Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU KALAM
“MURJI’AH”

Dosen Pengampuh:
Mukhlizar, M.I.Kom

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Anggun Cecelia 2700233017


2. M. Amin Akbar 20770233021
3. Ririn Fitriani 2070233019

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena hanya
atas rahmat, karunia serta ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalakh ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah konsep kebidanan, makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas kuliah dari dosen pembimbing kami yaitu bapak
Mukhlizar, M.I.Kom
Dalam menyusun makalah ini kami sebagai penyusun banyak sekali menghadapi
berbagai kendala,namun berkat doa, kerja keras serta bimbingan dari berbagai pihak, kami
akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini kami mohon maaf atas segala kekurangan dan tidak lupa kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Bengkulu, 24 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Pengertian Pengertian Aliran Murji’ah...........................................2
B. Asal Usul Golongan Murji’ah........................................................2
C. Sekte-sekte dan Ajaran Dalam Aliran Murji’ah.............................4
D. Pemikiran Kaum Murji’ah..............................................................5
E. Ciri-ciri Golongan Murji’ah...........................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................8
A. Kesimpulan ....................................................................................8
B. Saran...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran Murji’ah merupakan salah satu aliran yang dipelajari dalam Teologi
Islam.Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khalifah
(kekhalifahan).Setelah terbunuhnya khalifah Usman ibn Affan, umat Islam terpecah
kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah.Kelompok Ali lalu
terpecah pula kedalam dua golongan yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut
Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij).Ketika berhasil
mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij dalam merebut kekuasaan,
kelompok Mu’awiyah lalu membentuk dinasti Umaiyah.Syiah dan Khawarij bersama-
sama menentang kekuasaannya.Syiah menentang Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah
merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya. Sementara itu Khawarij
tidak mendukung Mu’awiyah karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Pengertian Aliran Murji’ah ?
2. Bagaimana Asal Usul Golongan Murji’ah ?
3. Bagaiamana Sekte-sekte dan Ajaran Dalam Aliran Murji’ah ?
4. Bagaimana Pemikiran Kaum Murji’ah ?
5. Bagaimana Ciri-ciri Golongan Murji’ah ?

C. Tujuan
1. Bagaiamana Pengertian Aliran Murji’ah ?
2. Bagaimana Asal Usul Golongan Murji’ah ?
3. Bagaiamana Sekte-sekte dan Ajaran Dalam Aliran Murji’ah ?
4. Bagaimana Pemikiran Kaum Murji’ah ?
5. Bagaimana Ciri-ciri Golongan Murji’ah ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Murji’ah
Murji’ah berasal dari kata “ Irja “ atau “ arja’a “ yang memiliki dua
makna. Pertama bermakna “mengakhirkan” atau “menangguhkan”, kedua bermakna
memberikan harapan. Sedangkan pengertian Murji’ah itu sendiri adalah penangguhan
vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.
Jadi, mereka tidak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang
berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT,
sehingga seorang Muslim sekalipun berdosa besar dalam kelompok ini tetap diakui
sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat..

B. Asal Usul Golongan Murji’ah


Golongan Murji’ah pertama kali lahir di Damaskus pada akhir abad pertama
Hijriah. Kemunculan aliran Murji’ah dilatarbelakangi adanya permasalahan politik
dan juga permasalahan Ke-Tuhanan.
Asal – usul kemunculan kelompok Murji’ah dapat dibagi menjadi 2 sebab yaitu :
1. Permasalahan Politik
Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal
khalifah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya khalifah Usman bin Affan, umat
Islam terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali bin Abi
Thalib dan Mu’awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan,
yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syi’ah) dan golongan yang keluar
dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan
Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki
tangan Mu’awiyah. Golongan Syi’ah dan Khawarij memandang bahwa tahkim
bertentangan dengan Al-Qur’an, dengan pengertian, tidak ber-tahkim dengan
hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim
adalah dosa besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuatan
dosa besar yang lain. Dalam suasana pertentangan inilah, timbul suatu golongan
baru yang ingin bersikap netral tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan

2
yang terjadi antara golongan yang bertentangan ini. Golongan tersebut adalah “
Murji’ah “. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-
orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu
mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik
menunda (arja’a) yang berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di
depan Tuhan.
2. Permasalahan Ke-Tuhanan
Dari permasalahan politik, mereka kaum Mur’jiah pindah kepada
permasalahan ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan
kaum Khawarij. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang
membuat dosa besar, kaum Murji’ah menjatuhkan hukum mukmin. Pendapat
penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum
Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Mur’jiah yang
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara
dosanya diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak.
Aliran Murji’ah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim itu di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang
mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang
melakukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang
mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan kata lain
bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan
dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu, orang
tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan golongan ini dapat dilihat
terlihat dari kata Murji’ah itu sendiri yang berasal dari kata arja’a yang berarti
orang yang menangguhkan, mengakhirkan dan memberikan pengharapan.
Menangguhkan berarti bahwa mereka menunda soal siksaan seseorang di
tangan Tuhan, yakni jika Tuhan mau memaafkan ia akan langsung masuk surga,
sedangkan jika tidak, maka ia akan disiksa sesuai dengan dosanya, setelah ia akan
dimasukkan ke dalam surga. Dan mengakhirkan dimaksudkan karena mereka
memandang bahan perbuatan atau amal sebagai hal yang nomor dua bukan yang
pertama. Selanjutnya kata menangguhkan, dimaksudkan karena mereka
menangguhkan keputusan hukum bagi orang-orang yang melakukan dosa di
hadapan Tuhan.
3
Golongan Murji’ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan
beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman
berarti dia tetap mukmin, bukan kafir, meskipun ia melakukan dosa besar. Adapun
hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan ia ampuni atau tidak.
Pendapat ini menjadi doktrin ajaran Murji’ah

