Anda di halaman 1dari 10

KHUTBAH IDUL FITRI 1443H

THE FIRST KHUTBAH


MIDDLE

‫احترام‬

COMMUNICATIONS

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Komunikasi adalah bagian penting yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan berkomunikasi, manusia dapat

saling berhubungan satu sama lain, baik dalam kehiduapan sehari-hari di rumah tangga, di tempat

pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat, atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang

.tidak akan terlibat dalam komunikasi

 Komunikasi intrapersonal mengacu pada komunikasi dalam diri seseorang. Ini adalah


proses merasakan, memikirkan, mengevaluasi, dan menafsirkan peristiwa dalam
pikiran seseorang.
 Komunikasi intrapersonal adalah bentuk komunikasi manusia yang paling murni dan
paling dasar. Di setiap momen kehidupan, orang menerima pesan melalui mata,
telinga, kulit, hidung, atau alat indera lainnya.
KEUTAMAAN MENJAGA TALI SILATURAHMI DALAM ISLAM

Menjaga silaturahmi dalam Islam dapat menjauhkan seorang hamba dari neraka, memanjangkan
umur, memperluas rezeki, sampai dimuliakan di dunia dan akhirat. Agama Islam mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.

Allah SWT pun mengutuk orang-orang yang memutus tali sulaturahmi antar sesama. Sesungguhnya
seseorang yang memutus tali silaturahmi maka dianggap sebagai perusak bumi. Disebutkan pula
mereka yang memutus tali silaturahmi tidak akan masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda:

"Tak akan masuk surga pemutus tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim).

7 Manfaat dan keutamaan menjaga tali Silaturahmi

1. Waktu untuk Meminta Maaf

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan terhadap orang lain, termasuk juga kepada orang tua
kita.

Sebenarnya, setiap kita melakukan kesalahan, kita harus minta maaf, nih, teman-teman. Namun,
menurut tradisi dalam agama Islam, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk saling meminta maaf dan
memaafkan. Entah itu kepada orang tua kita, kakak, adik, kakek, nenek, anggota keluarga yang lain,
tetangga, teman, dan lain-lain. Dengan saling meminta maaf dan memaafkan, beban kita berkurang
dan kita jadi lebih bahagia.

2. Mempererat Tali Persaudaraan

Seperti yang tadi sudah Bobo jelaskan, Idul Fitri adalah waktu untuk berkumpul bersama dengan
anggota keluarga besar. Mungkin kita tinggal berjauhan bahkan tinggal berbeda kota dengan anggota
keluarga yang lain. Maka itu, silaturahmi menjadi cara untuk mempererat tali persaudaraan kita, nih,
teman-teman. Kita juga bisa bermain bersama dengan saudara-saudara kita yang sudah lama tidak
bertemu.

3. Mengenal Anggota Keluarga Baru

Manfaat lain dari silaturahmi adalah kita bisa berkenalan dengan anggota keluarga baru. Mungkin ada
paman dan bibi kita yang baru saja menikah atau melahirkan bayi. Kita bisa berkenalan dengan adik
bayi dan bermain bersama. Asyik, kan! Nah, itu dia beberapa manfaat dari silaturahmi dengan
anggota keluarga saat Lebaran. Selamat menyambut Idul Fitri bagi teman-teman yang merayakan, ya!

4. Menggugurkan Dosa

Pernah dengar ulama “berjabat tangan dapat menambahkan kecintaan”? Ternyata, sunnah berjabatan
tangan saat silaturahmi bukan hanya menunjukkan perilaku hangat. Namun, juga dapat
menghindarkan kita dari dosa akibat perselisihan dan meluruskan berbagai kesalahpahaman. Sesuai
dengan penjelasan sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah
diampuni sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud no. 5212 dan at-Tirmidzi no. 272, dishahihkan
oleh al-Albani).

5. Dipanjangkan Umur dan Dilancarkan Rezekinya

Keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam adalah dapat memperpanjang umur dan melapangkan
rezeki. Mengunjungi anggota keluarga dan sanak saudara merupakan salah satu cara untuk
menciptakan kerukunan dan keharmonisan.

