POMPHOLYX
Oleh:
Pembimbing:
Sitti Hajar
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat
beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Sitti Hajar, Sp.KK yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus yang berjudul”Pompholyx”, serta para dokter di bagian
/SMF Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan serta keterbatasan. Oeh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap laporan kasus
ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
PENDAHULUAN 1
LAPORAN KASUS 2
Identitas Pasien 2
Anamnesis 2
Pemeriksaan Tanda Vital 3
Pemeriksaan Fisik Kulit 3
Diagnosis Banding 3
Pemeriksaan Penunjang 3
Resume 4
Diagnosis Klinis 4
Tatalaksana 4
Edukasi 5
Prognosis 5
ANALISIS KASUS 6
DAFTAR PUSTAKA 10
JURNAL
RESUME JURNAL
KRITISI JURNAL
SLIDE PRESENTASI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tampak patch eritematous batas tidak tegas, tepi irregular, ukuran
plakat, distribusi simetris dengan skuama kasar ……………………7
iv
PENDAHULUAN
5
6
tersering pompholix adalah orang-orang yang berusia antara 20-30 tahun. Dan
insiden antara laki-laki dan perempuan sama.
Hubungan antara riwayat atopi dengan pompholix masih belum jelas. Pada
tahun 1992, Lodi et al melaporkan bahwa riwayat atopi menjadi faktor
predisposisi pada pathogenesis pompholix. Pada tahun 2003, Bryld et al,
melaporkan tidak adanya hubungan antara riwayat atopi dan pompholix.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Subulussalam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
HP/ Telp : 081262926168
Nomor CM : 1-10-28-00
Tanggal Periksa : 20 September 2016
Anamnesis
Keluhan Utama : Rasa gatal di jari kaki
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUDZA dengan keluhan gatal di kedua jari kaki .
Rasa gatal sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya rasa gatal dirasakan di kaki kanan
kemudian kaki kiri pasien juga mengeluhkan rasa
gatal dan awalnya berbentuk berupa gelembung-
gelembung kecil namun karena rasa gatal ia
menggaruknya. Pasien sering bersin-bersin di pagi
hari.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah berobat ke bidan di Subulussalam untuk
mengobatai keluhan rasa gatal namun tidak sembuh.
Riwayat Penggunaan Obat : Obat cream salap dari bidan di Subulussalam.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada keluarga pasien yang mengeluhkan
keluhan yang sama.
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merupakan seorang Ibu rumah tangga yang
sering membersihkan rumah.
8
Diagnosis Banding
1. Pompholyx
2. Dermatitis kontak alergika
3. Dermatitis Kontak Iritan
4. Dermatitis Atopik
5. Palmaris Pustulosis
Pemeriksaan Penunjang
9
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik untuk penyakit ini namun
patch test bisa dilakukan untuk menyingkirkan dermatitis kontak atau reaksi
sistemik terhadap alergen. Kadar IgE mungkin akan meningkat pada pompholyx.
Resume
Diagnosa Klinis
Pompholyx
Tatalaksana
Pasien diberikan Cetirizin yang sebagai anti histamine dan clobetasol
proprionate sebagai topical kortikosteroid untuk mengurangi rasa gatal.
Edukasi
1. Memberitahukan bahwa penyakit pasien kemungkinan besar akan
berulang.
2. Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit pasien bukan penyakit
yang berbahaya.
3. Memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan untuk
menghindari infeksi.
4. Memberitahukan kepada pasien untuk me-manage stress yang dirasakan
pasien.
5. Memberitahukan pasien untuk memakai obat sesuai anjuran dokter.
Prognosis
10
Pasien pada kasus ini merupakan perempuan usia 26 tahun yang didiagnosis
dengan pompholix yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa gatal pada jari kaki yang sudah
dirasakan sejak 3 bulan lalu. Pasien menceritakan bahwa pertama kali muncul
lesi berupa gelembung-gelembung kecil pada kedua jari kaki. Karena sering gatal,
pasien jadi sering mengaruk bagian yang gatal pada kedua jari kaki. Akibat sering
digaruk maka timbul kulit yang terkelupas. Pasien juga memiliki riwayat sering
bersin di pagi hari. Pasien sebelumnya pernah mendapat obat salap dari bidan di
Subulusalam namun keluhan tidak berkurang.
Pasien dalam kasus merupakan seorang wanita berumur 26 tahun. Dalam
beberapa studi dari epidemiologi pompholix, wanita memiliki insiden yang sama
pada laki-laki. Dapat disimpulkan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
insidensi dalam kasus ini. Usia pasien juga sesuai dengan epidemiologi dari
beberapa studi yang menunjukkan bahwa pompholix paling sering terjadi pada
usia antara 20-30 tahun.
Dari anamnesis, pasien mengatakan awalnya timbul lesi berbentuk
gelembung kecil yang terasa gatal di area lesi. Lesi yang timbul terjadi akibat dari
proses perjalanan penyakit dari pompholyx, dimana lesi yang terdapat pada
pompholix secara umum adalah gelembung dengan ukuran kecil hingga ukuran
yang lebih besar. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan lesi
terletak pada pinggir jari kaki kanan dan kaki kiri, dimana lesi pompholix terjadi
pada telapak tangan, telapak kaki, pinggir jari tangan dan pinggir jari kaki.
Dari anamnesis pasien mengatakan memiliki riwayat bersin-bersin pada
pagi hari. Pompholix yang merupakan jenis akut paling sering dari vesicular
palmoplantar eczema, telah dilaporkan bahwa riwayat atopi dan dermatitis kontak
memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan etiologi lainnya.
Dari anamnesis pasien juga mengaku mengalami stress akhir-akhir ini.
Beberapa etiologi yang menjadi faktor dari penyakit pompholix adalah riwayat
atopi, kontak alergi, stress psikologis dan cuaca panas. Oleh karena itu stress pada
pasien ini memainkan peranan dalam timbulnya penyakit.
11
12
Alasan
No Diagnosis Definisi Deskripsi Lesi Gambar
Diagnosis
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Disease of the Skin Clinical
Dermatology. 11th ed. UK: Saunders-Elsevier; 2011.
6. Kim DY, Kim JY, Kim TG, Kwon JE, Park J, Sohn H, et al. A Comparison of
Inflammatory Mediator Expression Between Palmoplantar Pustulosis and
Pompholyx. JEADV. 2013.
7. Suvirya S, Thakur A, Pandey SS, Tripathi SK, Dwivedi DK. Altered Levels of
Serum Zinc and Cadmium in Patients with Chronic Vesicobulous Hand and
Feet Dermatitis. Hindawi. 2016 March.
8. Yoon SY, Park HS, Lee JH, Cho LS. Histological Differentiation Between
Palmoplantar Pustulosis and Pompholyx. JEADV. 2012.
16
RESUME JURNAL
Metode :biopsy kulit yang diperoleh dari lesi di kulit pasien dengan palmoplantar
pustulosis dan pompoholix dianalisa dengan RT-PCR kuantitatif untuk mengukur
level mRNA dari Sembilan gen, yaitu IL-4, IL-8, IL-9, IL-17, IL-22, IFN-gamma,
CCL-20, granzyme dan perforin. Untuk analisa imunohistokimia , 34 parrafin-
embedded specimen dicampur dengan anti-IL-8, IL-17A, IL-22 dan antibody
granzyme B.
