Anda di halaman 1dari 17

Pengantar Kewirausahaan

MENGEMBANGKAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA

Motivasi
Motivasi adalah kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi
energi yang mengarah pada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan
ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Motivasi menjadi penentu besar
kecilnya usaha seseorang untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Maslow
memberikan gambaran mengenai motivasi seseorang dalam
kehidupannya. Gambaran tingkatan motivasi seseorang disusun seperti
piramida, dimana bagian puncaknya adalah kebutuhan tertinggi yang
ingin dicapai, sementara bagian paling bawah adalah kebutuhan dasar
yang mutlak harus dipenuhi.

Aktualisasi diri
(self actualization
needs)

Penghargaan
(esteem needs)

Cinta kasih saying


(social needs)

Rasa aman
(safety needs)

Fisiologis dan biologis


(Basic needs)

Teori Motivasi Maslow (1943)

Berdasarkan piramida Maslow di atas dapat kita ketahui bahwa motivasi


tertinggi adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kita ingin menunjukkan
Pengantar Kewirausahaan

kepada orang-orang disekitar kita bahkan kepada dunia akan manfaat


dari keberadaan kita di tengah-tengah mereka.

McClelland mengemukakan teori motivasi yang didasari oleh kebutuhan


manusia. Teori ini dikenal sebagai teori Kebutuhan McClelland yang
memfokuskan pada tiga kebutuhan manusia yaitu :
a. Kebutuhan akan prestasi : merupakan dorongan untuk
menggungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar, dan bergulat untuk sukses.
b. Kebutuhan akan kekuasaan : merupakan kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-
orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian.
c. Kebutuhan akan afiliasi : merupakan suatu keinginan untuk
hubungan antar-pribadi yang ramah dan akrab. (Robbins, S 2001)

Kesuksesan

Apa yang Anda inginkan dimasa depan? Ingin


menjadi apa Anda tepat pada hari ini 20
tahun dimasa yang akan datang?

Banyak dari kita yang mengatakan bahwa


saya ingin sukses. Tapi sedikit dari kita yang
bisa menggambarkan kesuksesan seperti apa
yang ingin kita raih. Seperti anak kecil yang ditanya mau menjadi apa
dimasa depan, mereka dengan spontan menjawab “pilot, dokter, polisi
atau presiden” tetapi mereka tidak tahu seperti apa presiden dan
bagaimana pekerjaan seorang presiden itu. Sayangnya, kita telah tumbuh
menjadi seorang mahasiswa namun masih memiliki pemikiran seperti
pada saat kita berumur lima tahun.

III - 2
Pengantar Kewirausahaan

Perlu Anda definisikan kembali makna kesuksesan yang ingin Anda raih
serta bagaimana rute perjalanan yang harus Anda tempuh untuk meraih
kesuksesan yang telah Anda gambarkan. Kemudian pilih rute terpendek
dan waktu tercepat dalam memilih jalan mana yang akan Anda tempuh!

Sebagai seorang yang beragama, tentu kita memiliki dua dimensi


kesuksesan; dunia dan akhirat. Tentunya kesuksesan dimensi akherat
adalah ketika kita bisa masuk surga. Lantas, bagaimana dengan
kesuksesan di dunia yang kita inginkan. Di dunia ini Tuhan memberikan
kita pilihan. Untuk sukses atau untuk gagal. Jalan kesuksesan dan jalan
kegagalan. Tuhan memberikan jalan, Anda memilih jalan mana yang
Anda lalui.

Bagi sebagian orang kesuksesan mungkin digambarkan sebuah kehidupan


dengan memiliki keluarga yang bahagia, berkecukupan harta, memiliki
rumah mewah, dan bisa berkontribusi bagi masyarakat. Kesuksesan
digambarkan ketika kita memiliki bisnis besar, bisnis itu mampu
menghidupi ribuan orang dengan bekerja pada bisnis kita, perusahaan
dengan memilik cabang disemua kota besar atau bahkan di manca
negara. Kesuksesan bagi yang lain digambarkan ketika kita memiliki
harta yang banyak sehingga setiap bulan kita menyumbangkah harta kita
untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, kegiatan-kegiatan pengentasan
kemiskinan, memiliki sekolah dan rumah sakit gratis untuk orang-orang
miskin atau kegiatan sosial kemanusiaan lainnya.

Sungguh indah kehidupan kita jika kita bisa memberi. Kepuasan


tersendiri saat kita mampu memberikan apa yang kita miliki untuk
membantu orang lain. Namun apa yang bisa kita berikan kalau kita tidak
memiliki? Seperti kata Ali bin Abi Tholib, kita hanya memberikan apa
yang kita miliki.

III - 3
Pengantar Kewirausahaan

Agar bisa memberi kita harus memiliki, agar bisa memiliki tentu saja kita
harus berjuang. Sebagaimana peribahasa mengatakan, there is no such a
free lunch! Sesuatu yang berharga memerlukan perjuangan untuk
meraihnya. Sebagaimana kisah-kisah sukses pengusaha besar, mereka
berjuang dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya, bahkan dari
nol. Bill Gates, empunya Microsoft, memulai memperjuangkan bisnisnya
sejak kuliah. Moryati Soedibya, memulai bisnis herbal dengan berjualan
racikan jamu. Atau Bob Sadino memulainya dengan berjualan telur
ayam. Tidak ada lembaga training, sekolah maupun universitas yang bisa
mencetak sarjana yang langsung sukses dibidangnya. Yang ada hanya
mengajarkan cara untuk sukses.

Di seluruh dunia banyak bertebaran orang-orang yang telah meraih


kesuksesan. Banyak juga di sekitar kita orang yang telah sukses. Lantas,
mengapa kita tidak meniru mereka bagimana cara mereka bisa meraih
kesuksesan itu. Meniru bukan sesuatu yang salah. Meniru sesuatu yang
baik adalah suatu kebaikan juga. Kita terlahir ke dunia ini tidak bisa
berbicara, tapi kita bisa berbicara dengan meniru orang lain berbicara
dan terus berlatih untuk berbicara.

Setiap orang pasti ingin menjadi orang sukses. Berarti sukses adalah
tujuan hidup. Namun apabila kita menanyakan kepada beberapa orang
mengenai definisi kesuksesan, maka akan mendapatkan jawaban yang
bervariasi.

Ada orang yang mengukur kesuksesan dengan kepemilikan materi, status,


popularitas dan jabatan. Akan tetapi banyak kasus dalam kehidupan
sehari-hari yang membuktikan bahwa kesuksesan yang diukur semata-
mata dengan kepemilikan materi ternyata tidaklah membawa
kebahagiaan. Berarti kita perlu memperluas dan memperdalam definisi
kesuksesan menjadi pengertian yang lebih utuh dan bermakna.

III - 4
Pengantar Kewirausahaan

Sebaiknya seseorang memiliki konsep diri (self concept), termasuk cara


pandang terhadap kesuksesan. Tanpa konsep diri tentang kesuksesan,
seseorang akan kurang fokus terhadap apa yang ia kejar.

Pada kenyataannya setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-


beda. Kita dapat memperkaya pemahaman tentang kebutuhan hidup
dengan mereferensi teori hierarki kebutuhan manusia dari Maslow yaitu
bahwa manusia memiliki tingkatan kebutuhan yang dapat berbeda,
meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ikut
memiliki dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan
aktualisasi diri.

Orang yang sukses adalah orang yang mampu memenuhi kebutuhan


hidupnya, mampu memenuhi harapan-harapannya. Ini adalah prinsip
umum dari definisi kesuksesan. Dalam kaitannya dengan kebutuhan
manusia yang beragam dan unik, maka kriteria kesuksesan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kriteria kesuksesan berdasarkan hasil
(dapat diukur dengan materi, status, dll) dan berdasarkan proses
(menggunakan cara-cara yang beretika, bermoral dan beradab). Upaya
pencapaian kesuksesan dengan menggunakan cara-cara yang beretika,
bermoral dan beradab perlu dilakukan agar kita memperoleh kesuksesan
sejati yang terus dihargai dan diteladani seseorang.

Kisah Sukses Pengusaha Muda


Elang : Mana Rumah untuk Si Miskin?

Keserakahan sebagian besar pemilik modal di negeri ini sudah tidak


terbendung lagi. Rumah untuk si miskin di ujung perbukitan yang jauh
dari keramaian kota, bahkan boleh dibilang rumah terpencil, yang kini
mendapat subsidi pemerintah pun sangat diminati konglomerat.
Alasannya hanya satu kata, "investasi" masa depan. Padahal, kalau
dipikir-pikir, tidak mungkinlah seorang berpenghasilan besar yang biasa
banyak harta bakal melirik rumah mungil di pedesaan terpencil.

III - 5
Pengantar Kewirausahaan

"Kalau keserakahan terus yang terjadi di negeri ini, kapan jutaan orang
miskin bakal memiliki rumah?" tanya Elang Gumilang (22), peraih
penghargaan Wirausaha Muda Mandiri (WMM) terbaik 2007, yang
diselenggarakan Bank Mandiri. Kegelisahan itu diungkapkan Elang di
sepanjang perjalanan dari kampusnya, Institut Pertanian Bogor (IPB),
menuju proyek rumah sederhana sehat (RSH) di Ciampea, Kabupaten
Bogor, Jum'at(14/12) sore.

Elang adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan H Enceh
dan Hj Priyanti. Tubuh kecil lelaki kelahiran Bogor, 6 April 1985 itu
terlihat energik mengamati struktur bangunan rumah-rumah mungilnya.
Bukan hanya gerak tubuhnya yang lincah, cara bercakap Elang pun
sangat cepat. Di tengah hujan lebat, Elang mengisahkan berbagai
perjalanan jatuh bangun kehidupannya merintis usaha properti kecil-
kecilan ini.

"Ini usaha kecil-kecilan karena sebetulnya saya memiliki impian besar,


bagaimana orang-orang muda seperti saya ini bangkit bersama
membangun negeri ini," ujar Elang.

Bagaikan burung

Semangat entrepeneurship atau kewirausahaan seakan tercermin dari


perjalanan hidup Elang. Bagaikan burung yang selalu ingin terbang
mengepakkan sayapnya setinggi mungkin, Elang tak pernah melupakan
untuk melihat Bumi. Bagi Elang, seluruh perjalanan hidupnya yang
dibilang sukses meniti karier saat masa studinya yang hampir rampung di
Fakultas Ekonomi Manajemen IPB hanyalah kebetulan belaka.

Semangat kewirausahaan itu ternyata sudah dimulai sejak masa sekolah


menengah umum (SMU). Tahun 2000, sambil menikmati masa-masa indah
sekolahnya, Elang sudah berpikir untuk bisa memiliki uang dari hasil jerih
payahnya sendiri. Diam-diam Elang berkeliling menjadi penjaja kue
donat dan roti. Lumayan juga, setiap hari dia bisa mengantongi
setidaknya Rp. 50.000.

Setiap hari 10 boks donat, masing-masing berisi 12 buah, dan beberapa


roti dibawa ke sekolah untuk ditawarkan ke teman-temannya. Namun,
kegiatan iseng-iseng itu tanpa disangka akhirnya ketahuan orangtuanya.
Kemarahan orangtuanya tidak membuat Elang berkecil hati. Semangat
kewirausahaan itu seakan mendesak untuk terus direalisasikan.

Secara kebetulan, begitulah Elang berulang kali menyebut perjalanan


hidupnya, prestasinya yang gemilang membuat kemenangan-kemenangan
diraih. Kemenangan yang diraih Elang, antara lain, juara pidato bahasa
Sunda se-Kota Bogor tahun 2000, juara harapan pertama Lomba Cepat
Tepat Sri Baduga se-Jawa Barat, dan kemenangan yang tak pernah
dilupakannya adalah juara Java Economics FEM IPB se-Jawa 2003.

III - 6
Pengantar Kewirausahaan

Lumayan juga semua kemenangan ini karena setiap kemenangan selalu


bernilai rupiah yang cukup membuatnya semangat. Elang pun
menjadikan uang itu sebagai modal untuk kuliah. Bahkan, sebagian uang
itu digunakan Elang untuk modal berjualan sepatu. Namun, usaha ini
hampir membuatnya habis-habisan karena dia hampir saja tertipu jutaan
rupiah.

Semakin dewasa bertumbuh, Elang semakin mengubah arah tujuannya.