Selain itu silaturahmi merupakan amalan yang memiliki nilai pahala besar. Seseorang yang senantiasa
menjaga tali silaturahmi maka Allah akan melapangkan rezeki dan memperpanjang umurnya.

Keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam ini sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadis
berikut, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali
silaturahmi." (HR. Bukhari – Muslim).

Menjaga dan memperkuat silaturahmi sangat penting dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini bukan
hanya bermanfaat di dunia saja, akan tetapi keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam ini sekaligus
untuk kebaikan di akhirat nanti.

6. Menyehatkan Mental

Keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam adalah bisa kembali kepada diri kita sendiri.
Bersilaturahmi baik untuk kesehatan mental. Bercengkerama, saling bertanya kabar, dan bertukar
cerita dengan orang-orang terdekat kita bisa meningkatkan mood.

Menghadirkan kembali rasa bahagia dan perasaan positif, baik untuk kesehatan mental seseorang.
Maka dari itu, keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam ini patut dijaga. Tak hanya ke saudara dan
sanak keluarga saja, tapi juga ke para sahabat, teman, hingga orang-orang yang lama tak dijumpai.

7. Menambah Ilmu

Keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam adalah dapat menambah ilmu. Luasnya hubungan
persaudaraan dan senantiasa menjaga tali silaturrahmi akan menambah ilmu tentang dunia dan
akhirat.

Ilmu dari keutamaan menjaga silaturahmi dalam Islam ini bisa didapat melalui cerita, pengalaman
hidup, bahkan pengetahuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kerabat atau sanak
saudara bisa dijadikan sebagai seseorang yang dapat membantu kita untuk menambah ilmu.

Saat silaturahmi terjalin, tentu berbagai ilmu pun akan tercurah satu sama lain. Hal ini bisa menambah
ilmu pengetahuan, wawasan bahkan cerita pengalaman hidup saat ini.
Bahaya Memutuskan Silaturahmi

Tak sedikit orang yang memutuskan silaturahmi hanya karena masalah pribadi. Misalnya sakit hati,
sibuk, berjauhan tempat tinggal dan sebagainya. Sebenarnya hal tersebut tidak boleh kita lakukan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bahkan pernah bersabda bahwa tidak halal bagi umat muslmim
mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam. Jika memang kita merasa bersalah maka sudah
seharusnya kita meminta maaf. Namun apabila kesalahan terletak pada pihak lain, tak ada salahnya
kita menyapa terlebih dahulu. Perbuatan tersebut tidaklah hina di mata Allah Ta’ala. Justru kita
mendapatkan pahala karena telah berbesar hati untuk memaafkan dan mengucapkan salam terlebih
dahulu.

Dari Abi Ayub al-Anshariy berkat, bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana
keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya
ialah orang yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Muslim).

Berikut ini beberapa bahaya memutuskan silaturahmi dalam Islam:

1. Seolah-olah memakan bara api

Semisal ada orang yang berbuat salah terhadap kita. Orang tersebut sudah berusaha meminta maaf,
namun kita tidak menerimanya dan terus menyimpan dendam. Bahkan kita memutuskan silaturahmi.
Maka perbuatan kita ini dibenci Allah Ta’ala. Dalam hadist shahih dijelaskan bahwa seseorang yang
selalu menolak silaturahmi dari kerabatnya, maka ia bagaikan memakan bara api yang panas.

