Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era globalisasi ini, asuransi sangat memegang peranan
penting dalam kegiatan ekonomi. Asuransi merupakan suatu sistem
proteksi terhadap kerugian yang bersifat finansial atau materil dengan cara
mengadakan pengalihan risiko dari suatu pihak kepada pihak lain.
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda.
Perkembangan asuransi di Indonesia pun semakin pesat dan banyak
jenisnya setelah kemerdekaan. Mulai dari asuransi jiwa, asuransi
pendidikan, asuransi kebakaran, asuransi laut, dan lain-lain.
Asuransi laut merupakan pelopor dari segala jenis asuransi.
Asuransi laut di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diatur
secara jelas, terperinci dan luas hinggal lebih dari 25 pasal.

B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi laut?
2. Apa hak dan kewajiban pihak-pihak dalam asuransi laut?
3. Apa fungsi asuransi laut?
4. Apa saja bagian dari kontrak laut?
5. Bagaimana cara mengajukan klaim asuransi laut?

C. Tujuan
Asuransi laut diadakan karena adanya keadaan gawat di laut, hal
ini berarti bahwa sangat perlu untuk setiap perusahaan pengangkutan laut
untuk mengasuransikan usahanya tersebut. Pihak-pihak yang terkait dalam
asuransi laut juga perlu diketahui. Dalam penyelesaian klaim, juga terdapat
kemungkinan adanya keterkaitan dengan pihak lain baik sebagai penyebab
maupun sebagai korban kejadian yang menyebabkan kerugian.

1
D. Kegunaan
Pengetahuan mengenai asuransi laut atau “marine insurance”
sangatlah penting bagi orang-orang yang bekerja pada perusahaan dan jasa
kepelabuhanan, dimana jika terjadi kasus-kasus, maka ia dapat berperan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dibidang tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Definisi Asuransi Laut


1. Sejarah Asuransi Laut
Sejarah Asuransi Laut mulai berkembang pada abad pertengahan.
Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis
membentuk 1 (satu) perkumpulan yang disebut gilde akan memberikan
sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari
anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan
mirip dengan asuransi kebakaran. Bentuk perjanjian seperti ini lebih
lanjut berkembang di Denmark, Jerman, dan negara-negara Eropa
lainnya sampai pada abad ke-12. Pada abad ke-13 dan abad ke-14
perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Untuk kepentingan
perjalanan melalui laut, pemilik kapal meminjam sejumlah uang dari
pemilik uang dengan bunga tertentu, sedangkan kapal dan barang
muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila kapal dan
barang muatannya rusak atau tenggelam, uang dan bunganya tidak
usah dibayar kembali. Akan tetapi, apabila kapal dan barang
muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang dipinjam
itu dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu
seolah-olah berfungsi sebagai premi. Sedangkan pemilik uang
berfungsi sebagai pihak yang menanggung risiko kehilangan uang
dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi, uang
hilang itu dianggap seolah-olah sebagai ganti kerugian kepada pemilik
kapal dan barang muatannya.
Sesudah abad pertengahan bidang asuransi laut dan asuransi
kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di
negara-negara Eropa Barat, seperti di Inggris pada abad ke-17,
kemudian di Prancis pada abad ke-18, dan terus ke negeri Belanda.

3
Perkembangan pesat asuransi laut di negara-negara tersebut dapat
dimaklumi karena negara-negara tersebut dapat dimaklumi karena
negara-negara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke
negara-negara seberang laut (overseas countries) terutama daerah-
daerah jajahan mereka. Pada waktu pembentukan Code de Commerce
Prancis pada awal abad ke-19, asuransi laut dimaksukkan dalam
kodifikasi. Pada waktu pembentukan wetboek van koophandel
Nederland, di samping asuransi laut dimaksukkan juga asuransi
kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di
Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-undang
Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906.
Berdasarkan asas konkordasi, wetboek van koophandel Nederland
diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23
Tahun 1847.
2. Pengertian Asuransi
Berdasarkan pasal 246 KUH Dagang : “Asuransi atau
pertanggungan merupakan suatu perjanjian dimana seorang
penanggung dengan merupakan suatu perjanjian dimana seorang
penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya
kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian, karena
kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan,
dan yang akan dideritanya karena kejadian yang tidak pasti.”1
3. Pengertian Asuransi Laut
Asuransi pengangkutan laut merupakan suatu perjanjian
pertanggungan antara penanggung dan tertanggung atas kepentingan
yang berhubungan dengan kapal sebagai alat pengangkut dan barang
sebagai muatan kapal dari kemungkinan risiko kerusakan/kerugian
yang di akibatkan oleh bahaya-bahaya laut atau bahaya lain yang
berhubungan dengan bahaya laut.2
1
Prof. R. Subekti SH., et al,. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Kepailitan (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997), hal. 73.
2
Hakim, “Asuransi Laut,” (Mei 6, 2008).