Results : hasil dari analisa gen, IL-8 dan IL-17A level ekspresi mRNA secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok palmoplantar pustulosis dibandingkan
dengan kelompok pompholix, mengingat ekspresi mRNA dari granzyme B secara
signifikan lebih tinggi pada pompholix ketika dibandingkan dengan palmoplantar
pustulosis. Sehubungan dengan staining IL-17A imunohistokimia, jaringan dari
lesi PPP mengandung lebih banyak sel IL-17A+ secara signifikan pada epidermis
dan papillary dermis ketika dibandingkan dengan pompholix. Selain itu,
intensitas dari imunorektifitas IL-8 juga besar pada lesi kulit PPP dibandingkan
jaringan dari pompholix
Conclusions : IL-8 dan IL-17A, keduanya meningkat pada jaringan PPP, hasil ini
menunjukkan mediator imunologik yang penting bagi kita untuk membedakannya
secara klini dengan pompholix. Penelitian ini menyediakan petunjuk yang
berguna untuk membedakan PPP dari pompholix, yang juga membantu kita untuk
memahami pathogenesis dari kedua penyakit ini
17
18
Resume
Judul:
Noncorticosteroid Combination Shampoo versus 1% Ketoconazole Shampoo for
the Management of Mild-to-Moderate Seborrheic Dermatitis of the Scalp: Results
from a Randomized, Investigator-Single-Blind Trial Using Clinical and
Trichoscopic Evaluation
Penulis:
Federica Dall’Oglio, Francesco Lacarubba, Anna Elisa Verzi, Giuseppe Micali
No PETUNJUK KOMENTAR
1. Apakah alokasi subyek penelitian ke Dalam penelitian ini, sampel penelitian
kelompok terapi atau kontrol betul- dibagi dan dikelompokkan secara acak
betul secara acak (random) atau kedalam dua kelompok kecil dalam
tidak? jumlah sama besar.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah
Jawab: Ya
20 orang pasien dermatitis seboroik
kapitis yang memenuhi kriteria sampel
penelitian dan kemudian dibagi kedalam
2 kelompok berisi masing-masing 10
orang.
2. Apakah semua keluaran (outcome) Dalam penelitian ini semua hasil dari
dilaporkan? penelitian dilaporkan, baik mengenai
data demografi atau karakteristik sampel
Jawab: Ya
maupun hasil statistik perbandingan
kedua kelompok berdasarkan hasil uji
ANOVA.
Penelitian ini melaporkan keluaran data
demografik sampel berupa jenis kelamin,
usia, derajat penyakit, dan lama penyakit
diderita.
3. Apakah lokasi studi menyerupai Deskripsi khusus tentang tempat
pelaksanaan penelitian dilakukan tidak
20
21
lokasi anda bekerja atau tidak? dijelaskan secara rinci dalam penelitian
ini, namun bila dilihat dari lokasi
Jawab: Tidak
penelitian yang berada di eropa yang
merupakan benua dengan 4 iklim, bisa
disimpulkan lokasi penelitian tidak
menyerupai dengan Indonesia yang
merupakan negara iklim tropis.
4. Apakah kemaknaan statistik maupun Dalam penelitian, pengambilan sampel
klinis dipertimbangkan ataupun berdasarkan nonprobalitiy sampling dan
dilaporkan? dikelompokkan secara acak menjadi dua
kelompok penelitian.
Jawab: Ya
Uji statistik yang digunakan adalah Uji
ANOVA dengan tingkat kemaknaan
95% atau p = 0.05
5. Apakah tindakan terapi yang Pemberian terapi nonkortikosteroid
dilakukan dapat dilakukan ditempat kombinasi seperti yang dilakukan dalam
anda bekerja atau tidak? penelitian ini sulit untuk diaplikasikan
karena keterbatasan dalam kesediaan
Jawab: Tidak
bahan-bahan aktif yang dibutuhkan.
6. Apakah semua subjek penelitian Sebanyak 20 sampel penelitian
diperhitungkan dalam kesimpulan ? diikutsertakan dalam penelitian, dan
semuanya berhasil mengikuti hingga
Jawab: Iya
penelitian selesai.
Kesimpulan
Trial Using Clinical and Trichoscopic Evaluation” ini layak dibaca, dan layak
untuk diadaptasikan sebagai sebuah penelitian lanjutan di RSUDZA.