INDONESIA
Hak cipta pada penulis
Hak penerbitan pada penerbit
Tidak boleh diproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
Tanpa izin tertulis dari pengarang dan/atau penerbit
Kutipan Pasal 72 :
Sanksi pelanggaran Undang-undang Hak Cipta (UU No. 10 Tahun 2012)
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal (49) ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 1. 000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5. 000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
PEREKONOMIAN INDONESIA
Penulis:
Dr. Nairobi, S.E, M.Si
Arif Darmawan, S.E, M.A
ISBN: 978-623-6569-44-3
Penerbit
PUSAKA MEDIA
Anggota IKAPI
No. 008/LPU/2020
Alamat
Jl. Endro Suratmin, Pandawa Raya. No. 100
Korpri Jaya Sukarame Bandarlampung
082282148711
email : cspusakamedia@yahoo.com
Website : www.pusakamedia.com
PEREKONOMIAN INDONESIA v
Dalam penyusunan buku ini kami menyadari walaupun sudah
berhati-hati menggunakan sumber dan data pokok materi
Perekonomian Indonesia, mungkin masih ada kesalahan dan
kekurangan dalam merumuskan kembali dalam sebuah dokumen
yang komprehensif. Oleh karena itu kepada semua pihak, kami selalu
menantikan sumbangan pikiran dan masukan demi penyempurnaan
materi perkuliahan Perekonomian Indonesia.
Akhirnya harapan kami, semoga buku ajar Perekonomian
Indonesia ini bermanfaat bagi mereka yang mempelajarinya, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada
kita semua di dalam ikut serta dalam mempelajari Perekonomian
Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air, yang dijiwai
semangat kekeluargaan dan kebersamaan berlandaskan Pancasila
dan memberikan pemahaman menyeluruh dalam pendekatan
ekonomi mikro dan makro.
Penulis
vi PEREKONOMIAN INDONESIA
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
PEREKONOMIAN INDONESIA ix
E. Materi Perkuliahan ........................................................................ 155
1. Perkembangan Pariwisata 2019 ............................................. 155
2. Prospek dan Strategi Peningkatan Pariwisata .................... 162
F. Rangkuman ...................................................................................... 167
G. Pertanyaan untuk Latihan ............................................................ 168
Referensi ................................................................................................ 168
x PEREKONOMIAN INDONESIA
3. Perkembangan Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun
2015-2019 dan Rencana Tahun 2020 .................................... 224
4. Perkembangan Penerimaan Hibah Tahun 2015-2019 dan
Rencana Tahun 2020 ................................................................ 236
5. Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah Tahun
2021-2023 ................................................................................... 237
6. Proyeksi Penerimaan Perpajakan .......................................... 238
7. Proyeksi Jangka Menengah Penerimaan Negara Bukan
Pajak 2021-2023 ........................................................................ 240
F. Rangkuman ...................................................................................... 243
G. Pertanyaan untuk Latihan ............................................................ 244
Referensi ................................................................................................ 245
PEREKONOMIAN INDONESIA xi
E. Materi Perkuliahan ........................................................................ 287
1. Perkembangan Defisit dan Pembiayaan Anggaran Tahun
2015-2019 dan Rencana Tahun 2020 .................................... 287
2. Pembiayaan Anggaran Periode 2015-2019 dan Rencana
Pembiayaan Anggaran APBN Tahun 2020 ........................... 289
F. Rangkuman ...................................................................................... 307
G. Pertanyaan untuk Latihan ............................................................ 309
Referensi ................................................................................................ 311
B. Pendahuluan
Bahasan pertama ini akan memberikan penjelasan mengenai
upaya dan permasalahan dalam mewujudkan visi negara, serta
tantangan pembangunan bangsa dan global yang harus dihadapi
sesuai dengan arahan prioritas kebijakan RPJMN 2020-2024 didalam
rumusan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang latar
belakang tujuan negara Indonesia sesuai dengan tahapan rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM) serta menjelaskan
permasalahan pokok bangsa dan tantangan dalam pembangunan.
Secara lebih rinci, pembahasan akan meliputi:
1. Dapat menjelaskan visi pembangunan nasional berdasarkan
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025
PEREKONOMIAN INDONESIA 1
2. Dapat menjelaskan arah kebijakan pembangunan dari semua
tahapan, khususnya RPJM ke-4
3. Dapat menjelaskan tiga masalah pokok bangsa untuk mencapai
tujuan nasional
4. Dapat menjelaskan tantangan utama pembangunan dan solusinya
E. Materi Perkuliahan
1. Tema dan Agenda Pembangunan
2 PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 – 2024
(Sumber: Bappenas)
PEREKONOMIAN INDONESIA 3
Gambar 1.2 Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN IV
tahun 2020 – 2024 (Sumber: Bappenas)
4 PEREKONOMIAN INDONESIA
2. Akselerasi peningkatan nilai tambah agrofishery industry,
kemaritiman, energi, industri, pariwisata, serta ekonomi kreatif
dan digital.
PEREKONOMIAN INDONESIA 5
6. Pengentasan kemiskinan; dan
7. Peningkatan produktivitas dan daya saing.
6 PEREKONOMIAN INDONESIA
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan
Bencana dan Perubahan Iklim
Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung
sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup, kerentanan
bencana, dan perubahan iklim.Pembangunan lingkungan hidup,
serta peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim akan
diarahkan melalui kebijakan:
1. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup;
2. Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim; serta
3. Pembangunan Rendah Karbon.
PEREKONOMIAN INDONESIA 7
Tiongkok, dan berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
dunia pasca krisis keuangan global tahun 2008 berjalan lamban.
Namun demikian, perekonomian domestik tetap tumbuh rata-rata
5,0 % per tahun sepanjang empat tahun pertama pelaksanaan
RPJMN (20152018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
negara berkembang dunia sebesar 4,5 % per tahun. Pencapaian
tersebut didukung oleh berbagai kebijakan reformasi struktural,
antara lain melalui kebijakan peningkatan iklim investasi, perbaikan
daya saing industri, perbaikan efisiensi logistik, stimulus ekspor,
serta promosi pariwisata dan perkuatan daya beli masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut didorong
oleh pertumbuhan di berbagai sektor. Industri pengolahan tumbuh
rata-rata 4,3 % per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh
rata-rata 3,7 % per tahun di antaranya melalui perbaikan
infrastruktur pertanian untuk memacu produktivitas. Sementara itu,
industri jasa mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di
antaranya industri jasa informasi dan komunikasi dan industri
transportasi dan pergudangan yang tumbuh masing-masing sebesar
8,8 % dan 7,4 % per tahun.
Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata 5,6 % per
tahun dan merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Dukungan terhadap pertumbuhan investasi utamanya didukung oleh
perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan
peningkatan layanan investasi. Selanjutnya, konsumsi rumah tangga
mampu tumbuh rata-rata 5,0 % per tahun. Di samping itu, konsumsi
pemerintah tumbuh rata-rata 3,0 % per tahun di tengah tekanan
menurunnya pendapatan negara.
Sementara itu, baik ekspor maupun impor barang dan jasa riil
tumbuh rata-rata 2,9 % per tahun. Stabilitas makro ekonomi
diupayakan tetap terjaga yang tercermin dari laju inflasi dan nilai
tukar yang terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan defisit
transaksi berjalan yang berada dalam batas aman. Sepanjang 2015-
2018, inflasi mencapai rata-rata 3,3 % per tahun, atau dalam rentang
target. Sementara itu, di tengah upaya pengendalian nilai tukar dan
defisit transaksi berjalan, kondisi neraca pembayaran Indonesia
8 PEREKONOMIAN INDONESIA
masih relatif kuat yang tercermin dari peningkatan cadangan devisa
Indonesia dari USD111,9 miliar pada tahun 2014 menjadi USD120,7
miliar pada Desember 2018. Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan
untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas ekonomi,
dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal jangka
menengah. Hal ini tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari
30 % PDB dan defisit anggaran dan keseimbangan primer yang terus
mengecil dan menuju positif pada tahun 2018.
PEREKONOMIAN INDONESIA 9
diturunkan hingga satu digit (9,82 % pada tahun 2018) didorong
salah satunya melalui efektivitas program penanggulangan
kemiskinan. Rasio gini mengalami penurunan dari 0,414 pada tahun
2014 menjadi 0,389 pada tahun 2018, menunjukkan berkurangnya
ketimpangan antar golongan pendapatan. Target pembangunan
lainnya yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mengalami
peningkatan dari dari 68,9 pada tahun 2014 menjadi 71,39 pada tahun
2018.
10 PEREKONOMIAN INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan
Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya pada kisaran 5,3 % per tahun. Bahkan dalam empat
tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan
pada kisaran 5,0 %. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut,
sulit bagi Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara
berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan pendapatan per
kapita negara peers.
Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan utamanya oleh
tingkat produktivitas yang rendah seiring tidak berjalannya
transformasi struktural. Adapun faktor-faktor yang menjadi
penghambat adalah:
1. Regulasi yang tumpang tindih dan birokrasi yang menghambat;
2. Sistem dan besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai;
3. Kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama konektivitas
dan energi;
4. Rendahnya kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja;
5. Intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang
dangkal;
6. Sistem inovasi yang tidak efektif;
7. Keterkaitan hulu-hilir yang lemah.
PEREKONOMIAN INDONESIA 11
Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0.
Revolusi tersebut memberikan tantangan dan peluang bagi
perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi,
otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas
ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
produksi modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan
bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui
distance learning, pemerintahan melalui e-government, inklusi
keuangan melalui fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring
berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan
revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan
di dunia. Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 % jabatan
pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia
diperkirakan 51,8 % potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping
itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli berbasis online
belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara
serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksitransaksi tersebut.
Hal ini penting mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.
12 PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 1.5 Pertumbuhan Ekonomi (Sumber: Bappenas)
PEREKONOMIAN INDONESIA 13
Sementara IPM diharapkan meningkat menjadi 75,54 pada
tahun 2024, yang mengindikasikan perbaikan kualitas sumber daya
manusia.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam lima tahun ke depan, perbaikan transformasi
struktural menjadi salah satu kunci utama. Perbaikan transformasi
struktural utamanya didorong oleh revitalisasi industri pengolahan,
dengan tetap mendorong perkembangan sektor lain melalui
modernisasi pertanian, hilirasi pertambangan, pembangunan
infrastruktur yang berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.
14 PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 1.7 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran:
Memperkuat Permintaan Domestik (Sumber: Bappenas)
PEREKONOMIAN INDONESIA 15
Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa tumbuh rata-rata
6,21 – 7,67 % per tahun. Peningkatan ekspor barang tahun 2020-
2024 akan didukung oleh revitalisasi industri pengolahan yang
mendorong diversifikasi produk ekspor nonkomoditas, dan
mengurangi ketergantungan impor. Peningkatan juga akan didorong
oleh peningkatan ekspor jasa, utamanya jasa perjalanan, melalui
pengembangan sektor pariwisata. Sementara impor barang dan jasa
tumbuh rata 6,42 – 7,42 % tahun didorong oleh peningkatan
permintaan domestik, terutama investasi.
16 PEREKONOMIAN INDONESIA
Menjaga Kesinambungan Fiskal
Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN yang sehat
dengan tetap memberikan dorongan stimulus terhadap
perekonomian. Pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi
rata-rata 13,7 – 14,8 % PDB per tahun, dengan rasio perpajakan
mencapai rata-rata 11,7 – 12,7 % PDB per tahun. Hal ini dicapai
melalui perbaikan yang bersifat berkelanjutan baik dari sisi
administrasi maupun kebijakan.
Dari sisi administrasi, akan terus dilakukan pembaruan sistem
administrasi perpajakan sebagai upaya perbaikan basis data
perpajakan dan peningkatan kepatuhan.
PEREKONOMIAN INDONESIA 17
penyediaan insentif fiskal yang mendukung aktivitas penciptaan nilai
tambah ekonomi (industri manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif
dan digital).
Dorongan stimulus terhadap perekonomian lainnya juga
dilakukan dengan penajaman belanja negara. Total belanja negara
akan mencapai rata-rata 15,8 – 16,8 % PDB per tahun, dengan
belanja pemerintah pusat mencapai rata-rata 9,9 – 10,3 % PDB per
tahun dan TKDD sebesar 6,0 – 6,5 % PDB. Defisit akan dijaga di
bawah batas yang diperbolehkan undang-undang menjadi rata-rata
(2,2) – (2,0) % PDB per tahun dengan keseimbangan primer yang
mendekati nol, sebesar rata-rata (0,3) – (0,2) % PDB per tahun.
Dengan komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga di bawah 30 %
PDB.
18 PEREKONOMIAN INDONESIA
Hal ini dapat dicapai melalui penerapan kebijakanmoneter
pre-emptive dan ahead the curve olehbank sentral serta sinergi
kebijakan yang diarahkan untuk penerapan reformasi struktural
yang mampu meningkatkan daya saing perekonomian domestik.
PEREKONOMIAN INDONESIA 19
berkeadilan dan adaptif. Keenam pengarustamaan (mainstreaming)
memiliki peran yang vital dalam pembangunan nasional dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta partisipasi dari
masyarakat. Selain mempercepat dalam mencapai target-target dari
fokus pembangunan, mainstreaming juga bertujuan untuk
memberikan akses pembangunan yang merata dan adil dengan
meningkatkan efisiensi tata kelola dan juga adaptif terhadap faktor
eksternal lingkungan. Hal ini perlu dilakukan oleh Indonesia untuk
mencapai tujuan global.
Kesetaraan Gender
Strategi pembangunan nasional harus memasukan perspektif
gender untuk mencapai pembangunan yang lebih adil dan meratbagi
seluruh penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan.
Indikator:
1. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
20 PEREKONOMIAN INDONESIA
8. Persentase Jumlah unit pelayanan publik yang telah menerapkan
standar pelayanan publik
9. Persentase penyelesaian pengaduan masyarakat melalui LAPOR!
SP4N
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan harus dapat menjaga
keberlanjutan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menjaga
kualitas lingkungan hidup, serta meningkatkan pembangunan yang
inklusif dan pelaksanaan tata kelola yang mampu menjaga
peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
berikutnya Indikator:
1. Pertumbuhan PDB
2. Indeks Pembangunan Manusia
3. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
4. Indeks Anti Korupsi
5. Indeks Pelayanan Publik (K/L)
6. Indeks Akuntabilitas
7. Indeks Resiko Bencana Indonesia
PEREKONOMIAN INDONESIA 21
Modal Sosial dan Budaya
Pengarusutamaan modal sosial budaya dimaksudkan untuk
menginternalisasikan nilai-nilai budaya dan memanfaatkan
(mendayagunakan) kekayaan budaya sebagai kekuatan penggerak
dan modal dasar pembangunan.
Indikator:
1. Inklusi Sosial Masyarakat (toleransi, kesetaraan gender, inklusif)
2. Kohesi Sosial (kerja sama, jejaring, aksi kolektif, kepercayaan
sosial)
3. HaKI komunal berbasis ekosistem
4. Pesentase wilayah adat yang tersertifikasi
5. Nilai ekspor ekonomi budaya terhadap total ekspor
6. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertemuan/rapat di
lingkungan sekitar.
Transformasi Digital
Perkembangan pesat teknologi khususnya teknologi digital
telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Sehingga perlu
untuk menyelaraskannya dengan pembangunan nasional
Indikator:
1. Meningkatnya NRI (Network Readiness Index) untuk mengukur
bagaimana teknologi khususnya teknologi komunikasi dan
informasi (TIK) dapat memberikan dampak terhadap suatu
negara.
2. Memperkuat IDI (ICT Development Index) untuk melihat
bagaimana pengembangan TIK suatu negara dari sisi
infrastrukturnya.
F. Rangkuman
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi
sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian
target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan
negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income
22 PEREKONOMIAN INDONESIA
country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih
baik.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan
Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan
(goals) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta
indikatornya.
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan
jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
PEREKONOMIAN INDONESIA 23
permintaan domestik nasional karena saat ini masyarakat mulai
mengurangi konsumsi rumah tangganya akibat tidak bisa ke luar
rumah dengan leluasa, ditambah toko2 serta pusat perbelanjaan
pun ikut tutup. Bagaimana cara pemerintah untuk
mempertahankan permintaan domestik khusunya konsumsi
masyarakat agar tetap tinggi, karena seperti yang kita ketahui
konsumsi masyarakat menyumbang share cukup besar terhadap
PDB nasional.
7. Bagaimana cara pemerintah untuk mengurangi ketimpangan
antar wilayah agar pertumbuhan ekonomi tidak berpusat di jawa
dan sumatera saja
8. Bagaimana cara menjaga inflasi dan nilai tukar ditengah situasi
darurat pandemi covid-19?
9. Selama pandemi covid-19 berlangsung, pemerintah telah
menggelontorkan dana kurang lebih sebesar Rp 405,1 Trilliun
untuk penangan covid-19. Pengalokasian dana tersebut
diperkirakan akan menambah defisit APBN 2020. Pertanyaan nya
ialah bagaimana cara pemerintah menangani pelebaran defiait
tersebut? apakah mencari pembiayaan lewat hutang menjadi
satu2nya cara yang efektif untuk masa darurat seperti ini?
10. Untuk mempercepat pencapaian target pembangunan nasional
RPJMN 2020-2024, pemerintah telah menetapkam 6
pengarustamaan sebagai bentuk pendekatan inovatif yang akan
menjadi katalis pembangunan nasional yang berkeadilan dan
adaptif. Menurut kalian, dari ke enam pengarustaamaan tersebut,
manakah yang harus diprioritas terlebih dahulu? berikan alasan
nya.
Referensi
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Rancangan Teknokratik:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024.