C. Sekte-sekte dan Ajaran Dalam Aliran Murji’ah


Sekte dalam aliran Murji’ah tidak jelas jumlahnya karena masing-masing ahli
memiliki pendapat masing-masing. Al-Baghdadi membagi mereka dalam tiga
golongan, yaitu al-Murji’ah yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Qodariyah, al-Murji’ah
yang yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Jabariyah, dan al-Murji’ah yang tidak
dipengaruhi keduanya. Golongan ketiga ini terdiri dari lima sekte, yaitu al-Yunusiyah,
al-Ghazaniyah, al-Saubaniyah, al-Tumaniyah, dan al-Murisiyah. Al-Asy’ary membagi
menjadi 12 golongan, sedangkan al-Syahrastani membagi menjadi tiga sekte, yaitu al-
Murji’ah al-Khawarij, al-Murji’ah al-Jabariyah, dan al-Murji’ah asli.
Aliaran murji’ah dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu golongan
moderat dan golongan ekstrem. Al-Murji’ah moderat disebut juga al-Murji’ah al-
Sunnah yang pada umum terdiri dari para fuquha dan muhditsin. Mereka berpendapat
bahwa orang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, dia akan
dihukuk dalam neraka sesuai dosa yang telah diperbuatnya dan kemungkinan Allah
bisa mengampuni dosanya. Dengan demikian, Murji’ah moderat masih mengakui
keberadaan amal perbuatan dan mengakui pentingnya amal perbutan manusia,
meskipun bukan bagian dari iman. Yang termasuk golongan al-Murji’ah moderat, di
antaranya al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, Abu Hanifah, Abu Yusuf,
dan beberapa ahli hadis.
Golongan al-Murji’ah yang eksterm adalah mereka yang secara berlebihan
mengadakan pemisahan antara iman dan amal perbuatan. Mereka menghargai iman
terlalu berlebihan dan merendahkan amal perbuatab tanpa perhitungan sama sekali.
Amal perbutan tidak ada pengaruhnya terhadap iman. Iman hanya berkaitan dengan
Tuhan dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu, selagi orang beriman,
perbuatan apapun tidak dapat merusak imanya sehingga tidak menyebabkan kafirnya
seseoarang.
Adapun yang termasuk al-Murji’ah eksterm sebagai berikut :
1) Golongan al-Jahmiyah
4
Golongan ini merupakan para pengikut Jahm bin Safwan. Mereka berpendapat bahwa
orang Islam yang percaya kepada Tuhan tidak akan menjadi kafir menyatakan
kekufuran secara lisan karena iman dan kufur letaknya dalam hati.
2) Golongan al-Sahiliyah
Golongan ini merupakan pengikut Abu Hasan al-Salahi. Iman adalah mengetahui
secara mutlak Tuhan. Kufur adalah tidak mengetahui Tuhan. Yang disebut ibadah
adalah iman.
3) Golongan al-Yunusiyah
Golongan ini merupakan pengikut Yunus bin Aun al-Numairi. Melakukan maksiat
atau pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.
4) Golongan al-Ubaidiyah
Pengikut dari Ubaid al-Muktaib. Berpendirian sebagaimana al-Yunusiyah dengan
menambahkan jika sesorang mati dalam iman, dosa-dosa, dan perbuatan jahat yang
dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan.
5) Golongan al-Ghozaniyah
Pengikut Ghassan al-Kuffi, berpendirian bahwa iman adalah mengenal Allah dan
Rosul-Nya serta mengakui apa-apa yang diturunkan Allah dan yang dibawa Rosul-
Nya.

D. Pemikiran Kaum Murji’ah


Pemimpin Murji’ah ini adalah Hasan Bin Bilal Al Muzni, Abu Salat As
Samman, Tsauban Dlirir Bin Umar. Penyair mereka yang terkenal pada pemerintahan
Bani Umayyah ialah Tsabit Bin Quthanah, mengarang syair I’tikad dan kepercayaan
kaum Murji’ah. Apabila yang menjadi asas golongan Mu’tazilah ialah “Usulu I-
Khomsah”, dan golongan Syi’ah dengan berasas tentang “Imamah”, maka asas
golongan Murji’ah tentang batasan pengertian “Iman”.
Menurut Ahli Sunnah bahwa iman itu sendiri terdiri dari tiga unsur, yaitu:
membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan menyertai dengan amal
perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji. Masing-masing adalah termasuk bagian
Iman.
Ahmad Amin menerangkan: “Kebanyakan golongan Murji’ah berpendapat
bahwa Iman ialah hanya membenarkan dengan hati saja. Atau dengan kata lain Iman
ialah makrifat kepada Allah dengan hati, bukan pengertian lahir. Apabila seseorang
beriman dengan hatinya, maka dia adalah mukmin dan muslim, sekalipun lahirnya dia
5
Yahudi atau Nasrani dan meskipun lisanya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat.
Mengikrarkan dengan lisan dan amal perbuatan seperti shalat, puasa dan sebagainya,
itu bukan bagian daripada iman.”
Selanjutnya diterangkan: “Sebagian dari golongan Murji’ah berpendapat
bahwa iman itu terdiri dari dua unsur , yaitu membenarkan dengan hati, dan
mengikrarkan dengan lisan. Membenarkan dengan hati saja tidak cukup, dan
mengiikrarkan dengan lisan sajapun tidak cukup, tetapi harus dengan bersama kedua-
duanya. Supaya seseorang menjadi mukmin. Karena orang yang membenarkan
dengan hati dan menyatakan kebohongannya dengan lisan, tidak dinamakan
mukmin.”
Golongan Murji’ah bertentangan dengan golongan Mu’tazilah dan Khawarij.
Diterangkan “Golongan-golongan Mu’tazilah dan Khawariz sangat menentang
golongan Murji’ah tentang pengertian iman. Karena kedua golongan tersebut
mensyaratkan iman dengan melaksanakan taat kepada Allah, menjahui hal-hal yang
maksiat, dan mereka menjadikan amal perbuatan sebagian daripada iman. Golongan
Khawarij menganggap Mu’tazilah berada dalam suatu posisi di antara dua posisi,
tidak mukmin dan tidak juga kafir, sedangkan golongan Murji’ah berpendapat :
“bahwa orang yang berdosa besar itu mukmin. Sebab dia membenarkan dengan
hatinya, dikatakan fasiq karena melakukan dosa besar. Bahkan di antara mereka
sendiri ada yang mengatakan bahwa tidak betul menamakan orang yang berdosa besar
itu fasiq secara mutlaq, tetapi dikatakan fasiq dalam hal demikian.”
Masalah iman ini menimbulkan beberapa masalah. Seperti apakah iman itu
dapat bertambah atau tidak. Karena golongan Murji’ah berpendirian bahwa iman itu
membenarkan dalam hati saja atau membenarakan dengan hati tanpa mengikrarkan
dengan lisan itu ada kalanya benar dan tidak. Maka iman itu tidak bisa bertambah atau
berkurang.

E. Ciri-ciri Murjiáh
Murji`ah memiliki sekian banyak ciri, dan ada beberapa ciri yang paling
menonjol, di antaranya sebagai berikut.
1) Mereka berpendapat, iman hanya sebatas penetapan dengan lisan, atau sebatas
pembenaran dengan hati, atau hanya penetapan dan pembenaran.

6
2) Mereka berpendapat, iman tidak bertambah dan tidak berkurang, tidak terbagi-
bagi, orang yang beriman tidak bertingkat-tingkat, dan iman semua orang adalah
sama.
3) Mereka mengharamkan istitsn` (mengucapkan ‘saya beriman insya Allah’) di
dalam iman.
4) Mereka berpendapat, orang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan
perbuatan haram (dosa dan maksiat) tidak berkurang imannya dan tidak
merubahnya.
5) Mereka membatasi kekufuran hanya pada pendustaan dengan hati.
6) Mereka mensifati amal-amal kekufuran yang tidak membawa melainkan kepada
kekufuran, seperti menghina dan mencela (Allah, Rasul-Nya, maupun syari’at
Islam); bahwa hal itu bukanlah suatu kekufuran, tetapi hal itu menunjukkan
pendustaan yang ada dalam hati.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham
dengan Khowarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khowarij.
Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang
sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim
yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku
dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam
kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat. Secara
garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:
Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut
membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang
janggal dan sulit diterima kalangan Murjites sendiri, karena iman dan amal perbuatan
dalam Islam merupakan satu kesatuan.
Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak
dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah
yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

B. Saran
Pada hakikatnya semua aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam, tetapi tetap
Islam.Dengan demikian tiap umat Islam bebas memilih salah satu aliran dari aliran-aliran
teologi tersebut, yaitu mana yang sesuai dengan jiwa dan pendapatnya.Hal ini tidak
ubahnya pula dengan kebebasan tiap orang Islam memilih madzab fikih mana yang sesuai
dengan jiwa dan kecenderungannya. Disinilah hikmah sabda Nabi Muhammad SAW:
“perbedaan paham dikalangan umatku membawa rahmat”. Memang rahmat besarlah
kalau kaum terpelajar menjumpai dalamIslam aliran-aliran yang sesuai dengan jiwa dan
pembawaannya, dan kalau pula kaum awam memperoleh dalamnya aliran-aliran yang
dapat mengisi kebutuhan rohaninya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2016. Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


Jakarta : UI Press

Nasir, Sahilun A. 2015. Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Nurdin, M.Amin. 2017. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Teruna Grafika

Rozak, Abdul. 2015. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai