Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENYELIAAN FASILITATIF

I. PENDAHULUAN
Sejak tahun 1989 kebijakan penempatan bidan di desa merupakan
salah satu upaya terobosan Kementerian Kesehatan untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB). Melalui kebijakan tersebut, sekitar 74.644
bidan (laporan rutin data KIA tahun 2014) telah ditugaskan di desa,
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kebijakan ini membuat bidan
di desa sebagai ujung tombak tenaga kesehatan yang member
pelayanan dasar melalui fasilitas Pos bersalin desa (Polindes) atau
kemudian sebagian menjadi Pos Kesehatan desa (Poskesdes) maupun
sebagai Bidan Praktek Mandiri (BPM).

II. LATAR BELAKANG


Berdasarkan SDKI tahun 2012, AKB 32 per 1000 KH dan AKABA
masih 40 per 1000 KH, target MDGs 2015, AKB menurun menjadi 23
per 1000 KH, AKB menurun menjadi 23 per 1000 KH, AKB menurun
menjadi 32 per 1000 KH. Prevalensi Bayi Berat badan Lahir Rendah
(BBLR) di Indonesia masih tinggi, yaitu 10,2% (Riskesdas 2013).
Cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan 95,7% dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 83,1% (SDKI, 2012).
Oleh karena itu upaya percepatan penurunan AKI dan AKB
menuntut peningkatan kualitas kerja bidan di desa dan pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas. Untuk itu, Kementerian Kesehatan
mengembangkan suatu model peningkatan kualitas, berupa
pendekatan Penyeliaan Fasilitatif Kesehatan Ibu dan Anak
(Penyeliaan Fasilitatif-KIA).
III. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Meningkatkan kinerja pelayanan Dasar KIA di PKD dan Bidan
Praktek Mandiri serta kinerja Puskesmas dan Puskesmas Perawatan
melalui memaksimalkan tugas pokok dan fungsi Tim Penyeliaan
Fasilitatif-KIA yang berada di puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
TUJUAN KHUSUS
1. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi program KIA
2. Membina bidan atau institusi di wilayah kerja puskesmas baik
secara perorangan maupun kelompok
3. Memantau dan mengevaluasi kinerja bidan atau puskesmas baik
aspek klinis profesi maupun managemen program KIA
4. Meningkatkan pengetahuan membangun sikap dan keterampilan
klinis professional baik bidan maupun tenaga profesi di institusi
terkait dengan pelayanan KIA
5. Mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta
melaksanakan tindakan aksi koreksi pada peningkatan kualitas
pelayanan KIA
6. Memotivasi membimbing dan melatih bidan maupun tenaga
profesi di institusi terkait dengan pelayanan KIA
7. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor

IV. TATA NILAI PROGRAM


1. Keterbukaan
2. Kerjasama
3. Tidak menghakimi
4. Responsif
V. TATA HUBUNGAN KERJA
Lintas Program
- P2
- Gizi
- PROMKES

Lintas Sektor
- Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia : Pembinaan terhadap
Anggota
- Kepala Desa : memfasilitasi sarana prasarana PKD
- TP PKK : mendukung pelaksanaan penyeliaan
fasilitatatif
- Camat : Pengawasan BPM

VI. KEGIATAN POKOK/ RINCIAN KEGIATAN


- Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan fasilitas
kesehatan dan bidan di wilayah kerjanya yaitu bidan di polindes,
poskesdes, bidan di puskesmas, bidan praktek swasta, dan bidan
yang bekerja di RB maupun sesama lintas program dan lintas
sektor.
- Merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif di
polindes, poskesdes, puskesmas, bidan praktek swasta maupun
bidan yang bekerja di RB
- Menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan KIA di
polindes, Poskesdes dan di Puskesmas serta melakukan verifikasi
tingkat kepatuhan yang dselia
- Mengidentifikasi komponen yang tidak memenuhi standard dan
secara bersama-sama dengan mencari solusi pemecahan
masalahnya.
- Membuat rencana tindak lanjut bersama-sama
- Melaksanakan dan memantau upaya perbaikan mutu yng
dilakukan.
- Membuat pencatatan dan pelaporan hasil penyeliaan
- Memberikan masukan untuk perencanaan baik di tingkat
puskesmas maupun di tingkat kabupaten sebagai bagian
penguatan sistem penyeliaan.
- Mengusulkan penghargaan bagi tenaga kesehatan berprestasi,
peningkatan kompentensi dan pengembangan karir.
VII. CARA PELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Orientasi daftar tilik
2. Kajian mandiri oleh bidan di desa
3. Verifikasi rekapitulasi dan penyeliaan oleh tim PF-KIA
4. Pengisian matriks rencana aksi koreksi
5. Rencana dan tindakan aksi koreksi
6. Evaluasi status kerja
VIII. SASARAN
PKD ( Poliklinik Kesehatan Desa ) dan Praktek Mandiri Bidan ( PMB )
IX. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

X. SUMBER BEAYA
BOK (Bantuan Operasional Puskesmas)

XI. MONITORING ,EVALUASI


1. Monitoring
Monitoring dilaksanakan oleh Tim penyelia fasilitatif. Setelah
kegiatan verifikasi selesai akan dilakukan monitoring melalui
pertemuan bulanan setelah kegiatan verifikasi, pertemuan
bulanan membahas pelaksanaan penyeliaan fasilitatif di polindes
dan BPM. Hasil verifikasi dalam bentuk tingkat kepatuhan
menurut fasilitas yang diselia akan memberikan gambaran status
penyeliaan fasilitatif di masing-masing fasilitas, apakah sudah
baik, cukup atau kurang. Pertemuan bulanan membahas item-
item yang tidak terpenuhi dalam matrik rencana aksi koreksi.
Secara bersama di bahas alternatif solusi untuk tiap item dan
siapa yang bertanggung jawab untuk memenuhinya.
2. Evaluasi
Hasil matrik rencana aksi koreksi yang disepakati bersama antara
bidan dan tim penyelia fasilitatif KIA puskesmas. Hasil pencapaian
dan peningkatan yang dilakukan akan dibicarakan pada
pertemuan berkala periode berikutnya. Waktu untuk melakukan
upaya perbaikan kualitas ini dapat berlangsung selama 1-3 bulan
sesuai kesepakatan bersama. Pada akhir upaya perbaikan kualitas
akan dlakukan lagi kegiatan kajian mandiri dan verifikasi,
sehingga akan di dapat ukuran tingkat kepatuhan yang kedua.
Jika satu siklus penyeliaan fasilitatif membutuhan 1-3 bulan
maka dapat diharapkan dalam 1 tahun di dapat 3 siklus
penyeliaan fasilitatif.

XII. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan dengan menggunakan daftar tilik penyeliaan
fasilitatif yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai