Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1) KEHAMILAN
1. Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 28 (40 minggu atau 9
bulan 7hari) dihitung dari hari pertama. Kehamilan dibagi
menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat
sampai 6 bulan dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan.( (Sarwono Prawirohardjo, 2010:89).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus
adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), bila kehamilan lebih dari
43 minggu disebut kehamilan postmatur, kehamilan antara 28
sampai 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan
kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut kehamilan mature
(cukup bulan). (Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Ditinjau dari tuanya kehamilan,kehamilan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama (0-12
minggu), triwulan kedua (12-28 minggu) dan kehamilan
triwulan ketiga (28-40 minggu). (Sarwono Prawirohardjo,
2009).
2. Etiologi
a. Fertilisasi
Merupakan suatu peristiwa penyatuan antara sel sperma dengan
sel telur di tuba falopii. Peristiwa konsepsi ini terjadi di
ampula tuba pada hari 11-14 terjadi ovulasi secara normal.
(Marmi,2010:52)
b. Implantasi atau nidasi
Umumnya nidasi atau implantasi terjadi di dinding depan
atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini
terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Lapisan
desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri
disebut desidua kapsularis yang terletak antara hasil konsepsi
dan dinding uterus disebut desidua basalis disitu plasenta akan
dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain
adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi
oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales dan berpangkal
pada korion.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang
selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan yakni sel-sel
ektodem, mesodem, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion
tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom akhirnya
dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara
ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan bodystalk,
dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding tofoblas.
Bodystalk menjadi tali pusat. Yolksac dan alantois pada
manusia tidak tumbuh terus dan sisa sisanya dapat ditemukan
dalam tali pusat. (sukarni, icesmi.2013: 61)
Merupakan tertanamnya hasil konsepsi kedalam
endometrium. (Marmi,2010:54).Blastocyte masih bebas dalam
rongga uterus pada 2-4 hari sebelum melekat pada rongga
uterus, pada saat ini zona pelucida berdegenerasi dan dibekali
oleh kelenjar yang di sekresi dari endometrium. Proses
melekatnya blastocyte ke endometriumyang terjafi 6-8 hari.
(Yongki dkk.2012:8)
c. Pembentukan Plasenta
Plasenta terbagi dalam beberapa maternal cotiledon,
umumnya ditemukan 15-20 buah maternal cotiledon. Foetal
kotiledon adalah suatu kelompok besar vilicorealis yang
bercabang-cabang seperti pohon.dari tiap-tiap cabang vili
corialis terdapat sistem vena dan arteri yang menuju vena
umbilikalis dan arteri umbilikalis. Darah ibu dan darah janin
dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang
disebut lapisan nitabuch, ketika melahirkan plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan nitabuch. (sukarni, icesmi.2013:
62)
Kekurangan asupan pada salah satu zat akan
mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrein terganggu
dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan dalam kehamilan.
(Icesma Sukarni, 2013:100)
Ada beberapa cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil
dengan memantau pertumbuhan berat badan selama hamil ,
mengukur lila,dan mengukur kadar Hb. .(Icesma Sukarni,
2013:124)
Pengukuran Lila bertujuan untuk mengetahui apakah
seseaorang menderita kekurangan energi kronik atau tidak.
Apabila ibu lilanya kurang dari 23,5 dapat berakibat
keguguran, bayi lahir prematur, BBLR, dan perdarahan saat
persalinan .(Icesma Sukarni, 2013:118)
Kebutuhangizi pada ibu hamil yaitu kebutuhan energi,
karbohidrat,protein dan asam amino, lemak, vitamin dan
mineral Icesma Sukarni, 2013:100)

3. Tanda-tanda Kehamilan Pasti, Tidak Pasti, Kemungkinan


Menurut prawirohardjo dalam bukunya yeyeh, lia, dkk.
2009 :77 mengemukakan bahwa :
1. Tanda Kehamilan pasti
Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi sedang dalam
kondisi hamil maka dalam pemeriksaan melalui USG
(ultrasonografi) terlihat gambaran janin.
Ultrasonografi memungkinkan untuk mendeteksi jantung
kehamilan (gestasional sac) pada minggu ke-5 sampai ke-7,
pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42 hari setelah
konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8 melalui
pemeriksaan USG. Pemeriksa merasakan gerakan janin dalam
rahim pada usia 20 minggu, terlihat adanya gambaran kerangka
janin dengan pemeriksaan radiology, terdengar adanya denyut
jantung janin melalui pemeriksaan dengan ultrasonographi
Doppler dapat di deteksi dengan denyut jantung janin pada
minggu ke-8 sampai minggu ke-12 setelah menstruasi terakhir
dengan stetoskop leanec denyut jantung terdeteksi pada minggu
ke-18 sampai minggu ke-20.
2. Tanda-tanda mungkin hamil
Reaksi kehamilan positif : dasar dari tes kehamilan adalah
pemeriksaan hormone Choriorlik gonadotropin sub unit beta
(beta heg) dalam urine. Jika tidak terjadi kehamilan terjadi
reaksi antigen-antibodi dengan beta heg, sebagai anti gen beta
heg dapat dideteksi dalam darah dan urine melalui enam hari
setelah implantasi (penanaman embrio di dalam rongga rahim).
Cara khas yang dipakai untuk menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air
kencing pertama pagi hari. Dengan tes kehamilan tertentu air
kencing pagi hari ini dapat membantu membuat diagnosis
kehamilan sedini mungkin. Suhu basal yang sesudah ovulasi
tetap tinggi terus antara 37,2’ C sampai 37.80’ C adalah salah
satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini sering dipakai
dalam pemeriksaan kemandulan.
Uterus membesar perubahan bentuk, besar konsistensi.
1. Tanda Hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, tanda
hegar tanda ini terdapat pada dua pertiga kasus dan
biasanya muncul pada minggu ke enam dan sepuluh serta
terlihat lebih awal pada perempuan yang hamilnya
berulang. Pada pemeriksaan bimanual, segmen bawah
uterus terasa lebih lembek. Tanda ini sulit diketahui pada
pasien gemuk atau dinding abdomen yang tegang.
2. Tanda Chadwick, biasanya muncul pada minggu ke delapan
lebih jelas pada wanita yang hamil berulang tanda ini
berupa perubahan warna. Warna pada vagina dan vulva
menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena
adanya vaskularisasi pada daerh tersebut.
3. Tanda Goodel, biasanya muncul pada minggu ke enam dan
terlihat lebih awal pada wanita yang hamilnya berulang
tanda ini berupa serviks menjadi lebih lunak dan jika
dilakukan pemeriksaan dengan speculum serviks terlihat
bewarna lebih kelabu kehitaman.
4. Tanda Piscaseek, uterus membesar secara simetris
menjauhi garis tengah tubuh (setengah bagian terasa lebih
keras dari yang lainnya) bagian yang lebih besar tersebut
terdapat pada tempat melekatnya (implantasi) tempat
kehamilan.
5. Tanda Braxton Hick, bila uterus dirangsang mudah
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa
hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda ini tidak
ditemukan. (Yeyeh, Lia,dkk. 2009:78).
3. Gejala Kehamilan Tidak Pasti (Keluhan pasien).
1. Amenorrhea, konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi,
mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan
rumus nagle dapat ditentukan perkiraan persalinan,
Amenorea (tidak haid), gejala ini sangat penting karena
umunya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
2. Mual dan muntah, pengaruh estrogen dan progesteron
terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan,
menimbulkan mual muntah terutama pada pagi hari yang
disebut morning sickness akibat mual dan muntah nafsu
makan berkurang. Nausa (enek) dan emesis (muntah)
dimana umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan disertai kadang-kadang oleh emesis. Dalam
batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila
melampaui sering dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan disebut hiperemesis gravidarum.
3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman
tertentu), sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan
tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4. Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat
ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat
ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah
kehamilan 16 minggu.
5. Mamae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini
disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang
merangsang duktuli dan alveoli di mammae. Glandula
montgomeri tampak lebih jelas.
6. Anoreksia (tidak nafsu makan), pada bulan-bulan pertama
tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya
dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk dua
orang, sehingga kenaikan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
7. Sering miksi, sering kencing terjadi karena kandung
kencing pada bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya
keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar
keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala ini
bisa timbul lagi karena janin mulai masuk ke rongga
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
8. Konstipasi/obstipasi, terjadi karena tonus otot menurun
karena disebabkan oleh pengaruh hormone steroid
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).

