Anda di halaman 1dari 3

Unnes hal:91

Brotherhood of Islam
“Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang krdil.
Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar”
(Sayyid Quthub)

Apakah kita bersaudara ?


Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan,
merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama dihadapan
Allah SWT, sebagai hamba dan khalifahnya.
Allah mengembalikan dasar keturunan manusia kepada nenek moyangnya, yaitu Adam dan
Hawa, karena Allah hendak menjadikan tempat bertemu yang kokoh dari keakraban hubunga ukhuwah
atau persaudaraan seluruh anak manusia. Tidak ada perbedaan diantara hamba Allah, tiadalah seseorang
dari lain, kecuali ketaqwaan kepada Allah, Q.S. Al Hujurat 49: 10-13.
Persaudaraan ini adalah konsekuensi iman. Kita telah mengetahui hak muslim atas sesama
muslim. Hak-hak itu umum bagi persaudaraan umum, tetapi menurut sunnah bahwa disamping
persaudaraan umum itu ada persaudaraan khusus yang timbul sesama mereka guna memperkuat ikatan-
ikatan persaudaraan umum dan menjadi faktor pendukung dalam mencapai kesempurnaan dalam
masyarakat islam.
Oleh sebab itu, diantara kewajiban yang mendesak adalah penegasan akan adab-adab
persaudaraan khusus ini, karena kekhawatiran hubungan antara putra-putri Islam akan menjadi hubungan
formal yang dingin dan kering. Sebab, bila fenomena ini telah menyebar luas maka gerakan Islam akan
hilang karekteristiknya yang paling utama, bahkan kehilangan esensi namanya. Alangkah nikmat dan
indahnya ajaran Islam yang menganjurkan kasih sayang, berbahagialah kaum muslimin yang senantiasa
hidupnya diliputi suasana kasihsayang.
Berbuat baik dalan arti luas harus mencakup nilai – nilai ruhaniyah dan lahiriyah. Nilai ruhaniyah
yaitu ima dan aqidah serta segala bentuk perbuatan yag bersifat ubudiyah penghamban diri kepada sang
maha pencipta. Nilai lahiriyah yaitu segala perbuatan yang berhubungan dengan sesama hamba Allah
dalam kehidupan sehari – hari, dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga sampai kepda lingkungan
masyarakat bahkan negara. Pengertiannya adalah tidak benar seorang yang baik ibadahnya tetapi
perbuatannya merugikan masyarakat, sebaliknya tidak benar seorang yang baik di masyarakat tetapi
ibadahnya sembarangan. Bahkan apabila kita renungkan secara sadar maka kita berkesimpulan bahwa
seorang yang ibadahnya baik sudah pasti ia pun akan baik terhadap masyarakat, sebab iman dan taqwa
yang benar akan menumbuhkan penghambaa yang ikhlas kepada allah, dari penghambaan yang ikhlas
akan terpancar akhlak yang luhur, hatinya terbuka penuh kasih sayang serta perbuatannya banyak
memberikan manfaat bagi sesamanya. Hal itu karena seorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
tidaklah mengharapkan balas jasa ataupun upah ataupun upah melainkan ridha Allah semata.

Perdamaian Merupakan Unsur Mempersubur Persaudaraan


Persaudaraan adalah faktor penting dalam hidup dari kehidupan manusia. Dunia tanpa adanya
perdamaian tentu akan mengalami kehancuran dan malapetaka yang besar. Dan apabila sudah tidak ada
perdamaian bersrti rusaklah agama yang telah diamanatkan oleh Allah dengan demikian kita semua akan
memperoleh murkanya Qs. Al Hujarat 49:9.
Jelaslah bahwa islam agam perdamaian, islam tidak menghendaki kehancuran yang diakibatkan
karena pertikaian dan pertentangan serta peperangan. Karena itu menjadi tanggung kewajiban kita
sesama muslim untuk senantiasa memelihara perdamaian, membina persatuan dan kesatuan umat Qs. Al
Ahzab 33:70-71.
Islam mengajarkan kepda umatnya agar suka berjuang dan berbuat baik sert menjauhkan diri dari
persengketaan dan menumbuhkan perdamaian di masyarakat secara luas. Pengertiannya adalah apabila
kehidupan suatu masyarakat telah di hiasi dengan keadilan, maka Allah akan menciptakan satu kehidupan
yang damai dengan penuh kenikmatan.
Untuk menyuburkan dan keakraban persaudaraan dalam islam, memperkuat pula dengan ajaran
yang melarang setiap muslim berlaku sombong dan membanggakan diri. Karena membanggakan diri dan
berlaku sombong tidak akan mendapat tempat dimasyarakat yang meyakini bahwa kemuliaan itu
ditentukan dengan taqwa seseorang didalam hatinya, sedangkan tidak seorangpun dapat mengetahui
rahasia hati. Kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.

Hal-Hal Yang Menguatkan Ukhuwah Islamiyah


Saling mencintai dikalangan orang-orang beriman merupakan tuntutan syari’at dan dicintai
agama. Oleh karena itu, Islam mengajarkan jalan yang dapat memperkuat ukhuwah tersebut, diantaranya:
1. Saling memberi hadiah.
2. Memanggilnya dengan nama kesukaannya baik disaat dia tidak ada ataupun dia ada
dihadapannya.
3. Menyanjungnya dengan kebaikan-kebaikannya yang kita ketahui, karena hal ini termasuk
yang dapat menumbuhkan rasa cinta.
4. Menyanjung anak-anak keluarga, dan perbuatannya bahkan hingga akal, akhlak, postur
tubuh, tulisan, syair, karangan dan semua hal yang disukainya, tanpa dusta dan berlebih-
lebihan tetapi menilai baik apa yang bisa dinilai baik memang harus dilakukan.
5. Menyampaikan sanjungan orang yang menyanjungnya dengan menampakkan kesenangan
karena menyembunyikan hal itu termasuk kedengkian.
6. Mensyukuri jasa baiknya kepada Allah, bahkan atas niatnya sekalipun belum terlaksana.
7. Membelanya ketika dia tidak ada, dari orang yang bermaksud buruk kepadanya ataupun
orang yang menyerangnya dengan ucapan yang tegas atau terselubung, karena diantara hak
ukhuwah adalah memberikan pembelaan. Sedangkan, mendiamkan itu dapat mengeruhkan
hati dan mengurang hak ukhuwah.
Demikianlah persaudaraan dalam islam, hendaklah sunggug-sungguh berjalan diatas landasan
keikhlasan, berjalan berdasarkan hukum-hukum syar’i dan hukum akhlak, yang kiprahnya
dimasyarakat dijiwai oleh semangat Ukhuwah Islamiyah dan memerlukan pengorbanan yang
pada suatu ketika kepentingan pribadi dikalahkan oleh kepentingan umum.

JANGAN MENUNDA APA YANG DAPAT KAU KERJAKAN HARI INI


Referensi :
Akhlak Seorang Muslim, Drs. H. Moh. Rifa’i, Mensucikan jiwa, Sa’id Hawwa

4 KUNCI KETENANGAN HIDUP


“aku bisa tenang menjalani hidup ini karena empat hal. Pertama, aku tahu bahwa rizekiku tidak
akan jatuh ketangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang. Kedua aku tau bahwa tugasku tidak
akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya. Ketiga, aku tau bahwa Allah
selalu melihatku, maka aku malujikaakumenjatuhkan diriku dalam lumpur dosa. Keempat, aku
tahu bahwa ajal pasti datang, maka aku selalu bersiap-siap menantinya.”
(Imam Hasan Al-Basri)

Anda mungkin juga menyukai