24 PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II
B. Pendahuluan
Pembahasan kali ini akan memberikan gambaran dari capaian
dan indikator pembangunan jangka menengah 2015-3019. Selain itu,
melihat berbagai kriteria pembangunan yang berkenaan dengan
pertanian, Kawasan industry dan juga memberikan masukan atas
stabilitas sistem ketahanan ekonomi yang berkelanjutan sesuai
dengan amanat pembangunan nasional.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan mahasiswa gambaran mengenai kondisi
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas ditinjau
dari aspek sosio-ekonomi. Secara lebih rinci, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mengenai:
PEREKONOMIAN INDONESIA 25
1. Transformasi Struktural di Indonesia
2. Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja
3. Strategi Penguatan Pilar Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi
di Indonesia
4. Kebijakan yang dilakukan Pemerintah dalam Mendukung
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
E. Materi Perkuliahan
1. Capaian Pembangunan 2015-2019
1. Capaian produksi pengelolaan pangan meningkat sebesar 4,7 %
untuk padi, 15,2 % untuk jagung, dan 15,0 % untuk daging.
2. Angka kerawanan pangan menurun menjadi 7,9 %.
3. Konsumsi ikan masyarakat terus meningkat hingga mencapai 47,3
kg/kapita/ tahun.
4. Rasio elektrifikasi yang pada kuartal III tahun 2018 mencapai
98,3%.
5. 8 Kawasan Industri / Kawasan Ekonomi Khusus sudah beroperasi
dengan nilai investasi sebesar Rp179,9 triliun dari PMA dan
PMDN.
6. Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari 9,4 juta
orang di tahun 2014 menjad 15,8 juta orang di tahun 2018.
7. Kontribusi ekspor ekonomi kreatif mencapai USD 19,9 miliar atau
13,8% dari total ekspor Indonesia.
8. Penciptaan lapangan kerja baru sekitar 9,4 juta (kumulatif
20152018) dan pengangguran terbuka menurun menjadi 5,3% di
tahun 2018.
9. Peningkatn realisasi nilai investasi dari Rp545,4 triliun pada tahun
2015 menjadi Rp721,3 triliun pada tahun 2018.
26 PEREKONOMIAN INDONESIA
Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan menunjukkan
capaian produksi yang meningkat sebesar 4,7 % untuk padi, 15,2 %
untuk jagung, dan 15,0 % untuk daging. Produksi perikanan tangkap,
termasuk di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) juga
meningkat, mencapai 6,9 juta ton pada tahun 2017.
Produksi perikanan budidaya juga meningkat menjadi 16,1 juta,
yang mencakup 5,7 juta ton ikan budidaya (termasuk udang) dan 10,4
juta ton rumput laut. Selanjutnya produksi garam pada tahun 2017
adalah sebesar 1,1 juta ton. Perbaikan produksi pangan juga
didukung pembangunan tampungan air dengan kapasitas 3m dan 49
waduk, serta rehabilitasi 788,6 ribu hektar lahan kritis. Konservasi
kawasan perairan sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan juga
ditingkatkan luasannya menjadi 20,8 juta hektar atau sekitar 6,4 %
dari total luas wilayah perairan yang meliputi 172 kawasan pada
tahun 2018.
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumberpangan ini
memungkinkan perbaikan kualitaskonsumsi dan gizi masyarakat
seperti ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar
90,7/100, dan angka kerawanan pangan yang menurun menjadi
7,9 %. Konsumsi ikan masyarakat juga terus meningkat hingga
mencapai 47,3 kg/kapita/tahun. Akses mayarakat ke sumber air
minum yang layak juga meningkat menjadi 72,0 %.
Peluang dikontribusikan perkembangan pariwisata,serta
ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi pariwisata dalam penciptaan
devisa meningkat dari USD 11,2miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2
miliar di tahun 2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk menikmati
wisata alam dan budaya di Indonesia dari 9,4 juta orang di tahun
2014 menjadi 15,8 juta orang pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan
nusantara juga meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi
277 juta orang di tahun 2017. Secara total, kontribusi sektor
pariwisata kepada perekonomian nasional diperkirakan meningkat
dari 4,2 % di tahun 2015 menjadi 4,8 % di tahun 2018.
PEREKONOMIAN INDONESIA 27
Gambar 2.1 Pertumbuhan PDB Industri dan Nasional (Sumber: BPS)
28 PEREKONOMIAN INDONESIA
Layanan Fintech berbasis peer-to-peer lending (P2P) sampai
tahun 2020 juga diperkiran semakin luas untuk menjangkau 145 juta
pengguna telepon pintar (53,0 % penduduk). Pemanfaatan IoT juga
berpotensi untuk mendorong integrasi pengelolaan pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi lebih efisien.
Perkembangan ekonomi digital ke depan masih dihadapkan pada
tantangan terkait kerangka regulasi, serta kecepatan untuk
penerapan teknologi telekomunikasi seperti 5G. Pertumbuhan
ekonomi telah berhasil menciptakan lapangan kerja yang cukup
tinggi. Selama 2015-2018, rata-rata setiap 1 % pertumbuhan ekonomi
dapat menciptakan 460.000 lapangan kerja, sehingga tercipta
lapangan kerja baru sekitar 9,4 juta dan pengangguran terbuka
menurun dari 6,2 % (2015) menjadi 5,3 % (2018).
Sektor jasa mampu menciptakan lapangan kerja tertinggi yaitu
sekitar 9,8 juta orang tenaga kerja, sedangkan sektor industri hanya
mampu menyerap sekitar 3,0 juta orang, dan tenaga kerja di sektor
pertanian menurun sekitar 3,3 juta orang. Proporsi pekerja formal
juga meningkat dari 42,3 % pada 2015 menjadi 43,2 % pada 2018.
Aktivitas peningkatan nilai tambah di berbagai sektor belum
sepenuhnya dapat mendorong perbaikan perekonomian secara
struktural. Upaya-upaya afirmasi masih diperlukan khususnya untuk
meningkatkan kapasitas dan nilai tambah usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM). Hal ini penting mengingat UMKM
mempekerjakan sekitar 97,0 % tenaga kerja di Indonesia.
Berbagai capaian pembangunan tersebut juga didukung
dengan perbaikan tata kelola pembangunan. Salah satu capaian
ditunjukkan dari perbaikan peringkat Ease of Doing Business (EoDB)
dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun 2017. Peringkat
EoDB turun menjadi 73 pada tahun 2018, meskipun skor distance to
frontier (DTF) EoDB menunjukkan peningkatan dari 61,2 pada tahun
2015 menjadi 67,9 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan tantangan
bahwa meskipun Indonesia terus memperbaiki EoDB, negara-negara
lain ternyata dapat memperbaiki lebih cepat.
Percepatan dalam perbaikan EoDB diharapkan dapat
mendorong iklim usaha yang semakin kondusif. Hasil dari perbaikan
EoDB dalam periode 2015-2018 juga ditunjukkan dari peningkatan
PEREKONOMIAN INDONESIA 29
realisasi nilai investasi dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 menjadi
Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) terus meningkat, meskipun proporsinya baru sebesar
45,6 %. Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan kualitas
investasi dengan meningkatkan proporsi PMDN. Sebaran investasi
juga menjadi aspek yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi
investasi masih terfokus di Jawa (56,2 %). Percepatan pembangunan
infrastruktur, penyiapan tenaga kerja terampil, kepastian lahan, dan
harmonisasi peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi ke
luar Jawa.
Aspek-aspek tersebut juga menjadi kunci sukses dari upaya
percepatan pembangunan kawasan industri dan kawasan pariwisata
sebagai pusat pertumbuhan baru di luar Jawa. Perbaikan dari sisi
tata kelola juga ditunjukkan dari peningkatan kualitas data dan
informasi. Sensus Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016 telah
memberikan pondasi bagi analisis ekonomi dan dunia usaha untuk
pembangunan ke depan. Perbaikan kualitas data produksi beras
pada tahun 2016 juga menjadi basis bagi perbaikan kebijakan
pangan. Penataan data-data kemaritiman, pariwisata, ekonomi
kreatif dan investasi juga dilaksanakan untuk meningkatkan
keakurasian dari pencapaian target-target pembangunan dan basis
pengambilan kebijakan.
30 PEREKONOMIAN INDONESIA
keanekaragaman hayati. Walaupun laju deforestasi telah berkurang
secara signifikan dibandingkan sebelum tahun 2000, tutupan hutan
diperkirakan tetap menurun dari 50,0 % dari luas lahan total
Indonesia (188 juta ha) di tahun 2017 menjadi sekitar 38,0 % di tahun
2045. Hal ini akan berdampak pada kelangkaan air baku khususnya
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat rendah
seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Resiko kelangkaan air
baku juga meningkat di wilayah lainnya sebagai dampak perubahan
iklim. Luas wilayah kritis air diperkirakan akan meningkat dari 6,0 %
di tahun 2000 menjadi 9,6 % di tahun 2045.
lndonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati
tinggi mempunyai peluang besar untuk mengembangkan produk
dari keragaman hayatinya.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui kegiatan
bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan bahan baku obat,
sandang, pangan, rempah, pakan ternak, dll.
PEREKONOMIAN INDONESIA 31
Efektivitas Tata Kelola Sumber Daya Ekonomi
Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi tantangan
terkait daya dukung lingkungan, ketersediaan lahan, keterbatasan
infrastruktur, penataan ruang, serta kesejahteraan petani-nelayan
dan masyarakat yang bergantung penghidupannya pada pemanfaatan
sumber daya alam. Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian
menghadapi isu semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan dan
air sebagai dampak dari peningkatan aktivitas perekonomian.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan persaingan dalam
pemanfaatan lahan dan air, khususnya di antara sektor pertanian,
industri, dan perumahan. Isu lain yang tidak kalah penting adalah
peningkatan kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan
populasi penduduk sebesar 1,2 %. Di sisi lain, produksi pangan
sangat juga dipengaruhi oleh faktor musim, serta ketersediaan dan
kehandalan sarana prasanana produksi termasuk irigasi.
Ketidakpastian produksi dapat menyebabkan fluktuasi harga
pangan, misalnya beras rata-rata 0,6 % per bulan. Dari sisi
produsen, produktivitas yang rendah dan fluktuasi harga
menyebabkan daya tawar petani (nilai tukar petani) masih rendah
yaitu sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017. Dalam pengelolaan
kelautan, isu utama yang dihadapi adalah masih belum
terintegrasinya tata ruang laut dan darat. Saat ini Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) ditetapkan dengan peraturan daerah
yang terpisah. Salah satu permasalahannya berkaitan dengan belum
tersedianya pedoman penyelerasasn RZWP3K dan RTRW Provinsi.
Permasalahan lainnya adalah masih tingginya pencemaran laut
khususnya sampah plastik di laut sekitar 1,29 juta ton/tahun.
Di sisi pengelolaan dan pemanfaatan energi, kondisinya saat
ini dirasakan masih kurang efisien. Terdapat gap yang besar antara
intensitas energi primer (500 SBM/miliar Rupiah) dan energi final
(325 SBM/miliar Rupiah). Selain itu, pemanfaatan batubara untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri belum maksimal. DMO batubara
saat ini baru mencapai 23,5 % dari produksi batubara sebesar 548
juta ton pada tahun 2018. Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan
energi lainnya yang perlu ditangani yaitu :
32 PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Kecukupan pasokan energi terutama gas; dan listrik untuk
memenuhi kebutuhan sektor riil;
2. Inefisiensi dalam penyediaan infrastruktur energi karena
perbedaan antara lokasi produksi dan pemanfaatan energi;
3. Kualitas dan kehandalan penyaluran energi terutama di luar Jawa;
4. Pemanfaatan energi belum memberi dampak pengembangan
ekonomi secara luas; dan
5. Konsumsi energi yang belum efisien. Penghematan energi di
sektor industri, transportasi, bangunan dan sarana komersial
perlu terus ditingkatkan dengan potensi penghematan sekitar
30,0 % dari penggunaan energi saat ini.
PEREKONOMIAN INDONESIA 33
Gambar 2.3 Tingkat Pendidikan Prakerja di Indonesia (Sumber: BPS)
34 PEREKONOMIAN INDONESIA
Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan dengan
kualitas SDM yang rendah, dimana tenaga kerja masih didominasi
oleh lulusan SD (40,7 %), sementera tidak semua tenaga kerja
lulusan pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesiapan dan kapasitas
sesuai kebutuhan dunia kerja.
PEREKONOMIAN INDONESIA 35
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor komoditas
menggambarkan tiga isu dalam struktur industri nasional yang perlu
ditangani ke depan. Pertama, adanya disharmoni antara sektor hulu
dan hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/ nilai
industri nasional sehingga daya saing industri nasional rendah.
Kedua, kapasitas inovasi di Indonesia rendah seperti yang
ditunjukkan ekspor produk industri berkandungan teknologi tinggi
asal Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-
negara yang setara.
36 PEREKONOMIAN INDONESIA
Besar investasi masih menyasar pasar dalam negeri yang
besar, dan belum banyak yang berorientasi ekspor. Investasi juga
bergeser dari sektor sekunder ke sektor tersier dalam dua tahun
terakhir. Indonesia juga belum bisa memanfaatkan diplomasi
ekonomi secara optimal untuk mendukung investasi dan ekspor. Hal
ini berkaitan dengan isu:
1. Belum terpadunya kebijakan dan koordinasi diplomasi ekonomi,
2. Belum optimalnya kapasitas aparatur pelaksana diplomasi
ekonomi,
3. Belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang menghambat
pelaksanaan perundingan perjanjian dagang,
4. Belum adanya pengaturan terkait investasi ke luar negeri, serta
5. Belum optimalnya sinergi dari pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk mendoring diplomasi ekonomi yang efektif.
PEREKONOMIAN INDONESIA 37
berwirausaha tersebut belum diikuti dengan kapasitas yang
memadai untuk menjalankan usaha. Sebagian besar wirausaha
merupakan usaha mencontoh dan tidak didasarkan pada
pemahaman tentang model bisnis, pasar dan inovasi.
38 PEREKONOMIAN INDONESIA
baik, seperti Malaysia (peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand
(62). Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun jauh
tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan oleh masyarakat.
Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan mengeksplorasi
teknologi digital yang mampu mendorong transformasi dalam
pemerintahan, model usaha dan pola hidup masyarakat juga
dianggap kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
Competitiveness Ranking tahun 2017 dimana Indonesia berada pada
peringkat ke 59 dari 63 negara. Cara beradaptasi, integrasi informasi
teknologi, dan kerangka peraturan menjadi isu-isu yang perlu
diperbaiki agar Indonesia dapat memanfaatkan kemajuan teknologi
digital bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan
pengembangan SDM dan persaingan usaha. Era digitalisasi
membawa dampak pada perubahan pola bekerja dan berpotensi
menghilangkan pekerjaan yang bersifat sederhana dan repetitif. Di
sisi lain, pola perdagangan dan penyediaan layanan berbasis daring
serta penggunaan pembayaran nontunai menjadikan banyak model
usaha konvensional tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan
adanya kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh dalam
pemanfaataan transformasi digital bagi keberlanjutan dan
pemerataan pertumbuhan ekonomi, serta perbaikan kualitas
kehidupan sosial dan lingkungan.
PEREKONOMIAN INDONESIA 39
Tabel 2.1 Sasaran, Indikator dan Target Tahun 2020-2024
40 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 41
42 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 43
44 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 45
4. Indikasi Lokasi
46 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 47
48 PEREKONOMIAN INDONESIA
F. Rangkuman
Pengelolaan sumber daya ekonomi, baik pangan, pertanian,
kelautan, air maupun energi, diharapkan dapat memasok bahan
baku yang berkualitas untuk diolah menjadi produk bernilai tambah
tinggi. Namun pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal. Hal
ini ditunjukkan oleh lemahnya keterkaitan hulu hilir pertanian dan
defisit perdagangan komoditas pertanian yang disebabkan ekspor
pertanian yang masih bertumpu pada kelapa sawit, serta adanya
permasalahan terkait keterbatasan kesempatan kerja di perdesaan,
menurunnya minat petani muda, dan masih tingginya tingkat
kemiskinan di sektor pertanian.
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan sumber
daya yang ada secara optimal sehingga masih bergantung pada
impor. Sekitar 71,0 % dari total impor merupakan impor bahan baku
dan bahan antara/pendukung industri. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, tetapi hasilnya
belum signifikan. Salah satu upaya yaitu dengan menarik investasi
untuk hilirasi sumber daya alam di kawasan industri (KI) dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri terutama yang
dibangun di luar Jawa.
PEREKONOMIAN INDONESIA 49
Kapasitas industri nasional untuk mengolah dan mengekspor
produk bernilai tambah tinggi juga masih terbatas. Kondisi ini
menyebabkan pertumbuhan nilai tambah industri nasional pada
periode 2015-2018 masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-
rata pertumbuhan nasional. Kontribusi Produk Domestik Bruto
(PDB) industri juga cenderung stagnan pada kisaran 20,0 % dalam
empat tahun terakhir. Terlepas dari kinerja industri pengolahan
yang stagnan, peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi ke depan tetap besar.
50 PEREKONOMIAN INDONESIA
berteknologi tinggi seperti machinery dan electronics. Mengapa
hal ini bisa terjadi? apakah tingkat pendidikan tenaga kerja di
indonesia masih belum memadai? atau ada faktor lain nya?
Jelaskan.
9. Bagaimana cara pemerintah meningkatkan produktivitas tenaga
kerja dan meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan ditengah
situasi pembatasan sosial akibat dari wabah covid-19?
10. Strategi apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk
memperkuat pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi di
Indonesia?
Referensi
Atlas of Economic Complexity. 2019. Diakses melalui tautan:
https://atlas.cid.harvard.edu/
BKPM. 2019. Laporan Kegiatan Penanaman Modal. Jakarta.