Pigmentasi karena hormone Steroid plasenta (cloasma


gravidarum, areola mammae, linea nigra)
Pigemen kulit terdapat pembesaran payudara disertai
dengan hyper pigmentasi putting susu dan areola (daerah
kehitaman disekitar putting), mammae menjadi tegang dan
membesar. Sekitar wajah adanya melanophore stimulating
harmore hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit,
dinding perut terdapat striae lipid atau albican dan alba menjadi
nigra. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak
deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena
didapatkan deposit pigmen yang berlebih, daerah leher menjadi
lebih hitam. Demikian pula linea alba di garis tengah abdomen
menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini terjadi karena
pengaruh hormone kortikosteroid plasenta yang merangsang
melanofor dan kulit. (Yeyeh, Lia,dkk. 2009:81).
4. Terjadinya Kehamilan
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :
1. Pembuahan/fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita
dengan sel benih / spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot). Hasil pembuahan tersebut
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran
reproduksi (pada keadaan normal : implantasi pada lapisan
endometrium dinding kavum uteri ).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin
menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone : estrogen,
progesterone, human chorionic gonadotropin, human
somatomammotropin, prolaktin dsb. Human chorionic
gonadotropin (hCG) adalah hormone aktif khusus yang
berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya
selama kehamilan. Terjadi perubahan juga pada anatomi dan
fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ sistem tubuh
lainnya,yang dipengaruhi terutama oleh perubahan
keseimbangan hormonal tersebut.
5. Perubahan Pada Organ – Organ Sistem Reproduksi
Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat
pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan
hiperplasi jaringan, progesterone berperan untuk elastisitas /
kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
a. Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
b. Kehamilan 8 minggu : telur bebek
c. Kehamilan 12 minggu : telur angsa
d. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simphisis –
pusat
e. Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f. Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g. Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat – xyphoid
h. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat –
xyphoid
i. Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah
xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik
menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan Trimester I
memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu
menjadi satu bagian dengan corpus, dan pada kehamilan
akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Vaskularisasi sedikit, lapis muscular tipis, mudah rupture,
kontraksi minimal lebih berbahaya jika lemah, dapat
rupture mengancam nyawa janin dan ibu. Serviks uteri
mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen
dan perlunakan akibat progesteron (-> tanda Hegar ) warna
menjadi livide/kebiruan. Sekresi lendir serviks meningkat
pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
(sukarni,margareth. 2013: 65-66).

6. Anemia dalam Kehamilan


a. Definisi
Anemia diindikasikan bila hemoglobin (Hb)
kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil
atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
(Morgan dan Hamilton, 2009 : 149).
Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin (Hb) atau darah merahnya kurang dari
10 gram % ini disebut anemia berat, jika
hemoglobinnya kurang dari 6 .gram % disebut
anemia gravis. Jumlah normal untuk wanita hamil
adalah 12-15 gram% dan hemotokritnya adalah 35-
54%. (Khumaira, 2012 : 92).
b. Etiologi
1). Anemia definisi zat besi merupakam anemia
yang paling umum saat kehamilan; sekitar 95%
anemia terkait kehamilan tergolong anemia
definisi zat besi, zat besi serum menurun dan
kapasitas pengikat zat besi meningkat.
2). Anemia hemolitiki didapat (Acquired Hemolytic
Anemia) infeksi dan beberapa obat oksidik pada
kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis
SDM (sel darah merah) yang mengakibatkan
anemia hemolitik ringan sampai berat.
3). Anemia Megaloblastik berhubungan dengan
kurangnya sayuran segar atau protein hewani
dalam diet. (Morgan dan Hamilton, 2009 : 152-
156).
c. Penatalaksanaan
1). Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan
darah.
2). Kaji riwayat keluarga.
3). Lakukan hitung darah lengkap pada kunjungan
awal, kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht)
pada kehamilan : Kadar Hb lebih dari 13 g/dl
dengan Ht lebih dari 40% waspada dehidrasi dan
preeklamsia. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34-
40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31-32%
menunjukkan kadar yang rendah, namun masih
normal. Kadar Hb 10g/dl disertai Ht 30%
menunjukkan anemia : rujuk pasien ke ahli gizi atau
berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari atau
satu kapsul time-relase seperti Slow-Fe setiap hari.
Kadar Hb 9-10 g/dl dengan Ht 27-30% dapat
menunjukkan anemia megaloblastik : rujuk pasien
ke ahli gizi atau konseling diet, rekomendasikan
pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral,
2-3 kali/hari. Jika kadar Hb <9 g/dl dengan Ht
<27% atau anemia perlu periksa adanya perdarahan
samar atau infeksi, pertimbangkan untuk melakukan
uji laboratorium, konsultasikan kepada dokter.
(Morgan dan Hamilton, 2009 : 151).
Beberapa gejala yang timbul akibat penyakit
anemia adalah kelainan-kelainan bentuk sel darah
merah, cepat lelah wajah pucat, sulit bernafas, serta
gejala kelainan pada organ-organ vital, untuk
mengatasinya ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi dan protein,
juga sayuran hijau yang mengandung mineral dan
vitamin. (Khumaira, 2012 :93).
2) PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan. Sebagai
respon terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang
dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir terbentuk dan bayi
bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul. (Kevin, 2014 :
224).
2. Mekanisme Persalinan
Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan :
1. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada
saat persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya
dengan presentasi biparietal (diameter lebar yang paling
panjang berkisar 8,5-9,5 cm) atau 70% pada panggul
ginekoid.
Masuknya kepala :
a. Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
b. Pada multi terjadi pada permulaan persalinan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala
janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior/posterior). Masuknya
kepala kedalam PAP : dengan fleksi ringan,sutura sagitalis /
SS melintang
a. Bila SS ditengah-tengah jalan lahir : synklitismus
b. Bila SS tidak ditengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
c. Asynklitismus posterior : SS mendekati symphisis
d. Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium
2. Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada
arsitektur pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan
ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung
lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul,akibat
tertekan langsung dari his dari daerah fundus kearah daerah
bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding
perut dan diafragma (mengejan) dan badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Flexion (fleksi)
Pada umunya terjadi fleksi penuh/sempurna
sehingga sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul :
membantu penurunan kepala selanjutnya. Fleksi : kepala
janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala)
menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala). Dengan majunya kepala fleksi bertambah ukuran
kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil ( diameter
suboksipito bregmatika menggantikan suboksipito
frontalis ). Fleksi terjadi karena anak didorong maju,
sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks,
dinding panggul/dasar panggul.
4. Internal rotation (putar paksi dalam)
Rotasi interna ( putar paksi dalam ) : selalu disertai
turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan ( ke
bawah simfisis pubis ) membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis
Perputaran kepala ( penunjuk ) dari samping ke depan atau
kearah posterior (jarang) disebabkan :
a. Ada his selaku tenaga/gaya pemutar
b. Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul
selaku tahanan.
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya
kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan
tindakan vakum ekstraksi. Pemutaran bagian depan anak
sehingga bagian terendah memutar ke depan ke bawah
simfisis
a. Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan
dengan bentuk jalan lahir
b. Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan
majunya kepala
c. Tidak terjadi sebelum sampai Hodge III
d. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
Pada letak fleksi bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah, bagian terendah mencari tahanan
paling sedikit, yaitu di depan atas (terdapat hiatus
genitalis), ukuran terbesar pada bidang tengah
panggul diameter anteroposterior
5. Extension (ekstensi)
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala
makin turun dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat
ini puncak kepala berada di simfisis dan dalam keadaan
begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala
ekspulsi dan melewati introitus vaginae.
 Defleksi dari kepala
 Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak
kepala ke bawah dan tahanan dasar panggul yang
menolak ke atas resultantenya kekuatan ke depan atas
 Pusat pemutaran : hipomoklion
 Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi
ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis
bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma,
dahi, hidung, mulut, dagu.
6. External rotation (putar paksi luar)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke
posisi pada saat engagement dengan demikian bahu depan
dan belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada,
perut, bokong dan seluruh tungkai.
 Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher
(putaran restitusi)
 Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sefihak putaran
paksi luar sebenarnya
 Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dan
PAP
 Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang
 Bahu depan menyususl lahir, diikuti seluruh badan anak
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan
menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks,
abdomen) dan lengan, pinggul/trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki. (Sukarni,Margareth. 2013: 200-
205).
3) NIFAS
1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyediaan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Periode persalinan meliputi masa transisi kritis bagi
ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan
sosial. Baik di negara maju maupun negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan
yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh
karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih
sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini
terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping
ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan
fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan
yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan
promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan
yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul
pada masa pasca persalinan.(Prawirohardjo, Sarwono, 2010
: 357).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu. Masa nifas ini dimulai sejak 1 jam
setelah lahiranya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
hari). Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Keadaan ini ditandai dengan
perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis,
hubungan keluarga dan aturan penyesuaian terhadap aturan
baru.( Khumaira. 2012: 307).
2. Tahapan Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerpenium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.
( Khumaira. Marsha. 2012: 307).
Tahapan masa nifas menurut (Saleha. 2009 : 5)
1. Periode immediate postpartum.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena
itu bidan melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lockea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu).
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lockea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu).
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
3. Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau
sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian kurang lebih
sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam 2
minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis
dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut
masa involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di 1.000 gr
bawah pusat
1 minggu Pertengahan puat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr

b. Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu lokia rubrasangulenta dan
lokia serosa atau alba. Berikut ini adalah beberapa
jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa
nifas :
a) Lokia rubra (cruenta) bewarna merah karena
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari
pascapersalinan. Akan keluar selama dua
sampai tiga hari postpartum.
b) Lokia sanguilenta bewarna merah kuning
berisi darah dan lendir yang keluar pada hari
ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
c) Lokia serosa dimulai dengan versi yang
lebih pucat dari lokia rubra, terbentuk dari
serum dan bewarna merah jambu kemudian
menjadi kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke-7 sampai hari ke-14
pascapersalinan.
d) Lokia alba lokia yang terakhir, dimulai dari
hari ke-14 kemudian makin lama makin
sedikit hingga sama sekali berhenti sampai
satu atau dua minggu berikutnya, bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta
terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
c. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya
thrombosis, degenerasi, an nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta.
d. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks
menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Serviks
tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian
anterior. Serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang
serviks lambat laun mengecil. Rongga leher serviks
bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
e. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan
puerpurium merupakan suatu saluran yang luas
berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti
ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali
pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses
pembentukan berubah menjadi kurunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
f. Payudara (mammae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui
mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu, sekresi susu atau let down.
Setelah melahirkan ketika hormone yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin
(hormone laktogenik), sampai hari ketiga setelah
melahirkan efek prolaktin payudara mulai bisa
dirasakan. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi mengisap putting,
reflek saraf merangsang lobus posterior pituitari
untuk menyekresi hormone oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI
melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang
terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak,
reflek ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup
lama. (Saleha. 2009 : 54-58).

4) NEONATUS
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebut dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
ekhidupan ekstrauterin (Dewi, 2011: 1)
Bayi baru lahir normal (BBL) normal adalah bayi
yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram (Wahyuni, 2011: 1)
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Lahir aterm 37-42 minggu
b. Berat badan 2.500-4.000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Frekuensi denyut jantung 120-160 kali/ menit
g. Pernafasan 40-60 x/menit
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nilai APGAR >7
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Reflek rooting (mencari puting susu dengan
ragsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah
terbentuk dengan baik
o. Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan)
sudah terbentuk dengan sempurna
p. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik
q. Genetalia :
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan
testis yang berada pada skrotum dan penis
yang berlubang
2) Pada perempuan kematangan ditandai
dengan vagina dan uretra yang berlubang
serta adanya labia mayora dan minora
r. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya
mekonium dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan. (Dewi, 2011: 2).

3. Perubahan-perubahan Fisik Bayi Baru Lahir Normal


Menurut Sarwono (2008:368) mekanisme kehilangan panas bayi
ke lingkungan melalui empat cara, yaitu;
a. Cara Konveksi
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20° C dan
sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang
terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari
area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.
b. Cara Evaporasi
Bayi yang baru lahir dalam keadaan basah kehilangan panas
dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan
seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin
setelah dilahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk hangat
untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif.
c. Cara Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat,
misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu, bayi harus
diselimut, termasuk kepalanya, idealnya denga handuk hangat.
Jikatesustasi aktif diperlukan, bayi sedapat mungkin diselimuti,
karena bayi yang mengalami asfiksia tidak dapat menghasilkan
panas untuk dirinya sendiri dan karenannya akan kehilangan
panas lebih cepat (Prawirohardjo, 2008: 368)
4. Perawatan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo (2010: 369) setelah dilakukan penilaian
awal kondisi bayi, maka dilakukan perawatan bayi berupa;
a. Memotong Tali Pusat
Pemotongan tali pusat diakukan dengan memberi klem
pada tali pusat dengan jarak 2 – 3 cm dari kulit bayi, dengan
menggunakan klem yang terbuat dari plastic, atau membuat ikatan
yang cukup kuat, menggunakan instrument yang steril dan tajam.
Menggunkan instrument yang tumpul dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi karena terjadi trauma yang lebih banya pada
jaringan (Prawirohardjo, 2008: 370).
b. Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah bayi dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau
perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberikan
kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting
ibunya. Setelah lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan
tidak perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi
karena cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi
mencari putting ibu.
Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai menendang
dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan
menunjukkan gejala refleks menghisap seperti membuka mulut dan
mulai mengulum putting. Refleks menghisap yang pertama ini
timbul 20 – 30 menit setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan
protokol IMD ini, bayi dapat langsung menyusu dan mendapat
kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca persalinan
(Prawirohardjo, 2008: 369).
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar
bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran
mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus
bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih
tenang sehingga didapat pola tidur yang baik. Dengan demikian,
berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat ke luar dari
rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran
hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat
menguatkan ikatan batin anatara ibu dan bayi (Prawirohardjo,
2008: 369).
c. Perawatan Tali Pusat
Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersigh. Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan
lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian
dengan logger/ tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril. Popok
atau bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk
menghindari kontak dengan feses dan urin. Hindari penggunaan
kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat
(Prawirohardjo, 2008: 370)
Antiseptic antimikroba topical dapat digunakan untuk
mencegah kolonisasi kuman dari kamar bersalin, tetapi
penggunaannya tidak dianjurkan untuk rutin dilakukan. Antiseptic
yang biasa digunakan ialah alcohol dan pavidone-iodine dapat
menimbulkan efek samping karena diabsorpsi oleh kulit dan
berkaitan dengan terjadinya transien hipotiroidesme. Alcohol jug
tidak lagi di anjurkan untuk merawat tali pusat jarena dapat
mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini
belum ada petunjuk mengenai antiseptik yang baik dan aman
digunakan untuk perawatan tali pusat, karena itu dikatan yang
terbaik adalah menjaga tali pusat tetap kering dan bersih.
Antimikroba yang dapat digunakan seperti basitrasin,
nitrofurazone, siker sulphadiazine, dan triple dye (Prawirohardjo,
2008: 370).
d. Pemberian Profilaksis Mata
Konjungtivitas pada bayi lahir terjadi terutama pada bayi
dengan ibu yang menderitapenyakit menular seksual seperti gonore
dan klamidiasis. Sebagai besar konjungtivitas muncul pada 2
minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian antibiotic profilaksis
pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitas.
Profilaksis mana yang sering digunakan yaitu tetes mata silver
nitrat 1 %, salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin.
Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah konjungtivitis gonore.
Saat ini silver nitrat tete mata tidak dianjurkan lagi karena sering
terjadi afek samping berupa iritasi dan kerusakan mata
(Prawirohardjo, 2008: 371).
e. Pemeberian Vitamin K
Sampai saat ini, angka kematian bayi terutama di Negara
berkembang karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K masih
cukup tinggi. Maka dari itu, pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir dilakukan untuk mencegah defisiensi vitamin K dengan dosis
0,5-1 mg secara intramuskular. Dan untuk Oral, 3 kali @ 2 mg,
diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3 -7 hari, dan pada saat
bayi berumur 1 -2 bulan (Prawirohardjo, 2008: 371).
f. Pengukuran Berat dan Panjang Lahir
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua
hal yang ingin selalu ingin diketahui orang tua tentang bayinya
yang baru lahir adalah jenis kelamin dan beratnya. Pengukuran
panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak bermakna.
Pengukuran dengan menggunakan pita ukur tidak akurat. Bila
diperlukan data mengenai panjang lahir, maka sebaiknya dilakukan
dengan menggunkan stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam
posisi lurus dan ektremitas dalam keadaan ekstensi (Prawirohardjo,
2008: 372).
g. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hala yang sering dilakukan,
tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi,
seperti memandikan bayi seegera setelah lahir yang dapat
mengakibatkan hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi
kurang sehat, beyi belum lepas dari pusat atau dalam perjalanan,
tidak perlu dipaksakan untuk mandi berendam. Bayi cukup diseka
dengan sabun dan air hangat untuk menastikan bayi segar dan
bersih.
Saat mandi bayi berada dalam keadaan telanjang dan basah
sehingga mudah kehilangan napas. Karena itu, harus dilakukan
upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan napas. Suhu rungan
saat memandikan bayi harus hangat (> 25° C ) dan suhu air yang
optimal adalah 40° C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat
berangsur turun sampai 30° C untuk bayi di atas 2 bulan.
Urutan memandikan bayi yang benar dimulai dari
membersihkan wajah. Mata dibersihkan dengan kapas yang telah
direndam air matang. Lubang hidung dibersihkan berlahan dan
tidak terlalu dalam dengan cotton buds yang dicelupkan ke dalam
air bersih. Bagian luar telinga dibersihkan dengan catton buds yang
telah diberi baby oil. Kemudian wajah bayi diusap dengan waslap
yang telah direndam air hangat. Setelah wajah dibersihkan, bukalah
baju bayi lalu bersihkan alat kelamin dan bokong bayi dengan
kapas basah. Usap seluruh permukaan dan lipatan tubuh bayi
dengan waslap yang direndam ke bak air hangat. Tangan kanan ibu
menyangga kepala dan memegang erat ketiak bayi sedangkan
tangan kanan ibu membersihkan sabun di tubuh bayi. Untuk
membersihkan punggung bayi, balikan badan bayi perlahan
dengan tangan kanan ibu sedangkan tanga kiri ibu tetap menopang
badan bayi dan memegang erat ketiaknya. Pencucian rambut hanya
dilakukan bila rambut kelihatan kotor atau ada kerak di kulit kepala
bayi lalu disisir dengan sikat rambur halus untuk memudahkan
lepasnya kerak di kulit kepala bayi. Selanjutnya usap rambut dan
kepala bayi dengan waslap yang direndam air hangat, sampai
bersih. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakkan di
atas henduk kering. Pemakaian lotion setelah mandi tidak umum
dibutuhkan bayi karena justru membuat pori-pori kulit tertutup
(Prawirohardjo, 2008: 372).

5. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemriksaan awal terhadap
bayi setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk memeriksa
adanya kelainan fisik dan ada atau tidaknya reflex primitive.
Pemriksaan ini dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya enam
jam setelah lahir (Kumalasari, 2015:216)
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan yang adekuat sehIngga tidak akan menimbulkan resiko
yang dapat membahayakan bayi. Pada pemriksaan ini yang palig
penting adalah cara menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermia dan
bayi tidak mengalami trauma karena tindakan yang kita lakukan.
Lengkapi semua tindakan dengan infirmed consent terlebih dahulu
apabila bayi telah dirawat gabungkan dengan ibunya (Kumalasari,
2015:216)
Prinsip yang harus diperhatikan dalam premriksaan fisik bayi baru
lahir adalah sebagai berikut (Kumalasari, 2015:216):
1. Ruangan harus hangat, terang, dan bersih.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemriksaan.
3. Gunkan alat pelindung diri (APD) clemek, sarung tangan.
4. Yakinkan alat pemriksa bersih.
5. Lakukan pemriksaan secara sistematis head to toe: inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.

6. Jika ada kelainan lakukan tindakan kolaborasi atau rujukan.


7. Lakukan pendokumentasian.
Adapun komponen pemriksaan fisik pada bayi baru lahir meliputi
sebagai berikut
1. Anamnesis meliputi sebagai berikut.
a. Biodata bayi dan orang tua meliputi nama bayi, tanggal, jam
lahir, jenis kelamin, berat badan, panjang badan, alamat, nama
orang tua, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
b. Alasan datang.
c. Riwayat persalinaan, meliputi jenis persalinan, ditolong oleh,
lma persalinan: kala I, II, III dan IV, ketuban pecah. Warna air
ketuban, placenta, tali pusat, komplikasi, keadaan bayi baru
lahir, menangis, gerakan, warna kulit.
d. Riwayat masalah yang terjadi selama persalinan, meliputi
riwayat frekuensi ANC oleh siapa, dimana, TT, tablet Fe,
keluhan.
e. Riwayat kesehatan, meliputi riwayat penyakit yang dialami ibu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat oprasi yang dijalani, riwayat
keluarga (gemeli).
f. Data psikososial, meliputi penerimaan ibu, suami, dn keuarga
terhadap kehamilan, hubungan ibu dengan suami dan keluarga,
jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga lainnya
yang tiggal serumah, apakah ada keluarga lain yang tinggal
serumah, pantangan makan, serta kebiasaan makan.
g. Riwayat cultural, meliputi kebiasaan berobat, adat istiadat yang
memengaruhi. Pola kebiasaan sehari-hari meliputi pada pola
nutrisi yaitu ASI, PASI, dan eliminasi BAK serta BAB
(Kumalasari, 2015:217)
2. Pemeriksaan umum
a. Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi
proporsional/tidak),
b. Bagian kepala, badan, dan ekstermitas (pemriksaan ada/
tidaknya kelainan).
c. Tonus otot, tingkataktivtas (gerakan bayi aktif atau tidak).
d. Warna kulit dan bibir (kemrahan/kebiruan).
e. Tangis bayi (melengking, merintih, normal)
(Kumalasari, 2015:217)

3. Pemeriksaan khusus meliputi sebagai berikut.


a. Inspeksi
Meliputi kepala, UUB, hidung, mata, muka, leher, dada,
abdomen, punggung, anus, genitalia eksterna, ekstermitas atas
dan bawah.
b. Pemriksaan antropometri
Meliputi Circumferential Mento Occipitalis
(CMO),Circumferential Fronto Occipitalis (CFO), Diameter
Mento Occipitalis (DMO), Diameter Fronto Occipitalis (DFO),
BBL, PBL, LILA, Lingkar dada.
c. Pemriksaan penunjang
Meliputi laboratorium klink dan diagnosis penunjang lain
(Kumalasari, 2015:217)

4. Tanda-tanda vital
a. Priksa laju nafas dengan melihat tarika nafas pada dada
mengguakan petunjuk waktu. Laju nafas normal 40-60 per
menit, tidak ada wheezing dan ronki.
b. Priksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan
petunjuk waktu. Laju jantung normal 120-160 kali per menit,
tidak terdengar murmur jantung. Bila > 160 kali per menit
(takikardia) merupakan tanda infeksi, hipovolemia,
hipertermia, anemia, konsumsi obat ibu. Bila < 100 kali per
menit (bradikardia) merupakan tanda BBL cukup bulan, sedang
tidur, atau kekurangan O2.
c. Priksa suhu dengan menggnakan thermometer aksila. Suhu
normal 36,5- 37,2 ͦ C.
(Kumalasari, 2015:218)

5. Pengukuran tiga komponen pertumbuhan


a. Berat badan (BB)
Ditimbang setiap hari, BB < 2.500 gram prematur atau small
for gestational age (SGA), BB > 4.000 gram post-term atau
large for gestational age (LGA). Perlu mengetahui usia
kehamilan secara akurat. Perhatika glikemia pada BB kurang
atau berlebihan. Bayi baru lahir akan kehilangan 10% pada
minggu pertama, bila kehilangan berlebihan kemungkinan
kurang ASI, dehidrasi, dan bila berat badan sangat berbeda
dengan kemarin, maka timbang dua kali. Berat badan akan
kembali pada usia dua minggu. Kenaikan berat badan
diharapkan adalah 30 gram/hari.
b. Panjang badan
Di ukur dari ubun-ubun sampai tumit bayi, posisi terlentang,
sendi ltut dan panggul harus ekstensi penuh. Normal 45-53cm.
di ukur saat masuk dan setap minggu serta dibandingkan
dengan berat badan.
c. Lingkar kepala
Di ukur saat masuk dan setiap minggu. Cara mengukur dengan
menghubungkan empat titik yaitu dua frontal bosses dan kedua
occipital protuberances, normal 33-38cm. Letakan pita ukur
pada bagan paling menonjol di tulang occiput dan dahi.
Pengukuran sedikitnya sekali sehari jika bayi baru lahir
mengalami gangguan neurologis (perdarahan intraventricular,
hidrocepalus, asfiksia).
(Kumalasari, 2015:218)

6. Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki


a. Kepala, raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/
moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterioer harus diraba, fontanel yang
besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefalia. Jika
fontanel menonjol, hl ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sdangkan yang cekung dapat terjadi akibat
dehidrasi.
Pemriksa adanya trauma kelahiran misalnya caput
suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/
frakur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan konginetal
seperti anensefali, mikrosefli, kraniotabes, dan sebagainya.
b. Wajah, wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi
tampak simetris, hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down
atau sindrom Picre Robin. Perhatikan juga kelainan wajah
akibat trauma leher seperti laserasi paresi nerfus fasialis.
c. Mata, goyangkan kepala bayi perlahan-lahan supaya mata bayi
terbuka.periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
Periksa adanya glaukuma konginetal, mulainya akan tampak
sebagai pembesaran kebudian sebagai kekeruhan pada kornea.
Katarak konginetal akan mudah terlihat yaitu pupl berwarna
putih, pupil harus tampak bulat, terkadang ditemuan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya detak retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra,
perdarahan konjungtiva atau retina.periksa adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaaan. Apabila ditemukan
epikantus melebar kemunginan bayi mengalami sindrom down.
d. Hidung, kaji bentuk dan lebar hidung. Pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5cm. Bayi harus bernafas dengan
hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
adanya obstruksi jalan nafas karena atresia kolana bilateral,
fraktur tulng hidung atau ensefalokel yang menonjol
kenasofaring. Priksa adanya sckret yang mukopurulen yang
terkadang berdarah. Hal ini kemungkinan adanya siflis
konginetal. Priksa adana pernafasan cuping hidung
mengembang menujukkan adanya gangguan pernafasa.
e. Mulut, perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah.
Mulut yang kecil menunjukkan mukrignati. Piksa adanya bibir
sumbing, adanya gigi atau ranula (kista unak yang berasal dari
dasar mulut). Priksa keutuhan langit-langit, terutama pada
sambungan antara palatum lunak dan keras. Perhatikan adanya
bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibat epistein’s pearl atau gigi. Priksa lidah apakah membesar
atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intracranial meninggi sering kali lidahnya keluar masuk (tanda
foote).

f. Telinga, priksa dan pastikan jumlah, bentuk, dan posisinya.


Pada bayi cukup bulan, tulang rawa sudah matang. Daun
telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkung yang jelas
di bagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letakknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre-Robin). Perhatikan adanya
kulit tambahan atau aurikel, hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
g. Leher, leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher. Priksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakkan pada fleksus brakialis. Lakukan perabaan untuk
mengidentifiksi adanya pembengkakan. Priksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan
kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menujukkan
adanya kemungkinan Trisomia 21.
h. Klavikula, raba seluruh klafikula untuk memastikn
keutuhannya trauma pada bayi yang lahir. Dengan presentasi
bokong atau ditosia bahu, priksa kemungkinan adanya fraktur.
i. Tangan, kedua tangan harus sama panjang, priksa dengan cara
meluruskan kedua tangan kebawah. Kedua lengan harus bebas
bergerak, jika gerakkan kurang kemungkinan adanya
kerusakkan neurologis atau fraktur. Priksa jumlah jari.
Perahatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan
harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti Trisomi 21.
Priksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terifeksi tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
j. Dada, priksa kesimetrisan gerak dada saat bernafas. Apabila
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diagfragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.
Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatiakn. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah
terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal.
k. Abdomen, abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, kaji adanya
pembengkakan. Jika perut sangat cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya.
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis
vesikalis, omfalokel, atau duktus omfaloentriskus persisten.
l. Genitalia, pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-
1,3 cm. priksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh
ditarik karena akan menyebabkan fimosis. Priksa adanya
hipospudia dan epispadia. Skrotum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua. Pada bayi perempuan cukup
bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina. Terkadang tampak adanya
sckret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawal bedding).
m. Anus dan rectum, priksa adanya kelainan atresia ani, kaji
posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam
pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan
adanya meconium plug syndrome, megakolon, atau obstruksi
saluran pencernaan.
n. Tungkai, priksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Priksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan.
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya
pergerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakkan neurologis. Priksa adanya polidaktil atau sidaktili
pada jari kaki.
o. Spinal, priksa spinal denga cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas speri spina bifida,
pembengkakan, lesung, atau bercak kecil berrambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau
kolumna vertebra.
p. Kulit, perhatikan kondisi kulit bayi. Priksa adanya ruam dan
bercak atau tanda lahir. Priksa adanya pembengkakan,
perhatikan verni kaseosa. Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(Kumalasari, 2015:221)
Prinsip yang harus diperhatikan dalam premriksaan fisik bayi baru
lahir adalah sebagai berikut (Kumalasari, 2015:216):
1. Ruangan harus hangat, terang, dan bersih.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemriksaan.
3. Gunkan alat pelindung diri (APD) clemek, sarung tangan.
4. Yakinkan alat pemriksa bersih.
5. Lakukan pemriksaan secara sistematis head to toe: inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.
6. Jika ada kelainan lakukan tindakan kolaborasi atau rujukan.
7. Lakukan pendokumentasian.

Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I (periode transisi) terjadi segera setelah bayi lahir, selama


menit-menit pertama setelah kelahiran. Pada tahap ini digunakan
sistem scoring apgar dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan sellama 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi,
2011: 3)
7. Perawatan Bayi Sehari-Hari
Dilakukan perawatan bayi sehari-hari dengan baik dan benar
diantaranya;
a. Mata, bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi.
Mata dapat dibersihkan dengan air steril atau aqua destilata. Muka
sebaiknya diseka dengan air steril ketika setelah menyusu.
(Kumalasari, 2015:227)
b. Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya infeksi
kandida. Kandida merupakan suatu penyakit endemik di tempat
perawatan bayi (infeksi yang timbul dari ibu, bidan atau perawat,
botol atau dot) (Kumalasari, 2015:227)
c. Kulit terutama di lipatan-lipatan, harus selalu bersih dan kering.
Bagian-bagian tersebut harus selalu bersih dari vernik caseosa
karena merupakan media paling baik untuk perkembangan kuman.
(Kumalasari, 2015:227)
d. Tali pusat pada umumnya akan puput pada usia bayi 6-7 hari,
ketika tali pusat belum puput sebaiknya setiap hari dibersihkan
dengan air dan diganti dengan kain kasa kering dan tidak
menambah alkohol atau obat lainnya kedalam kasa.
(Kumalasari, 2015:228)
e. Kain popok, harus segera diganti setiap basah. Untuk menjaga kulit
bayi tetap kering dari urine atau tinja. Setiap membersihkan,
dengan iar steril atau dengan air bersih dan tidak menggunakan tisu
basah yang beraroma serta mengandung alkohol, untuk
menghindari infeksi pada kulit bayi (Kumalasari, 2015:228)
f. Memperhatikan pemberian ASI bayi, pemberian ASI dilakukan
setiap 2/3 jam sekali. Untuk mencukupi kebutuhan cairan ataupun
nutrisi bayi. Tidak memberikan air lain seperti air madu, air gula,
atau air berasa lainnya. Pada umumnya bayi hanya memerlukan
ASI samapi usia 6 bulan, bayi belum dapat mencerna zat lain selain
kandungan ASI (Kumalasari, 2015:228)
B. Tinjauan Teori Menejemen Kebidanan
1. Menejemen Kebidanan Pada Ibu Hamil
STANDAR I (PENGUMPULAN DATA)

Pada bagian atas disertakan tanggal masuk, jam pada waktu pengkajan
dan ruang.

Pengkajian yang di lakukan pada ibu amil harus akurat, relevan, dan
lengkap yang meliputi :

1) Data subyektif
a. Identitas, meliputi :
1. Nama ibu dan suami : memudahkan komunikasi, memanggil
dan menghindari kekeliruan.
2. Umur : mengetahui apakah ibu termasukberisiko tinggi
atau tidak. Dengan umur ideal ibu untuk hamil antara 20-35
tahun.
3. Suku : mengetahui kebudayaan yang di anut.
4. Agama : mengetahui kepercayaan yang dianut.
5. Pendidikan : memudahkan dalam memberikan KIE.
6. Pekerjaan : mengetahui status social ekonomi.
7. Penghasilan : mengetahui tingkat perekonomian.
8. Alamat : memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
b. Alasan kunjungan.
Kunjungan pertama atau kunjungan ulang. Adakah keluhan yang
dirasakan saat ini. Keluhan yang biasanya dialami ibu hamil
Trimester III.
c. Data kebidanan
1. Riwayat menstruasi
Mengetahui tentang fungsi alat reproduksi, hal yang di kaji
adalah :
a. Usia menarche : mengetahui umur klien saat mengalami
menstruasi pertama kali (normalnya usia 9-13 tahun).
b. Teratur atau tidak teratur : mengetahui adakah gangguan
haid yang dialami.
c. Warna : normalnya berwarna merah segar.
d. Konsistensi : cair atau menggumpal.
e. Siklus : normalnya 25-38 hari.
f. Lama : mengetahui ada tidaknya gangguan pada lamanya
waktu menstruasi pada klien. Lama menstruasi normal
umumnya 3-8 hari.
g. Banyaknya : mengetahui ada tidaknya gangguan pada
jumla perdarahan menstruasi pada klien ( normalnya 2-3
kali ganti pembalut / hari )
h. Dismenore : mengetahui ada tidaknya nyeri saat menstruasi
pada klien.
2. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji dalam data ini adalah berapa kali menikah,
status pernikahan sah atau tidak. Ini penting untuk dikaji karena
dari data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana
rumah tangga pasangan. ( sulistyawati,2009 : 169 )
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Meliputi jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
yang aterm atau premature, keguguran atau kegagalan
persalinan, persalinan dengan tindakan , riwayat pedarahan
pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, berat bayi
sebelumnya, dan masalah-masalah lain yang dialami
(rukiyah,2009:146).
4. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat
kontrasepsi.
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. Haid pertama haid terakhir (HPHT)
Ditanyakan untuk menafsir umur kehamilan dan tafsiran
tanggal persalinan atau hari perkiraan lahir (HPL) (mochtar,
2011 : 35)
b. Hari perkiraan lahir (HPL)
Ditanyakan untuk menghitung hari perkiraan lahir dapat
menggunakan rumus naygele, yaitu HPL : (HPHT+7) dan
(bulan
pertama haid terakhir-3) dan (tahun haid terakhir+1)
(mochtar,2011 :35)
c. Umur kehamilan

