
selang. selang yang

53
tepat
menghilangk
an sumber
infeks
potensial dan
ostruksi.
d.Pengisian d.Pengisian
normal saline salin steril
normal steril tracheostomy
atau berfungsi
desinfeksi sebagai
dapat dbuat lavage dan
dengan mengiritasi
merebus 1 trakea dan
quart air bronkus,
selama 10 karenanya
menit, merangsang
tambahkan 1 batuk untuk
sendok teh mengeluarka
garam, n sekresi
diamkan kental.
hingga dingin, Tindakan ini
tuang dalam membatasi/m
wadah steril enghilagkan
dan kebutuhan
masukkan untuk suksion
dalam lemari dirumah
pendingin. (Martin,
Keluarkan 1989).
setelah 1
minggu.

e.Gunakan e.Oto stoma

54
penutup atau melindungi
krag stoma. stoma, dan
menyaring
partikel debu,
dan
menghangatk
an udara
yang masuk
trakea. Juga
meningkatka
n kosentrasi
kelembaban
udara yang
diinspirasi,
yang
memudahk
pernafasan
dan
membantu
megencerkan
sekresi.
f. Dapatkan f. Penyulhan
peralatan tentang
yang dimana
diperlukan bahan dapat
(selang diperoleh
trakeostomi dapat
atau balutan menurunkan
sesuai ansietas dan
kebutuhan, kehabisan
bantalan, persediaan.
plester twill,
larutan salin

55
dan peralatan
suction).

2. Pertegas 2. Pelembaban
tentang adekuat
pentingnya menurunkan
kelembaban pengeringan
adekuat dan mukus dan
latihan batuk memudahkan
teratur serta pengeluran
latihan napas sekresi.
dalam.

3. Jelaskan 3. Disfagia dapat


pentingnya meningkatkan
hygiene oral penumpkan
optimal. sekrsi.

4. Ajarkan klien 4. Klien dengan


untuk trakeostomi
melindungi berisiko
stoma dari air terhadap
saat mandi, aspirasi melalui
mencukur, stoma.
mencuci
rambut, dll.

5. Instruksi klien 5. Faktor ini dan


untuk subtansi
menghindari hal mengiritasi
berikut: mmbran
a.Lingkungan mukosa dan
yang sangat meningkatkan

56
panas atau resiko infeksi.
sangat dingin.
b.Pemajanan
terhadap
gelembung
udara, debu,
dan
semprotan
aerosol.

6. Ajarkan tanda 6. Deteksi dini


infeksi yang memungkinkan
harus tindakan segera
dilaporkan untuk mecegah
(misalnya: atau
perubahan meminimalkan
sputum komplikasi.
menjadi
kehijauan
atau
kekuningan
meliputi
peningkatan
suhu,
perubahan
bau, atau
konsisten
sputum).

7. Ajarkan 7. Memahami
penatalaksan tentang
kedaruratan penatalaksanaa
terhadap n kedaruratan

57
perubahan yang tepat
posisi selang. dapat
mencegah
respon panik
bila perubahan
posisi terjadi.

8. Jelaskan 8. Sebagai akbat


mengapa klien trakeostomi,
mengalami udara yang
penurunan diinspirasi
indera mem-bypass
penghirup dan ujung organ
pengecap. olvaktori,
Anjurkan mempengarhi
masukan baik penghirup
makanan atau pengecap.
adekuat Pemahaman
meskipun mekanisme ini
meskipun dan sifatnya
terjadi yang sementara
perubahan dapat
pengecapa. mengurangi
ansietas.

9. Identifikasi 9. Klien mungkin


sumber akan mendapat
komunitas dan manfaat untuk
kelompok swa- berbagi
bantu yang pengalaman
sesuai, dan dan
dorong klien kekhawatiran
untuk dengan orang

58
menghubinginy lain dalam
a. situasi serupa
atau mugkin
bantuan.

10. Lakukan 10. Kunjungan


rujukan ke rumah
pelayanan diindikasikan
kesehatan di untuk
rumah. mengevuasi
peralatan dan
kemampuan
klien (serta
kemampuan
orang
terdekat)
untuk
melakukan
perawatan
diri dan
melakukan
pencucian
lanjut sesuai
kebutuhan.

59
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat
masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi
pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan
bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi
sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan
pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan
menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi

60
4.2 Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara
keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
trakeostomi dengan cermat. Apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah,
mohon dimaklumi.

61

Anda mungkin juga menyukai