BPS. 2020. Laporan Perekonomian Daerah. Publikasi.
BPS. 2020. Laporan Triwulanan. Berita Resmi Statistik.
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Rancangan Teknokratik:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024.
World Economic Forum. 2019. The Global Information Technology
Report 2019. Innovating in the Digital Economy.
PEREKONOMIAN INDONESIA 51
BAB III
B. Pendahuluan
Bab ini akan memberikan gambaran mengenai pengembangan
wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Selain itu, akan dibahas mengenai tantangan dan peluang
pembangunan berbasis kewilayahan pada kurun waktu 2020-2024.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai aspek
wilayah dalam pembangunan Indonesia. Selain itu, diharapkan
mahasiswa dapat mempelajari dan menjabarkan beberapa hal
meliputi:
1. Capaian pembangunan wilayah 2015-2019
2. Lingkungan dan isu strategis dalam aspek kewilayahan 2015-2019
3. Sasaran, target dan indikator pengembangan wilayah di tahun
2015-2019
4. Arah kebijakan dan strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah
52 PEREKONOMIAN INDONESIA
D. Hasil yang Diharapkan
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan aspek-aspek kewilayahan dalam pembangunan
nasional. Selain itu, mahasiswa dapat memberikan banyak masukan
alternatif dalam isu strategis berupa sasaran, target dan indikator
yang terarah guna memberikan dampak lebih dalam mengurangi
ketimpangan dan kemiskinan di wilayah-wilayah tertentu.
E. Materi Perkuliahan
1. Capaian 2015-2019
a. Pembangunan 11 KEK di luar Jawa
b. Penurunan desa tertinggal sebanyak 6.518 desa
c. Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai PKL/PKW
d. 59 Kabupaten Daerah Tertinggal potensi terentaskan
e. Optimalsiasi 15 kota sedang di luar Jawa sebagai PKN/ PKW
f. Peningkatan 2665 desa mandiri
g. Pembagian 12.515.423 sertifikat hak atas tanah
h. Pembangunan 6 metropolitan baru di luar jawa
PEREKONOMIAN INDONESIA 53
merata di seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di wilayah
Pulau Maluku. Untuk indikator tingkat kemiskinan, sampai dengan
akhir 2018 hanya Pulau Kalimantan yang rendah, pulau yang lainnya
masih relatif tinggi terutama Pulau Papua dan Kepulauan Nusa
Tenggara.
Secara jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah rumah bagi penduduk
miskin terbanyak. Sedangkan untuk indikator pengangguran, secara
rata-rata angkanya merata di pengangguran, secara rata-rata
angkanya merata di semua pulau, yaitu berkisar 4-5 %, kecuali pulau
Maluku yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi. Strategi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketimpangan antarprovinsi
dan di dalam pulau adalah dengan terus mendorong pembangunan
dan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa, terutama di
Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Untuk menangani kemiskinan yang relatif tinggi di Pulau
Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara, diperlukan strategi untuk
menekan ke level di bawah 20 % dan 10 %, salah satunya dengan
memperluas lapangan pekerjaan di kedua pulau dan kepulauan
tersebut. Untuk pembangunan sektor berbasis kewilayahan
diperlukan penguatan koordinasi antarsektor dan antartingkatan
pemerintahan. Manajemen lahan perkotaan masih harus
dilaksanakan termasuk di dalamnya adalah penegakan tata ruang,
peningkatan kapasitas pemerintah daerah; dan upaya pencegahan
munculnya permukiman kumuh baru, khususnya pada wilayah cepat
tumbuh di peri-urban.
Penanganan permukiman kumuh serta penyediaan dan
peningkatan hunian layak masih perlu dipercepat. Sementara itu,
upaya untuk mengurangi 80 kabupaten daerah tertinggal masih
terkendala oleh terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana
pelayanan dasar dan pendukung ekonomi di daerah tertinggal,
akibatnya kapasitas sumber daya manusia dan pendapatan
masyarakat di daerah tertinggal, terutama yang berada di wilayah
Papua dan Nusa Tenggara belum dapat ditingkatkan secara optimal.
Angka kemiskinan dan IPM di desa dan daerah tertinggal telah
menunjukan perbaikan.
54 PEREKONOMIAN INDONESIA
Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada 2015-2019
dimulai dengan tahap perencanaan untuk 10 wilayah metropolitan
(WM), 11 kota baru dan 11 KEK. Sampai dengan akhir 2018 tiga WM
telah dalam tahap legalisasi (Surabaya, Jakarta, Bandung), dua WM
dalam tahap penyusunan Rperpres (Manado dan Banjar), dan satu
WM dalam tahap penyusunan materi teknis (Palembang). Investasi
untuk infrastruktur perkotaan diarahkan ke 10 WM tersebut. Untuk
KEK, sampai dengan akhir 2018, sembilan KEK telah operasional dan
telah dilengkapi infastruktur penunjang di dalam maupun di luar
KEK. Yang masih diperlukan adalah anchor industries yang dapat
memastikan industri hilir operasional dan untuk memastikan
peningkatan investasi di dalam kawasan.
PEREKONOMIAN INDONESIA 55
2. Lingkungan dan Isu Strategis
Peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal dalam
pengembangan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan
menjamin pemerataan adalah:
Globalisasi
Globalisasi menawarkan peluang ekonomi yang bisa
dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi, yaitu:
1. Pasar yang sangat terbuka untuk produk-produk ekspor;
2. Kemudahan untuk mengakses kapital dan teknologi/
pengetahuan yang berasal dari luar negeri;
3. Kemudahan mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat
dan belum dapat diproduksi di Indonesia;dan
4. Peningkatan kegiatan pariwisata sekaligus yang membuka
lapangan kerja dan juga menjadi ajang promosi produk-produk
Indonesia. Bentuk nyata dari globalisasi ekonomi salah satunya
adalah pasar bebas yang sangat. Kompetitif. Peningkatan daya
saing wilayah merupakan keharusan untuk mengantisipasi dan
berpartisipasi dalam persaingan global.
Bonus Demografi
Bonus demografi dapat membawa dampak positif dan negatif.
Positifnya, melimpahnya jumlah penduduk usia produktif yang dapat
memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi.
Negatifnya, jika bonus demografi ini tidak dipersiapkan sebaik
mungkin berpotensi menimbulkan berlebihnya tenaga kerja
dibandingkan dengan lapangan kerja yang disediakan. Kurangnya
lapangan pekerjaan menyebabkan pengangguran yang dapat
berakibat pada meningkatnya kemiskinan. Bonus demografi juga
harus dilihat distribusinya secara spasial, mengingat bonus
demografi untuk setiap provinsi berbeda awal, akhir dan puncaknya.
Distribusi sumberdaya perlu dipastikan tepat waktu, untuk
mengantisipasi puncak bonus demografi di setiap provinsi.
56 PEREKONOMIAN INDONESIA
Urbanisasi
Urbanisasi bukan hanya persoalan perpindahan, tetapi
merupakan perubahan pola kerja dari yang berbasis agraris menjadi
berbasis industri dan jasa. Aglomerasi atau konsentrasi penduduk di
perkotaan dapat memberikan berbagai manfaat seperti kemudahan
untuk mencari input produksi serta dapat memfasilitasi orang untuk
bertukar informasi dan saling belajar satu sama lain yang pada
akhirnya akan menstimulasi ide baru dan inovasi. Antara 2010-2018
populasi penduduk perkotaan Indonesia meningkat sebesar 27 juta
dengan laju pertumbuhan 2,5 %. Peningkatan jumlah penduduk
perkotaan ini dapat dipastikan memberikan tekanan pada kawasan
perkotaan dan harus diantisipasi dengan penyediaan infrastruktur
dasar yang memadai. Apabila tidak, maka tekanan jumlan penduduk
perkotaan tersebut akan menurunkan kesejahteraan dan
menyebabkan kawasan perkotaan tidak inklusif dan tidak layak huni.
Manfaat urbanisasi hanya dapat dinikmati oleh segelintir anggota
masyarakat perkotaan saja.
PEREKONOMIAN INDONESIA 57
kewilayahan yang berkelanjutan dilakukan dengan menapis
program-program pembangunan kewilayahan dengan batasanbatasan
pembangunan (development constraints) agar secara konsisten dapat
menurunkan emisi GRK dari level BAU serta tidak melampaui daya
dukung lingkungan.
Tantangan
Tantangan pembangunan berbasis kewilayahan pada kurun
waktu 2020-2024 adalah mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi
Jawa dan luar Jawa, meningkatkan keterpaduan antar-provinsi
dalam satu pulau dan antar pulau di bidang ekonomi, sosial-budaya
dan sarana dan prasarana. Tantangan berikutnya adalah
meningkatkan daya saing wilayah melalui re-industrialisasi
khususnya yang berbasis potensi wilayah, menemukan dan
mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan baru, meningkatkan
sumber daya manusia dan tingkat kreativitas masyarakat,
meningkatkan kualitas dan ketersediaan atau akses terhadap
pelayanan dasar, meningkatkan komersialisasi inovasi lembaga
58 PEREKONOMIAN INDONESIA
penelitian dan perguruan tinggi, memanfaatkan teknologi digital
dalam segala aspek untuk mengantisipasi Revolusi Industri 4.0,
mengoptimalkan skema pembiayaan inovatif seperti KPBU dan PINA,
serta memenuhi standar pelayanan minimum (SPM). Selain itu,
tantangan lainnya adalah mengharmoniskan peraturan perundang-
undangan pusat-daerah dan antar sektor sesuai kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah, serta meningkatkan kapasitas
pemda, termasuk kerjasama daerah, kolaborasi, dan inovasi daerah.
Penetapan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memunculkan berbagai tantangan baru dalam pengelolaan
desentralisasi di Indonesia.
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang baik akan
membuat pemerintah daerah membangun dengan lebih responsif
dan lebih tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan di masing-masing
daerah. Namun, pada sisi lain, pelaksanaan kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah saat ini masih sangat tergantung pada
pemerintah pusat terutama dari sisi transfer pendanaan dan
pengaturan regulasi serta kebijakan. Selain itu, dari sisi pendanaan,
pemerintah pusat juga memiliki keterbatasan, sementara
pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu mengakses sumber
pembiayaan lain selain anggaran pemerintah.
Dari sisi pengaturan regulasi dan kebijakan, masih banyak
peraturan perundang-undangan turunan UU No. 23 Tahun 2014
yang belum ditetapkan. Beberapa regulasi juga terindikasi belum
harmonis satu dengan lainnya menyebabkan pemerintahan daerah
dan pemerintahan desa ragu atau mengalami kesulitan untuk
melaksanakan suatu kebijakan nasional. Pelaksanaan kebijakan
nasional di daerah belum optimal dilaksanakan, misalnya
pelaksanaan SPM, peningkatan kerjasama daerah, dan peningkatan
kemudahan perizinan investasi, juga antara lain disebabkan masih
rendahnya kapasitas pemerintahan daerah di berbagai sisi, antara
lain kelembagaan, keuangan, kapasitas aparatur, dan hambatan dari
dinamika politik lokal, termasuk belum optimalnya kepedulian
pemerintahan daerah dan pemerintahan desa.
PEREKONOMIAN INDONESIA 59
Isu Strategis
1. Kesenjangan antara wilayah yang ditandai dengan:
a. Kemiskinan di KTI (18,01 %), KBI (10,33 %), perdesaan (13.47 %)
dan perkotaan (7,20 %) yang tinggi (BPS, 2017);
b. Ketimpangan Pendapatan Perdesaan (GR = 0,324) dan
Perkotaan (GR = 0,4);
c. Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi di KBI terutama
Pulau Jawa;
d. Keterbatasan sarana prasarana dan aksesibilitas di daerah
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, kawasan perbatasan; dan
e. Belum optimalnya pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, kawasan perbatasan
dan kawasan transmigrasi;.
2. Penguatan pertumbuhan pusat-pusat wilayah yang masih rendah,
yang ditandai oleh:
a. Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan Wilayah yang masih
rendah (10 operasional dari 12 KEK, 3 operasional dari 14 KI, 2
dari 4 KPBPB, dan 10 Destinasi Wisata);
b. Konektivitas dari dan menuju Pusat-Pusat Pertumbuhan yang
lemah; dan
c. Kawasan Strategis Kabupaten yang belum berkembang.
3. Pengelolaan urbanisasi yang belum optimal yang ditandai dengan
1 % pertambahan jumlah populasi penduduk urban yang hanya
dapat meningkatkan 1,4 % PDB.
4. Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan sinkron dengan
rencana tata ruang, yang ditandai dengan:
a. Terbatasnya ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang berkualitas sebagai acuan perizinan dan pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama dikarenakan belum tersedianya
peta dasar skala 1 : 5.000;
b. Belum berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang secara
optimal dikarenakan belum tersedianya instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang;
60 PEREKONOMIAN INDONESIA
c. Desa-desa dalam kawasan hutan dan perkebunan besar tidak
dapat melaksanakan kewenangannya terutama untuk
pembangunan infrastruktur (sekitar 25.000 desa); dan
d. Kejadian bencana akibat pemanfaatan ruang yang belum
sesuai dengan rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar
2.000 kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran hutan, dan
sebagainya).
5. Rendahnya pemenuhan pelayanan dasar dan peningkatan daya
saing daerah, yang ditandai dengan:
a. Akses dan kualitas pelayanan dasar yang terbatas, antara lain
angka rumah layak huni hanya mencapai 36,3 %, air minum
layak 61,29 %, sanitasi (air limbah) layak 74,58 % (termasuk
sanitasi aman 7,42 %) (BPS 2018, diolah Bappenas berdasarkan
definisi SDGs 2030);
b. Ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer yang tinggi
(rata- rata >70 % APBD Kab/ Kota dan >50 % APBD Provinsi
dari Pusat) serta sumber Pendanaan Non APBN yang kurang
optimal;
c. Peraturan Perundangan yang belum harmonis,
d. Belum optimalnya Kerjasama dan Inovasi Daerah yang belum
berkembang; dan
e. Proses perizinan yang lama dan berbiaya tinggi,
f. Belum optimalnya sinergi perencanaan Pusat-daerah.
6. Rendahnya kepastian hukum hak atas tanah dan ketimpangan
pemilikan, penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
yang ditandai dengan:
a. Cakupan peta dasar pertanahan baru 48,4 %;
b. Cakupan bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi baru
20,91 %;
c. 26,14 juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan rata-rata
0,89 hektar dan 14,25 juta rumah tangga tani hanya menguasai
lahan kurang dari 0,5 hektar/keluarga (Sensus Pertanian BPS,
2013);
d. Sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang terselesaikan
baru 4.031 kasus dari total 10.802 kasus yang ditangani.
PEREKONOMIAN INDONESIA 61
7. Fungsi ibukota sebagai pusat pemerintahan mulai menurun dan
tidak efisien. Salah satu indikator penandanya adalah jumlah
kerugian akibat kemacetan dan tidak efisiennya penggunaan
bahan bakar yang mencapai 56 triliun rupiah di tahun 2011
(Pulstra UGM, 2013). Selain itu, wilayah metropolitan Jakarta telah
menjadi area dengan jumlah populasi penduduk terbesar di
Indonesia, demikian pula pulau Jawa bila dibandingkan dengan
pulau besar lainnya.
62 PEREKONOMIAN INDONESIA
Penting untuk diperhatikan, secara jumlah Pulau Jawa-Bali
merupakan rumah bagi penduduk miskin terbanyak. Sedangkan
untuk pengangguran, secara rata-rata angkanya cukup merata di
semua pulau, yaitu berkisar 4-5 %, kecuali pulau Maluku yang
memiliki tingkat pengangguran paling tinggi. Ketimpangan antar-
provinsi dalam wilayah pulau, yang paling tinggi adalah Pulau Jawa-
Bali dan Kalimantan. Adapun ketimpangan antar desa kota dalam
wilayah pulau, yang paling tinggi adalah Pulau Jawa-Bali, Nusa
Tenggara dan Sulawesi. Penting untuk menjadi catatan adalah
tingkat ketimpangan antar-wilayah yang rendah belum tentu
merefleksikan keberhasilan kebijakan distribusi pembangunan.
Namun demikian, tingkat ketimpangan yang rendah bisa jadi
mencerminkan tingkat pembangunan yang rendah dan merata
diseluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di wilayah Pulau
Maluku.
PEREKONOMIAN INDONESIA 63
3. Sasaran Target dan Indikator
Sasaran pembangunan berbasis kewilayahan secara umum yaitu:
1. Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI – KTI dan
Jawa dan Luar Jawa);
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan
wilayah;
3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar, daya saing
serta kemandirian daerah; dan
4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang dan wilayah
64 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 65
4. Arah Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan Strategi Secara Umum
Secara umum arah kebijakan pokok pembangunan berbasis
kewilayahan untuk kurun waktu 2020-2024 sebagai berikut:
1. Pembangunan desa dan pengembangan kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal
yang difokuskan pada pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan
aksesibilitas, dan pengembangan ekonomi yang mendukung
pusat pertumbuhan wilayah;
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan wilayah
(KEK, KI, KPBPB, Destinasi Wisata, dan kawasan lainnya yang
telah ditetapkan) yang didukung dengan konektivitas antar-
wilayah yang tinggi untuk meningkatan nilai tambah dari sumber
daya alam dan daya saing wilayah;
3. Peningkatan tata kelola dan kapasitas pemerintah daerah dan
pemerintah desa (kelembagaan, keuangan dan SDM Aparatur)
untuk meningkatkan kemudahan perizinan dan agar tercapainya
pemenuhan standar pelayanan minimum;
66 PEREKONOMIAN INDONESIA
4. Penataan pola hubungan pusat-daerah, pengembangan
kerjasama antar-daerah, polapola kolaborasi multipihak, dan
menghasilkan inovasi daerah;
5. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan kota besar di luar
Jawa, termasuk perencanaan ruang, perencanaan investasi dan
pembiayaan pembangunan dengan tetap mempertahankan
pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung lingkungan untuk
WM dan kota besar di Jawa;
6. Pengembangan rencana pemindahan Ibukota keluar pulau Jawa
ke posisi yang lebih seimbang secara spasial dan ekonomi;
7. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota kecil-menengah
untuk meningkatkan sinergi pembangunan perkotaan dan
pedesaan;
8. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis mitigasi bencana
melalui peningkatan efektivitas instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama kelengkapan RDTR serta
mempercepat penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000) secara
nasional;
9. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah melalui sertipikasi
hak atas tanah terutama di wilayah yang diarahkan sebagai
koridor pertumbuhan ekonomi dan pemerataan termasuk
wilayah sekitarnya; publikasi batas kawasan hutan dan non hutan
dalam skala kadastral; dan deliniasi batas wilayah adat.
10. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
melalui pembentukan bank tanah. Strategi pembangunan
berbasis kewilayahan pada kurun waktu 2020-2024 sebagai
berikut:
Strategi pertumbuhan ekonomi melalui:
a. Operasionalisasi dan peningkatan investasi pada pusat-pusat
pertumbuhan wilayah/kawasan strategis yang telah
ditetapkan diantaranya: KEK, KI, KSPN/DPP dan sebagainya;
dan
b. Pengembangan sektor unggulan: pertanian, industri
pengolahan, pariwisata dan jasa lainnya.
PEREKONOMIAN INDONESIA 67
Strategi pemerataan melalui:
1. Pengembangan ekonomi wilayah/lokal melalui penyediaan
sarana prasarana perekonomian, termasuk pemanfaatan
teknologi komunikasi digital, dan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia, baik di daerah tertinggal, desa dan
Kawasan Perdesaan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten,
kawasan transmigrasi, maupun kawasan perbatasan secara
terintegrasi dengan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi/kawasan strategis di sekitarnya; dan
2. Pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah, terutama di
daerah tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, maupun kawasan perbatasan.
68 PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Pengembangan komoditas unggulan tanaman perkebunan,
industri manufaktur antara lain industri makanan dan minuman
dan industri karet, barang dari karet dan plastik dan sektor
perdagangan besar dan eceran; dan
2. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama yang
diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI),
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau
Taman Nasional (TN) serta Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (KPBPB) diantaranya: KI/KEK Galang Batang,
KI/KEK Arun Lhokseumawe, KI/KEK Seimangke, KI Kuala
Tanjung, KI Bintan Aerospace.
KI Kemingking, KI Tanjung Enim, KI Tanggamus, KI Way
Pisang, KI Sadai, KEK Tanjung Api-api, DPP Danau Toba, DPP/KEK
Tanjung Kelayang, Destinasi Potensial Sabang/KPBPB Sabang,
Destinasi Potensial Padang-Bukittinggi, Destinasi Potensial Batam-
Bintan, KPBPB Batam Bintan Karimun, Destinasi Potensial
Palembang, TN/KSPN Gunung Leuseur, TN Batang Gadis, TN/KSPN
Gunung Kerinci Seblat, TN/KSPN Siberut, serta taman wisata
perairan lainnya maupun kawasan lainnya yang telah ditetapkan;
optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) Medan dan WM Palembang
termasuk rencana investasi dan rencana pembiayaan pembangunan;
pengembangan PKSN Ranai dan Sabang termasuk ekonomi kawasan
sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan
daerah tertinggal. Major Project pada wilayah Pulau Sumatera
adalah:
1. Major Project Pengembangan Wilayah Batam-Bintan, yang
menekankan pada integrasi pengembangan kawasan pariwisata
yang tersebar di Pulau Bintan dan integrasi pengembangan
potensi pembangunan industri baik di wilayah Pulau Batam
dengan Pulau Bintan Bagian Utara maupun Bagian Selatan; dan
2. Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu
Metropolitan Palembang sebagai pusat perdagangan dan jasa
skala nasional, serta meningkatkan pembangunan di Selatan
Sumatera.
PEREKONOMIAN INDONESIA 69
Guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
70 PEREKONOMIAN INDONESIA
Mempertahankan pertumbuhan dan daya dukung lingkungan
WM Jakarta, WM Bandung, WM Semarang, WM Surabaya, dan WM
Denpasar; dan pengembangan kawasan perdesaan. Pembangunan
pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah terdampak
bencana. Major Project pada wilayah Pulau Jawa-Bali adalah :
1. Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu
pengembangan wilayah Metropolitan Denpasar sebagai pusat
pariwisata dan untuk membagi beban Pulau Jawa sebagai pusat
ekonomi nasional;
2. Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan
Kota Baru Maja sebagai salah satu percontohan PINA terbesar di
Indonesia;
3. Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bencana di Kab. Serang dan Kab. Pandeglang; dan
4. Major Project Pemindahan Ibukota Negara keluar pulau Jawa
untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat antar wilayah.
Guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan
pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
PEREKONOMIAN INDONESIA 71
1. Pengembangan komoditas unggulan peternakan, tanaman
pangan, dan penyediaan akomodasi dan makan dan minum; dan
2. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan melalui: pengembangan
Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata
Prioritas (DPP) atau Taman Nasional (TN), diantaranya: DPP
Lombok-Mandalika/KEK Mandalika, DPP Labuan Bajo, TN/KSPN
Gunung Rinjani, TWA Gunung Tunak, TN/KSPN Komodo,
TN/KSPN Gunung Tambora, TN/KSPN Kelimutu, taman wisata
perairan dan kawasan lainnya yang telah ditetapkan;
pengembangan Kota Pelabuhan di Mataram dan Kupang;
pengembangan PKSN Atambua dan Kefamenanu termasuk
ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan
perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan
perbatasan, dan pengentasan daerah Tertinggal. Pembangunan
pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
terhadap risiko bencana. Major Project pengembangan wilayah
Nusa Tenggara untuk mendukung strategi Pemerataan
Pembangunan adalah :
a. Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
Negara yang meliputi PKSN Kefamenanu dan Atambua,
termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya; dan
b. Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah
Terdampak Bencana di Pulau Lombok (semua kab/kota), Pulau
Sumbawa (Kab. Sumbawa dan Kab. Sumbawa Barat) dan Kota
Bima.
Selain itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
72 PEREKONOMIAN INDONESIA
Arah kebijakan pembangunan wilayah Kalimantan
Pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan untuk
mempercepat pertumbuhan wilayah dan memantapkan perannya
sebagai lumbung energi nasional dan salah satu paru-paru dunia.
Strateginya adalah:
1. Pengembangan komoditas unggulan: tanaman perkebunan;
industri manufaktur antara lain: industri batubara dan
pengilangan migas, industri kayu, barang dari kayu, gabus dll;
pertambangan batu bara dan angkutan sungai, danau dan
penyeberangan; dan
2. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang
diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI),
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) diantaranya: KI Batulicin, KI Ketapang, KI
Buluminung, KI Surya Borneo, KI Jorong, KI Tanah Kuning, KEK
Maloy Batuta Trans Kalimantan, Destinasi Potensial Singkawang-
Sentarum, Destinasi Potensial Derawan, serta kawasan lainnya
yang telah ditetapkan.; optimalisasi WM Banjarmasin;
pengembangan Jalur Kereta Api Kalimantan; pengembangan
PKSN Jagoi Babang, Nunukan, Entikong, Paloh-Aruk, dan Nanga
Badau, Jasa, Long Midang, Long Nawang, Tou Lumbis termasuk
ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan
perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas daerah
perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal. Major Project
pada wilayah Pulau Kalimantan adalah:
PEREKONOMIAN INDONESIA 73
a. Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu
pengembangan wilayah Metropolitan Banjarmasin untuk
mengurangi kesenjangan antara KBI dan KTI;
b. Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan
kota baru PKW Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan dan
salah satu pusat pelayanan bagi wilayah perbatasan;
c. Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
Negara yang meliputi PKSN Paloh-Aruk dan Nunukan,
termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya.
Selain itu guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
74 PEREKONOMIAN INDONESIA
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional (TN),
diantaranya: KI/KEK Palu, KI/KEK Bitung, DPP Wakatobi,
Destinasi Potensial Makassar-SelayarToraja, Destinasi Potensial
Manado-Bitung, TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung, TN/KSPN
Takabonerate, TN/KPPN Rawa Aopa Watumohai, TWA Tangkoko
serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan; Pengembangan
PKSN Tahuna termasuk ekonomi kawasan sekitarnya;
Pengembangan kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi
prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah
tertinggal.
Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah
terdampak bencana. Major Project pada wilayah Pulau Sulawesi
adalah:
1. Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu
pengembangan wilayah Metropolitan Makassar untuk
memperkuat hub nasional di KTI, dan
2. Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bencana di Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigi
Mouting. Selain itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan,
maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana.
PEREKONOMIAN INDONESIA 75
Arah kebijakan pembangunan wilayah Maluku
Pengembangan wilayah Maluku diarahkan untuk memacu
pertumbuhan dan mengembangkan potensi wilayah serta
memantapkan perannya sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya
adalah:
1. Pengembangan komoditas unggulan tanaman perkebunan,
perikanan, industri pengolahan antara lain industri kayu, barang
dari kayu, dan gabus, dan lain- lain, dan transportasi dan
pergudangan; dan
2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang
diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI) dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP),
diantaranya: KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, serta kawasan
lainnya yang telah ditetapkan; pengembangan Kota Pelabuhan di
Ternate, Halmahera, dan Ambon; Pengembangan PKSN Saumlaki
termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan
perdesaan, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan
perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan
pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
terhadap risiko bencana.
Major Project pada wilayah Pulau Maluku adalah Major Project
Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sofifi
sebagai pusat pemerintahan serta mengefektifkan seluruh investasi
yang sudah dikembangkan dan dibangun di Sofifi.
Selain itu untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu
mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
76 PEREKONOMIAN INDONESIA
Arah kebijakan pembangunan wilayah Papua
Pengembangan wilayah Papua diarahkan untuk mengoptimalkan
pelaksanaan Otonomi Khusus, memacu pertumbuhan wilayah yang
berkelanjutan, dan mempercepat pembangunan manusia. Strateginya
adalah:
1. Pengembangan komoditas unggulan perikanan, tanaman pangan,
hortikultura, pertambangan bijih logam dan angkutan laut;
2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang
diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI) dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) diantaranya: KI Teluk Bintuni, KEK Sorong,
KSPN/Destinasi Potensial Raja Ampat, serta kawasan lainnya
yang telah ditetapkan pengembangan kota pelabuhan di
Jayapura, Sorong, dan Merauke; Pengembangan PKSN Jayapura,
Merauke, dan Tanah Merah termasuk ekonomi kawasan
sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan
pengentasan daerah tertinggal.
PEREKONOMIAN INDONESIA 77
Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah
terdampak bencana. Major Project pada wilayah Pulau Papua
adalah :
1. Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan
Kota Baru Sorong sebagai penunjang PKSN Raja Ampat dan KEK
Sorong serta pusat pembangunan berbasis jasa ekosistem;
2. Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
Negara yang meliputi PKSN Jayapura dan Merauke, termasuk
ekonomi kawasan di sekitarnya;
3. Major Project Percepatan Pembangunan Kawasan Tertinggal
Wilayah Adat Laa Pago di Papua dan Domberay di Papua Barat.
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan di wilayah Papua perlu
mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana.
F. Rangkuman
Capaian pembangunan berbasis kewilayahan pada tahun 2015-
2019 disusun dengan mengacu pada target dan sasaran yang
tertuang di RPJMN 2015-2019. Untuk pemerataan wilayah dan
kontribusi antarpulau, sumbangan Pulau Jawa masih dominan dan
tidak mengindikasikan pergeseran. Hanya Pulau Sulawesi, Bali dan
Nusa Tenggara yang sampai dengan akhir 2018 masih mengikuti
target dalam RPJMN 2015-2019. Ke depannya perhatian khusus
78 PEREKONOMIAN INDONESIA
harus diberikan pada wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Papua-
Maluku yang menunjukan gejala perlambatan.
Ketimpangan antarprovinsi di dalam wilayah pulau paling
tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan Kalimantan. Ketimpangan
antardesa-kota dalam wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau
JawaBali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Penting untuk menjadi
catatan adalah tingkat ketimpangan antarwilayah yang rendah
belum tentu merefleksikan keberhasilan kebijakan distribusi
pembangunan. Namun demikian, tingkat ketimpangan yang rendah
bisa jadi mencerminkan tingkat pembangunan yang rendah dan
merata di seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di wilayah
Pulau Maluku. Untuk indikator tingkat kemiskinan, sampai dengan
akhir 2018 hanya Pulau Kalimantan yang rendah, pulau yang lainnya
masih relatif tinggi terutama Pulau Papua dan Kepulauan Nusa
Tenggara.
Secara jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah rumah bagi penduduk
miskin terbanyak. Sedangkan untuk indikator pengangguran, secara
rata-rata angkanya merata di pengangguran, secara rata-rata
angkanya merata di semua pulau, yaitu berkisar 4-5 %, kecuali pulau
Maluku yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi. Strategi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketimpangan antarprovinsi
dan di dalam pulau adalah dengan terus mendorong pembangunan
dan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa, terutama di
Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
PEREKONOMIAN INDONESIA 79
5. Apa saja kebijakan yang dijadikan prioritas untuk pembangunan
berbasis kewilayahan untuk kurun waktu 2020-2024?
6. Mengapa urbanisasi harus dikelola secara optimal?
7. Bagaimana caranya memperkuat pertumbuhan pusat-pusat
wilayah yang masih rendah?
8. Apakah dengan adanya tol trans jawa dan tol trans sumatera saat
ini akan bisa memacu perkembangan suatu wilayah dan
mengurangi kesenjangan antar wilayah?
9. Bagaimana arah kebijakan pembangunan wilayah maluku dan
papua? Apakah dengan adanya kebijakan tersebut memungkinkan
wilayah maluku dan papua bisa mengejar ketertinggalan di tahun
2024 nanti?
10. Pada 26 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan
bahwa ibu kota negara baru akan dibangun di wilayah kalimantan
timur. Apakah dengan dibangunnya ibu kota baru ini
pertumbuhan ekonomi di wilayah tengah dan timur akan lebih
berkembang?
Referensi
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Rancangan Teknokratik:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024.
80 PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB IV
B. Pendahuluan
Bahasan keempat ini akan memberikan penjelasan mengenai
upaya dan peluang dalam meningkatkan aspek SDM serta isu
strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang berdaya
saing dan unggul. Selain itu, dampak kebijakan pemerintah terkait
pengendalian penduduk dan perlindungan sosial bisa memberikan
hasil terbaik dalam investasi modal manusia di masa depan.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang isu
strategis, capaian dan strategi pembangunan SDM guna
mempersiapkan Indonesia Emas 2045. Pembangunan Indonesia
2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang
sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Secara
lebih rinci, mahasiswa akan mendapatkan beberapa informasi
terkait:
PEREKONOMIAN INDONESIA 81
1. Capaian Pembangunan 2015-2019 terkait SDM
2. Lingkungan dan Isu Strategis Kependudukan
3. Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda; serta
4. Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
E. Materi Perkuliahan
1. Capaian Pembangunan 2015-2019
1. Laju Pertumbuhan Penduduk:
a. Status Awal: 1,14% (2015-2016),
b. Capaian Akhir: 1,07% (2017-2018)
2. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR)
a. Status Awal: 2,41 (SP 2010)
b. Capaian Akhir: 2,28 (Supas 2015)
3. Cakupan kepesertaan JKN Kesehatan
a. Status Awal: 62% (BPJS, 2015)
b. Capaian Akhir: 81,7% (BPJS, 1 Maret 2019)
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita
a. Status Awal: 37,2% (Riskesdas, 2013)
b. Capaian Akhir: 30,8% (Riskesdas, 2018)
5. Rata-rata lama sekolah usia 15 tahun ke atas
a. Status Awal: 8,22 tahun (2014)
b. Capaian Akhir: 8,45 tahun (2017)
6. Kepemilikan akta kelahiran penduduk usia 0-17 tahun
a. Status Awal: 81,68% (2016)
b. Capaian Akhir: 83,55% (Maret, 2018)
82 PEREKONOMIAN INDONESIA
7. Proporsi pekerja berkeahlian menengah dan tinggi
a. Status Awal: 38,10% (2014)
b. Capaian Akhir: 39,57% (2018)
8. Peringkat Global Innovation Index
a. Status Awal: 97/141 (2015)
b. Capaian Akhir: 85/126 (2018)
9. Indeks Pembangunan Pemuda
a. Status Awal: 48,67 (2015)
b. Capaian Akhir: 51,50 (2018)
PEREKONOMIAN INDONESIA 83
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan karakter anak
dalam keluarga, remaja, transisi dari sekolah menuju dunia kerja,
serta penyiapan kehidupan berkeluarga dan lansia. Ketimpangan
sumber perekonomian menyebabkan perpindahan penduduk yang
tidak merata. Tahun 2018, hampir 56 % penduduk Indonesia tinggal
di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya sekitar 6 % daratan
Indonesia.
Seiring dengan masih adanya kesenjangan kesempatan
perekonomian antarwilayah, mobilitas penduduk di Indonesia
diperkirakan terus meningkat dan belum merata arus
perpindahannya. Sebagian kecil provinsi mempunyai arus
perpindahan yang positif, banyak penduduk pendatang, seperti DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, dan kota-kota besar lainnya. Sementara
sebagian besar lainnya memiliki net migrasi yang negatif, banyak
penduduk yang berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur. Teknologi
komunikasi yang berkembang pesat telah mempengaruhi pola
mobilitas. Teknologi komunikasi memungkinkan komunikasi jarak
jauh, kerja sama jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak
hanya mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya yang terkait.
Oleh karena itu, penanganan mobilitas penduduk harus
diarahkan pada pemerataan kesejahteraan antar wilayah dan
bersifat lintas sektor; salah satunya adalah bagaimana mobilitas
penduduk yang akurat dapat dicatat dengan baik dan terus
mutakhir. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan percepatan
perluasan administrasi kependudukan dan penggunaan mobile
positioning data (MPD) menuju satu data kependudukan yang
digunakan untuk formulasi kebijakan terkait penduduk dan tata
wilayah. Dalam pelaksanaan perluasan cakupan pelayanan dasar dan
perlindungan sosial masih banyak terkendala dengan keserasian
pendataan penduduk.
Data penentuan target baik pelayanan dasar maupun
perlindungan sosial telah berbasis Nomor Induk Kepegawaian (NIK).
Namun demikian, masih banyak penduduk yang belum melaporkan,
menyelaraskan, maupun mencatatkan NIK tersebut, atau bahkan
84 PEREKONOMIAN INDONESIA
belum memiliki NIK. Sebagai konsekuensi, statistik hayati yang
lengkap dan valid sebagai dasar acuan penyusunan kebijakan belum
tersedia. Cakupan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil masih
menghadapi tantangan dalam menjangkau wilayah sulit maupun
penduduk kelompok khusus.
Pelayanan administrasi kependudukan belum sepenuhnya
menjangkau wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T). Selain itu,
administrasi kependudukan ini belum sepenuhnya terintegrasi lintas
sektor. Selain untuk memperluas cakupan pelayanan dasar dan
perlindungan sosial, cakupan administrasi kependudukan yang
komprehensif akan menghasilkan statistik hayati yang mumpuni.
PEREKONOMIAN INDONESIA 85
koordinasi antar kelembagaan dan penegakan fungsi Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN). Respon lembaga pengawasan terhadap
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketetapan belum sekuat yang
diharapkan. Lembaga aktuaria yang diperlukan untuk
memperkirakan dan menegakkan keberlanjutan fiskal program
belum terkoordinasi dengan baik dan lembaga yang independen
belum tersedia.
Sistem monitoring dan evaluasi masih parsial dan belum
terintegrasi dengan baik. Perlindungan sosial yang adaptif belum
sepenuhnya berkembang. Sistem yang ada saat ini belum merespon
kebutuhan penduduk yang menjadi korban bencana. Oleh karena
itu, penduduk yang berada pada daerah rawan bencana menjadi
rentan miskin. Perlindungan sosial pun masihbelum memihak
sepenuhnya terhadap kelompok khusus atau tertentu antara lain
penyandang disabilitas maupun penduduk lansia yang rentan
miskin.
Kesejahteraan kelompok penduduk tersebut masih cukup
rentan dan belum sepenuhnya diperhatikan. Bertambahnya usia
penduduk berkaitan erat dengan penurunan kapasitas intrinsik dan
kapabilitas fungsional. Penduduk lansia yang tidak mampu untuk
melakukan aktivitas sehari hari sebesar 7,9 % dan sebesar 11,4 %
yang tidak mempunyai kemampuan berbicara, melihat, dan
mendengar (SUPAS 2015). Selain itu, tingkat kesejahteraan lanjut
usia masih rendah. Tingkat kemiskinan mereka relatif lebih tinggi
dari kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut usia juga rentan
terhadap kekerasan, kejahatan, penipuan, diskriminasi, dan eksklusi.
86 PEREKONOMIAN INDONESIA
Pemenuhan Layanan Dasar
Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, namun
belum menjangkau seluruh penduduk. Kematian ibu dan bayi masih
tinggi. Kapasitas tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan
tata laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan
kesehatan reproduksi belum berjalan optimal. Penggunaan
kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) cara modern
menurun dari 57,9 % (SDKI 2012) menjadi 57,2 % (SDKI 2017). Angka
kelahiran (Age Specific Fertility Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga
masih tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja terhadap
kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
Pemahaman orangtua mengenai pola asuh yang baik,
kesehatan lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi yang
cukup masih rendah sehingga prevalensi stunting masih tinggi.
Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, TB dan malaria)
masih tinggi disertai dengan ancaman emerging diseases akibat
tingginya mobilitas penduduk. Pola hidup yang tidak sehat
meningkatkan faktor risiko penyakit seperti obesitas, merokok, dan
tekanan darah tinggi, sehingga mendorong meningkatnya penyakit
tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung dan diabetes. Kondisi
lingkungan diperburuk dengan polusi udara, air dan sanitasi dan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang belum terkelola
dengan baik. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap
rumah layak huni hanya 38,3 %, dengan akses terhadap air minum
dan sanitasi masing-masing sebesar 61,29 % dan 74,58 % (BPS, 2018).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal dilihat dari
banyaknya antrian pasien. Puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) swasta belum mampu secara maksimal berperan
sebagai gate keeper.
Kekosongan obat dan vaksin serta penggunaan obat yang tidak
rasional masih terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor
bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem
pengawasan obat dan makanan belum optimal. Ketimpangan kinerja
sistem kesehatan antar wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan
imunisasi yang rendah di Indonesia bagian timur. Fasilitas kesehatan
PEREKONOMIAN INDONESIA 87
terakreditasi dan tenaga kesehatan menumpuk di Jawa-Bali dan
daerah perkotaan. Di bidang pendidikan, masih terdapat 4,4 juta
anak usia 7-18 tahun yang tidak bersekolah (anak tidak
sekolah/ATS). ATS disebabkan pada masih rendahnya upaya lintas
sektor dalam meminimalisasi hambatan sosial, ekonomi, budaya,
maupun geografis, serta pola layanan yang belum optimal untuk
anak berkebutuhan khusus, anak jalanan dan anak terlantar, anak
berhadapan dengan hukum, anak dalam pernikahan atau ibu remaja,
dan anak yang bekerja atau pekerja anak.
Partisipasi pendidikan pada jenjang PAUD dan pendidikan
tinggi (PT) juga masih sangat rendah, yaitu masingmasing sebesar
34,36 %, dan 29,93 % (2017). Kesenjangan pendidikan antar
kelompok ekonomi juga masih menjadi permasalahan dan semakin
lebar seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan. Rasio
APK 20 % penduduk termiskin dibandingkan 20 % terkaya pada
jenjang menengah dan tinggi pada tahun 2017, masing-masing
sebesar 0,7 dan 0,16. Kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah
juga masih tinggi. Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan
secara optimal dan merata antarwilayah.
Upaya yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking skills). Hasil PISA (Program for International
Student Assessment) 2015, menunjukkan bahwa proporsi siswa yang
berada di atas standar kompetensi masih rendah dari negara-negara
lain di kawasan ASEAN.
88 PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 4.2 Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life
Years/DALYs) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia (Sumber:Bappenas)
PEREKONOMIAN INDONESIA 89
Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari
Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun Keatas
per Provinsi, 2017 (Sumber:Bappenas)
90 PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi
Anak di Bawah Standar Kemampuan Minimum Tes PISA
(Sumber:Bappenas)
PEREKONOMIAN INDONESIA 91
perlindungan anak, pemberdayaan dan perlindungan perempuan,
serta pembangunan pemuda belum berjalan optimal. Pemenuhan
hak anak dalam kondisi tertentu masih memerlukan upaya yang
besar. Hanya sekitar 13 % anak didik lapas yang mendapatkan
pendidikan formal (Kementerian Hukum dan HAM, 2014) dan sekitar
16 % anak belum memiliki akta kelahiran (Kemendagri, 2018).
Selain itu, tindak kekerasan terhadap anak masih terjadi. Hal
ini ditunjukkan dari adanya sekitar 23 % pelajar pernah terlibat
perkelahian (SNKBS, 2017), 22,91 % perempuan pernah kawin usia
20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun (Susenas, 2017), dan
meningkatnya laporan cyber crime yang melibatkan anak dari 608
kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018 (KPAI).
Selanjutnya, perilaku berisiko perlu ditangani sedini mungkin untuk
mencegah dampak jangka panjang bagi anak. Saat ini terdapat
sekitar 9,1 % penduduk usia 10-18 tahun merokok (Riskesdas, 2018)
dan sekitar 1,9 % pelajar di bawah usia lima belas tahun yang
menggunakan narkotika dalam satu tahun terakhir (SPPGN, 2016).
Kasus kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Sekitar 1
dari 3 perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan oleh
pasangan dan selain pasangan selama hidup mereka, sekitar 1 dari 10
diantaranya mengalami kekerasan dalam 12 bulan terakhir (SPHPN
2016, BPS). Ketimpangan gender masih terlihat dari %tase kepala
rumah tangga perempuan
yang mengakses kredit lebih
rendah dibandingkan laki-
laki (1,48 % perempuan dan
2,38 % laki-laki) (Susenas,
2015), Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
didominasi oleh laki-laki
(82,69 % laki-laki dan 51,88 %
perempuan) (Sakernas, 2018), serta keterwakilan perempuan secara
kuantitas dan kualitas di lembaga legislatif masih rendah (17, 32 % di
DPR dan 26 % di DPD pada tahun 2014).
92 PEREKONOMIAN INDONESIA
Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan juga belum
optimal. Hanya 6,27 % pemuda yang pernah memberikan
saran/pendapat dalam kegiatan pertemuan dan hanya 6,36 %
terlibat aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).
Pengentasan Kemiskinan
Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia tumbuh
positif. Namun, elastisitasnya terhadap tingkat kemiskinan menurun
sehingga laju penurunan kemiskinan cenderung melambat. Hal ini
terjadi antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan dan jasa bukan
merupakan sektor yang menjadi andalan penghidupan bagi
masyarakat miskin dan rentan. Sebagai contoh, sektor pertanian
yang menjadi tumpuan penghidupan mayoritas tenaga kerja,
khususnya tenaga kerja miskin, memiliki produktivitas yang rendah
serta kontribusi terhadap PDRB yang cenderung menurun.
Sebanyak 49,8 % kepala keluarga dari kelompok miskin dan
rentan bekerja di sektor pertanian dan 13,4 % bekerja di sektor
perdagangan dan jasa akomodasi (Susenas, 2018). Di sisi lain, rata-
PEREKONOMIAN INDONESIA 93
rata pendapatan sektor tersebut merupakan yang terendah, rata-
rata pendapatan sektor pertanian adalah Rp. 743.399,- sementara
sektor perdagangan dan jasa akomodasi sebesar Rp. 1.218.955,- per
bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya produktivitas di sektor ini antara
lain karena masih minimnya kepemilikan aset produktif, minimnya
akses terhadap pembiayaan serta kurangnya pengetahuan dan
keterampilan. Baru sekitar 25,6 % rumah tangga miskin dan rentan
yang memiliki akses terhadap layanan keuangan (Susenas, 2018).
Dalam hal kemandirian ekonomi, kelompok miskin dan rentan masih
sulit bersaing dalam usaha produktif karena daya saing yang rendah,
rendahnya akses mereka terhadap pasar dari produk yang dihasilkan
serta kolaborasi usaha dan belum optimalnya kolaborasi
keperantaraan usaha. Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan
dalam upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka kebijakan
makro dan mikro.
Dalam kerangka kebijakan makro, pemerintah perlu terus
menjaga stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif, menjaga iklim
investasi dan regulasi perdagangan, meningkatkan produktivitas
sektor pertanian, serta mengembangkan infrastruktur di wilayah
tertinggal. Sedangkan dalam kerangka mikro, upaya mengurangi
kemiskinan dikelompokkan dalam dua strategi utama, yaitu
penyempurnaan kebijakan bantuan sosial yang bertujuan untuk
menurunkan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan
kelompok miskin dan rentan melalui program ekonomi produktif.
Strategi kedua ini yang perlu dikembangkan pemerintah dalam
upaya membuat kelompok miskin dan rentan lebih produktif dan
berdaya secara ekonomi sehingga tidak terus bergantung pada
bantuan pemerintah. Selain itu, pemerintah mengupayakan
pendanaan bagi inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti memiliki
dampak sosial ekonomi. Dalam jangka menengah kombinasi dari
berbagai skema tersebut diharapkan dapat mendorong kelompok
rentan untuk dapat meningkat menjadi kelompok ekonomi
menengah.
94 PEREKONOMIAN INDONESIA
3. Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu
ditingkatkan. Berdasarkan Global Human Capital Index oleh World
Economic Forum (WEF) 2017, peringkat SDM Indonesia berada pada
posisi 65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia
(peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam (peringkat 64).
Meskipun produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalami
peningkatan, yaitu dari 81,9 juta rupiah/orang pada tahun 2017
menjadi 84,07 juta rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas
tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia. Selain itu, pertumbuhan PDB Indonesia
sebesar 4,9 % di tahun 2017, hanya 0,6 % yang bersumber dari Total
Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 % pertumbuhan ekonomi
bersumber dari modal kapital dan 1,5 % dari modal manusia.
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif
belum dapat dipenuhi secara optimal. Rendahnya kualitas tenaga
kerja yang belum merespon perkembangan kebutuhan pasar kerja
merupakan salah satu penyebab mengapa produktivitas dan daya
saing Indonesia masih tertinggal. Saat ini proporsi pekerja
berkeahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar 39,57 %
(Sakernas Agustus, 2018), lebih rendah dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya.
Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan SMP ke
bawah (58,77 % atau 72,88 juta orang), sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan pendidikan menengah dan
tinggi mencapai 7,79 %. Informasi pasar kerja andal yang belum
tersedia dan keterlibatan industri yang rendah, menyebabkan masih
terjadinya mismatch antara penyediaan layanan pendidikan,
termasuk pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar
kerja.
Program studi yang dikembangkan pada jenjang pendidikan
tinggi juga belum sepenuhnya menjawab Program studi yang
dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi juga belum
sepenuhnya menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja.
PEREKONOMIAN INDONESIA 95
Gambar 4.6 Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018
(Sumber:LIPI, BPPT, dan Kemrisetdikit, Diolah)
96 PEREKONOMIAN INDONESIA
menjadi keunggulan dan masih kurang terhubung dengan jejaring
kerjasama riset, baik antara perguruan tinggi dan pusat-pusat
penelitian di dalam dan luar negeri. Dari sisi produktivitas
penelitian, walaupun jumlah publikasi dosen di jurnal internasional
mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan sitasi yang rata-
rata mencapai 45 % per tahun. Jumlah publikasi internasional yang
dapat disitasi sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146
(peringkat 52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 paten yang
didaftarkan, hanya 2.271 atau 24 % yang merupakan hasil penemuan
dari peneliti Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem
inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta.
PEREKONOMIAN INDONESIA 97
4. Sasaran, Target, dan Indikator
Tabel 4.1 Sasaran / Indikator / Target Pembangunan Manusia
(Sumber:Bappenas)
98 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 99
100 PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA 101
102 PEREKONOMIAN INDONESIA
5. Arah Kebijakan dan Strategi
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata
kelola kependudukan, melalui:
1.1) Percepatan cakupan administras kependudukan, mencakup:
1. Perluasan jangkauan layanan pendaftaran penduduk pencatatan
sipil bagi penduduk bagi seluruh penduduk dan WNI di luar
negeri, mencakup:
Pendekatan layanan ke tingkat desa dan kelurahan serta
layanan di seluruh kantor Perwakilan Republik Indonesia;
Peningkatan layanan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil yang mudah dan cepat;
Pengembangan sistem pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil berbasis teknologi informasi dan terhubung lintas sektor;
dan
Keterhubungan antar sistem informasi di berbagai lembaga
pemerintah.
2. Peningkatan kesadaran dan keaktifan masyarakat dalam
mencatatkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting,
mencakup:
Pelibatan berbagai sektor pemerintahan dan elemen
masyarakat untuk aktif dalam sosialisasi dan advokasi;
Pengembangan sistem insentif yang tepat untuk mendorong
penduduk dan WNI di luar negeri untuk melaporkan peristiwa
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Percepatan kepemilikan dokumen pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil bagi kelompok khusus.
F. Rangkuman
Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah satu prasyarat
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
Indonesia. Hal ini dapat diwujudkan melalui pengendalian kuantitas,
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk. Dengan
penduduk tumbuh seimbang, daya tampung dan dukung lingkungan
dapat tetap terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan rata-
rata angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) nasional sampai
pada tingkat replacement rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan penduduk
telah menurun dari 1,49 % (SP 2010) menjadi 1,43 % (Supas 2015).
Namun, jumlah penduduk secara absolut meningkat dari 237,6 juta
pada tahun 2010 menjadi 255,2 juta di tahun 2015, dimana lebih dari
Referensi
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Rancangan Teknokratik:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024
B. Pendahuluan
Bahasan ini akan memberikan pemahaman dan informasi
terkini mengenai perkembangan ekonomi yang mencakup daerah di
pulau Sumatera, Jawa dan Kawasan bagian Timur Indonesia.
Berbagai aspek dalam perekonomian, termasuk dari perspektif
kewilayahan, menjadi pertimbangan penting di dalam proses
pembelajaran di universitas. Pandangan dari pihak akademisi
terhadap dinamika perekonomian secara spasial dapat memberikan
informasi penting dalam melihat setiap potensi yang ada di daerah.
Asemen perekonomian secara spasial dibagi ke dalam wilayah
Sumatera, Jawa dan Kawasan bagian Timur Indonesia.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang
perkembangan perekonomian terkini di lingkup kewilayahan serta
menjelaskan dan mengidentifikasi hal-hal yang memengaruhi
perkembangan ekonomi daerah pada tahun 2019. Secara lebih rinci,
E. Materi Perkuliahan
1. Perkembangan dan Outlook Perekonomian Daerah
1.1. Perekonomian Sumatera
Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan III 2019
tumbuh 4,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2019 yang
sebesar 4,6% (yoy). Melambatnya kinerja ekonomi dipengaruhi oleh
kembali normalnya konsumsi pasca Idul Fitri serta belum
optimalnya investasi dan ekspor karena kondisi eksternal yang
Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah triwulan III 2019 tumbuh cukup kuat
meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sebagaimana pola
historisnya, konsumsi pemerintah cenderung meningkat memasuki
akhir tahun yang tercermin dari mulai berkurangnya posisi giro
pemerintah di perbankan (Grafik 6.3). Namun, normalisasi pada pos
belanja pegawai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) pasca pembayaran rapel kenaikan gaji dan THR
menyebabkan pertumbuhan konsumsi pemerintah sedikit tertahan.
Investasi
Realisasi investasi di Sumatera pada triwulan III 2019 tumbuh
melambat karena tertahannya investasi nonbangunan dari pelaku
usaha (swasta). Belum optimalnya investasi nonbangunan swasta
dipengaruhi oleh sikap wait and see pelaku usaha di daerah terkait
arah kebijakan dari kabinet pemerintahan yang baru. Selain itu,
perkembangan harga komoditas yang masih terbatas memengaruhi
ekspansi perusahaan seiring kinerja penjualan yang tidak optimal.
Investasi yang dilakukan lebih banyak berbentuk pemeliharaan rutin
dan pembelian mesin atau peralatan produksi. Perlambatan yang
terjadi terkonfirmasi dari melambatnya perkembangan kredit modal
kerja (Grafik 6.4). Di sisi lain, investasi bangunan milik pemerintah
menjadi penopang pertumbuhan seiring dengan berlanjutnya
proyek multiyears terkait kelistrikan dan infrastruktur konektivitas.
Prospek Inflasi
Inflasi Sumatera pada tahun 2020 diprakirakan tetap sejalan
dengan kisaran sasaran inflasi nasional. Inflasi Sumatera pada tahun
2020 diprakirakan sebesar 3,2%-3,7% (yoy). Terkendalinya inflasi
didukung oleh perkiraan minimalnya tekanan inflasi pangan dan
terjaganya inflasi inti, serta terkendalinya inflasi AP. Produksi
pangan strategis yang terjaga seiring dengan prakiraan normalnya
kondisi cuaca akan mendukung terjaganya inflasi pada 2020. Inflasi
diperkirakan bersumber dari dampak penyesuaian cukai rokok pada
Januari 2020.
Di samping itu, perbaikan pertumbuhan ekonomi akan
meningkatkan permintaan seiring dengan terjaganya pendapatan
masyarakat. Permintaan yang meningkat diperkirakan akan
memengaruhi inflasi kelompok sandang, kelompok kesehatan,
kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, serta kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Koordinasi
pengendalian inflasi oleh TPID akan terus diperkuat untuk
memastikan inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan
stabil.
Program kerja yang akan dilaksanakan oleh TPID akan tetap
mengacu pada kerangka 4K, yaitu keterjangkauan harga,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Beberapa program yang akan dilakukan di berbagai daerah di
Sumatera ke depan antara lain, i) optimalisasi peran BUMD dalam
melakukan stabilisasi harga pangan, ii) peningkatan produksi dan
diversifikasi aneka cabai, iii) uji coba implementasi program digital
farming, iv) penguatan koordinasi dengan stakeholder terkait
lainnya, dan v) penguatan data statistik produksi, distribusi, dan
konsumsi pangan. Lebih lanjut, seluruh TPID juga berkomitmen
untuk menindaklanjuti hasil rapat koordinasi TPID Provinsi se-
Sumatera antara lain dengan mempercepat utilisasi teknologi
pangan seperti cold storage dan CAS serta mendorong programkerja
sama antardaerah.
4. Perekonomian Jawa
Pada triwulan III 2019, perekonomian Jawa tetap tumbuh
cukup kuat terutama karena membaiknya kinerja investasi dan net
ekspor. Perbaikan kinerja investasi bersumber dari berlanjutnya
proyek infrastruktur Pemerintah, sementara perbaikan net ekspor
lebih dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam. Di sisi
lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Jawa ditopang oleh
perbaikan industri pengolahan, terutama industri otomotif karena
perbaikan ekspor ke ASEAN, dan konstruksi karena aktivitas proyek
infrastruktur pemerintah. Namun, kinerja LU pertanian yang
memiliki peran cukup besar dalam perekonomian Jawa tertahan
akibat kurang optimalnya produksi tabama karena kendala cuaca
(kekeringan) di sejumlah daerah sentra. Sementara itu, inflasi pada
triwulan III 2019 masih tetap terkendali dalam kisaran sasaran
walaupun tekanan harga pangan meningkat sebagai dampak dari
kemarau panjang. Secara keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan
ekonomi Jawa diperkirakan berada dalam kisaran 5,6% (yoy).
Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari sisi domestik, terutama
konsumsi swasta, ditopang oleh peningkatan alokasi anggaran untuk
program sosial Pemerintah. Sementara itu, tekanan inflasi hingga
akhir tahun 2019 diperkirakan minimal sehingga akan tetap sejalan
dengan kisaran sasaran inflasi nasional 3,5%±1%.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi Jawa diperkirakan kembali
terakselerasi pada 2020 menjadi sekitar 5,5%-5,9%, didorong
membaiknya kinerja ekspor maupun permintaan domestik. Di sisi
Industri Pengolahan
Pertumbuhan LU industri pengolahan meningkat pada
triwulan III 2019 didorong masih kuatnya permintaan domestik serta
membaiknya perbaikan ekspor. Membaiknya pertumbuhan industri
pengolahan dipengaruhi oleh kembali normalnya jumlah jam dan
hari kerja efektif pasca-HBKN dan peningkatan produksi untuk
mengantisipasi meningkatnya permintaan pada Natal dan libur akhir
tahun. Selain itu, dorongan peningkatan produksi industri
pengolahan juga didukung oleh peningkatan permintaan ekspor, di
Konstruksi
LU konstruksi pada triwulan III 2019 tumbuh membaik
ditopang meningkatnya realisasi pembangunan infrastruktur.
Kinerja konstruksi tumbuh meningkat didukung oleh jumlah hari
kerja yang kembali normal serta percepatan penyelesaian proyek
infrastruktur pemerintah dan swasta. Beberapa proyek yang besar di
antaranya pembangunan LRT, beberapa ruas Tol JORR 2, Tol
Cikampek elevated, Tol Cisumdawu, Pelabuhan Patimban, dan
Prospek Inflasi
Inflasi pada 2020 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan
2019, namun tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi nasional
3,0%±1%. Kenaikan tekanan inflasi diperkirakan terjadi di hampir
seluruh provinsi. Peningkatan tersebut berasal dari tekanan inflasi
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, terutama
karena kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan harga jual eceran
(HJE) yang berlaku mulai awal tahun. Di samping itu, risiko tekanan
inflasi juga berasal dari kelompok bahan makanan antara lain
dipengaruhi oleh potensi terjadinya dampak negatif dari pergeseran
musim penghujan di akhir tahun 2019, pergeseran musim tanam,
maupun musim panen akibat panjangnya musim kemarau di tahun
2019. Meski demikian, prospek curah hujan yang cenderung normal
pada tahun 2020 serta minimnya peluang terjadinya gangguan
anomali iklim seperti kemarau panjang diperkirakan mampu
mendorong kenaikan produksi pangan pada tahun 2020. Selain itu,
Penyediaan Infrastruktur
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi sejak tahun 2010
fokus dalam pengembangan sektor pariwisata. Penerimaan Asli
Daerah (PAD) digunakan kembali untuk pengembangan infrastruktur
pendukung pariwisata. Pemkab Banyuwangi berkomitmen untuk
mengalokasikan 30% dari APBD-nya untuk membiayai
pembangunan infrastruktur dalam bentuk belanja modal.
Pembangunan terminal wisata terpadu serta pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur pendukung pariwisata merupakan
contoh dari proyek infrastruktur yang dibiayai APBD, yang diperkuat
dengan pembentukan satgas perbaikan jalan serta pencanangan
arsitektur berbasis kearifan lokal.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan dari sektor
pariwisata, Pemkab Banyuwangi terus membenahi daya dukung
infrastruktur konektivitasnya. Wujud pembenahan tersebut di
antaranya dengan pengembangan Pelabuhan Ketapang, renovasi
Sisi Penggunaan
Konsumsi
Pada triwulan III 2019, pertumbuhan konsumsi domestik
tercatat tetap kuat. Konsumsi domestik yang terdeselerasi dari 6,2%
(yoy) pada triwulan-II 2019, menjadi 5,1% (yoy) di triwulan III 2019
merupakan dampak siklikal. Konsumsi rumah tangga yang melambat
tersebut disebabkan oleh telah berlalunya libur sekolah dan Hari
Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri. Selain itu, tekanan
inflasi yang cenderung mengalami kenaikan terbatas turut
memberikan andil terhadap terbatasnya tingkat konsumsi rumah
tangga.
Kondisi ini juga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen
yang cenderung menurun pada triwulan III 2019 dibandingkan
triwulan sebelumnya (Gambar 5.19) terutama disebabkan oleh
tingkat keyakinan masyarakat terhadap perekonomian saat ini.
Meskipun demikian, perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut
hanya terjadi di 5 (lima) provinsi di Sulampua dengan Provinsi Papua
sebagai provinsi dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi
rumah tangga paling dalam.
Investasi
Investasi Sulampua tumbuh meningkat di hampir seluruh
wilayah dengan motor utama didorong oleh realisasi proyek
pemerintah dan swasta. Investasi Sulampua naik dua kali lipat pada
triwulan-III 2019 dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
tumbuh 10,0% (yoy). Pertumbuhan investasi yang signifikan tersebut
merupakan peran dari investasi swasta dan pemerintah. Dari sisi
swasta, peningkatan investasi Sulampua didukung oleh
berlangsungnya pembangunan pembangkit listrik di beberapa
wilayah di Sulampua seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Maluku Utara dan Papua Barat. Hal tersebut juga
tercermin dari terjadinya peningkatan impor mesin pembangkit
listrik secara signifikan pada triwulan III 2019. Selain faktor tersebut,
terus berlangsungnya pembangunan beberapa proyek smelter
pemurnian nikel di Maluku Utara turut mendorong ke atas kinerja
F. Rangkuman
Perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan ditopang kinerja
ekonomi di berbagai daerah. Perekonomian nasional tumbuh 4,97%
(yoy) pada triwulan IV 2019, sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Capaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan terakhir
2019 ditopang oleh kinerja permintaan domestik yang baik. Kinerja
investasi tumbuh meningkat di hampir seluruh wilayah, kecuali
Balinusra. Kinerja investasi tersebut terutama bersumber dari
investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya proyek
infrastruktur pemerintah serta berbagai proyek hilirisasi
pertambangan oleh pihak swasta. Konsumsi swasta juga tetap
tumbuh positif, meskipun melambat di sebagian besar wilayah
kecuali di Sulampua. Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah
yang tumbuh positif, meski lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan III 2019.
Kinerja net ekspor daerah membaik di sebagian wilayah. Net
ekspor Balinusra membaik dipengaruhi oleh peningkatan ekspor
konsentrat tembaga ke Tiongkok dan ekspor jasa seiring dengan
peningkatan jumlah kunjungan wisata mancanegara (wisman).
Sementara itu, net ekspor Sulampua juga tercatat meningkat
B. Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai isu-isu strategi terkait
perekonomian Indonesia terutama yang berhubungan dengan
sektor baru, yaitu pariwisata. Semenjak industri manufaktur
terpuruk akibat banyak dari perusahan multinasional yang
berpindah ke negara lain, tenaga kerja yang kurang memadai dan
regulasi yang menyulitkan menyebabkan sektor lain harus bisa
ditingkatkan guna menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Beberapa terobosan telah dilakukan dan pengembangan
infrastruktur terus dilakukan guna meningkatkan sarana dan
prasarana kepariwisataan di Indonesia. Namun, bagaimana
seharusnya sektor ini dapat memberikan kontribusi positif untuk
perekonomian domestik melalui kedatangan wisatawan mancanegara?
E. Materi Perkuliahan
Perkembangan Pariwisata 2019
Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang memiliki potensi besar untuk memperkuat
struktur neraca transaksi berjalan. Keunggulan sektor pariwisata
Indonesia berupa kekayaan alam dan budaya serta berbagai
endowments yang ada menjadi modal pendukung yang dapat
dioptimalkan untuk mendatangkan devisa yang bersumber dari
pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) di berbagai destinasi
wisata nasional. Ke depan, perannya sebagai alternatif sumber
penerimaan devisa nasional semakin penting, ditengah dinamika
ketidakpastian global yang dapat berlanjut sehingga berdampak
pada kinerja ekspor barang.
Akselerasi percepatan kinerja sektor pariwisata memerlukan
koordinasi dan sinergi lintas Kementerian. Pengembangan sektor
pariwisata merupakan pengembangan multi sektor. Hal ini
dikarenakan dalam membangun suatu destinasi wisata yang baik
F. Rangkuman
Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang
perlu dioptimalkan guna mendukung neraca transaksi berjalan. Di
tengah dinamika ketidakpastian global yang berlanjut pada 2019,
devisa pariwisata masih dapat tumbuh positif dan menopang kinerja
ekonomi daerah yang merupakan destinasi pariwisata. Pertumbuhan
ekonomi global yang tengah menghadapi berbagai tantangan cukup
memengaruhi capaian kinerja pariwisata nasional pada 2019 yang
lebih lambat dibandingkan capaian tahun sebelumnya.
Di samping itu, proses pemulihan pasca bencana yang masih
berlangsung di daerah destinasi utama wisata nasional juga turut
memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, termasuk
isu keamanan yang sempat mengemuka. Berbagai langkah sinergi
kebijakan telah ditempuh untuk mendorong peningkatan pariwisata
dengan pengembangan destinasi utama dan super prioritas. Ke
depan, upaya untuk mengoptimalkan prospek peningkatan devisa
pariwisata masih akan menghadapi tantangan yang tidak ringan,
terutama dengan mengemukanya isu COVID-19 pada awal tahun
yang diperkirakan menekan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman)
Referensi
Bank Indonesia, 2020. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Laporan Nusantara, Vol. 15 No. 1. Februari 2020.
BPS. 2019. Sakernas. Perhitungan Survei Tenaga Kerja Nasional. Juli
2019.
B. Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai proyeksi
ekonomi global tahun 2019 dan 2020 yang meliputi perekonomian
negara maju, perekonomian negara berkembang, volume
perdagangan dunia, harga komoditas dunia. Selanjutnya bab ini akan
membahas asumsi dasar ekonomi makro tahun 2019 sesuai dengan
pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga SPN 3 bulan, nilai tukar
rupiah, dan lainnya. Bab ini juga akan dilengkapi dengan bahasan
mengenai indikator kesejahteraan masyarakat dan proyeksi asumsi
dasar ekonomi makro jangka menengah 2018-2020.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai latar
belakang penyusunan asumsi dasar ekonomi makro RAPBN tahun
2020 dan proyeksi jangka menengah periode 2018-2020. Secara
lebih rinci, mahasiswa diharapkan mampu memberikan penjelasan:
E. Materi Pekuliahan
Perkembangan perekonomian Indonesia telah menunjukkan
perbaikan kinerja selama beberapa tahun terakhir, meskipun sebagai
bagian dari perekonomian global, Indonesia tidak terlepas dari
dampak dinamika perekonomian global. Krisis ekonomi Asia tahun
1997-1998, krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC)
tahun 2008-2009, tapertantrum tahun 2013 serta perlambatan
ekonomiglobal tahun 2017-2018 telah memberikanwarna bagi
perkembangan ekonomi Indonesia.Seiring berjalannya waktu,
perekonomianIndonesia mampu bertahan menghadapigejolak dan
tantangan perekonomian baik yangbersumber dari dalam maupun
faktor eksternaldengan ekonomi yang lebih maju dan kuat.Dengan
potensi sumber daya yang dimiliki saat ini dan di masa mendatang,
Indonesia bertekad hendak menjadi negara yang berdaulat, maju,
adil, dan makmur, serta menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar
di dunia sesuai dengan Visi Indonesia tahun 2045 tepat pada saat
100 tahun Indonesia merdeka. Tekad besar tersebut dijabarkan
secara rinci dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Tingkat Inflasi
Terkendalinya laju inflasi berperan penting dalam pencapaian
sasaran pembangunan maupun penyusunan postur APBN dan arah
kebijakan fiskal. Dalam pencapaian sasaran pembangunan, tingkat
kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh laju inflasi karena
dapat berdampak pada kondisi daya beli dan tingkat konsumsi
masyarakat. Sementara itu, dalam kaitannya dengan penyusunan
APBN, asumsi laju inflasi menjadi faktor penting dalam perhitungan
dan penyusunan penerimaan dan belanja negara. Untuk itu,
Pemerintah terus berupaya untuk memastikan laju inflasi terus
terjaga di tingkat yang rendah dan stabil.