d. ANC (Antenatal care)


TM 1,2,3. Kehamilan normal cukup 4 kali. Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah k1,k2,k3,k4. Hal ini berarti,
minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak 2 kali kunjungan
antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu
(prawirohardjo,2009:297)

e. Imunisasi TT (tetanus toksoid)


6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit terdahulu
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang pernah diderita.
Apabila klien menderita penyakit keturunan, maka ada
kemungkinan janin yang ada di dalam kandungannya tersebut
beresiko penderita penyakit yang sama. (astuti,2012:215)
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang diderita sekarang.
Tanyakan bagaimana kronologis dari tanda-tanda dan
klasifikasi dari setiap tanda penyakit tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menentukan bagaimana asuhan berikutnya
(astuti,2012:215)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan kepada klien apaka mempunyai keluarga yang saat
ini menderita penyakit menular ( TBC, hepatitis). Tanyakan
kepada klien apaka memiliki riwayat penyakit keturunan. Hal
ini di tentukan untuk mendiagnosa apakah si janin
berkemungkinan atau menderita penyakit tersebut atau tidak,
misalnya hemofili, hipertensi dan sebagainya.
(Astuti,2012:215-216).

d. Riwayat perkawinan dan KB :


Perkawinan ke : untuk mengetahui kemungkinan riwayat
menular seksual
Lama menikah : untuk mengetahui kesesuaian umur
kehamilan ibu dan lamanya pernikahan
Umur saat menikah : untuk mengetahui kesesuaian ibu
mengenai usi reproduksi sehat dan
usia ibu pertama kali melakukan
hubungan seksual (usia reproduksi
sehat: 20-35)
Jenis KB :untuk mengetahui riwayat
kontrasepsi yang pernah digunakan
klien/pasien
sehingga diketahui pengaruh
hormonal alat kontrasepsi yang
digunakan .
Masalah KB : Untuk mengetahui masalah apa
yang ibu alami selama
menggunakan alat
kontrasepsi. (Anggraini,2010).
e. Pola Aktivitas
pola aktivitas, nutrisi, eliminasi, istirahat, dan pola seksual
ditanyakan untuk mengetahui perbandingan aktivitas dan
nutrisi ibu sebelum dan sesudah hamil sehingga bila terjadi
masalah , bidan dapat memberikan asuhan dan KIE yang tepat
untuk ibu.
f. pola seksual dan budaya
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui adat istiadat dalam
kehidupan social budaya ibu, sehingga bidan mengetahui dan
dapat memberikan asuhan dan KIE yang tepat terhadap budaya
yang dipercayai namun justru dapat menimbulkan hal buruk
untuk ibu.
g. Ekonomi
untuk mengetahui tingkat perekonomian ibu sehingga bidan
dapat memberkan solusi yang tepat untuk kebutuhan akan dana
yang harus di taggung untuk memberikan asuhan yang
selanjutnya hingga ibu melahirkan.
h. pola psikologis
untuk mengetahui apakah kehamilan ibu diharapkan atau
tidak, jenis kelamin yang diharapkan oleh ibu dan suami, serta
seberapa besar dukungan suami, keluarga dan penerimaan
masyarakat terhadap kehamilan ibu.
i. Tablet besi
untuk mengetahui konsumsi tabletbesi ibu. Bagaimana cara ibu
mengkonsumsi dan apa saja obat obatan atau suplemen yang
dikonsumsi ibu. Minimal tablet besi yang di berikan sebanyak
90 tablet. Cara minum tidak boleh menggunakan susu, kopi
atau teh. Dianjurkan memakai air putih atau air jeruk. Dosis
yang dibutuhkan sebanyak 1-2x 100mg/hari selama 2 bulan
sampai melahirkan (Saryono,2012).
j. Apersepsi tentang ANC
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai antenatal
care asuhan yang dapat di berikan.
k. Pendidikan kesehatan yang pernah di dapat ibu
Untuk mengetahi tingkt engetahuan ibu yang harus di ketahui
oleh ibu. Penkes yang seharusnya di dapat pada ibu hamil TM
III seperti : tanda bahaya ibu hamil TM III ,tanda tanda
persalinan , perubahan fisiologis ibu hamil TM III, perubahan
psikologis ibu hamil TM III.
l. Perencanaan perencanaan yang dilakukan oleh ibu dan keluarga
juga penting untuk di tanyakan agar bidan juga dapat
memberikan solusi dan saran jka terjadi masalah. Perencanaan
ini meliputi dimana rencana ibu ingin melahirkan, srana yang
di miliki untuk menempuh sarana kesehatan,dan siapa yang
berperan sebagai penanggung jawab dan mengambil keputusan
dalam keluarga.

2) Data objektif
Pendokumentasian melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/Pemeriksaan
diagnostic lain (naviri,2011).
Pemeriksaan keadaan umum :
Untuk mengetahui dan menilai keadaan umum, kesadaran klien,berat
badan , dan tinggi badan.(naviri,2011).
Untuk mengetahui perubahan berat badan biasanya pada awal
kehamillan 2-3 bulan terjadi penurunan berat badan karena nafsu
makan menurun dan munntah-muntah ,sedangkann pada bulan
selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil
menjelang aterm(pantikawati,2010).
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik :
a) Kepala dan rambut : kepala simetris rambut tidak rontok (tidak
kekurangan vit k)
b) Muka : tidak oedem
c) Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih(tidak terjadi
hyperbilirubin).
d) Telinga : bersih tidak ada serumen (tidak terdapat adanya infeksi
telinga).
e) Hidung : tidak terdapat polip.
f) Mulut : tidak terdapat caries (vit D tercukupi), mulut
bersih,lidah bersih,gusi tidak bengkak (vit c tercukupi).
g) Leher :
Kelenjar tyroid : keadaan normal, tidak ada pembesaran.
Kelenjar lymfe : keadaan normal tidak ada pembesaran.
Vena jugularis : keadaan normal tidak ada pembesaran.
h) Payudara :
Pembesaran : normalnya terjadi pembesaran simetris.
Aerola : pada ibu hamil akan terjadi hyperpigmentasi
Putting :terdapat beberapa jenis seperti : menonjol ,datar,
dan masuk kedalam.tergantung putting ibu
termasuk dalam putting seperti apa.
Benjolan : dalam keadaan normal tidak ada benjolan.
Retraksi : dalam keadaan normal tidak terdapat retraksi.
Pengeluaran : pada ibu hamil TM III ada yang sudah
mengeluarkan colostrums , namun ada juga yang
belum dan itu semua termasuk dalam kondisi
normal.
Striae : pada beberapa ibu hamil akan terdapat striae
albikan namun ada juga yang tidak .dan itu semua
termasuk dalam keadaan normal.
i) Punggung :
Posisi tulang belakang : pada ibu hamil TM III akan terjadi
lordosis pada tulang belakangnya,
namun ini termasuk dalam keadaan
normal.namun nyeri punggung dan
pinggang : pada kehamilan TM III , ibu
sering mengeluh nyeri punggunng.hal ini
termasuk dalam keadaan normal namun
perlu KIE dari seorang bidan untuk
mengatasi masalah tersebut.
j) Abdomen
Pembesaran :Pada posisi normal, ibu hamil akan mengalami
pembesaran sesuai dengan masa kehamilan.
Bekas luka/operasi : menandakan adanya riwayat persalinan yang
lalu atau riwayat penyakit sebelumnya.
Linea : pada ibu hamil terdapat garis berwarna
gelap pada bawah pusat sampai ke symfisis
yang disebut linea nigra dan ini bersifat
normal.
Striae : pada ibu hamil biasanya berwarna putih
yang disebut striae albican dan hal ini juga
bersifat normal.
Leopold I : untuk mengetahui TFU dan mengetahui bagian
janin pada fundus. Menentukan umur kehamilan
berdasarkan TFU menurut mc donald :
Tinggi Fundus (cm) x 2/7 (umur kehamilan dalam bulan)
Tinggi Fundus (cm) x 8/7 (umur kehamilan dalam minggu)
Tinggi Fundus uteri dalam centimeter (cm), yang normal harus
sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir. Misalnya. jika umur
kehamilannya 33 minggu, tinggu fundus uteri harus 33 cm. jika
hasil pengukuran berbeda 1-2 cm. masih dapat ditoleransi, tetapi
jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan
ada gangguan pertumbuhan janin, sedangkan bila deviasi lebih
besar dari 2 cm, kemingkinan terjadi bayi kembar,
polihidramnion, atau janin besar.
Leopold II untuk mengetahui letak punggung janin dan letak
bagian terkecil janin.
Leopold III :untuk mengetahui letak terendah janin dan
mengetahui apakah letak terbawah janin
sudah masuk panggul atau belum.
Leopold IV :untuk mengetahui seberapa jauh janin
sudah masuk panggul.
k) Genetalia
Inspeksi perenium : untuk mengetahui adanya bekas jahitan sehingga
diketahui riwayat persalinan sebelumnya melaiui
tindakan episiotomy.
Vagina : untuk mengetahui ada tidaknya varises dan oedem.
Pengeluaran pervaginam untuk mengetahui adanya
pengeluaran pervaginam yang bersifat normal
abnormal.
l) Anus
Hemoroid/ambeyen untuk mengetahui ada tidaknya ambeyen pada
anus ibu, sehingga diketahui resiko pecahnya ambeien ketika ibu
melahirkan nanti.
m) Ekstermitas :
Untuk mengetahui ada tidaknya oedem, varises dan sianosis pada ibu,
sehingga dapat dideteksi dini resiko yang terjadi pada ibu.
Pelvimetra klinis;
Distansia spinarum pada kondisi normal 23-26 cm.
Distansia kristarum pada kondisi normal 26-30 cm
Konjugata eksterna: pada kondisi normal 18-20 cm.
Lingkar panggul pada kondisi normal 80-90 cm
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium berupa Hb, protein
urim, golongan darah, dll.Hal ini bertujuan untuk melakukan deteksi
dini tanda bahaya pada ibu

STANDAR II (INTERPRETASI DATA)


a. Pernyataan Standar : Bidan menganalisa data yang diperoleh dari
pengkajian, menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa atau masalah
Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan :
Pada langkah ini perlu dituliskan data-data dasar subyektif dan obyektif
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan dalam profesi
bidan dalam lingkup praktik bidan dan memenuhi standar diagnosis
kebidanan (Muslihatun, 2011).
Ny. X usia...tahun G...P...A...UK....minggu
Dasar:
Subyektif dasar diperolehnya diagnose berdasarkan hasil wawancara
terhadap klien/pasien.
Obyektif dasar diperolehnya diagruise berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan.
a) Masalah : hal yang menjadi keluhan dan masalah kehamilan
b) Kebutuhnn : asuhan yang dapat diberikan oleh bidan untuk mengatasi
keluhan dan masalah ibu
STANDAR III (DIAGNOSA POTENSIAL)
Pernyataan standar Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang ditegakkan.
Kriteria masalah Pada langkah ini kita identifikasi diagnosis atau masalah
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosis yang diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
dan pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman (Muslihatun,
2011).

STANDAR VI ANTISIPASI
Langkah keempa ini mencerminkan kesinambungan dari proses menejemen
kebidanan. Dalam melakukan tindakan kasus sesuai prioritas masalah atau
kebutuhan yang dibutuhkan klien. Setelah bidan merumuskan tindakan segera
yang harus di rumuskan ntuk menyelematkan klien. Pada rumusan ini temasuk
tindakan yang mampu dilakukan secara mandiri atau kolaborasi.
(Varney,2006.26)

STANDAR V RENCANA TINDAKAN


Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah diidentifikasikan dari klien atau di setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi dari klien seperti apa yang
terjadi berikutnya, apakah di butuhkan penyuluhan konseling,pendidikan
kesehatan dan apakah perlu kolaborasi dengan atau di rujuk.
Pada langkah ini tugas bidan harus merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebeleum melaksanakanya. Keputusan yang dkembangkan dalam asuahan hruslah
rasional berdasarkan pengetahuan dan teori.
Rencana asuhan umum yang menyeluruh dan harus diberikan pada ibu
hamil, antara lain sebagai berikut :
1) Beritahu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil pemeriksaan agar

ibu mengetahui tentang keadaan ibu dan janinnya.

2) Anjuran ibu untuk melakukan TT.

3) Berikan KIE tentang body mechanic


4) Berikan KIE perawatan payudara

5) Beri penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan trimester III untuk

mengantisipasi sejak dini adanya komplikasi yang mungkin muncul

serta menambah pengetahuan ibu.

6) Berikan ibu anjuran untuk melakukan senam hamil.

7) Berikan KIE tentang tanda-tanda peralinan dan persiapan persalinan agar

ibu bias mengetahui tanda apabila sudah masuk persalinan.

8) Anjurkan ibu untuk melakukan periksaan Hb.

9) Anjurkan ibu untuk melakukan USG.

10) Berikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

11) Berikan informasi tentang Persiapan persalinan.

12) Berikan ibu tablet fe dan calk untuk pemenuhan tambah darah dan calium

ibu dan janin.

STANDAR VI IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuahan secara menyeluruh
tindakan yang dilakukan oleh bidan bersama pasien serta keluarga yang dilakukan
secara evisien dan aman. Jadi dalam implementasi ini bidan melakukan secara
mandiri, kecuali pada kasus di luar kewenangan, bidan perlu melakukan
kolaborasi atau merujuk.
Pelaksanaan secara umum yang menyeluruh dan harus diberikan pada ibu
hamil, antara lain sebagai berikut :
1) memberitahu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil pemeriksaan

agar ibu mengetahui tentang keadaan ibu dan janinnya.

2) menganjuran ibu untuk melakukan TT.


3) memberikan KIE tentang body mechanic

Keluhan seperti pegal dan kram kaki ketika tidur malam hari yang

disebabkan tulang punggung bertambah lordosis karena tumpuan tubuh

bergeser lebih kebelakang dibandingkan sebelum ibu hamil. Untuk

mengurangi keluhan dapat dilakukan : saat mengambil sesuatu di bawah

dilakukan dengan berjongkok bukan menunduk, meletakkan bantal

sebagai sandaran punggung saat duduk, menghindari hak tinggi.

( Cunningham, 2006)

4) memberikan KIE perawatan payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga

dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan

payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus

laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena

pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga

terjadi kondisi seperti uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika

(Prawiroharjo, 2010)

Basuhan lembuh setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat

mengurangi retak dan lecet pada areola tersebut. Untuk sekresi yang

mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan

campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif, dan

menjadi berat, maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai

(brassire) (Prawirohardjo,2010).
5) memberikan penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

untuk mengantisipasi sejak dini adanya komplikasi yang mungkin

muncul serta menambah pengetahuan ibu.

a) Perdarahan pervaginam

Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil

setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan

antepartum harus mendapat perhatian penuh, karena

merupakan tanda bahaya yang mengancam nyawa ibu dan atau

janinnya.

Perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tetapi terus

menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat. Perdarahan

dapat juga keluar sekaligus banyak yang menyebabkan ibu

syok, lemas/nadi kecil dan tekanan darah menurun.

Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang

termasuk kriteria tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak,

berwarna merah, dan kadang-kadang tetapi tidak disertai

dengan nyeri. Assesmen yang mungkin adalah plasenta previa

atau obsruptio plasenta.

Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta

yaitu plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa

adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi


sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir. Abruptio plasenta

adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum jalan lahir.

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan sering

kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan. Sakit kepala ini bisa terjadi apabila ibu kurang

istirahat, kecapean, atau menderita tekanan darah tinggi. Sakit

kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

istirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya

menjadi kabur atau berbayang. Assesmen yang mungkin adalah

gejala preeklamsi.

c) Penglihatan kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu

dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah

normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak,

misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan


peglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.

Assesmen yang mungkin adalah gejala dari preeklamsia.

Pada preeklamsia tampak pembengkakan pada retina,

penyempitan setempat atau menyeluruh pada satu atau

beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat.

Retinopalatia arterioskerotika menunujukkan penyakit vaskuler

yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre eklamsia

kecuali bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit

ginjal. Spasmus arteri retina yang nyata menunujukkan adanya

preeklamsia walaupun demikian vasospasmus ringan tidak

selalu menunjukkan pre eklamsia ringan.

Pada preeklamsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan

ini disertai dengan buta sekonyong-konyong. Pelepasan retina

disebabkan oleh oedema intraokuler dan merupakan indikasi

untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah

persalinan berakhir, retina melekat kembali dalam 2 hari

sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang

ditemukan.

d) Bengkak di wajah dan jari tangan

Edema (bengkak) adalah penimbunan cairan secara

umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya


dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan

kaki, jari tangan dan muka.

Bengkak biasanya menunjukan adanya masalah yang

serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

istirahat dan disertai dengan keluhan fisik lain. Assesmen yang

mungkin adalah gejala dari anemia, gagal jantung atau

preeklamsia.

e) Keluar cairan pervaginam

Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan

tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi

langsung pada janin.pecahnya selaput ketuban juga dapat

diikuti dengan keluarnya bagian kecil janin seperti tali pusat,

tangan atau kaki. Oleh karena itu bila saat hamil ditemukan ada

pengeluaran cairan apalagi bila belum cukup bulan harus

segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.

Assesmen yang mungkin adalah Ketuban Pecah Dini (KPD).

Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat

hilangnya cairan vagina dan pemastian adanya cairan amnion

dalam vagina. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi

sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini

merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan

penyulit kelahiran premature dan terjadinya ineksi


khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas

dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.

Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya

kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin

atau oleh karena kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan

membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal

dari vagina dan serviks.

Pemeriksaan spekulum vagina yang steril harus

dilakukan untuk memastikan diagnosis, untuk menilai dilatasi

dan panjang serviks, dan jika pasien kurang bulan, untuk

memperoleh biakan servikal dan contoh cairan amnion untuk

uji kematangan paru-paru. Selain itu memastikan diagnosis

KPD dapat dilakukan dengan :

(1) Menguji cairan dengan kertas lakmus (nitrazine)

yang akan berubah biru bila terdapat cairan amnion

alkalin.

(2) Melihat dengan mikroskop dengan menempatkan

contoh bahan pada suatu kaca objek kemudian

dikeringkan di udara dan diperiksa dibawah

mikroskop untuk mencari ada tidaknya gambaran

seperti pakis.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan

pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada kompikasi ibu

dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.

f. Gerakan janin tidak terasa

Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke

5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya

lebih awal. Jika janin tidur gerakannya akan melemah. Janin

harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam,

gerkan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Yang

termasuk tanda bahaya adalah bila gerkan janin mulai

berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Assesmen yang

mungkin adalah kematian janin dalam rahim.

Kematian janin dalan rahim (IUFD) adalah kematian janin

setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan

persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 %

kehamilan. Penyebab yang berkaitan antara lain komplikasi

plasenta dan tali pusat, penyakit hipertensi, komplikasi medis,

anomali bawaan, infeksi dalam rahim dan lain-lain.

Kematian janin harus dicurigai bila inu hamil mengeluh

tidak terasa gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara

mengecil. Selain itu dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar


sementara uji kehamilan masih tetap positif karena plasenta

dapat terus menghasilkan Hcg.

Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan kematian janin

dalam rahim yaitu janin mati terlalu lama dalam menimbulkan

gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan

pembekuan darah, disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan

mati yang masuk ke dalam darah ibu.

Sekitar 80% pasien akan mengalami permulaan persalinan

yang spontan dalam 2 sampai 3 minggu kematian janin.

Namun apabila wanita gagal bersalin secara spontan akan

dilakukan induksi persalinan.

g. Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya

dalam kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara

tiba-tiba bahkan jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat

keras seperti papan serta disertai perdarahan pervaginam. Ini

menandakan terjadinya solusio placenta.

Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir

kehamilan akibat dari kontraksi dari rahim ibu yang akan

mengeluarkan isi dalam kandungan atau bayi. Jadi harus dapat

dibedakan apakah nyeri perut tersebut disebabkan karena ibu

akan melahirkan atau terjadi abrupsio plasenta (Rukiyah, 2009)

6) memberikan ibu anjuran untuk melakukan senam hamil.


(1) Definisi

Senam hamil merupakan gerakan-gerakan yang bertujuan

agar ibu dapat melakukan tugas persalinan dengan kekuatan

dan kepercayaan diri di bawah bimbingan penolong menuju

persalinan normal.

(2)Manfaat

(a) Keadaan prima dengan melatih dn mempertahanan

kekuatan otot dinding perut, otot dasar panggul serta

jaringan penyangga untuk berfungsi saat persalinan

berlangsung

(b) Melemaskan persendian yang berubungan dengan

persalinan

(c) Memperbaiki kedudukan janin

(d) Mengurangi ketegangan dan meningkatkan kepercayaan

diri dalam menghadapi persalinan

(e) Memperoeh pengetahuan dan kemampuan mengatur

pernafasan, relaksasi dan kontraksi otot dinding perut,

otot sekat rongga badan, dan otot dasar panggul saat

persalinan

(2) Syarat

(a) Ibu hamil cukup sehat berasarkan pemeriksaan dokter

atau bidan
(b) Kehamilan tidak mempunyai komplikasi (misalnya

keguguran berulang, kehamilan dengan perdarahan atau

kehamilan dengan beks operasi)

(c) Dilakukan setelah kehamilan berusia20-22 minggu

(d) Dengan bimbingan tenaga kesehatan (Manuaba, 2012).

7) Memberikan KIE tentang tanda-tanda peralinan dan persiapan

persalinan agar ibu bias mengetahui tanda apabila sudah masuk

persalinan.

Tanda dan gejala persalnan antara lain rasa sakit oleh adanya his

yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lender bercampur

darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada

serviks, kadang-kadang ketuban pecah secara sendirinya, pada

pemriksaan dalam; serviksendatar dan pembukaan telah ada

(Mochtar,2011).

8) Menganjurkan ibu untuk melakukan periksaan Hb.

9) menganjurkan ibu untuk melakukan USG.

10) memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas

ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberikan kesempatan pada

bayi untuk mencari da menemukan putting susu ibunya.

Maanfat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendlikan suhu tubuh bayi lebih baik di bandingkan dengan


incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan

mencegah infeksi nosokomial (Prawirohardjo,2009).

11) memberikan informasi tentang Persiapan persalinan.

Evaluasi P4K apa saja yang perlu dibawa ke BPM saat hari H: kain

(jarik) secukpnya, baju bayi, popok, gurita secukupnya, selimut, topi,

sarung tangan, kaos kaki bayi, baju ganti ibu secukupnya, underware

secukupnya, perlengkpan mandi, pembalut khusus, perlengkapan

tersebut dimasukkan dalam satu tas dan sudah disiapkan jauh hari

sebelum perkiraan tanggal persalinan.

12) memberikan ibu tablet fe dan calk untuk pemenuhan tambah darah dan

calium ibu dan janin.

Setiap ibu hamil diberikan tablet tambah darah miimal 90 tablet

selama kehamilan untuk mencegah anemia. Pemberian zat besi dimulai

sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 400 mg,

minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya diminum tidak

bersama teh dan kopi, karena akan menganggu penyerapan (Saifuddin

2009;91)

STANDAR VII EVALUASI


Dilakuan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan bantuan apakah telah terpenuhi sesuai kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosis.
Evaluasi
1) Ibu mengerti tentang kondisi diri dan janinnya.

2) Ibu sudah dilakukan suntik TT.

3) Ibu memahami dan mengerti tta cara body mechanic.

4) Ibu sudah melakukan perawatan payudara.

5) Ibu sudah memahami tentang tanda bahaya kehamilan TMIII.

6) Ibu sudah melakukan senam hamil.

7) Ibu memahami dan dapat mengulang kembali tanda-tnda

persalinan.

8) Ibu sudah meakuka pemriksaan Hb.

9) Ibu sudah melakukan USG

10) Ibu sudah mengetahui informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan bidan.

Ibu menyetujui untuk melakukan inisiasi menyusu dini saat

bersalin.

11) Ibu sudah mengerti persiapan persalinan.

12) Ibu sudah minum tablet Fe dan Calk sesuai anjuran.

Anda mungkin juga menyukai