TINJAUAN PUSTAKA
Lasrado, 2019).
5
6
frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus
Mangunkusumo, 2017).
2017).
terbagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang dipisahkan oleh tulang
2017).
Gambar 2.1
8
2020).
hidung
rongga hidung
Mangunkusumo, 2017)
1. Inspeksi
akut.
2. Palpasi
1. Transiluminasi
2. Pemeriksaan Radiologik
etmoid.
3. Sinoskopi
kanina.
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
oleh infeksi, virus, bakteri, dan jamur serta dapat berhubungan dengan
alergi, nasal polip, dan disfungsi mukosa vasomotor (Espinosa, Genito, &
Ramos, 2018).
2.2.3 Patofisiologi
tubuh terhadap kuman yang masuk bersamaan dengan udara saat bernapas.
berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling
bertemu sehingga silia sulit untuk bergerak dan ostium menjadi tersumbat.
14
2017).
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan dari bakteri. Sekret tersebut
Mukosa akan semakin membengkak dan hal ini merupakan rantai siklus
yaitu hipertrofi, polipoid atau pembengkakan polip dan kista. Saat keadaan
2017).
gejala minor untuk rinosinusitis meliputi nyeri wajah atau rasa tertekan,
penurunan atau hilangnya penghidu pada orang dewasa dan terdapat batuk
15
atau sekret mukopurulen dari meatus medius dan atau edema atau
2.2.5 Klasifikasi
pertahun dari akut rinosinusitis dengan tanpa gejala minimal 10 hari) (Zicari,
2.2.6 Diagnosis
atau pilek (sekret hidung anterior/posterior): nyeri wajah atau rasa tertekan
penghidu dan pada anak terdapat batuk, dan pada salah satu dari temuan
meautus medius dan atau edema atau obstruksi mukosa di meatus medius
2.2.7 Tatalaksana
2017). Sasaran dari terapi rinosinusitis kronik ini antara lain untuk
mengontrol edem dan inflamasi dari nasal dan sinus paranasal, menjaga
medis, dan bedah sinus endoskopi apabila pengobatan secara medis tidak
penggunaan rutin.
Apabila sinusitis sudah parah dan tidak responsif terhadap terapi setelah
pasien yang gagal dalam pengobatan medis (Kwon & O'Rourke, 2018).
Operasi ini aman, rendah resiko, dan efektif (Odat & Al-Qudah, 2020).
2.2.8 Komplikasi
sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering
timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi (Mangunkusumo & Soetjipto,
2017).
2.3.1 Definisi
atas yang ditandai dengan minimal salah satu gejala yaitu bersin, rasa
gatal pada hidung, kongesti hidung dan rinorea (Kalmarzi, et al., 2017).
2.3.2 Etiologi
dan di dalam ruangan. Rinitis alergi yang disebabkan oleh alergen luar,
19
misalnya jamur, rumput dan serbuk sari gulma sering disebut sebagai
alergi musiman, atau "demam". Rinitis alergi juga dapat dipicu oleh
Sehingga, dapat dibagi menjadi ringan atau sedang atau berat (WHO,
2019).
2.3.3 Patofisiologi
Pada rinitis alergi beberapa sel inflamasi seperti sel mast, CD4-
hidung pada saat terpapar oleh alergen seperti tungau, residu kecoa, bulu
binatang, jamur, dan serbuk sari. Pada individu yang alergi, sel T yang
ini akan memproduksi sitokin ( IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13) yang akan
dengan sel mast akan menghasilkan sel mediator seperti histamin dan
kontraksi otot halus pada paru-paru. Sel mediator dan sitokin yang
dihasilkan pada fase awal dari respon imun terhadap alergen akan
adalah gatal-gatal dan hidung tersumbat, hidung berair, dan bersin. Pasien
mengalami gatal, rasa terbakar, atau mata berair. Gejala lain yang sering
muncul adalah rasa gatal pada tenggorokan dan nasal drip (Motosue & Li,
2015). Gejala biasanya terjadi selama dua hari atau lebih berturut-turut
2.3.5 Klasifikasi
dari 4 minggu dan persisten apabila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan
menjadi ringan apabila tidak ditemukan gangguan pada aktivitas harian dan
atau lebih faktor yang terganggu seperti gangguan tidur, aktivitas harian
atau aktivitas kerja yang terganggu, absen sekolah, atau gangguan lainnya
(Acharya, 2019).
2.3.6 Diagnosis
yang diberikan fokus pada tipe gejala, waktu, durasi, dan frekuensi dari
bersin yang berulang dan atau batuk, nasal crease, bayangan gelap dibawah
alergi. Palpasi pada sinus menimbulkankan nyeri pada pasien dengan gejala
hipersensitivitas Ig-E adalah tes kulit yaitu tes cukit kulit (skin prick test)
dan blended techniques) dan tes serum alergen spesifik IgE (Marcus,
House , 2020).
2.3.7 Tatalaksana
digunakan untuk rinitis alergi sedang dan rinitis non-allergen (Patel, Kem,
musiman atau tahunan pada pasien yang tidak sembuh dengan pengobatan
2.3.8 Komplikasi
resiko terkena asma dan terdapat hubungan antara rinitis alergi atau rinitis
salah satu faktor terbentuknya polip hidung dan kekambuhan pada polip
hidung serta pada anak-anak dapat menyebabkan otitis media efusi yang
sering residif (Irawati & Rusmono, 2017). Selain itu, komplikasi yang
klinis saat rinitis alergi dapat menyebabkan sumbatan pada sinus paranasal
Peters, 2016).
pernapasan bagian atas yang sering ditemui. Salah satu teori mengemukakan
24
telinga, hidung, sinus, dan saluran udara bagian bawah sering meradang pada saat
yang sama (Hoffmans, Wagemakers, Drumen, Hellings, & Fokkens, Acute and
Menurut data dari Geisinger Clinic Primary Care Patients, pasien dengan
kronik rinosinusitis memiliki prevalensi premorbid rinitis alergi dan rinitis kronik
yang lebih tinggi. Mengingat tingginya prevalensi atopi pada pasien dengan
kronik rinosinusitis, hal tersebut membuat pernyataan bahwa atopi dan rinitis
mereka setelah operasi secara signifikan lebih lama jika mereka memiliki riwayat
hasil yang beragam terkait dengan atopi. Dalam studi yang melihat rinosinusitis
Hellings, & Fokkens, Acute and Chronic Rhinosinusitis and Allergic Rhinitis in
mediator alergi pada rinosinusitis kronis. Diduga bahwa alergen yang terhirup
diproses oleh sel imun hidung yang mengaktifkan limfosit T-helper yang menuju
ke sumsung tulang dan menghasilkan mediator inflamasi tipe 2 seperti IL-4, IL-5,
dan IL-13 yang memproduksi eosinofil, sel mast, dan basofil (Helman, et al.,
2020).
atau VCAM-1) dan molekul kemotaktik banyak dikeluarkan serta dijadikan dasar
2020).