Abu Hurairah RA, beliau berkata: “Ada seorang laki-laki yang menemui Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam, dan laki-laki itu berkata: Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, aku
mempunyai keluarga dan ketika aku berbuat baik kepada mereka, mereka berbuat jelek terhadapku.
Mereka acuh terhadapku, padahal aku telah bermurah hati kepada mereka. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda: Jika demikian, maka seolah-olah kamu memberi makan mereka dengan
bara api. Dan pertolongan Allah akan selalu senantiasa menyertaimu selama kamu begitu (berusaha
bersilaturahmi).” (HR. Muslim)

2. Tidak terkabulnya Doa

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera
mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan
menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami
akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,” Allah nanti yang
memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian”.” (HR. Ahmad)

Awas Bahaya 'Istidraj'


Ketika hidup seperti berjalan baik-baik saja, atau bahkan bergelimang harta kekayaan, boleh jadi
keadaan yang sesungguhnya tidak bagus dalam pandangan Allah. Kondisi ini berkaitan
dengan istidraj.

Secara kebahasaan, istidraj berarti 'mengulur.' Secara terminologi keagamaan, istilah itu merujuk pada
keadaan 'terus-menerus diberi kenikmatan yang melalaikan, sehingga justru membinasakan.' Dalam
pengertian sederhana, istidrajbermakna membuat seseorang terpedaya dengan jalan terus-menerus
memberi apa-apa yang dinikmatinya.

Tanda-tanda orang yang mengalami istidraj dapat berupa banyak hal. Misalnya, terasa menyenangkan
bila berbuat dosa, sehingga lalai dari memohon ampun kepada Sang Pencipta. Biasanya, mereka yang
terkurung dalam istidraj kurang berhati-hati dalam mengonsumsi harta--apakah sumbernya halal atau
haram.

Istilah istidraj diisyaratkan dalam Alquran surah al-A'raf ayat ke-182. Artinya, "Dan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke
arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui."

Ungkapan "menarik mereka dengan berangsur-angsur" disebut sebagai "sanastadrijuhum". Maka


dari itu, istilah istidraj mengandung makna 'daya tarik'. Di sinilah peluang tipu daya syaitan atau iblis
dalam menjerumuskan manusia agar kian jauh dari Allah SWT. Orang-orang yang lemah imannya
akan mudah tergiur tipu daya ini.

Berbeda dengan istidraj, mukjizat memang mengandung arti "daya tarik", tetapi bertujuan baik, yakni
meninggikan ayat-ayat Allah supaya manusia yang beriman kian kuat keimanannya. Mukjizat biasa
diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk memperkuat dakwah Islam kepada kaum kafir dan
musyrik.

Bila istidraj bersifat menyesatkan, mukjizat mengembalikan seseorang pada jalan kebenaran. Hanya


saja, wajar bila manusia yang lemah imannya mudah terpedaya dalam istidraj. Sebab, yang menarik
hati dan pandangan mereka adalah kenikmatan duniawi, entah itu kekayaan, kemewahan, tubuh yang
rupawan, dan sebagainya.

Apa solusi untuk menghindari istidraj? Minimal, dengan banyak-banyak introspeksi. Lihat surah al-
Anfaal ayat 29 (artinya), "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ...." Itulah instrumen yang ditanam dalam diri
setiap orang yang beriman.

Mereka merasakan getaran hati, firasat, atau ilham, dari Allah SWT sebagai awal introspeksi diri.
Biasanya, saat mengenang perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukannya, maka timbul
perasaan menyesal.

Ketika hati diingatkan untuk memohon ampun, maka itulah "perahu" yang menyelamatkan dari
arus istidraj. Agar sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari harta yang
haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah.
 Komunikasi transendental berarti komunikasi antara manusia dengan Tuhnannya dan masuk
ke dalam bidang agama, partisipan dalam komunikasi transendental adalah manusia dengan
Tuhannya. Namun pembahasannya sedikit dalam disiplin ilmu komunikasi, padahal ini lebih
penting dari bentuk komunikasi lainnya, walaupun bentuk komunikasi transendental tidak
bisa diamati secara empiris,  tetapi dapat memengaruhi nasibnya baik didunia maupun
akhirat.

SIT DOWN A MINUTE

THE SECOND KHUTBAH


28 / 04 / 2022

00:30

Baitul Hidayatullah Aceh Office

Yoandri Adama

Banda Aceh City. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai