Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019 ISSN 0852-2979

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Alloh Robb semesta alam, berkat Rahmat dan
karuniaNya Presentasi Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR tahun 2019 bisa dilaksanakan dan
diterbitkannya prosiding ini.
Kegiatan presentasi pada masa pandemic Covid-19 ini dilaksanakan dengan kombinasi
secara online dan tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19 tanpa
mengurangi makna dan keseriusan pemakalah dan peserta pendengar presentasi. Makalah-makalah
dipresentasikan secara paralel dalam dua meeting room tatap muka dan online dilaksanakan pada
tanggal 25 - 26 Agustus 2020.
Presentasi hasil penelitian dan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pertangggung
jawaban terhadap penggunaan anggaran yang diberikan pemerintah, menggambarkan pelaksanaan
tupoksi PTLR yaitu operasional fasilitas limbah dan litbang. Acara ini merupakan ajang saling
bertukar informasi dan berdiskusi para pejabat struktural, pejabat fungsional dan peserta pendengar
tentang apa yang telah dicapai dari kegiatan dan penelitian pada tahun 2019.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala PTLR atas dukungan dan arahannya, rekan
rekan panitia atas kerjasamanya, kepada Tim Teknis Jaringan PPIKSN atas dukungan fasilitas,
perangkat dan penyediaan jaringannya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada para presenter
dan editor atas kerja kerasnya hingga terbitnya prosiding ini. Semoga prosiding ini memberikan
manfaat sebagai bahan informasi dan bahan acuan untuk lebih meningkatkan penelitian dan
penerapannya di masa yang akan datang.

Serpong, Oktober 2020


Panitia Presentasi Hasil Penelitian
dan Kegiatan PTLR 2019
Ketua,

Sugianto, ST.

i
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019 ISSN 0852-2979

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA


PRESENTASI HASIL PENELITIAN DAN KEGIATAN TAHUN 2019
PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

I. Pengarah : Kepala Pusat Teknologi Limbah Radioaktif


Ir. R. Sumarbagiono, MT

II. Editor
Ketua : Dr. Dadong Iskandar
Anggota : Ir. Aisyah, MT
: Dr. Ratiko
: Ir. Sucipta, M.Si
: Budiyono, ST
: Ir. Dyah Sulistyani Rahayu
: Ayi Muziyawati, ST
: Sugianto, ST

III. Penyelenggara
Ketua : Sugianto, ST
Sekretaris : Annisa’ Eskahita Azizah, S.ST
Anggota : Enggartati Budhi Hendarti, A.Md
: Yuli Purwanto, ST
: Moh. Alma Samudro, A.Md
: Jati Eka Putri, A.Md. Ak.

ii
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019 ISSN 0852-2979

15. Kajian Efektivitas dan Pengembangan Layanan Administrasi Pengelolaan Limbah Radioaktif
Secara Online Menggunakan Elira 119
Adi Wijayanto, Parjono
16. Optimasi Operasi dan Perawatan Peralatan Dengan Revitalisasi Sistem Pendingin Fasilitas
Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Nuklir Bekas. 129
Gatot Sumartono, Ch. Susiana Atmaja
17. Pemanfaatan Remote Desktop Untuk Pemantauan Operasi Fasilitas Kanal Hubung Instalasi
Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Nuklir Bekas (KH- IPSB3) 141
Parjono, Budiyono
18. Uji Fungsi Sistem Demineralisasi Dengan Penambahan Kolom Mixbed 151
Sugianto, Srimaryanto, Novia Aris Purnamasari
19. Optimasi Layanan Operasi Media Energi Untuk Kegiatan Pengelolaan Limbah Radioaktif,
Keamanan, Keselamatan dan Perkantoran 161
Suparno, Harwata, Jonner Sitompul, Sugianto, Arifin Istavara, Sri Maryanto, Novia Aris Purnamasari,
Dejan Ramdhan Pamungkas.
20. Optimasi pada Filtrasi Sistem VAC and OFF GAS Untuk Penghematan Konsumsi HEPA Filter
Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif 173
Arifin Istavara, Dejan Ramdhan P.
21. Evaluasi Tingkat Lepasan Zat Radioaktivitas dari Operasi Fasilitas PTLR Tahun 2019 181
Arie Budianti, Jati Eka P, Teguh Permana
22. Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi Dalam Pengelolaan Limbah Radioaktif di PTLR Tahun
2019 193
Moch Romli, Mahmudin, Suhartono, Alzero Fakih A., Tri Sulistyo Hari N., Willa Excel R
23. Studi Kualitas Pencahayaan dan Instalasi Penerangan di Area Kerja PTLR 207
Jati Eka Putri, Karlitasari Rusiastuti, Arie Budianti
24. Penentuan Laju Korosi dan Sisa Umur Pakai Pipa Distribusi Air Domestik pada Instalasi
Pengolahan Limbah Radioaktif 217
Budiyono, Parjono, Budi Arisanto
25. Pengukuran Pengaruh Pengelasan Terhadap Laju Korosi Material Stainless Steel Dengan Metode
Elektrokimia 225
Yuli Purwanto, Dwi Luhur Ibnu Saputra
26. Laju Korosi Drum Baja Karbon Sebagai Wadah Limbah Radioaktif Tingkat Rendah dan Sedang 233
Dwi Luhur Ibnu Saputra, Yuli Purwanto
27. Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisalak dan Air Dalam Bak Kontrol 241
Yuli Purwanto, Dwi Luhur Ibnu S., Risdiyana S., Andry S.
28. Fluktuasi Muka Air Tanah Calon Tapak Borehole Disposal di Kawasan Nuklir Serpong 247
Andry Setiawan, Risdiyana Setiawan, Yuli Purwanto, Dwi Luhur Ibnu Saputra
29. Parameter Fisika Air Tanah Pada Calon Tapak Borehole Disposal di Kawasan Nuklir Serpong 257
Andry Setiawan, Nazhira Shadrina, Zeni Anggraini
30. Rona Awal Lingkungan di Area Kawasan Nuklir Serpong 271
Dwi Luhur Ibnu S., Nazira S, Andry S, Zeni A, Sucipta
31. Analisis Penempatan Pegawai di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif 279
Asmuri

iv
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019

PENGUKURAN PENGARUH PENGELASAN TERHADAP


LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL DENGAN
METODE ELEKTROKIMIA
Yuli Purwanto, Dwi Luhur Ibnu Saputra
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN
Gedung 50 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan
yuli_p@batan.go.id

ABSTRAK
PENGUKURAN PENGARUH PENGELASAN TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL
STAINLESS STEEL DENGAN METODE ELEKTROKIMIA. Baja merupakan salah satu meterial yang
paling banyak dimanfaatkan dalam industri di masa modern saat ini. Dalam pemanfaatan material baja tahan
karat pasti memerlukan proses pengelasan untuk menggabungkan satu bahan dengan bahan lain sehingga
tercipta bentuk seperti yang diharapkan. Kegiatan pengelasan menyebabkan material mengalami Weld Metal
Heat Affected Zone (HAZ).Hal tersebut akan menyebabkan logam mengalami siklus panas cepat yang
mempengaruhi perubahan sifat, metalurgi, deformasi, dan tegangan thermal, sehingga bisa mengakibatkan
peningkatan laju korosi. Salah satu material baja tahan karat yang banyak dimanfaatkan oleh Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif adalah SS 304L dan SS 316L. Dalam penelitian ini dipelajari laju korosi material SS 304
L dan SS 316 L yang sudah dilas sehingga dapat diketahui nilai laju korosi kedua material tersebut akibat dari
kegiatan pengelasan. Pengukuran laju korosi dilakukan dengan metode elektrokimia menggunakan peralatan
potensiostat secara polarizationresistance dan tafelfit. Dari hasil perhitungan software Echem maka nilai laju
korosi SS 304L dan SS 316L secara polarization resistance yang dilas lebih besar dari pada material SS 304L
dan SS 316L yang tidak di las dengan nilai 0,1362 mpy SS 316 L, dan untuk SS 304L adalah 0,0902 mpy.
Sedangkan secara tafel fit yang dilas juga lebih besar yaitu 0,1109 mpy untuk SS 316L, dan 0,1466 mpy
utuk SS 304L.

Kata kunci: laju korosi, SS 316L, SS 304L, pengelasan

ABSTRACT
THE EFFECT OF WELDING ON MEASUREMENT OF STAINLESS STEEL CORROSION RATE
USING ELECTROCHEMICAL METHOD. Steel is one of the most widely used materials in the industry in
modern times. In the use of stainless steel material, the welding process is required to combine one material
with another material to create the desired shape. The welding activity causes the material to experience.
Weld metal Heat Affected Zone (HAZ) causing the metal to undergo rapid heat cycles which affect changes in
properties, metallurgy, deformation, and thermal stress resulting in increased corrosion rates. One of the
stainless steel materials widely used by the Radioactive Waste Technology Center is SS 304L and SS 316L. In
this research, the corrosion resistance of SS 304 L and SS 316 L has been studied so that the corrosion rate
of both materials can be known as a result of welding activities. The measurement of corrosion rate is done
by electrochemical method using potentiostat equipment by polarization resistance and tafel fit. From the
results of the calculation of Echem software, with polarization resistance the corrosion rate of SS 304L and
SS 316L welded is greater than that of SS 304L and SS 316L which are not welded with a value of 0.1362
mpy SS 316L, and for SS 304L is 0.0902 mpy. Whereas with the tafel fit that is welded is also greater, 0.1109
mpy for SS 316L, and 0.1466 mpy for SS 304L.

Keywords: corrosion rate, SS 316L, SS 304L, welding

PENDAHULUAN
Baja merupakan salah satu material yang paling banyak dimanfaatkan dalam industri di
masa modern seperti saat ini. Baja memiliki katahanan fisika yang sangat baik. Baja dapat terbagi
menjadi tiga jenis yaitu baja karbon, baja paduan, dan baja tahan karat. Baja tahan karat menjadi
salah satu material yang paling banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pengelolaan limbah
radioaktif antara lain sebagai material penyusun evaporator, tangki penyimpanan limbah, rak
penyimpanan bahan bakar nuklir bekas, liner Kanah Hubung Instalasi Penyimpanan Bahan Bakar
Nuklir Bekas (KH-IPSB3), dan masih banyak lagi.
Dalam pemanfaatan material baja tahan karat pasti memerlukan proses pengelasan untuk
menggabungkan satu bahan dengan bahan lain sehingga tercipta bentuk seperti yang diharapkan.
Kegiatan pengelasan menyebabkan material mengalami Weld Metal Heat Affected Zone (HAZ).

225
Hal tersebut menyebabkan logam mengalami siklus panas cepat yang mempengaruhi perubahan
sifat, metalurgi, deformasi, dan tegangan thermal, sehingga bisa mengakibatkan peningkatan laju
korosi. Pada plat yang disambungkan atau dilas akan lebih rentan mengalami korosi dikarenakan
proses pengelasan pada material tersebut menyebabkan terjadinya rekristalisasi yang dapat
mengubah karakteristik kekuatan dan korosi dari suatu struktur rekayasa[1].
Salah satu material baja tahan karat yang banyak dimanfaatkan oleh Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif adalah SS 304Ldan SS 316L. Kedua jenis baja tersebut merupakan baja tahan
karat austenitic,yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan baja tahan karat yang lain yaitu
ketahanan korosi dan mampu las yang sangat baik. Temperatur servis dapat mencapai suhu 7600C
atau lebih, namun ketahanan oksidasinya hanya pada temperatur tinggi[2].
Dalam penelitian ini dipelajari laju korosi material SS 304 L dan SS 316 L yang sudah dilas
sehingga dapat diketahui nilai laju korosi kedua material tersebut akibat dari kegiatan pengelasan.
Komposisi material SS 316 L dan SS 304L ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi material SS 316 L dan SS 304L


Unsur SS 316L (%) [3] SS 304L (%) [4]
Carbon ( C ) 0,03 maks 0,03 maks
Silikon ( Si ) 0,75 maks 0,75 maks
Sulfur ( S ) 0,03 maks 0,03 maks
Fosfor ( P ) 0,045 maks 0,045 maks
Mangan ( Mn ) 2 maks 2,00 maks
Nikel ( Ni ) 10 - 14 8 -12
Krom ( Cr ) 16 - 18 18- 20
Molibdenum ( Mo ) 2–3 -
Besi (Fe) setimbang setimbang

Sudah banyak karya tulis yang membahas tentang ketahanan material baja karena efek
panas atau pengelasan antara lain dari Aisyah dengan tulisan “Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap
Ketahanan Korosi AISI 304L Sebagai Calon Bahan Wadah Limbah Nuklir”, Rinaldi Oktoriansyah
dengan tulisan“Analisa Laju Korosi Akibat Pengelasan Duplex UNS32205 dengan 2 Metode
Pengelasan yang Berbeda pada Media FeCl3” [1]. Kebaharuan dalam penelitian ini adalah
pengukuran laju korosi pada kedua material SS 304L dan 316L hasil pengelasan dengan metode
elektrokimia.

TEORI
Baja tahan karat austenic memiliki paduan yang cukup untuk menstabilkan austenite pada
suhu ruang. Baja ini bersifat non ferromagnetic. Baja tahan karat austenitic memiliki sifat mampu
bentuk dan keuletan pada suhu rendah yang sangat baik. Selain itu baja tahan karat austenitic juga
memiliki sifat mampu las dan ketahanan karat yang sangat baik. Baja tahan karat jenis ini sangat
cocok diterapkan pada sistem dengan suhu tinggi. Di sisi lain baja tahan karat austenitic relatif
memiliki kekuatan yield yang rendah dan hanya dapat ditingkatkan kekuatannya dengan
pengerjaan dingin (cold working), precipitation hardening, atau substitutional solid solution
strengthening. Menurut standar AISI-SAE, baja tahan karat austenitic umumnya memiliki nomor
3xx. Material AISI-SAE 3xx merupakan paduan ferro-karbon-chromium-nickel dengan kandungan
chromium sebesar 16%-26% dan kandungan nickel sebesar 6%-22%. Baja tahan karat austenitic
yang populer adalah tipe AISI-SAE 304, di mana mengandung 18%-20% Cr dan 8%-12% Ni[5].
Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah jenis las listrik yang menggunakan bahan
tungsten sebagai elektrode tidak terkonsumsi. Elektrode ini digunakan hanya untuk menghasilkan
busur nyala listrik. Proses ini digunakan dengan perlindungan gas dan tanpa penerapan tekanan.
Bahan penambah berupa batang las (filler metal) yang dicairkan oleh busur nyala listrik untuk
mengisi kampuh yang kosong di logam induk. Untuk mencegah oksidasi digunakan gas mulia
seperti Argon, Helium, Freon dan CO2 sebagai gas pelindung. Jenis las Gas tungsten arc welding
ini dapat digunakan tanpa menggunakan bahan penambah. Las GTAW menghasilkan sambungan
las yang bermutu tinggi dengan peralatan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan proses
pengelasan yang lain [2]. Gambar 1 menunjukkan detail dari torch pengelasan dan bagian-bagian
dari torch GTAW.

226
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019

Gambar 1. Detail torch pengelasan GTAW(Kharis et al., 2019) [2]

Korosi adalah sistem termodinamika logam dengan lingkungan yang dapat berupa air,
udara, maupun tanah yang berusaha mencapai kesetimbangannya. Sistem ini dikategorikan
setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang bersifat lebih stabil,
yang berenergi paling rendah [6]. Salah satu teknik yang umum digunakan dalam menentukan laju
korosi adalah dengan menggunakan sel elektrokimia (sel tiga elektroda). Metode ini dilakukan
dengan memberikan potensial pada benda uji sehingga terjadi korosi yang dimulai dari reaksi
katodik sampai reaksi anodik [7].Pengukuran laju korosi dengan metode elektrokimia dapat
menggunakan peralatan potensiostat. Potensiostat digunakan sebagai alat elektronik pengatur
perbedaan potensial antara elektroda kerja dan elektroda acuan. Metode pangukuran laju korosi
dengan metode elektrokimia dengan potensiostat menggunakan dua metode yaitu
polarizationresistence dan metode tafel fit.Metode polarization resintence merupakan metode
yang paling umum digunakan pada potensiostat dengan tiga elektroda. Dengan metode
polarizationresitance waktu yang digunakan lebih cepat dan tidak merusak bahan uji. Pada
analisis laju korosi yang kami lakukan dengan metode polarizationresitance tagangan uji diatur
pada 0,02 V. Sedangkan metode Tafel fit dengan tegangan yang lebih besar yaitu 0,25 V akan
menyebabkan kerusakan pada bahan uji.Potensial korosi dan rapat arus korosi merupakan
koordinat titik potong bagian anodik dan katodik dari kurva polarisasi yaitu kurva hubungan antara
potensial dan rapat arus. Arus korosi (Icorr) tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi harganya
dapat diketahui dengan melakukan ekstrapolasi terhadap kurva log arus versus potensial korosi
Ecorr. Ecorr didefinisikan sebagai potensial pada saat dimana kecepatan total dari semua reaksi
anodik seimbang dengan kecepatan total dari semua reaksi katodik. Perpotongan kurva hasil
ekstrapolasi akan menghasilkan titik dengan koordinat (Icorr, Ecorr). Dengan demikian dapat
diketahui nilai arus korosi yang akan digunakan untuk menentukan nilai laju korosi dalam satuan
mpy (mili-inchi per year).

METODOLOGI
Pengukuran laju korosi material logam SS 304L dan SS 316L menggunakan standar
ASTM G 102-89 Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related Information
from Electrochemical Measurement [8]. Alat yang digunakan adalah Potensiostat Reference 600
dari Gamry Instruments, polisher Struest, Solder, multimeter. Sedangkan bahan yang digunakan
antara lain material SS 304L dan SS 316L yang sudah di las dengan bahan penambah berupa
batang las (filler metal) berupa material yang sama dengan material induk, air bebas mineral,
aquadest pH netral, dan bahan pendukung lainnya seperti resin epoksi, kabel, tiseu, aseton dll.

Langkah kerja
Proses pengelasan material SS 304L dan SS 316L dilakukan oleh pihak ketiga diluar
Kawasan Nuklir Serpong karena keterbatasan peralatan yang dimiliki. Setelah didapatkan sampel
SS 304L dan SS 316L yang sudah dilas maka tahapan pelaksanaan penelitian dapat digambarkan
dengan Gambar 2.

227
Penyambungan kabel konektor

Mounting sampel

Penghalusan sampel

Preparasi alat potensiostat

Pengkuran laju korosi material

Gambar 2. Skema pengujian laju korosi material SS 304L dan SS 316L

Proses pengukuran dengan metode elektrokimia memerlukan penghubung antara sampel


dengan alat potensiostat sehingga diperlukan penyambungan dengan kabel yang disolder ke
sampel untuk mempertahankan kabel tidak lepas selama proses preparasi. Setelah dipastikan
koneksi antara sampel dengan kabel sudah baik maka dilakukan proses mounting atau pengecoran
dengan polimer untuk menjaga struktur sampel dan mempermudah proses penghalusan sampel.
Proses mounting di dalam cetakan pipa PVC dengan menggunakan polimer poli ester. Material
logam yang sudah di-mounting kemudian dihaluskan dengan menggunakan peralatan polisher
pada variasi kekasaran kertas amplas pada skala 200-1000 sehingga didapatkan tingkat kehalusan
yang sesuai untuk pengujian dengan menggunakan potensiostat. Hasil preparasi sampel
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bahan uji material logam untuk uji laju korosi

Alat potensiostat terdiri dari tiga elektroda yaitu Saturated Calomel Electrode (SCE)
sebagai elektroda acuan, dua buah elektroda bantu dari grafit, dan yang terakhir elektroda kerja
(Working Electrode). Bahan uji yang telah di-mounting menggunakan resin epoksi menjadi
elektroda kerja yang di-solder dengan kawat tembaga dan dihubungkan dengan sistem elektrik[9].
Proses pemasangan elektroda potensiostat mengikuti kode warna yang sudah disediakan,
ditunjukkan pada Gambar 4.Media yang digunakan untuk pengukuran laju korosi adalah air demin
pH netral. Volume masing-masing larutan pada saat pengukuran laju korosi adalah 600-700 ml.

228
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019

Gambar 4. Rangkaian alat potensiostat Gamry

Pengkondisian steady state peralatan potensiostat diperlukan sebelum melakukan proses


pengukuran laju korosi, pengkondisian ini dilakukan dengan proses pengukuran Open Circuit
Potensial (OCP). OCP dilakukan dengan membiarkan bahan uji dalam media pengukuran selama
waktu tertentu sehingga tercapai kondisi steady state. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai
potensial sistem logam-pelarut yang konstan terhadap waktu [11].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan awal penelitian ini adalah pada proses awal preparasi sampel pada saat
penyambungan, jika sampel dan kabel sudah terhubung dengan baik yang dipastikan dengan
menggunakan alat multimeter, maka dapat dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Proses mounting
diperlukan untuk menjaga sambungan sampel dengan kabel dan untuk mempermudah proses
pengahalusan sampel SS. Setelah sambungan, tingkat kehalusan pada saat pengamplasan juga
menjadi faktor keberhasilan pada saat pengukuran laju korosi dengan menggunakan potensiostat.
Pengukuran laju korosi SS secara elektrokimia menggunakan potensiostat dilakukan
dengan dua metode pengukuran yaitu polarization resintence dan Tafel fit. Metode polarization
resintence merupakan metode yang paling umum digunakan pada potensiostat dengan tiga
elektroda. Dengan metode polarizationresitance waktu yang digunakan lebih cepat dan tidak
merusak bahan uji [14]. Pada analisis laju korosi yang kami lakukan tegangan uji diatur pada 0,02
V. Sedangkan metode Tafel fit dengan tegangan yang lebih besar yaitu 0,25 V akan menyebabkan
kerusakan pada bahan uji. Pengukuran laju korosi dengan metode polarizationresistence (Polres)
dan metode tafel fit ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Kurva pengukuran laju korosi SS 316L dan SS 304L metode


polarizationresistence (polres)

229
Gambar 6. Kurva pengukuran laju korosi SS 316L dan SS 304L metode tafel
Dari kurva pengukuran dengan metode polarization resistence dan metode tafel fit akan
didapatkan nilai arus korosi (Icorr). Secara persamaan nilai Icorr didapatkan dari hubungan antara
tahanan polarization dengan koefisien kurva anodik dan katodik, ditunjukkan melalui persamaan
Stern-Geary sebagai berikut [11] :

(1)
Dengan Icorr : kerapatan arus korosi, Ma
Rp : tahanan polarisasi
Banodic : koefisien kurva anodik (0.12 mV)
Bkatodik : koefisien kurva kanodik (0.12 mV)

Dengan mendapatkan nilai Icorr maka dapat dihitung nilai laju korosi (CR) dengan persamaan
[9,10]:

(2)

Dengan CR : laju korosi , mpy (mils per years)


K : Untuk satuan mpy maka nilai K=0,129
Icorr : kerapatan arus korosi, Ma
EW : berat equivalen
D : massa jenis, gram/cm3
A : luas bahan uji yang terkena korosi, cm2

Dari persamaan diatas dilakukan perhitungan berbasis software ECHEM sehingga


diperoleh nilai laju korosi material SS 316L dan SS 304L tanpa pengelasan dan setelah dilas
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran laju korosi pada media air demin pH normal antara material tidak dilas
dan material dilas
Bahan Uji Densitas Berat Metode Laju korosi Laju Persentase
(g/cm3) equivalen (mpy) korosi peningkatan
Tidak dilas (mpy) laju korosi
[12] Material (%)
di las
SS316 L 8 56,188 polres 0,094 0,1362 45,048
tafel 0,087 0,1109 27,471
SS304 L 8 55,26 polres 0,065 0,0902 38,769
tafel 0,084 0,1466 74,524

Hasil pengukuran laju korosi material yang sudah dilas menunjukkan nilai laju korosi
untuk SS 316L adalah 0,1362 mpy pada metode polres dan 0,1109 mpy pada metode tafel. Jika
dibandingkan dengan laju korosi SS 316L tanpa dilas adalah 0,0939 mpy (polres) dan 0,0087

230
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2019

(tafel), sehingga nilai laju korosi SS 316L setelah dilas lebih besar dibandingkan SS 316L tanpa
pengelasan. Nilai yang sama juga didapatkan pada SS 304L setelah dilas lebih besar yaitu 0,0902
mpy (polres) dan 0,1466 mpy (tafel) sedangkan SS 304L sebelum dilas adalah 0,065 mpy (polres)
dan 0,084 mpy (tafel). Persentase kenaikan laju korosi antara material tidak di las dengan yang di
las beragam dari 25% hingga 75%. Persentase kenaikan laju korosi terjadi pada SS 304L dengan
metode tafel yaitu sekitar 74 %. Dari dua pengukuran material SS 316L dan SS 304L diatas
menunjukkan bahwa pengelesan memberikan efek panas terhadap material SS sehingga
mengakibatkan perubahan struktur mikro pada daerah sekitar pengelasan. Perubahan stuktur mikro
ini dapat dilihat dengan pengamatan metalografi. Sehingga penelitian ini akan lebih bagus jika
ditambahkan data hasil pengamatan metalografinya, namun karena kendala terhadap peralatan
metalografi yang ada di laboratorium kami sehingga data tersebut tidak dapat ditampilkan. Dari
dua pengukuran material SS 316L dan SS 304L diatas diprediksi bahwa pengelesan memberikan
efek panas terhadap material SS sehingga menyebabkan terjadinya korosi batas butit. Perlakuan
panas menyebabkan penurunan komposisi unsur karbon (C) dan krom (Cr). Dengan demikian
menyebabkan daerah disekitar batas butir mengalami kekurang krom bebas karena atom karbon
mengendap membentuk karbida krom (Cr23C6) dalam berupa presipitat halus. Hal tersebut
menyebabkan lapis pelindung terhadap korosi yaitu krom oksida (Cr 2O3) tidak terbentuk sehingga
bersifat sangat anodik dan jika logam bertemu dengan elektrolit akan terjadi korosi antar butir
(intergranular corrosion) [13].

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan software Echem maka nilai laju korosi SS 304L dan SS 316L
secara polarization resistance yang dilas lebih besar dari pada material SS 304L dan SS 316L
yang tidak di las dengan nilai 0,1362 mpy SS 316 L, dan untuk SS 304L adalah 0,0902 mpy.
Sedangkan secara tafel fit yang dilas juga lebih besar yaitu 0,1109 mpy untuk SS 316L, dan
0,1466 mpy utuk SS 304L. Terjadi kenaikan nilai naju korosi pada daerah las-lasan hal ini terjadi
diprediksi karena korosi batas butir didaerah las-lasan material SS 304L dan SS 316L yang
membutuhkan investigasi lebih lanjut dengan struktur mikro.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada menejemen Pusat Teknologi Limbah


Radioaktif selaku penyedia dana penelitian. Aisyah, MT selaku penanggung jawab dan
pembimbing kegiatan karakterisasi korosi material Struktur, Sistem dan Komponen(SSK) di KH-
IPSB3 Tahun 2019. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kuat Heriyanto dan Risdiyana
Setiawan selaku rekan dalam kegiatan pengukuran laju korosi dan mikrostruktur material.

DAFTAR PUSTAKA

[1.] Rinaldi, dkk., Analisa Laju Korosi Akibat Pengelasan Duplex UNS32205 Dengan 2 Metode
Pengelasan yang Berbeda Pada Media FeCl3”, AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin, 2016
[2.] Yahya Kharis A.A. “Pengaruh Perlakuan Permukaan Pada Hasil Pengelasan GTAW Stainless
Steal 316L Terhadap Laju Korosi, Politeknik Perkapalan Negri Surabaya, 2019.
[3.] https://id.routestofinance.com/type-316-and-316l-stainless-steel diakses pada 26 Agustus 2019
[4.] https://abi-blog.com/memahami-komposisi-dan-spesifikasi-stainless-steel-tipe-304-dan-304l
diakses pada 26 Agustus 2019.
[5.] http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/02/baja-tahan-karat-stainless-steel.html
diakses pada 15 Juni 2020.
[6.] Supardi R., “Korosi Edisi Pertama”, Bandung, Tarsito, 1997.
[7.] Roberge, Pierre R., “Handbook of Corrosion and Engineering”, Mc Graw Hill, 1999
[8.] ASTM G 102-89,“Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related
Information from Electrochemical Measurement”, 1994.
[9.] Maman, K., A., dkk., “Analisis Korosi Paduan Zirlo-Mo Dalam Media NaCl Menggunakan
Metode Polarisasi”, Urania Vol. 23, No.3 Oktober 2017, PTBBN-BATAN, 2017.

231
[10.] Dian.A, Maman Kartaman, Rosika K, Yanlinastuti, “Analisis Korosi Paduan AlMg2 dan
AlMgSi Menggunakan Metode Elektrokimia” Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014: 110 – 162,
PTBBN -BATAN, 2014.
[11.] https://www.gamry.com/application-notes/corrosion-coatings/corrosion-techniques-
polarization-resistance/, diakses pada tanggal 5 Maret 2019.
[12.] Yuli Purwanto,” Pengukuran Laju Korosi Material Evaporator Sebagai Alat Pengolah
Limbah Radioaktif” Buletin Limbah, Vol. 16. No.2 Tahun 2019. PTLR-BATAN.
[13.] A. N. B. Udianto, K. R. P. Urwantini, and Ujitno, “Pengamatan Struktur Mikro pada
Korosi Antar Butir dari Material Baja Tahan Karat Austenitik Setelah Mengalami Proses
Pemanasan,” JFN, vol. 3, no. 2, pp. 107–130, 2009.

Tanya jawab

1. Suparno (PTLR), pertanyaan : Unsur logam apa yang mempengaruhi laju korosi pada SS
yang dilas lebih tinggi dari SS yang tidak dilas?
Jawaban : Perlakuan panas seperti pengelasan menyebabkan penurunan komposisi unsur
karbon (C) dan krom (Cr). Dengan demikian menyebabkan daerah disekitar batas butir
mengalami kekurang krom bebas karena atom karbon mengendap membentuk karbida
krom (Cr23C6) dalam berupa presipitat halus. Hal tersebut menyebabkan lapis pelindung
terhadap korosi yaitu krom oksida (Cr2O3) tidak terbentuk sehingga bersifat sangat anodik
dan jika logam bertemu dengan elektrolit akan terjadi korosi antar butir (intergranular
corrosion)

2. Wiranto (PRFN), pertanyaan : Apakah mutu mutu pengelasan sudah diperhitungkan pada
pengukuran laju korosi material SS 316L dan SS 304L ?
Jawaban : Dalam kegiatan kami tidak dilakukan pengujian terhadap mutu dari pengelasan
material SS 316L dan SS 304L, selain pengelasan dilakukan oleh pihak ketiga, di
laboratorium kami tidak tersedia peralatan yang dapat digunakan untuk pengujian mutu
pengelasan. Usulan terhadap mutu pengelasan dapat kami pertimbangkan untuk dapat
melengkapi kualitas dari penelitian kami.

232

Anda mungkin juga menyukai