Di masa-masa kuliah, Elang bukan hanya berpikir bagaimana bisa
menghidupi dirinya sendiri, tetapi mulai mengajak rekan-rekan
sekampusnya untuk sama-sama merebut kesuksesan. Sekali lagi, menurut
Elang, semua ini serba kebetulan. Alhasil, gagasan-gagasan
kewirausahaannya pun mudah diterima rekan-rekan sekampusnya. Selain
bisnis properti kecil-kecilan, mulailah dia merintis usaha kursus bahasa
Inggris di lingkungan sekitar kampus IPB.

Elang pun tanpa sungkan mengisahkan dirinya pernah menjadi pemasok


lampu di kampusnya. Modalnya cuma daftar harga yang diperoleh dari
salah satu pabrik lampu terkenal. Kerja dengan otot mungkin lebih
banyak digunakan daripada dengan otak. Begitulah Elang ketika
mengisahkan masa-masa kuliahnya yang sebagian digunakan untuk
berjualan minyak goreng. Puluhan jeriken dicuci bersih, diisi minyak
goreng curah, lalu dikirim ke Pasar Anyar dan Cimanggu, Bogor.

"Tapi bagi saya, yang paling unik tetaplah merintis pembangunan rumah
untuk rakyat miskin," tegas Elang.

Awalnya diremehkan

Deretan rumah mungil yang didirikannya bersama lima temannya itu


sebenarnya diperuntukkan bagi keluarga-keluarga miskin, terutama
warga di sekitar perkampungan itu. Subsidi dari Kementrian Negara
Perumahan Rakyat membuat rumah seluas 22 meter yang berdiri di atas
lahan 60 meter persegi dapat ditawarkan cuma Rp 25 juta dan Rp 37 juta
per setiap unit.

"Murah banget, tetapi lucunya orang-orang kota juga sangat berminat


terhadap rumah-rumah ini, bahkan tahap awal pembangunan 45 rumah
sudah habis terjual," ujar Elang. Susahnya berurusan dengan bank
dirasakan pula oleh Elang. Sebagai mahasiswa biasa, perbankan
tampaknya enggan memberikan bantuan modal. Padahal, prospek
usahanya diyakini sangat jelas, rumah selalu saja ada permintaannya.
"Itulah nasib orang muda. Mereka sulit diberi kesempatan untuk merintis
sesuatu yang dinilai mulia. Orang bank bilang, lebih baik kami kasih
modal ke tukang gorengan daripada ke mahasiswa," kata Elang,
menirukan ucapan seorang staf sebuah bank.

Tak ada rotan, akarpun jadi. Tanpa kenal menyerah, akhirnya Elang

III - 7
Pengantar Kewirausahaan

mengajak patungan teman-temannya. Hasilnya, dengan modal Rp 340


juta, mereka merintis pembangunan rumah sehat sederhana. Sekali lagi,
rumah-rumah yang dibangunnya itu mendapat dukungan subsidi dari
pemerintah karena fokus perhatiannya adalah untuk si miskin
berpenghasilan rendah.

"Kita bisa menjadi pengusaha sejati kalau bisa dipercaya oleh rekan
terdekat kita. Karena itu, tanpa bantuan perbankan, usahanya mulai
beralih menjadi semacam perusahaan terbuka. Modalnya, ya siapa yang
mau ikutan patungan, ya silahkan saja. Keuntungannya pasti bisa
dibicarakan," ujar Elang. Dari penjualan rumah yang sedikit demi sedikit
itu, modalnya diputar kembali untuk membebaskan lahan di sekitarnya.
Rumah bercat kuning pun satu demi satu mulai berdiri. Belakangan ini
Elang justru dijuluki "Juragan RSS" ala Bogor oleh penduduk setempat.

Menurut Elang, andaikan semua orang muda mau bergerak memikirkan


kebutuhan masyarakat miskin, tentu di negeri ini akan banyak tumbuh
wirausaha muda. Yang pasti, lapangan pekerjaan pun akan semakin
terbuka lebar.

Siapa yang akan peduli lagi?

Sumber: Harian Umum KOMPAS 17 Desember 2007 Rubrik Bisnis dan


Keuangan
Oleh STEFANUS OSA TRIYATNA

Mengapa Wirausaha Menjadi Pilihan


Untuk mewujudkan kesusksesan yang dicita-citakan, seseorang memilih
jalan untuk menjadi seorang wirausaha. Sekali lagi bahwa wirausaha
adalah pilihan. Jalan hidup yang dipilih, bukan karena keterpaksaan.
Dengan berwirausaha, seorang wirausahawan memiliki keyakinan bahwa
ketika mereka bekerja lebih keras, mereka akan menghasilkan lebih
banyak penghasilan (uang), lebih merasa nyaman dan juga memiliki
kepuasan lebih besar dibandingkan bekerja pada perusahaan milik orang
lain.

III - 8
Pengantar Kewirausahaan

Zimmerer dan Scarborough (2002) merangkum enam keuntungan menjadi


seorang wirausahawan yang tidak dimiliki oleh seorang executive
perusahaan lain, diantaranya:

 Peluang mengendalikan nasib sendiri.


 Kesempatan melakukan perubahan.
 Peluang untuk menggunakan potensi
seluruhnya.
 Peluang untuk meraih keuntungan
tanpa batas.
 Peluang untuk berperan untuk
masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usaha Anda.
 Peluang melakukan sesuatu yang Anda
sukai.
Zimmerer dan Scarborough (2002)

1. Peluang mengendalikan nasib sendiri.


Seseorang memutuskan untuk menjadi seorang wirausahawan
diantaranya adalah karena faktor kebebasan dan keinginan untuk
mengendalikan nasib sendiri, tanpa tergantung orang kepada orang lain.
Memiliki suatu bisnis memberikan kebebesan dan peluang pada
wirausahawan untuk mencapai sasaran yang penting baginya.
Wirausahawan menjadi orang yang mengatur dirinya sendiri, bukan
diatur atasannya. Wirausahawan juga memiliki kebebasan untuk
mengatur perusahaannya seperti yang ia inginkan. Serta menggunakan
bisnisnya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya dalam hidup. Mereka
meraih kepuasan pribadi dalam mengelola kehidupan pribadi dan
kehidupan bisnisnya. Seorang wirausahawan memiliki kebebesan memilih
tempat tinggal yang mereka sukai dan jam kerja yang mereka inginkan.
Tidak ada rutinitas harus berangkat pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00
setiap hari untuk memenuhi tuntutan kantor. Seorang wirausahawan
lebih banyak memiliki waktu bersama orang-orang yang dicintai, teman
dan keluarga. Mereka bisa memiliki kantor di rumah mereka atau rumah

III - 9
Pengantar Kewirausahaan

di kantor mereka. Tidak ada yang melarang dan mengatur, karena itu
perusahaannya sendiri.

2. Kesempatan melakukan perubahan.


Semakin banyak fenomena munculnya seorang wirausahawan yang
memulai bisnisnya karena mereka melihat peluang untuk membuat
perubahan yang menurut mereka penting. Dorongan itu bisa jadi
kegelisahan dalam hatinya melihat warga menengah ke bawah kesulitan
memiliki tempat tinggal. Sehingga muncul niat mulia untuk membuat
perumahan murah untuk warga menengah ke bawah. Pada kasus lain,
bisa jadi faktor kepedulian terhadap lingkungan yang sangat kuat dan
keprihatinan atas polusi tanah yang diakibatkan menumpuknya sampah
terutama di perkotaan sehingga muncul ide untuk mendirikan
perusahaan daur ulang untuk mengatasi permasalahan sampah.
Zimmerrer dan Scarborough (2002) menambahkan bahwa para
wirausahawan menemukan cara untuk mengkombinasikan
keprihatinannya terhadap masalah-masalah sosial dengan keinginannya
untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

3. Peluang untuk menggunakan potensi seluruhnya.


Banyak orang disekitar kita yang mendapatkan pekerjaan yang bagi
mereka sangat membosankan, tidak menantang, dan tidak menarik.
Tetapi anehnya mereka tetap bekerja pada perusahaan mereka itu,
setiap hari mereka harus menjalani rutinitas yang bagi mereka
membosankan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mari kita lihat apa
yang terjadi dengan seorang wirausahawan dan pekerjaannya? Zimmerer
dan Scarborough (2002) menjelaskan bahwa bagi seorang wirausahawan,
pekerjaan mereka adalah kesenangan. Bagi mereka tidak ada perbedaan
antara bekerja atau bermain. Bekerja atau bersenang-senang dengan
tantangannya. Bisnis-bisnis yang dimiliki seorang wirausahawan adalah
merupakan alat untuk pernyataan dan aktualisasi dirinya. Mereka bisa
menciptakan dan menumbuhkan kekayaan dan juga bisnisnya.

III - 10
Pengantar Kewirausahaan

Pertumbuhan mereka hanya dibatasi oleh kemampuan mereka sendiri.


Bukan dibatasi jabatan dan jenjang karir dalam perusahaan. Karena akan
sulit bagi seorang executive untuk menduduki posisi teratas dalam
sebuah perusahaan orang lain, apalagi ia bekerja untuk sebuah
perusahaan keluarga.

4. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas.


Sebuah rahasia umum yang kita yakini bersama bahwa dengan menjadi
wirausahawan memiliki peluang lebih besar untuk menjadi orang kaya.
Tapi perlu digarisbawahi bahwa Zimemerer dan Scarborough (2002)
menyatakan bahwa kekayaan bukanlah tujuan nomor satu bagi seorang
wirausahawan. Meskipun bagi seorang wirausahawan keuntungan bukan
menjadi daya dorong utama, keuntungan dari bisnis mereka penting
sebagai factor motivasi dalam memutuskan pendirian bisnis. Sebagian
besar dari daftar 10 orang terkaya di Indonesia dan juga dunia adalah
seorang wirausahawan. Memulai perusahaan milik sendiri selalu
merupakan cara terbaik untuk menciptakan kekayaan. Meskipun anda
tidak menjadi kaya dengan melakukannya, Anda tetap akan memperoleh
lebih banyak kesenangan. Memang benar bahwa menjadi orang kaya
tidak selalu membawa kebahagiaan, namun dengan menjadi kaya kita
memiliki peluang lebih besar untuk hidup bahagia dibandingkan
kehidupan dalam kemiskinan.

5. Peluang untuk berperan untuk masyarakat dan mendapatkan


pengakuan atas usaha Anda.

Seringkali pemilik bisnis adalah orang yang paling dihormati dan paling
dipercaya dalam masyarakat. Peran mereka berdampak nyata dalam
melancarkan ekonomi nasional. Seorang wirausahawan akan mampu
berkata, “Saya ingin menjadi seseorang yang selama 20 tahun dapat
melihat kebelakang dan berkata, ‘saya telah ikut menciptakan sesuatu.
Saya telah meninggalkan jejak.”

III - 11
Pengantar Kewirausahaan

6. Peluang melakukan sesuatu yang Anda sukai.


Hal yang umum dirasakan para wirausahawan adalah kegiatan kerja
mereka sesungguhnya bukanlah bekerja. Kebanyakan wirausahawan yang
berhasil memilih masuk dalam bisnis tertentu, karena mereka tertarik
dan meyukai pekerjaan tersebut. Mereka menjadikan kegemaran mereka
menjadi pekerjaan yang menghasilkan uang.

Longenecker (2000) menuturkan bahwa setiap orang tertarik pada


wirausahawan karena adanya imbalan yang kuat. Imbalan kewirausahaan
menurut Longenecker dikelompokkan menjadi tiga kategori dasar yang
digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Imbalan
Kewirausahaan

Laba Kebebasan Kepuasan Menjalani


Bebas dari batasan Bebas dari Hidup
gaji standar untuk pengawasan dan Bebas dari rutinitas,
pekerjaan yang aturan birokrasi kebosanan dan
distandarisasikan organisasi pekerjaan yang tidak
menantang

Sumber: Longenecker (2000)

Dengan menjadi seorang entrepreneur, kita akan terbebas dan juga


membebaskan orang lain dari pengangguran dan kemiskinan. Bisa
menjalani kehidupan lebih dari cukup bahkan kaya raya. Para
entrepreneur bukan hanya berlimpah kekayaan, namun juga akan
memperoleh kesempatan untuk berbuat lebih banyak kebaikan. Tumbuh
semangat berbagi dan semangat memberi kepada masyarakat.
Kecakapan entrepreneur akan membawa seseorang dari kemiskinan
menjadi kesejahteraan kemudian kepada amal kebaikan yang berlimpah.
Risiko Menjadi Wirausahawan