Stabilitas perekonomian Indonesia terjaga cukup baik selama
empat tahun terakhir, salah satunya dicerminkan oleh capaian
positif laju inflasi yang terkendali pada kisaran 3 persen. Pada tahun
2015, laju inflasi berhasil ditekan pada tingkat 3,4 persen (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahun 2014 yang mencapai 8,4
persen (yoy). Terkendalinya laju inflasi tersebut, terutama
dipengaruhi oleh faktor moderasi ekonomi global dan tren
penurunan harga minyak mentah dunia sejak akhir tahun 2014. Hal
tersebut mendorong Pemerintah untuk tetap dapat melanjutkan
reformasi kebijakan subsidi energi, seperti Bahan Bakar Minyak
(BBM) dan listrik agar lebih tepat sasaran. Anggaran tersebut
Indikator Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode 2015-2018
telah mengalami penurunan yakni dari 6,18 persen di Agustus 2015
menjadi 5,34 persen di Agustus 2018. Di periode yang sama,
lapangan kerja yang tercipta semakin besar yaitu dari 114,8 juta
orang menjadi 124,0 juta orang atau tumbuh 8,0 persen (9,2 juta
lapangan kerja baru tercipta). Meskipun dengan tren positif,
permasalahan ketenagakerjaan seperti rendahnya produktivitas,
kurang fleksibelnya pasar kerja, dan ketidaksesuaian antara
keterampilan pekerja dengan kebutuhan dunia usaha dan industri
tetap menjadi tantangan besar bangsa yang harus segera diatasi.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja diindikasikan oleh sektor
informal yang masih mendominasi, yakni mencapai 57 persen dari
total tenaga kerja yang tersedia. Oleh karena itu, Pemerintah akan
terus mendorong perluasan dan kualitas pendidikan, serta
meningkatkan porsi sektor formal dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja. Perkembangan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) per Februari periode 2015-2020 dapat dilihat pada
Gambar 7.10.
Referensi
Republik Indonesia, 2019. Buku II Nota Keuangan Beserta Rancangan
Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.
WEO, 2019. Still Sluggish Global Growth. Economic Update for
Developing Countries.
B. Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai sumber-
sumber pendapatan negara yang mencakup penerimaan negara
berupa pajak dan non-pajak. Selain itu, penerimaan negara yang
mencakup pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak dari
migas dan non-migas. Bab ini juga akan dilengkapi dengan analisis
dan pembahasan mengenai usaha pemerintah dalam meningkatkan
pendapatan negara dan kondisi keuangan negara periode 2018-
2020.
C. Capaian Pembelajaran
Baba ini akan memberikan penjelasan mengenai pendapatan
negara yang bersumber dari penerimaan perpajakan sangat
dipengaruhi perkembangan aktivitas ekonomi dan kebijakan
perpajakan. Secara lebih rinci, mahasiswa diharapkan mampu
memberikan deskripsi dan penggambaran atas:
1. Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2015-2019
2. Perkembangan Penerimaan Perpajakan Tahun 2015-2019
3. Perkembangan Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2015-2019
4. Perkembangan Penerimaan Hibah Tahun 2015-2019
E. Materi Perkuliahan
1. Pendapatan Negara
Pendapatan negara dalam satu dasawarsa terakhir masih
didominasi oleh penerimaan perpajakan dengan kontribusi rata-rata
sekitar 75,0 persen. Sedangkan, penyumbang pendapatan negara
lainnya adalah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan
penerimaan hibah. Dengan komposisi tersebut, kinerja pendapatan
negara tidak terlepas dari perkembangan perekonomian global
maupun domestik. Dari sisi eksternal, pendapatan negara
dipengaruhi diantaranya oleh volume perdagangan dan harga
komoditas dunia. Sementara itu, kegiatan ekonomi dalam negeri
juga ikut berperan dalam pencapaian pendapatan negara.
Pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan
perpajakan sangat dipengaruhi perkembangan aktivitas ekonomi
dan kebijakan perpajakan. Fluktuasi dalam kegiatan usaha dan
struktur perpajakan berdampak pada kinerja penerimaan
perpajakan. Sementara PNBP terutama diperoleh dari pemanfaatan
sumber daya alam (SDA), penyelenggaraan layanan, serta
pendapatan atas pengelolaan aset-aset yang dimiliki oleh
Pemerintah. Perkembangan PNBP dipengaruhi banyak faktor antara
lain meliputi tingkat produksi atau jumlah pelayanan, tingkat harga
atau tarif, sistem administrasi, dan kebijakan Pemerintah. Selain itu,
dalam optimalisasi PNBP, Pemerintah juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor lain seperti kelestarian lingkungan, keberlangsungan
dunia usaha, daya beli masyarakat, dan kualitas pelayanan.
Sementara, di penerimaan hibah, Pemerintah lebih mengutamakan
penerimaan hibah untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang menjadi
prioritas kementerian/lembaga (K/L) dan memberikan nilai tambah
dalam pembangunan nasional yang mengutamakan penerimaan
hibah yang tidak memerlukan Rupiah Murni Pendamping (RMP).
Gambar 8.1 Penerimaan dari Amnesti Pajak, Juli 2016- Maret 2017
F. Rangkuman
Reformasi di sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
terus dilakukan pasca penetapan Undang-undang nomor 9 tahun
2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui berbagai
upaya penyempurnaan regulasi, pengaturan tarif yang adil dan
fleksibel, penguatan pengawasan dan pemeriksaan, optimalisasi
pengelolaan aset negara dan efisiensi di sektor alam (SDA), serta
peningkatan pelayanan dan kualitas layanan publik.
Kebijakan fiskal tahun 2020 diarahkan dapat tetap ekspansif
dalam rangka menstimulus perekonomian dan mengakselerasi
pencapaian target pembangunan dengan sasaran yang lebih terarah
dan terukur. Kebijakan ini ditujukan untuk memelihara momentum
perekonomian yang semakin tumbuh dan menghindari opportunity
loss dalam peningkatan kesejahteraan. Untuk melaksanakan
kebijakan tersebut, Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBN.
Referensi
Republik Indonesia, 2019. Buku II Nota Keuangan Beserta Rancangan
Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.
B. Pendahuluan
Bab ini akan membahas arah dan acuan susunan APBN 2019
yang telah disepakati oleh pemerintah dan DPR atas RKP dan KEM
PPKF. Pembahasan akan dilengkapi dengan rincian klasifikasi fungsi
alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, pengelompokan alokasi
anggaran belanja pemerintah, dan perkembangan penyusunan
penganggaran belanja pemerintah pusat jangka menengahperiode
2018-2020.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan gambaran dan penjelasan kepada mahasiswa
mengenai asumsi dan dasar pembentukan APBN hingga penetapan
dan penyusunan APBN jangka menengah. Secara lebih rinci,
mahasiswa diharapakn dapat menjelaskan:
1. Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat APBN Tahun
2019
2. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi
3. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi
E. Materi Perkuliahan
Belanja Negara
Belanja negara sebagai instrumen fiskal berperan dalam
menggerakkan perekonomian nasional secara optimal di tengah
dinamika perekonomian baik global maupun domestik. Saat ini, di
tengah kondisi ekonomi global dan perubahan teknologi yang
menciptakan dinamika dan kompleksitas yang harus diatasi, belanja
negara dituntut mampu beradaptasi dengan suasana global yang
dinamis. Untuk mengemban tujuan tersebut, komposisi belanja
negara harus dijaga tetap sehat namun responsif dan mampu
mendukung pembangunan dan memperkuat daya saing.
Sejalan dengan hal tersebut, belanja negara dalam periode
2015 sampai dengan 2019 diarahkan untuk ekspansif namun terarah
dan terukur, dalam pengertian, selain dimanfaatkan untuk
pendanaan pembangunan, juga didesain untuk mengantisipasi
ketidakpastian dinamika perekonomian. Kinerja belanja negara
secara umum, baik dalam mendukung program pembangunan
maupun antisipasi ketidakpastian, terlihat dari capaian beberapa
indikator makro pembangunan. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipertahankan dalam kisaran 5,1 persen selama lima tahun terakhir.
Dalam tahun 2015–2019 tingkat kemiskinan turun dari 11,22 persen
menjadi 9,41 persen (per Maret 2019); tingkat pengangguran turun
Subsidi Energi
Dalam kurun waktu tahun 2015–2019, realisasi subsidi energi
mengalami perkembangan yang fluktuatif dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 4,6 persen per tahun. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perkembangan asumsi dasar ekonomi makro dan
kebijakan Pemerintah. Dalam periode tahun 2015–2017, subsidi
energi menunjukkan penurunan rata-rata 9,5 persen, dari semula
sebesar Rp119.091,1 miliar pada tahun 2015 menjadi sebesar
Rp97.642,1 miliar pada tahun 2017, namun kemudian meningkat
menjadi Rp153.522,4 miliar pada tahun 2018. Selanjutnya, subsidi
energi dalam outlook APBN tahun 2019 diperkirakan mencapai
Rp142.592,7 miliar.
Subsidi energi terdiri atas subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg,
serta subsidi listrik. Realisasi subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg
selama kurun waktu tahun 2015–2019 sangat dipengaruhi oleh
perkembangan realisasi asumsi dasar ekonomi makro, terutama ICP
dan nilai tukar rupiah, serta kebijakan besaran subsidi tetap untuk
minyak solar. Pada tahun 2015, Pemerintah menetapkan subsidi
tetap minyak solar sebesar Rp1.000/liter, yang selanjutnya
disesuaikan menjadi Rp500/liter pada bulan Juli 2016 sampai 2017.
Kemudian, Pemerintah kembali melakukan penyesuaian besaran
subsidi tetap minyak solar menjadi Rp2.000/liter pada tahun 2018.
Penyesuaian besaran subsidi minyak solar tersebut
mempertimbangkan peningkatan ICP dan depresiasi nilai tukar
rupiah.
Fungsi Ekonomi
Dalam kurun waktu tahun 2015–2019, realisasi anggaran fungsi
ekonomi secara nominal mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
2,1 persen, yaitu dari Rp353.199,1 miliar dalam tahun 2015 menjadi
Rp384.134,4 miliar dalam outlook APBN tahun 2019. Peningkatan ini
terutama didorong oleh realisasi bantuan pemerintah berbasis
infrastruktur kepada masyarakat, serta pembayaran atas prestasi
progres pada berbagai proyek infrastruktur konektivitas pada
Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Perkembangan alokasi anggaran fungsi ekonomi
dalam periode 2015– 2020 dapat disajikan dalam anggaran fungsi
ekonomi dalam periode 2015– 2020 dapat disajikan dalam Gambar
9.11.
Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan salah satu komponen belanja yang
dapat mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah, di mana
selama kurun waktu 2015-2019, realisasi belanja pegawai tumbuh
sebesar 7,6 persen, yaitu dari Rp281.142,7 miliar pada tahun 2015
menjadi Rp376.441,9 miliar pada outlook APBN tahun 2019.
Pertumbuhan realisasi ini terutama dikarenakan adanya kebijakan
untuk: (1) menaikkan gaji pokok dan pensiun pokok; (2) pemberian
gaji ke-13 dan THR untuk aparatur negara dan pensiunan; dan (3)
perbaikan tunjangan kinerja pada K/L sejalan dengan capaian
reformasi birokrasi K/L.
Alokasi anggaran belanja pegawai dalam RAPBN tahun 2020
sebesar Rp416.144,6 miliar. Anggaran tersebut dialokasikan untuk
belanja K/L sebesar Rp 261.160,5 miliar dan belanja BUN sebesar Rp
154.984,1 miliar. Belanja pegawai K/L digunakan antara lain untuk
pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pada K/L. Sementara alokasi
belanja pegawai pada BUN ditujukan antara lain untuk pembayaran
manfaat pensiun dan jaminan pelayanan kesehatan bagi aparatur
dan pensiunan.
Belanja Barang
Dalam tahun 2015–2019, belanja barang mengalami
pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 9,4 persen, yaitu dari
Rp233.281,1 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp334.158,4 miliar pada
outlook APBN tahun 2019. Pertumbuhan belanja barang tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: (1) kebijakan reklasifikasi
anggaran jenis belanja, yaitu perubahan akun belanja modal dan
belanja bantuan sosial menjadi belanja barang; (2) kebijakan efisiensi
belanja barang tahun 2016 dan 2017; (3) pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang bersifat strategis tahun 2018, antara lain: Asian Games
dan Asian Para Games, Annual Meeting International Monetary
Fund-World Bank, dan persiapan pelaksanaan Pemilu tahun 2019;
dan (4) penyelenggaraan Pemilu tahun 2019.
Selanjutnya, kebutuhan alokasi belanja barang dalam RAPBN
tahun 2020 diperkirakan sebesar Rp334.142,9 miliar, yang terdiri
dari belanja barang K/L sebesar Rp333.601,6 miliar dan belanja
barang BUN sebesar Rp541,3 miliar. Pemerintah berkomitmen untuk
terus melakukan perbaikan-perbaikan dan efisiensi pada belanja
barang yang bersifat kurang produktif. Guna mendukung upaya
efisiensi tersebut serta lancarnya penyelenggaraan fungsi
pemerintahan, maka kebijakan belanja barang tahun 2020
difokuskan pada (1) penghematan belanja honorarium, perjalanan
dinas dan paket rapat, pembatasan Rapat Dalam Kantor (RDK) dan
konsinyering bagi K/L; (2) penajaman dan sinkronisasi belanja
barang yang diserahkan kepada Masyarakat/Pemda; (3) mendukung
Bantuan Sosial
Dalam rangka meningkatkan tingkat perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat miskin, pemerintah memberikan bantuan
sosial kepada masyarakat miskin, melalui berbagai program antara
lain Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Pangan,
Program Indonesia Pintar (PIP), Bantuan Pendidikan Mahasiswa
Miskin Berprestasi (Bidikmisi), Bantuan Iuran Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), dan dana cadangan untuk
penanggulangan bencana alam.
Belanja bantuan sosial dalam kurun waktu 2015-2019
mengalami pertumbuhan 0,6 persen, yaitu dari Rp97.151,2 miliar
pada tahun 2015 menjadi Rp99.607,7 miliar pada outlook APBN tahun
2019. Selama periode 2015-2019, pemerintah melakukan beberapa
terobosan kebijakan terkait belanja bantuan sosial seperti (1)
memperluas target PKH dari 3,5 juta KPM pada 2015 menjadi 10 juta
KPM pada 2019, (2) menaikkan premi iuran segmen PBI JKN dari
Rp19.225/jiwa/bulan menjadi Rp23.000/jiwa/bulan pada 2016, (3)
memperluas cakupan PBI JKN dari 88 juta KPM menjadi 96,8 juta
KPM untuk menuju universal health coverage, (4) melakukan pilot
project program bantuan pangan nontunai (BPNT) bagi 1,2 juta KPM
pada tahun 2017 yang merupakan transformasi dari subsidi Rastra
bagi 15,6 juta KPM, dan (5) menaikkan indeks manfaat program PKH
sebesar 100% pada komponen pendidikan dan kesehatan.Selain itu,
Pemerintah melakukan kebijakan penajaman belanja bantuan sosial
pada tahun 2016. Hal ini berdampak pada direalokasikannya
beberapa bantuan yang tidak sesuai dengan kriteria belanja bantuan
sosial. Sehingga, alokasi belanja bantuan sosial pada tahun tersebut
turun menjadi Rp49.613,5 miliar.
F. Rangkuman
Tahun 2020 merupakan tahun pertama dalam agenda
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahap ke-4,
yang juga merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi
sangat penting dalam mencapai target-target pembangunan.
Berdasarkan penahapan skala prioritas dan strategi jangka
menengah yang dimuat dalam RPJPN 2005—2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
Referensi
Republik Indonesia, 2019. Buku II Nota Keuangan Beserta Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2020, Jakarta
B. Pendahuluan
Bab ini akan membahas arah dan acuan susunan APBN 2019
dan RAPBN 2020 yang telah disepakati oleh pemerintah dan DPR
atas RKP dan KEM PPKF. Ditinjau dari aspek kelembagaan dan
sistem, defisit dan pembiayaan anggaran negara menjadi peniting
untuk ditinjau dari sudut pandang fungsi alokasi anggaran belanja
pemerintah pusat, pengelompokan alokasi anggaran belanja
pemerintah, dan perkembangan penyusunan penganggaran belanja
pemerintah pusat jangka menengah periode 2018-2020.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan gambaran dan penjelasan kepada mahasiswa
mengenai defisit dan pembiayaan anggaran negara dan dasar
pembentukan APBN hingga penetapan dan penyusunan APBN
jangka menengah. Secara lebih rinci, mahasiswa diharapakan dapat
menjelaskan:
E. Materi Perkuliahan
1. Perkembangan Defisit dan Pembiayaan Anggaran Tahun 2015-
2019 dan Rencana Tahun 2020
Defisit APBN Periode 2015-2019 dan Rencana Defisit APBN Tahun
2020
Dalam periode lima tahun terakhir, pemerintah menerapkan
kebijakan fskal ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
tetap tinggi dan berkesinambungan dalam rangka percepatan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan ditempuhnya
kebijakan ekspansif tersebut, defsit anggaran menjadi sebuah
konsekuensi kebijakan. Dengan demikian, Pemerintah membutuhkan
instrumen pembiayaan yang efektif dan efsien untuk membiayai
defsit agar APBN tetap berkelanjutan. Secara umum defsit anggaran
senantiasa terkendali dalam batas aman (undercontrol) dan berada
dalam level risk appetite. Realisasi defsit setiap tahun juga terus
diupayakan semakin rendah dibandingkan targetnya tanpa
mengurangi pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional
yang telah ditetapkan. Dalam perkembangannya defsit anggaran
Pembiayaan Utang
Sebagai bagian dari pembiayaan anggaran, pembiayaan utang
selain berfungsi untuk menutup defsit anggaran, juga digunakan
untuk membiayai pengeluaran pembiayaan, seperti pembiayaan
investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan.
Meskipun pembiayaan utang dalam periode 2015-2017 sempat
mengalami kenaikan, sejak tahun anggaran 2018, pembiayaan utang
cenderung menurun. Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam
dua tahun terakhir ini APBN semakin sehat dan mandiri.
Referensi
Republik Indonesia, 2019. Buku II Nota Keuangan Beserta Rancangan
Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.
IMF. 2019. World Economic Outlook. July 2019. 6th Edition.
