Anda di halaman 1dari 8

PEREKONOMIAN INDONESIA

REVIEW JURNAL

“MENINGKATKAN DAYA SAING PABRIK GULA DI INDONESIA ERA


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN”

KP C

Kelompok 7 :

Anastasia Febri V. (130318011)


Michellin Seraphine B. (130318012)
Elisabeth Purnomo (130318046)
Jessica Johansen (130318151)
Thalia Lavinia S. (130318160)
Chiang Johanna (130318165)
Jeanne Julietta (130318168)
Anastasia Ellen (130318183)

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

SEMESTER GASAL 2019 – 2020


REVIEW JURNAL

“MENINGKATKAN DAYA SAING PABRIK GULA DI INDONESIA ERA


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN”

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen yang berjudul “MENINGKATKAN


DAYA SAING PABRIK GULA DI INDONESIA ERA MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN” ini ditulis oleh H. Ahmad Zafrullah Tayibnapis, Hj.Made Siti
Sundari, dan Lucia Endang Wuryaningsih, dengan total 12 halaman mulai dari
Halaman 225-236 ini menjelaskan mengenai pabrik gula di Indonesia yang kurang
memiliki daya saing karena harga gula yang tidak berada dalam kondisi pasar yang
sesungguhnya sehingga tidak mencapai keseimbangan.

Jurnal ini melakukan metode penelitian secara metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi
ke pabrik gula dan perkebunan tebu sedangkan metode tidak langsung dilakukan
dengan menggunakan model symbolic interactionism dan model exintential
phenomenology.

Menurut hasil penelitian produksi tebu di Indonesia mengalami penurunan


yang cukup signifikan dibandingkan dengan negara-negara lain terutama Thailand
dimana negara tersebut mengalami kelebihan produksi gula yang cukup tinggi,
sehingga mereka tentu saja mendistribusikan kelebihan gula-gula tersebut ke berbagai
negara. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya Indonesia mengalami daya saing
yang kurang. Pertama, mulai dari pabrik-pabrik gula yang kurang memiliki sumber
daya yang cukup, baik itu kemampuan dan potensi dari tenaga kerja, bahan baku, dan
mesin atau output yang digunakan. “ Sink dan Thomas (1989) dalam Triwulandari S.
Dewayana, dkk. (2011) menjelaskan bahwa produktivitas dan efisiensi merupakan
dua aspek penting dalam kinerja, hal ini berarti dibutuhkan perbaikan kinerja untuk
memperoleh laba usaha melalui pengukuran kinerja, baik pengukuran kinerja taktis,
pengukuran kinerja operasional maupun pengukuran kinerja strategis”. Untuk
mencapai hasil yang memadai, dibutuhkannya keseimbangan antara input dan output
yang dibutuhkan. Jika ingin memproduksi gula yang banyak tentu diperlukannya
ekspansi mesin dan tenaga kerja.

Indonesia termasuk Negara yang memiliki hasil perkebunan yang cukup


tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga sudah sepantasnya negara
Indonesia untuk memperhatikan daya saing pabrik gula. Tentunya, tebu memiliki
ampas yang memiliki banyak manfaat. Ampas tebu merupakan sumber energi yang
terbarukan dan tersedia cukup besar (Hugot, 1986; Paturao, 2989, dalam M. Saechu,
2009). Sehingga dapat dioptimasikan dengan cara menurunkan kadar air ampas
melalui penerapan teknologi pengeringan serta memanfaatkan program perawatan
terjadwal agar jam berhenti giling di pabrik gula dapat ditekan kurang dari 5 persen”.
Tebu juga merupakan salah satu sumber energi terbarukan karena memiliki
kemampuan untuk mengubah energi surya menjadi energi kimia mengandung unsur
dan senyawa organik. Kualitas ampas sebagai bahan bakar juga dipengaruhi oleh
tingkat kelembutan dan kandungan tanah atau pasir dalam ampas (Lamb, 1977 &
1980, dalam M. Saechu, 2009). Energi bisa diambil oleh tubuh manusia jika
diproduksi sebagai gula,dan dapat digunakan sebagai bahan bakar jika diolas sebagai
biogas. Selain itu, juga bisa dipakai untuk pembangkit listrik apabila ampas tebu
dipergunakan untuk Co- Generation. Limbah dari produk tebu dapat dimanfaatkan
untuk sumber energy tidak langsung, seperti blotong untuk pupuk biokompos atau
biochar, dan limbah ethanol dipergunakan untuk pupuk cair organik.

“Craig dan Grant (2002) dalam Triwulandari S. Dewayana, dkk. (2011)


dikemukakan bahwa keunggulan bersaing suatu organisasi (perusahaan) didukung
oleh kemampuan sumber daya dan aktivitas rutin dalam pabrik”. Kemampuan sebuah
pabrik dalam hal daya saing adalah hal yang penting yang dapat menentukan sebuah
pabrik dapat berkembang dan tetap bertahan di dunia bisnis sekarang ini. Sehingga
Pabrik Gula yang kini berada di Jawa Timur juga kondisi nya yang meragukan jika
tidak segera membenahi diri dengan merubah hal mendasar dan finansial yang kuat
yang akan menyumbang ketahanan Indonesia dalam penyediaan pangan di Indonesia.

Pemikiran Alfred Marshall (1954) dalam Todaro (2011) yang telah


dikembangkan memungkinkan terjadinya keseimbangan jamak yang dapat dijelaskan
dengan kurva “S” di mana perusahaan atau pabrik dapat mencapai keseimbangan
tertinggi melalui ekspansi usaha dengan cara menambah modal usaha, meremajakan
mesin, menambah tenaga kerja dan memasukkan teknologi baru. Dalam usaha
menjalankan dan mengedepankan usaha pabrik gula maka sudah sepantasnya pabrik
gula memperhatikan bagian tenaga kerja, perlu diadakannya seleksi dan pelatihan
khusus yang tepat untuk meningkatkannya kemampuan kerja mereka. Selain itu,
mesin yang digunakan juga perlu ditingkatkan lagi dan manajemen pasar juga perlu
menjadi titik utama dalam usaha persaingan pabrik gula agar produk-produk yang
dihasilkan juga dapat bersaing dengan negara-negara di ASEAN, termasuk lebih
mengutamakan jumlah produksi yang dihasilka agar tetap seimbang dan terus
meningkat sehingga dapat dilakukannya import ke berbagai negara.

Masalah lain yang dihadapi oleh pabrik-pabrik gula yang ada di Indonesia
yaitu biaya yang kurang memadai. Hal ini perlu dukungan dari pemerintah dalam
usaha pemenuhan biaya-biaya mulai dari biaya perlengkapan, peralatan, produksi dan
tenaga kerja. Di era modern saat ini, teknologi juga sangat berperan penting dalam
memajukan usaha daya saing pabrik gula di Indonesia. Dengan adanya teknologi
yang secara bertahap dikembangkan dapat menghasilkan produk-produk turunan tebu
yang banyak dan dapat memproduksi lebih dari target.

Pabrik Gula yang kurang efisien tersebut ternyata juga mengakibatkan


dampak lainnya seperti kalah bersaing harga dengan produk gula impor yang
harganya jauh lebih menarik dan murah. Jadi, Pabrik Gula menghadapi masalah besar
dimana yang pertama dia mengalami ketidakefisiensian dalam melaksanakan proses
produksinya dan yang kedua ia dihadapkan dengan permintaan konsumen yang
kurang dikarenakan kalah dalam bersaing harga. Pabrik Gula di Nusantara mengalami
banyak ketertinggalan dalam berbagai aspek dengan Pabrik negara lain. Sehingga
kondisi yang semakin tertinggal tersebut harus segera dibenahi agar ketertinggalan
tersebut tidak semakin jauh.

Integrated Precision Farming merupakan pilihan terbaik saat ini untuk


mengembangkan pabrik gula di Indonesia agar dapat bersaing di ASEAN dan dapat
berjalan dengan baik jika didukung kualitas sumber daya manusia yang berkompeten.
SDM dalam perusahaan merupakan peran yang sangat penting karena SDM adalah
asset yang paling utama, ikut ambil dalam kegiatan produksi. SDM yang bertalenta
sudah pasti menjadi kebutuhan paling utama demi kemajuan perusahaan.

Pembenahan pabrik gula didukung dengan pembenahan lahan perkebunan


tebu melalui mekanisasi dengan teknik penanaman, pemeliharaan, dan penanganan
panenyang lebih efektif dan lebih efisien. Namun, penerapan tersebut bukanlah hal
yang mudah, sehingga dibutuhkan pemahaman kepada para petani tebu bahwa
dengan sistem mekanisasi akan membawa pengaruh yang baik terhadap keberhasilan
penanaman tebu. Manajemen mekanisasi penanaman tebu yang tepat akan membuat
proses produksi tebu menjadi lebih efektif dan efisien.

Kesimpulan dari jurnal ini bahwa pabrik gula di indonesia masih sangat buruk
disebabkan karena ketidakmampuan indonesia dalam mengatasi permasalahan dasar
seperti tingginya biaya operasional, rendahnya rendemen, kinerja mesin yang kurang
maksimal, banyaknya impor gula dan masih banyak lagi. Pabrik gula di Indonesia
dapat bertahan serta berkembang apabila mampu menghadapi dan memanfaatkan
perubahan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, produktifias yang
tinggi, dan merealisasi diversifikasi produk. Sehingga pemanfaatan tebu tidak hanya
menghasilkan gula sebagai output utama, melainkan sebagai sumber energi langsung
(bahan bakar atau pembangkit listrik) dan tidak langsung (blotong, biochar, limbah
ethanol).
DAFTAR PUSTAKA

1. – Nama Penulis :
 H. Ahmad Zafrullah Tayibnapis
 Hj.Made Siti Sundari
 Lucia Endang Wuryaningsih
- Judul Jurnal : “Meningkatkan Daya Saing Pabrik Gula Di Indonesia Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN”
- Nama Jurnal : Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen
- Volume : Volume 16, No.2, Juli – Desember
- ISSN : 1412-1821
- E-ISSN : 2443-1265
- Tahun : 2016

2. Buku yang digunakan :

Adig Suwandi. 2010. Pemantau Independen Produksi Gula. Kompas. 10 Agustus


2010. Jakarta.

Aris Toharisman dan Yahya Kurniawan. 2012. Prospek dan Peluang Koproduk
Berbasis Tebu. Dalam Khrisna Murti. Bayu (Ed). Ekonomi Gula. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

George Rifai. 2012. Prinsip-prinsip Pengelolaan Strategi Bisnis, Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Hitt, M.A. Ireland, R.D. Hoskisson, R. E. 2001. Strategic Management:


Competitiveness and Globalization. 4th Edition; Concepts. South-Western College
Publishing. USA. Thomson Learning Asia. Singapore.

Lexy J.Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Remaja


Rosdakarya . Bandung.
Lincolin Arsyad. 2012. Ekonomi Manajerial. Edisi 4 . BPFE . Yogyakarta.

Muhammad Saechu. 2009. Optimasi Pemanfaatan Energi Ampas di Pabrik Gula.


Jurnal Teknik Kimia. Vol.4.No 1. September 2009.

Night, G.R. 2012. Kaum Tani dan Budidaya Tebu di Pulau Jawa Abad ke – 19 : Studi
dari Karesidenan Pekalongan 1830-1870. Dalam Booth. Anne ( et all ). Sejarah
Ekonomi Indonesia . LP3ES . Jakarta.

Porter. ME. 1998. Competitive Strategy, Techniques For Analyzing Industries and
Competitors. The Free Press. New York. USA.

Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo. 1991. Sejarah Perkebunan Indonesia : Kajian
Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.

Subiyono. 2013. Startegi Terpadu Membangun Kembali Kejayaan Industri Tebu di


Indonesia. Makalah. Kuliah Umum di Universitas Negeri Jember. Jember.

Subiyono. Wibowo. R. 2009. Agribisnis Tebu: Membuka Ruang Mara Depan


Industri Berbasis Tebu Jawa Timur. Perhepi. Jakarta.

Suhadi. 2015. Mengejar Ketertinggalan dari Pabrik Gula Dunia, ptpn X mag. Vol. 16.
April-Juni 2015. Surabaya.

Sri Wahyuni, dkk. 2009. Industri dan Perdagangan Gula di Indonesia : Pembelajaran
dari Kebijakan Zaman Penjajahan – Sekarang. Makalah. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian , Bogor .

Todaro, MP., Smith, SC. 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke 11. Jilid. Alih
Bahasa Agus Darm. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Toha, A. 2015. Melawan Mafia Bisnis. Kompas. 26 Juni 2015. Jakarta.


Toman, M A., Jemelkova, B. 2003, Energy and Economic Development : An
Assesment of The State of Knowledge : The Energy Journal. Vol. 24. Number 4.
International Association for Energy Economics.

Totok Sarwo Edi. 2013. Cogen Tidak Perlu Dana Besar. ptpn X mag, vol. 007/Th. III.
January – Maret 2013. Surabaya.

Tri Wulandari S. Dewayana, M. Samsul Ma’arif, Sukardi Sapta Raharja. Model


Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja Industri Gula. Jurnal Teknik Industri. Volume
1 Nomor 2. Juli 2011. ISSN 1411-6340. FTI. Universitas Trisakti. Jakarta.

3. Kelompok 7 (KP C) :
 Anastasia Febri Valentina (130318011)
 Michellin Seraphine B. (130318012)
 Elisabeth Purnomo (130318046)
 Jessica Johansen (130318151)
 Thalia Lavinia S. (130318160)
 Chiang Johanna (130318165)
 Jeanne Julietta (130318168)
 Anastasia Ellen (130318183)

Anda mungkin juga menyukai