III - 12
Pengantar Kewirausahaan

Benar bahwa banyak keunggulan menjadi seorang wirausahawan. Tetapi,


selain banyak kelebihan wirausahawan dibanding pekerja kantor ada
juga beberapa hal yang menjadi kekurangan seorang wirausahawan yang
tidak bisa dihindari. Zimmerrer dan Scarborough (2002) menyebutkan
ada enam risiko menjadi seorang wirausahwan, yaitu:
1. Pendapatan yang tidak pasti
2. Resiko kehilangan seluruh investasi
3. Kerja lama dan kerja keras
4. Mutu hidup yang rendah sampai bisnis mapan
5. Ketegangan mental yang tinggi
6. Tanggung jawab penuh

Mari kita kaji bagaimana seorang wirausahawan memiliki potensi


kekurangan-kekurangan tersebut di atas.

1. Pendapatan yang tidak pasti


Dalam bisnis tidak ada yang bisa menjamin bahwa mengenai tingkat
pendapatan yang akan diperoleh selama beropearasi dari periode ke
periode usaha. Sementara itu banyak biaya-biaya yang harus ditutupi
uantuk menjalankan usaha tetap berjalan dan tumbuh berkembang.
Terutama pada masa awal-awal pendirian bisnis maka pendapatan masih
sangat fluktuatif dan tidak ada kepastian. Perlu diketahui bahwa pemilik
usaha adalah orang terakhir yang menerima gaji (bagian hasil usaha).
Dengan demikian seorang wirausaha harus siap secara mental menerima
kenyataan yang akan terjadi suatu waktu pada saat perusahaan tidak
mendapatkan laba.

2. Resiko kehilangan seluruh investasi


Menjalankan bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Adalah mimpi
ketika bisnis bisa besar dan tumbuh dengan mudahnya dan tanpa
hambatan yang berarti. Tantangan terbesar dalam bisnis adalah
kegagalan dalam menjalankan usaha sehingga berimbas pada satu kondisi

III - 13
Pengantar Kewirausahaan

yang paling dikawatirkan oleh seorang wirausahawan, bankrut. Bisnis


yang dikelola dengan baik pun bisa saja mengalami kebangkrutan,
apalagi bisnis yang dikelola secara main-main. Kegagalan dalam bisnis
bisa mengorbankan seluruh investasi yang kita tanamkan dalam bisnis
tersebut. Oleh karena itu seorang wirausahawan harus siap dengan
rencana A dan rencana B, mengetahui dengan benar apa yang akan
mereka lakukan apabila bisnis yang mereka jalankan mengalami
kegagalan.

3. Kerja lama dan kerja keras


Sebagaimana pepatah lama mengatakan, tidak ada hasil tanpa kerja
keras. Begitu juga dalam bisnis. Bisnis tidak akan dapat memproduksi
rupiah hanya dengan kerja sekenanya. Bisnis tidak akan berjalan baik
tanpa pendampngan pemilik. Terutama pada tahap awal pendirian
bisnis. Seorang pakar mengatakan, mendirikan bisnis seperti memiliki
anak. Harus dirawat dengan baik dan penuh perhatian. Namun apabila
pemilik bisnis sudah mampu menerapkan system bisnis dan
mendelegasikan usahanya pada orang lain. Maka bisnis bisa berjalan, dan
pemiliknya bisa jalan-jalan.

4. Mutu hidup yang rendah sampai bisnis mapan


Sebuah bisnis tidak dibangun dalam sekejap mata. Perlu proses panjang
dari awal mendirikan hingga menjadi sebuah bisnis besar yang sukses.
Pada saat-saat awal pendirian dan mengembangkan bisnis inilah
diperlukan persiapan energi yang besar serta menyita perhatian dan
waktu. Kerja panjang dan kerja keras sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemilik bisnis sering merasakan bahwa peran mereka sebagai suami atau
istri atau ayah atau ibu menjadi terabaikan akibat pendirian bisnis.
Masalah ini sering terjadi pada mereka yang mulai mendirikan bisnis
pada usia 25-39 tahun, ketika mereka juga sedang memulai membangun
kehidupan keluarga mereka. Sebagai hasilnya, keharmonisan keluarga
atau persahabatan menjadi korban dari pendirian bisnis ini.

III - 14
Pengantar Kewirausahaan

5. Ketegangan mental yang tinggi


Memulai mendirikan dan mengelola bisnis merupakan sebuah
pengalaman yang sangat berharga, namun juga penuh tantangan dan
ketegangan mental yang tinggi. Untuk mendirikan dan mengembangkan
bisnisnya, seorang wirausahawan seringkali menanamkan modal investasi
yang begitu besar. Hingga mereka sulit tidur karena terus memikirkan
besarnya investasi dan ancaman kegagalan dalam bisnisnya. Kegagalan
berarti hilangnya investasi. Hal ini memberikan tingkat stress dan
kekhawatiran dan ketegangan mental yang sangat tinggi.

6. Tanggung jawab penuh


Menjadi pemilik bisnis memang membanggakan. Menjadi bos bagi diri
sendiri dan memiliki orang-orang yang siap mematuhi perintahnya.
Namun, dibalik itu ada tanggung jawab besar yang harus dipikul. Para
pemilik bisnis menjadi orang yang bertanggung jawab penuh dalam
mengatur jalannya bisnis yang mereka bangun. Dengan kata lain, pemilik
bisnis juga turut bertanggung jawab dalam keberlangsungan bisnis dan
kehidupan para karyawannya. Pemilik juda ditutuntut untuk mengambil
keputusan-keputusan bisnis yang terkadang sangat sulit untuk
diputuskan. Selain itu, para pemilik bisnis menginvestasikan uangnya
pada perusahaan yang mereka bangun bahkan menggadaikan rumah dan
kendaraannya untuk mendapatkan modal tambahan. Pada saat bisnis
yang mereka jalankan gagal, maka asset yang mereka investasikan harus
rela untuk tidak kembali.

Dari uraian di atas, kita dapati perbedaan nyata antara seorang


wirausahawan dibandingkan dengan karyawanpada umumnya. Saiman
(2009) merangkum perbedaan yang mencolok antara seorang
wirausahawan dengan karyawan, sebagai berikut:

III - 15
Pengantar Kewirausahaan

Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan


Wirausahawan Karyawan
1. Penghasilan bervariasi atau 1. Memiliki penghasilan pasti
tidak teratur, sehingga pada atau teratur, sehingga
tahap awal sulit mengatur mudah diatur (rasa aman)
(tidak merasa aman) karena meskipun gaji kecil
penghasilan tidak pasti
2. Memiliki peluang lebih besar 2. Peluang kaya relative
untuk menjadi orang kaya, (sangat tergantung
penghasilan sebulan dapat kemujuran dan karir)
menutupi pengeluaran atau
biaya hidup untuk satu tahun
3. Pekerjaan bersifat tidak 3. Pekerjaan bersifat rutin
rutin
4. Kebebesan waktu yang tinggi 4. Waktu tidak bebas (terikat
(tidak terikat jam kerja) pada jadwal/ jam kerja
perusahaan)
5. Tidak ada kepastian dalam 5. Ada kepastian (dapat
banyak hal termasuk diprediksi) dalam banyak
meramalkan kekayaan hal, kekayaan dapat
diramal/dihitung
6. Kreativitas dan inovasi 6. Bersifat menunggu intruksi/
dituntut setiap saat perintah
7. Ketergantungan rendah 7. Ketergantungan tinggi
8. Risiko tinggi (asset dapat 8. Risiko relative rendah
hilang jika dijadikan agunan bahkan dapat diramalkan
dalam pinjaman) dan
usahanya bangkrut
9. Terbuka peluang untuk 9. Menjadi bos relative sulit
menjadi bos apalagi bekerja pada
perusahan keluarga
10. Tanggung jawab besar 10. Tanggung jawab relative
kecil
Sumber : Saiman (2009)

III - 16
Pengantar Kewirausahaan

Referensi:
A.H. Maslow, A Theory of Human Motivation, Psychological Review 50(4)
(1943):370-96

Longenecker, Justin G. Carlos W. Moore, J. William Petty. 2000.


Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil. Penerbit Salemba Empat.

Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior. Prentice Hall


International, Inc. New Jersey.

Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan, Teori, Praktik, dan Kasus-


kasus. Salemba Empat. Jakarta.

Zimmerrer, Thomas W. dan Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar


Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Alih bahasa Yanto Sidik
Pratiknyo dan Edina Cahyaningsih Tarmidzi. Ed. 2. Prenhallindo.
Jakarta.

III - 17

Anda mungkin juga menyukai