B. Pendahuluan
Pada bab ini, akan diuraikan hasil evaluasi dan penyempurnaan
makroprudensial pada periode sebelumnya dengan melakukan
penyesuaian ketentuan LTV/FTV dan penyesuaian batas bawah
rasio GWM LFR. Kebijakan lainnya berupa pengaturan dan
pengawasan yang bersifar makro terhadap jasa keuangan dan
memfokuskan diri terhadap asesmen potensi risiko sistemik
industrik keuangan dan stress testing. Sejalan dengan itu, Bank
Indonesia berupaya untuk memperkuat koordinasi dengan otoritas
lain, dan menyelesaikan Undang-undang pencegahan dan
penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) guna menghasilkan
pengaruh positif dalam mewujudkan stabilitas sistem keuangan.
E. Materi Perkuliahan
1. Kebijakan Makroprudensial Tetap Akomodatif untuk Menjaga
Peningkatan Kredit
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan
akomodatif dalam rangka mendukung momentum pertumbuhan
ekonomi. Sepanjang Semester II 2019, Bank Indonesia telah
melakukan kebijakan moneter akomodatif, dengan menurunkan
suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak
empat kali dengan total sebesar 100bps, yaitu pada Juli, Agustus,
F. Rangkuman
Mencermati tantangan makrofinansial domestik pada 2019,
risiko yang bergerak naik serta memperhatikan siklus finansial yang
di bawah optimal, maka pada Semester II 2019, Bank Indonesia
berupaya mendorong pembiayaan ekonomi agar siklus pelemahan
tidak berlanjut (break the cycle) namun tetap memperhatikan prinsip
kehati-hatian. Ruang intermediasi dipandang masih dapat
dioptimalkan untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan dengan tetap menjaga stabilitas sistem
keuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia
melanjutkan pelonggaran pengaturan Rasio Intermediasi
Makroprudensial (RIM)/RIM Syariah menjadi 84-94% dengan
memperluaspendanaan perbankan, termasuk pinjaman luar negeri
secara pruden.
Ketentuan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV)
juga dilonggarkan menjadi rata-rata 5-10% untuk mempermudah
kepemilikan rumah dan kendaraan, termasuk yang ramah
lingkungan. Selain aspek prudensial, kebijakan mendorong
intermediasi juga diimbangi dengan kebijakan menjaga kecukupan
permodalan dan likuiditas yang memadai. Bank Indonesia
mempertahankan kebijakan Countercyclical Buffer (CCB) pada level
Referensi
Bank Indonesia. 2020. Kajian Stabilitas Sistem Keuangan. No. 34,
Maret 2020
B. Pendahuluan
Pada bahasan ini, akan dijelaskan mengeai kondisi stabilitas
sistem keuangan Indonesia di tengah meningkatnya ketidakpastian
global yang berlangsung sejak tahun lalu. Di sektor perbankan, risiko
likuiditas dan risiko kredit terkendali, rasio modal bank tetap
memadai, ditopang oleh profitabilitas terjaga. Di pasar keuangan,
dinamika pasar keuangan global yang membaik sejak awal tahun
juga mendorong meningkatnya stabilitas di pasar keuangan
domestik sejalan dengan meningkatnya arus modal masuk.
C. Capaian Pembelajaran
Memberikan mahasiswa gambaran mengenai tantangan dan
arah kebijakan sistem keuangan di Indonesia. Secara lebih rinci,
Capaian Pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
E. Materi Perkuliahan
1. Covid-19 Menahan Pemulihan Perekonomian Dunia dan
Domestik
Keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek pemulihan
ekonomi dunia sempat menguat pada akhir 2019 sejalan dengan
penurunan ketegangan dagang AS-Tiongkok. Pelaku ekonomi
meyakini bahwa penandatanganan kesepakatan dagang tahap 1
antara AS dan Tiongkok pada Januari 2020 akan memperkuat
optimisme dan berdampak positif bagi pemulihan perekonomian
global. Optimisme pelaku ekonomi tersebut juga tercermin dari
sejumlah indikator dini ekonomi global dan perkembangan pasar
keuangan. Indeks manufaktur, indeks pemesanan ekspor, indeks
produksi, dan indeks keyakinan pelaku ekonomi cenderung
membaik pada akhir 2019 dan awal 2020.
Sedangkan di pasar keuangan, perbaikan sentimen investor
global, menopang penurunan persepsi isiko pasar keuangan negara
berkembang ke level terendah dalam lima tahun terakhir, serta
mendorong aliran modal dan apresiasi mata uang negara
berkembang.
F. Rangkuman
Optimisme pemulihan ekonomi global yang sempat menguat
pada akhir 2019 berubah akibat COVID-19. Perekonomian dunia
melemah akibat penyebaran COVID-19 yang sangat cepat di
Tiongkok dan penularannya meluas ke penduduk berbagai negara
pada Triwulan I 2020, sehingga ditetapkan menjadi pandemi global.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat
terganggunya rantai pasokan global dan menurunnya permintaan
dunia, disamping upaya drastis pencegahan penyebaran COVID-19
yang menyebabkan penghentian mendadak aktivitas ekonomi di
banyak negara. Kondisi tersebut berimbas pada penurunan harga
komoditas secara signifikan dan menyebabkan ketidakpastian yang
tinggi di pasar keuangan global serta meningkatkan volatilitas aliran
dana di negara berkembang. Dalam waktu singkat, dampaknya
terhadap perekonomian Indonesia juga telah dirasakan, baik melalui
jalur perdagangan, pariwisata, dan investasi. Tekanan terhadap
perekonomian domestik 2020 semakin tinggi, setelah COVID-19 juga
menyebar di Indonesia. Mencermati kondisi tersebut, Bank
Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi domestik pada
2020 akan menurun. Di tengah tantangan global dan domestik yang
meningkat, stabilitas sistem keuangan Indonesia diprakirakan tetap
terjaga ditopang ketahanan perbankan. Kendati demikian, ekspansi
Referensi
Bank Indonesia. 2020. Kajian Stabilitas Sistem Keuangan. No. 34,
Maret 2020
Bloomberg, 2020, New Economic Forum: When Will the Economy
Will Recovery.
IHS Markit. 2019. Price Market Indicator.
B. Pendahuluan
Bab ini akan membahas perkembangan neraca pembayaran
Indonesia (NPI) yang menunjukkan peningkatan keseimbangan
eksternal perekonomian dan stabilitas makroekonomi dengan
memperhatikan kinerja transaksi berjalan dan transaksi modal dan
finansial. Bahasan akan dilengkapi dengan faktor-faktor yang
memengaruhi hasil defisit atau surplus dari kinerja transaksi
tersebut. Transaksi berjalan akan menjelaskan perkembangan
neraca perdagangan barang (Nonmigas & Migas), neraca
perdagangan jasa, neraca pendapatan primer, neraca pendapatan
sekunder. Transaksi modal dan finansial akan membahas hasil dari
investasi langsung, portofolio, dan lainnya. Selain itu, pembahasan
akan meliputi indikator sustainabilitas eksternal dan prospek dari
neraca pembayaran Indonesia.
E. Materi Pekuliahan
1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan IV
Tahun 2019
Di tengah perlambatan perekonomian dunia, kinerja Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2019 membaik sehingga
dapat terus menopang ketahanan eksternal Indonesia. Perbaikan
kinerja NPI tersebut ditopang oleh surplus neraca transaksi modal
dan finansial yang meningkat dan defisit neraca transaksi berjalan
yang tetap terjaga. Menurunnya ketidak pastian di pasar keuangan
global dan harga komoditas ekspor yang meningkat turut
mendukung perbaikan NPI triwulan IV 2019 sehingga mencatat
surplus USD4,3 miliar, membaik dibandingkan NPI pada periode
sebelumnya yang mencatat defisit sebesar USD46 juta. Sejalan
dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada
akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar USD129,2 miliar, setara
dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
Transaksi Berjalan
Transaksi berjalan pada triwulan IV 2019 mencatat defisit
USD8,1 miliar (2,84% dari PDB), lebih tinggi dari defisit triwulan III
2019 sebesar USD7,5 miliar (2,60% dari PDB). Meningkatnya defisit
tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya defisit neraca perdagangan
migas, di tengah perbaikan kinerja neraca perdagangan nonmigas,
neraca jasa, neraca pendapatan primer, dan neraca pendapatan
sekunder (Gambar 13.3).
Defisit neraca perdagangan migas yang meningkat pada
triwulan IV 2019 didorong oleh kenaikan impor migas di tengah
kinerja ekspor migas yang relatif stabil. Kondisi ini dipengaruhi oleh
peningkatan impor minyak yang signifikan baik dalam bentuk
minyak mentah maupun produk minyak sejalan dengan kenaikan
permintaan pada periode perayaan natal dan tahun baru. Sementara
Ekspor Nonmigas
Ekspor nonmigas triwulan IV 2019 tercatat sebesar USD40,4
miliar, atau terkontraksi 0,7% (qtq) berbalik arah dibandingkan
dengan ekspor nonmigas triwulan III 2019 yang tumbuh cukup tinggi
9,1% (qtq) (Grafik 5). Kontraksi tersebut dipengaruhi penurunan
ekspor produk manufaktur akibat penurunan permintaan.
Secara tahunan, pertumbuhan ekspor nonmigas triwulan IV
2019 mengalami kontraksi 0,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan
kontraksi pada periode sebelumnya sebesar 5,6% (yoy).
Perkembangan kinerja ekspor nonmigas tersebut disebabkan oleh
Impor Nonmigas
Pada triwulan IV 2019, impor nonmigas (c.i.f) terkontraksi 1,1%
(qtq), sejalan dengan permintaan domestik yang masih menurun
serta terkontraksinya ekspor manufaktur pada triwulan laporan.
Secara tahunan, pertumbuhan impor nonmigas triwulan IV 2019 juga
mengalami kontraksi 8,5% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi
triwulan sebelumnya sebesar 6,8% (yoy) (Grafik 6). Perkembangan
Ekspor Minyak
Pada triwulan IV 2019, ekspor minyak terkontraksi 11,4% (qtq)
menjadi sebesar USD1,2 miliar dari USD1,3 miliar pada triwulan
sebelumnya (Tabel 6). Lebih rendahnya kinerja ekspor minyak
terjadi pada ekspor produk kilang sebesar 16,2% (qtq) dan ekspor
minyak mentah sebesar 1,9% (qtq). Penurunan ekspor minyak
mentah disebabkan oleh penurunan volume, sementara penurunan
ekspor produk kilang disebabkan oleh koreksi harga produk kilang.
Penurunan volume ekspor minyak mentah triwulan IV 2019 terjadi
pada saat lifting mengalami peningkatan dibanding triwulan
sebelumnya, yang mengindikasikan lebih besarnya alokasi lifting
minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan kilang domestik seiring
dengan kenaikan konsumsi.
Impor Minyak
Impor minyak triwulan IV 2019 naik 21,4% (qtq) menjadi
USD5,5 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD4,5 miliar.
Peningkatan impor minyak tersebut terutama didorong oleh
peningkatan volume dan harga impor minyak mentah dan produk
minyak sejalan dengan peningkatan harga minyak dunia.
Meningkatnya volume impor minyak mentah didorong oleh
tingginya permintaan pada akhir tahun 2019 karena libur natal dan
tahun baru. Adapun peningkatan impor produk minyak juga
didorong naiknya impor pertamax seiring dengan adanya
keterbatasan kuota impor premium pada akhir tahun 2019. Selain
itu, meningkatnya konsumsi BBM turut mendorong peningkatan
impor produk minyak sepanjang triwulan laporan.
F. Rangkuman
Kinerja NPI tahun 2020 diprakirakan tetap baik sejalan dengan
prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang positif dan kondisi
ekonomi global yang membaik, meskipun masih dibayangi oleh
sejumlah risiko geopolitik.
Defisit transaksi berjalan tahun 2020 diprakirakan tetap
terkendali dalam kisaran 2,5-3,0% PDB ditopang oleh prospek
perbaikan ekonomi global sebagai dampak berkurangnya tensi
hubungan dagang antara AS dan Tiongkok, sehingga mendorong
perbaikan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara maju dan
berkembang yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Di sisi lain,
langkah-langkah pengendalian impor yang ditempuh oleh
Pemerintah bersama Bank Indonesia melalui program substitusi
impor barang migas serta berbagai upaya untuk mendorong
peningkatan ekspor, terutama produk manufaktur, dan peningkatan
peran industri pariwisata diprakirakan turut membantu mengurangi
tekanan defisit transaksi berjalan.
Meningkatnya optimisme perbaikan ekonomi global
diprakirakan berdampak pada menurunnya ketidakpastian pasar
keuangan global sehingga mendorong peningkatan aliran modal
asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, masih
Referensi
Bank Indonesia, 2020. Laporan Neraca Pembayaran Indonesia
Realisasi Triwulan IV Februari 2020, Jakarta.
Dr. Nairobi, S.E., M.Si (Dosen PJ) Dr. Nairobi, S.E., M.Si Dr. Neli Aida, S.E., M.Si
Arif Darmawan, S.E., M.A
2
Aktivitas Pengalaman Belajar
Sub-CPMK Pembelajaran Bobot
Mahasiswa Kriteria Penilaian
No (sbg kemampuan akhir Penilaian
Bahan Bentuk dan Indikator
yang diharapkan) (%)
Kajian Pembelajaran Pengalaman Belajar Waktu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1,2 Sub-CPMK-1: Mahasiswa Ruang lingkup Ceramah, Mahasiswa Teori Mahasiswa dapat Tugas
mampu menjelaskan kerangka ekonomi diskusi, tanya memperhatikan 2 x 50’ menjelaskan Kelompok
perekonomian Indonesia makro; jawab, penjelasan dosen perekonomian 20%
terkini berdasarkan asumsi Instrumen dan arah presentasi dan pengampu; Praktik/ Indonesia terkini
kerangka ekonomi makro kebijakan; studi kasus Mahasiswa dapat Presentasi berdasarkan asumsi
[C2, P1, A2] Isu strategis dalam memberikan input kerangka ekonomi
1 x 60’
arah kebijakan serta diskusi selama makro dan dokumen
makro pemerintah. kelas berlangsung; RPJMN 2020-2024
Mahasiswa dapat
mempresentasikan
hasil diskusi di depan
kelas;
Mahasiswa lain
menanggapi hasil
diskusi.
3,4 Sub-CPMK-2 Mampu Mengembangkan teori Ceramah, Mahasiswa Teori Mahasiswa dapat Keaktifan
menjelaskan serta pengembangan diskusi, memperhatikan 2 x 50’ menjelaskan serta 10%,
menggambarkan konsep wilayah; tanya penjelasan dosen menggambarkan Tugas
pengembangan wilayah dan Mendefinisikan dan jawab, pengampu; Praktik/ konsep 20%
faktor yang menjadi titik menjelaskan faktor presentasi Mahasiswa dapat Presentasi pengembangan
kunci dalam pengembangan pendorong terciptanya dan studi memberikan input 1 x 60’ wilayah dan faktor
SDM di Indonesia [C2, P2, SDM berkualitas di kasus serta diskusi selama yang menjadi titik
A3] Indonesia kelas berlangsung; kunci dalam
Mahasiswa dapat pengembangan SDM
mempresentasikan di Indonesia
hasil diskusi di depan
kelas;
Mahasiswa lain
menanggapi hasil
diskusi.
4
8 UTS / Evaluasi Tengah Semester: Melakukan validasi hasil penilaian, evaluasi dan perbaikan proses pembelajaran berikutnya
9,10 Sub-CPMK-5: Mampu Ketepatan Ceramah, Mahasiswa menulis Teori Mahasiswa dapat Keaktifan
mengukur dan menelaah mengklasifikasi diskusi, tanya beberapa isu terkini 2 x 50’ mengukur dan 10%,
mengenai Pendapatan bagian dari jawab, dalam konteks menelaah mengenai Tugas 20%
Negara, Belanja Negara dan pendapatan dan presentasi pendapatan dan Praktik/ Pendapatan Negara,
Defisit dan Pembiayaan belanja negara dan studi belanja negara; Presentasi Belanja Negara dan
Anggaran Negara [C3, P3, secara rinci; kasus Mahasiswa Defisit dan
1 x 60’
A5] Ketepatan dalam memperhatikan Pembiayaan Anggaran
menjelaskan definisi penjelasan dosen Negara
dan bagian-bagian pengampu;
Mahasiswa dapat
dari pendapatan dan
memberikan input
belanja negara;
serta diskusi selama
Mahasiswa dapat
kelas berlangsung;
memproyeksikan
Mahasiswa dapat
serapan anggaran mempresentasikan
negara melalui hasil diskusi di depan
pajak, hibah dan kelas;
instrument lainnya Mahasiswa lain
menanggapi hasil
diskusi.
11,12 Sub-CPMK-6: Mampu Ketepatan Ceramah, Mahasiswa Teori Mahasiswa dapat Keaktifan
mendiskusikan persoalan dan menjelaskan diskusi, tanya memperhatikan 2 x 50’ mendiskusikan 10%,
respon kebijakan hubungan respon jawab, penjelasan dosen persoalan dan respon Tugas 20%
makroprudensial [C3, P2, A4] kebijakan presentasi pengampu; Praktik/ kebijakan
makroprudensial; dan studi Mahasiswa dapat Presentasi makroprudensial
Ketepatan dalam kasus memberikan input
1 x 60’
memberikan beberapa serta diskusi selama
contoh terkait respon kelas berlangsung;
kebijakan Mahasiswa dapat
mempresentasikan
makroprudensial di
hasil diskusi di depan
Indonesia
kelas; Mahasiswa lain
menanggapi hasil
diskusi.
12 Quiz 2: Melakukan verifikasi hasil pembelajaran setelah UTS