Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Terapi

POMPHOLYX

Oleh:

Andhika Citra Buana


Ronny Andria

Pembimbing:
Sitti Hajar

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSDU dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat
beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Sitti Hajar, Sp.KK yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus yang berjudul”Pompholyx”, serta para dokter di bagian
/SMF Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan serta keterbatasan. Oeh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap laporan kasus
ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, September

2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv

PENDAHULUAN 1

LAPORAN KASUS 2
Identitas Pasien 2
Anamnesis 2
Pemeriksaan Tanda Vital 3
Pemeriksaan Fisik Kulit 3
Diagnosis Banding 3
Pemeriksaan Penunjang 3
Resume 4
Diagnosis Klinis 4
Tatalaksana 4
Edukasi 5
Prognosis 5
ANALISIS KASUS 6

DAFTAR PUSTAKA 10

JURNAL
RESUME JURNAL
KRITISI JURNAL
SLIDE PRESENTASI

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tampak patch eritematous batas tidak tegas, tepi irregular, ukuran
plakat, distribusi simetris dengan skuama kasar ……………………7

iv
PENDAHULUAN

Vesicular Palmoplantar eczema merupakan dermatitis yang terjadi di bagian


tangan dan kaki yang ditandai dengan lesi gelembung ukuran kecil hingga besar
secara klinis dan tampak vesikel spongiotik secara histologis. Penyakit ini
bermanifestasi sebagai dermatitis akut maupun kronik atau keduanya. Presentasi
klinis dan histologis dari dermatitis tangan, termasuk vesicular palmoplantar
eczema telah diketahui sangat tinggi pada dermatitis kontak dan alergi. Vesicular
palmoplantar eczema bisa dibagi kedalam empat kategori 1). Pompholyx, 2)
Chronic Vesicobulous Hand dermatitis, 3). Hyperkeratotic hand dermatitis, 4) Id
reaction.

Definsi pompholix adalah perkembangan dari vesikel yang terisolasi pada


telapak tangan, sisi dari telapak tangan dan pada sisi jari. Kondisi ini dapat eruptif
dan disertai dengan eritema dengan intensitas yang bervariasi serta adanya gejala
pruritus yang berat. Istilah pompoholix juga dapat diartikan munculnya vesikel
dan bula dari ukuran kecil hingga besar yang hadir secara tiba-tiba pada telapak
tangan dan telapak kaki dan paling sering pada tepi atau pinggir dari jari tangan,
jari kaki, telapak tangan dan telapak kaki. Pustul dapat tampak pada penderita
pompholix pada tahap awal atau dalam beberapa hari.

Cheiropompholix dan podophompolix merupakan istilah yang kadang


digunakan untuk mendeskripsikan tempat lesinya apakah terdapat pada telapak
tangan atau telapak kaki. Ketika pompholix muncul pada telapak tangan disebut
dengan cheiropompholix dan ketika lesi timbul pada telapak kaki disebut
podopompholix.

Pompholix merupakan presentasi dermatitis tangan yang paling sedikit,


pada satu studi populasi, prevalensi 1 tahun dari pompholix diperkirakan sebesar
0,5%. Walaupun pompholix terjadi di seluruh dunia, penyakit ini sangat sedikit
ditemukan pada orang-orang Asia. Pompholix cenderung terjadi lebih sering pada
musim semi dan gugur. Kondisi ini sering juga dijumpai pada cuaca panas. Onset

5
6

tersering pompholix adalah orang-orang yang berusia antara 20-30 tahun. Dan
insiden antara laki-laki dan perempuan sama.

Beberapa etiologi pompholix adalah riwayat atopi, kontak alergi, stress


psikologi dan cuaca panas. Pompholix juga dilaporkan terjadi setelah konsumsi
piroxicam, setelah konsumsi beberapa bahan metal yang menjadi predisposisi
sensitisasi dari pasien yaitu nikel, kobalt dan chromate dan ada 39 kasus yang
dilaporkan menderita pompholix setelah terapi intravenous immunoglobulin.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pada kebanyakakn kasus penyebab
pompholix belum diketahui.

Hubungan antara riwayat atopi dengan pompholix masih belum jelas. Pada
tahun 1992, Lodi et al melaporkan bahwa riwayat atopi menjadi faktor
predisposisi pada pathogenesis pompholix. Pada tahun 2003, Bryld et al,
melaporkan tidak adanya hubungan antara riwayat atopi dan pompholix.

Terdapat sebuah algoritma untuk mendiagnosa pompholix, terutama dengan


membandingkannya terhadap jenis vesicular palmoplantar eczema yang lain.
Pompholix dapat terjadi cukup berat sehingga membuat pasien harus dirawat di
Rumah Sakit. Pompholix biasanya muncul dengan pola atau distribusi simetris.
Ketidaknyamanan dan rasa gatal bisanya mendahului perkembangan dari
gelembung, yang dideskripsikan seperti “tapioca”. Fase akut ini umumnya diikuti
dengan deskuamasi pada area yang menjadi tempat lesi. Penyakit ini biasanya
self-limited setelah 2-3 minggu, walaupun dapat kambuh kembali.

Pada diagnosa kerja dari vesicular palmoplantar eczema, penting pertama


kali memeriksa bagian kaki untuk meng exlude kan diagnosa dermatophytid.
Kedua, pemeriksaan potassium hidroksida pada tangan digunakan untuk
mengesampingkan diagnose tinea manuum. Terakhir, patch test digunakan untuk
menyingkirkan diagnose dermatitis kntak atau reaksi sistemik pada kontak
allergen. Tidak ada temuan spesifik dari laboratorium mengenai karakteristik
vesicular palmoplantar eczema, walaupun IgE dapat meningkat pada pasien
dengan riwayat atopi.
7

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Subulussalam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
HP/ Telp : 081262926168
Nomor CM : 1-10-28-00
Tanggal Periksa : 20 September 2016

Anamnesis
Keluhan Utama : Rasa gatal di jari kaki
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUDZA dengan keluhan gatal di kedua jari kaki .
Rasa gatal sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya rasa gatal dirasakan di kaki kanan
kemudian kaki kiri pasien juga mengeluhkan rasa
gatal dan awalnya berbentuk berupa gelembung-
gelembung kecil namun karena rasa gatal ia
menggaruknya. Pasien sering bersin-bersin di pagi
hari.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah berobat ke bidan di Subulussalam untuk
mengobatai keluhan rasa gatal namun tidak sembuh.
Riwayat Penggunaan Obat : Obat cream salap dari bidan di Subulussalam.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada keluarga pasien yang mengeluhkan
keluhan yang sama.
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merupakan seorang Ibu rumah tangga yang
sering membersihkan rumah.
8

Pemeriksaan Tanda Vital


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 80 kali/menit

Pemeriksaan Fisik Kulit


Regio : Pedis dextra et sinistra
Diskripsi Lesi : Tampak patch eritematous batas tidak tegas, tepi
irregular, , distribusi simetris dengan skuama kasar.

Gambar 1 Patch eritematous batas tidak tegas, tepi


irregular, distribusi simetris dengan skuama
kasar.

Diagnosis Banding
1. Pompholyx
2. Dermatitis kontak alergika
3. Dermatitis Kontak Iritan
4. Dermatitis Atopik
5. Palmaris Pustulosis

Pemeriksaan Penunjang
9

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik untuk penyakit ini namun
patch test bisa dilakukan untuk menyingkirkan dermatitis kontak atau reaksi
sistemik terhadap alergen. Kadar IgE mungkin akan meningkat pada pompholyx.

Resume

Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin


RSUDZA dengan keluhan rasa gatal-gatal sejak 2 bulan yang lalu. Gatal-gatal
yang dirasakan di kedua jari kaki terutama di bagian jempol. Ia mengaku sering
bersin-bersin di pagi hari. Pasien juga mengaku sedang mengalami stress akhir-
akhir ini. Ia pernah menggunakan obat dari Bidan Desa untuk mengobati rasa
gatalnya namun keluhan tidak berkurang. Keluarga pasien tidak ada yang
mengalami keluhan yang sama. . Pada pemeriksaan kulit tampak patch eritema
batas tidak tegas tepi ireguler ukuran numular dengan permukaan skuama putih
kasar dan kering jumlah soliter distribusi regional.

Diagnosa Klinis
Pompholyx

Tatalaksana
Pasien diberikan Cetirizin yang sebagai anti histamine dan clobetasol
proprionate sebagai topical kortikosteroid untuk mengurangi rasa gatal.

Edukasi
1. Memberitahukan bahwa penyakit pasien kemungkinan besar akan
berulang.
2. Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit pasien bukan penyakit
yang berbahaya.
3. Memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan untuk
menghindari infeksi.
4. Memberitahukan kepada pasien untuk me-manage stress yang dirasakan
pasien.
5. Memberitahukan pasien untuk memakai obat sesuai anjuran dokter.

Prognosis
10

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS

Pasien pada kasus ini merupakan perempuan usia 26 tahun yang didiagnosis
dengan pompholix yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa gatal pada jari kaki yang sudah
dirasakan sejak 3 bulan lalu. Pasien menceritakan bahwa pertama kali muncul
lesi berupa gelembung-gelembung kecil pada kedua jari kaki. Karena sering gatal,
pasien jadi sering mengaruk bagian yang gatal pada kedua jari kaki. Akibat sering
digaruk maka timbul kulit yang terkelupas. Pasien juga memiliki riwayat sering
bersin di pagi hari. Pasien sebelumnya pernah mendapat obat salap dari bidan di
Subulusalam namun keluhan tidak berkurang.
Pasien dalam kasus merupakan seorang wanita berumur 26 tahun. Dalam
beberapa studi dari epidemiologi pompholix, wanita memiliki insiden yang sama
pada laki-laki. Dapat disimpulkan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
insidensi dalam kasus ini. Usia pasien juga sesuai dengan epidemiologi dari
beberapa studi yang menunjukkan bahwa pompholix paling sering terjadi pada
usia antara 20-30 tahun.
Dari anamnesis, pasien mengatakan awalnya timbul lesi berbentuk
gelembung kecil yang terasa gatal di area lesi. Lesi yang timbul terjadi akibat dari
proses perjalanan penyakit dari pompholyx, dimana lesi yang terdapat pada
pompholix secara umum adalah gelembung dengan ukuran kecil hingga ukuran
yang lebih besar. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan lesi
terletak pada pinggir jari kaki kanan dan kaki kiri, dimana lesi pompholix terjadi
pada telapak tangan, telapak kaki, pinggir jari tangan dan pinggir jari kaki.
Dari anamnesis pasien mengatakan memiliki riwayat bersin-bersin pada
pagi hari. Pompholix yang merupakan jenis akut paling sering dari vesicular
palmoplantar eczema, telah dilaporkan bahwa riwayat atopi dan dermatitis kontak
memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan etiologi lainnya.
Dari anamnesis pasien juga mengaku mengalami stress akhir-akhir ini.
Beberapa etiologi yang menjadi faktor dari penyakit pompholix adalah riwayat
atopi, kontak alergi, stress psikologis dan cuaca panas. Oleh karena itu stress pada
pasien ini memainkan peranan dalam timbulnya penyakit.

11
12

Tidak ada pemeriksaan yang spesifik pada pompholyx. Pemeriksaan dari


penyakit ini dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lainnya.
Pemeriksaan patch test diindikasikan apabila terdapat keraguan dalam
menentukan penyebab. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan patch test
karena indikasi untuk dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan. (1)
Tangan dan kaki pasien merupakan dua hal yang pokok pada diri pasien
untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Oleh sebab itu tata laksana yang diberikan
kepada pasien harus dapat memberikan kebebasan sebesar mungkin untuk agar
pekerjaannya tidak terganggu. Pada kasus ini, pasien merasakan keluhan di bagian
kakinya, oleh karena itu, untuk sementara bagian kaki pasien tersebut harus
banyak diistirahatkan. (3)
Pasien diberikan terapi antihistamin yaitu cetirizine. Obat ini diberikan
untuk mengurangi keluhan gatal dari pasien. Obat lainnya yaitu thyamisin dan
lotasbat oint digunakan sebagai antibiotik dan kortikosteroid topikal. Antibiotik
diberikan untuk menangani infeksi bakteri dan kortikosteroid topikal merupakan
first line dari pada penatalaksanaan pompholix yang berguna untuk menghentikan
inflamasi.
Edukasi pasien berupa menghindari factor eksogen dan endogen, serta
menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pompholix. Menghindari factor
eksogen contohnya menjaga kebersihan diri untuk menghindari infeksi. Factor
endogen contohnya adalah stress psikologi yang merupakan salah satu etiologi
dari pompholix. Selanjutnya memberitahukan kepada pasien tentang penyakitnya
bahwa penyakit ini berulang, sehingga tindakan pencegahan ini sangat dianjurkan
diterapkan bahkan setelah pasien sembuh.
Pompholix terkadang self-limited dalam 2-3 minggu, namun dapat kambuh
lagi. Pengobatan yang diberikan dalam beberapa kasus juga terbukti efektif untuk
meghilangkan gejala. Maka prognosis dari pompholix adalah dubia ad bonam
yang artinya penyakit ini memiliki prognosis baik, namun tetap dikhawatirkan
akan kambuh kembali.
13

Alasan
No Diagnosis Definisi Deskripsi Lesi Gambar
Diagnosis

1 Dermatitis Struktur dan Penyakit Tampak patch


Kontak bentuk inflamasi eritematous, lesi
Iritan berupa patch pada kulit berbatas tegas,
eritematous melalui jumlah multipel,
mekanisme distribusi
non- bilateral.
imunologik
yang
disebabkan
iritan
eksogen
14

2 Dermatitis Struktur dan Merupakan Tampak plak


Kontak bentuk suatu eritematous batas
Alergika berupa plak hipersensitiv tidak tegas, tepi
eritema . itas tipe irregular, ukuran
delayed lentikular sampai
akibat plakat, distribusi
kontak unilateral.
dengan Tampak papul
alergen disertai
spesifik. ekskoriasi.

3 Dermatitis Struktur dan Merupakan Tampak nodul


Atopik bentuk suatu eritema, batas
nodul penyakit tegas, tepi
eritematous inflamasi regular, distribusi
yang disertai kronis bilateral.
rasa gatal disertai rasa
gatal yang
dimulai
sejak bayi.
15

4 Palmoplanta Struktur dan Merupakan Tampak pustule


r Pustulosis bentuk suatu bentuk jumlah multipel,
berupa yang jarang susunan diskret,
pustule dari ukuran lentikuler
psoriasis disertai skuama
permukaan kasar
dan erosi
distribusi
bilateral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doshi DN, Cheng CE, Kimball AB. Vesicular Palmoplantar Eczema. In


Goldsmith LA, Katz SE, Gilchrest B, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. USA: Mcgraw-Hill; 2012. p.
187-193.

2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Disease of the Skin Clinical
Dermatology. 11th ed. UK: Saunders-Elsevier; 2011.

3. Berth-Jones J. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In Burns T,


Breathnach S, Cox N, Griffths C. Rook's Textbook of Dermatology. UK:
Wiley-Blackwell; 2010. p. 1000-1002.

4. Leung AKC, Barankin B, Hon KL. Dyshidrotic Eczema. Enliven Archive.


2014 September.

5. Schuttelaar LA, Coenraads PJ, Huizinga J, Monchy JGD, Veurmelen KM.


Increase in Vesicular Hand Eczema after House Dust Mite Inhalation
Provocation : A Double-Blind, Placebo-Controlled, Cross-over study. Contact
Dermatitis. 2012.

6. Kim DY, Kim JY, Kim TG, Kwon JE, Park J, Sohn H, et al. A Comparison of
Inflammatory Mediator Expression Between Palmoplantar Pustulosis and
Pompholyx. JEADV. 2013.

7. Suvirya S, Thakur A, Pandey SS, Tripathi SK, Dwivedi DK. Altered Levels of
Serum Zinc and Cadmium in Patients with Chronic Vesicobulous Hand and
Feet Dermatitis. Hindawi. 2016 March.

8. Yoon SY, Park HS, Lee JH, Cho LS. Histological Differentiation Between
Palmoplantar Pustulosis and Pompholyx. JEADV. 2012.

16
RESUME JURNAL

Perbandingan Ekspresi Mediator Inflamasi antara Palmoplantar Pustulosis


dan Pompholyx
D.Y Kim 1, J.Y Kim2, T.G. Kim3, J.E Kwon4 , H.Sohn5, J.Park6, S.H.Oh

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ekspresi dari beberapa


gen mediator inflamasi dan protein diantara pasien palmoplantar pustulosis dan
pompholix menggunakan sampel karingan kulit.

Metode :biopsy kulit yang diperoleh dari lesi di kulit pasien dengan palmoplantar
pustulosis dan pompoholix dianalisa dengan RT-PCR kuantitatif untuk mengukur
level mRNA dari Sembilan gen, yaitu IL-4, IL-8, IL-9, IL-17, IL-22, IFN-gamma,
CCL-20, granzyme dan perforin. Untuk analisa imunohistokimia , 34 parrafin-
embedded specimen dicampur dengan anti-IL-8, IL-17A, IL-22 dan antibody
granzyme B.

Results : hasil dari analisa gen, IL-8 dan IL-17A level ekspresi mRNA secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok palmoplantar pustulosis dibandingkan
dengan kelompok pompholix, mengingat ekspresi mRNA dari granzyme B secara
signifikan lebih tinggi pada pompholix ketika dibandingkan dengan palmoplantar
pustulosis. Sehubungan dengan staining IL-17A imunohistokimia, jaringan dari
lesi PPP mengandung lebih banyak sel IL-17A+ secara signifikan pada epidermis
dan papillary dermis ketika dibandingkan dengan pompholix. Selain itu,
intensitas dari imunorektifitas IL-8 juga besar pada lesi kulit PPP dibandingkan
jaringan dari pompholix

Conclusions : IL-8 dan IL-17A, keduanya meningkat pada jaringan PPP, hasil ini
menunjukkan mediator imunologik yang penting bagi kita untuk membedakannya
secara klini dengan pompholix. Penelitian ini menyediakan petunjuk yang
berguna untuk membedakan PPP dari pompholix, yang juga membantu kita untuk
memahami pathogenesis dari kedua penyakit ini

17
18

Resume

Palmoplantar Pustulosis ( PPP) merupakan penyakit umum kronis


kulit yang ditandai oleh adanya pustule yang steril didapat pada telapak
tangan dan telapak kaki. Meski PPP sering disebut sebagai variasi dari
gejala Psoriasis, seringkali lesi Psoriatic tidak ditemukan pada bagian
tubuh lainnya. Pompholyx merupakan vesicular palmoplantar eczema
yang biasanya muncul dengan erupsi vesikel akut kecil hingga besar dan
bula di telapak tangan dan telapak kaki walau lesi pustular dapat juga
muncul pada lesi sekunder. Oleh karena kemiripan lesi pada kedua
penyakit ini, maka sulit untuk membedakan keduanya. Secara histologis,
pada PPP terjadi akumulasi neutrophil sedangkan pompholyx dengan
spongiosis dan vesikulasi intradermal. Meski terdapat banyak kesamaan di
antara kedua penyakit ini, mediator inflamasi belum pernah dibandingkan
sebelumnya sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
ekspresi dari mediator inflamasi tertentu dan gen pada pasien pompholyx
dan PPP.
Penelitian ini menggunakan desain prospektif dan untuk analisa
immunohistochemical 34 spesimen dikumpulkan antara 1995-2000
diambil dari Departemen Patology di Universitas Yonsei di Korea Selatan.
Dari 34 sampel, 22 diantaranya merupakan kasus PPP, dan 12 diantaranya
merupakan pompholyx. Dua kasus dengan kulit telapak tangan yang
normal mengelilingi tumor jinak juga dimasukkan sebagai control.
Total RNA diekstraksi menggnakan RNeasy mini-kit. Satu
mikrogra, dari total RNA digunakan sebagai rangkaian pertama untuk
sintesis cDNA dengan Primescript. Kondisi siklus seperti berikut 2 menit
pada 50oC, 10 menit pada 95oC dan 40 siklus 90oC untuk 15 detik dan
60oC untuk 1 menit. Untuk setiap analisis mRNA ekspresi gen dikoreksi
dengan glyceraldehyde-3 phosphate dehydrogenase (GADPH) is mRNA
dalam sampel yang sama. Relatif kuantifikasi dihitung dengan
menggunakan hasil ▲Ct dimana ( target Ct –GADPH Ct). Kuantiti
relative dari mRNA dalam sampel PPP dalam pompholyx dihitung dengan
rasio relative 2-▲Ct diantara dua kondisi.
19

Semua bagian jaringan ditanam dan disimpan dan direhidrasi ,


untuk mendapatkan antigen sebelumnya menggunakan penyangga sitrat
mendidih. Setelah itu semua slide diberi kode dengan angka dan dievaluasi
dengan cara blinded oleh dua pemeriksa independent. Data analisis
menggunakan test Mann-whitney dengan SPSS.
,Hasilnya IL-8 dan IL-17A level ekspresi mRNA secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok palmoplantar pustulosis dibandingkan dengan
kelompok pompholix, mengingat ekspresi mRNA dari granzyme B secara
signifikan lebih tinggi pada pompholix ketika dibandingkan dengan
palmoplantar pustulosis. Sehubungan dengan staining IL-17A
imunohistokimia, jaringan dari lesi PPP mengandung lebih banyak sel IL-
17A+ secara signifikan pada epidermis dan papillary dermis ketika
dibandingkan dengan pompholix.
KRITISI JURNAL

Judul:
Noncorticosteroid Combination Shampoo versus 1% Ketoconazole Shampoo for
the Management of Mild-to-Moderate Seborrheic Dermatitis of the Scalp: Results
from a Randomized, Investigator-Single-Blind Trial Using Clinical and
Trichoscopic Evaluation

Penulis:
Federica Dall’Oglio, Francesco Lacarubba, Anna Elisa Verzi, Giuseppe Micali

No PETUNJUK KOMENTAR
1. Apakah alokasi subyek penelitian ke  Dalam penelitian ini, sampel penelitian
kelompok terapi atau kontrol betul- dibagi dan dikelompokkan secara acak
betul secara acak (random) atau kedalam dua kelompok kecil dalam
tidak? jumlah sama besar.
 Sampel dalam penelitian ini berjumlah
Jawab: Ya
20 orang pasien dermatitis seboroik
kapitis yang memenuhi kriteria sampel
penelitian dan kemudian dibagi kedalam
2 kelompok berisi masing-masing 10
orang.
2. Apakah semua keluaran (outcome)  Dalam penelitian ini semua hasil dari
dilaporkan? penelitian dilaporkan, baik mengenai
data demografi atau karakteristik sampel
Jawab: Ya
maupun hasil statistik perbandingan
kedua kelompok berdasarkan hasil uji
ANOVA.
 Penelitian ini melaporkan keluaran data
demografik sampel berupa jenis kelamin,
usia, derajat penyakit, dan lama penyakit
diderita.
3. Apakah lokasi studi menyerupai  Deskripsi khusus tentang tempat
pelaksanaan penelitian dilakukan tidak

20
21

lokasi anda bekerja atau tidak? dijelaskan secara rinci dalam penelitian
ini, namun bila dilihat dari lokasi
Jawab: Tidak
penelitian yang berada di eropa yang
merupakan benua dengan 4 iklim, bisa
disimpulkan lokasi penelitian tidak
menyerupai dengan Indonesia yang
merupakan negara iklim tropis.
4. Apakah kemaknaan statistik maupun  Dalam penelitian, pengambilan sampel
klinis dipertimbangkan ataupun berdasarkan nonprobalitiy sampling dan
dilaporkan? dikelompokkan secara acak menjadi dua
kelompok penelitian.
Jawab: Ya
 Uji statistik yang digunakan adalah Uji
ANOVA dengan tingkat kemaknaan
95% atau p = 0.05
5. Apakah tindakan terapi yang  Pemberian terapi nonkortikosteroid
dilakukan dapat dilakukan ditempat kombinasi seperti yang dilakukan dalam
anda bekerja atau tidak? penelitian ini sulit untuk diaplikasikan
karena keterbatasan dalam kesediaan
Jawab: Tidak
bahan-bahan aktif yang dibutuhkan.
6. Apakah semua subjek penelitian  Sebanyak 20 sampel penelitian
diperhitungkan dalam kesimpulan ? diikutsertakan dalam penelitian, dan
semuanya berhasil mengikuti hingga
Jawab: Iya
penelitian selesai.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil telaah kritis jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan yang


memiliki jawaban “Iya” adalah sebanyak 4 pertanyaan, “Tidak Tahu” sebanyak 0
pertanyaan dan “Tidak” sebanyak 2 pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa jurnal dengan judul “Noncorticosteroid Combination Shampoo versus 1%
Ketoconazole Shampoo for the Management of Mild-to-Moderate Seborrheic
Dermatitis of the Scalp: Results from a Randomized, Investigator-Single-Blind
22

Trial Using Clinical and Trichoscopic Evaluation” ini layak dibaca, dan layak
untuk diadaptasikan sebagai sebuah penelitian lanjutan di RSUDZA.

Anda mungkin juga menyukai