4
B. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Asuransi Laut
1. Penanggung
Penanggung (Insurer), yaitu pihak yang menerima pengalihan
risiko yang mungkin dihadapi oleh Tertanggung. Hak utama dari
seorang Penanggung adalah mendapatkan premi dalam jumlah yang
telah ditentukan, dan kewajibannya adalah memberikan penggantian
kepada Tertanggung karena sesuatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita.

2. Tertanggung
Tertanggung (insured), yaitu pihak yang mengalihkan risiko yang
mungkin dihadapinya. Kewajiban dan hak yang paling utama dari
tertanggung adalah membayar sejumlah tertentu, serta mengajukan
klaim kepada Penanggung apabila risiko yang dipertanggungkannya
benar-benar terjadi.

C. Manfaat Asuransi
1. Bagi Penanggung
Kesediaan penanggung untuk memberikan proteksi atas risiko
yang dialihkan oleh Tertanggung dikarenakan premi yang diperoleh
dari Tertanggung sendiri, sebagai balas jasa proteksi asuransi selama
periode pertanggungan. Premi disini mencerminkan besarnya biaya-
biaya dan keuntungan yang diharapkan oleh Penanggung dalam
produksi jasa-jasa asuransinya.
2. Bagi Tertanggung
Manfaat asuransi bagi tertanggung (khususnya bagi pengusaha)
adalah menambah efisiensi atau menguntungkan. Sebab apabila
kepentingan yang di asuransikan terkena risiko dan mengakibatkan
kerugian yang paling besar, maka pemiliknya akan mendapatkan ganti
rugi hanya dengan membayar premi yang jumlahnya sedikit, dan juga

5
para pengusaha tidak perlu ragu-ragu untuk melakukan kegiatan
usahanya, karena telah terhindar dari risiko kerugian dan kemacetan
perkembangan usahanya dikemudian hari.3

D. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi


Prinsip-prinsip dasar penutupan asuransi merupakan dasar persetujuan
asuransi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh Tertanggung dan
Penanggung serta merupakan prinsip yang mengikat kedua belah pihak,
meskipun tidak dinyatakan secara tertulis dalam polis (Implied
Conditions), yakni sebagai berikut :
1. Kepentingan Yang Di Asuransikan (Principles of Insurable Interest)
Menurut prinsip Insurable Interest dalam asuransi laut, tertanggung
hanya boleh melakukan penutupan asuransi atau objek pertanggungan
apabila ia mempunyai kepentingan (Interest) yang dapat di
asuransikan.
2. Itikad Baik (Principles of Utmost Good Faith)
Menurut prinsip ini penutupan asuransi baru di anggap sah secara
hukum apabila dilakukan atas dasar itikad baik dari kedua belah pihak,
yakni Tertanggung dan Penanggung.
3. Indemnitas (Principles of Indemnity)
Menurut Principle of Indemnity, perusahaan asuransi menjamin pihak
tertanggung mendapat ganti rugi jika terjadi risiko atas kepentingan
yang diasuransikan.
4. Subrogasi (Principles of Subrogation)
Berdasarkan Principle of Subrogation ini, apabila tertanggung
mendapat penggantian dari satu pihak atas dasar indemnity, maka ia
tidak lagi berhak memperoleh dari pihak lain.
5. Proxima Causa (Principles of Proximate Cause)

3
John Sinyal, “Shipping,” hal. 42

6
Dalam prinsip ini, Penanggung hanya menerima pengajuan klaim atau
tertanggung hanya berhak mendapat ganti rugi apabila terbukti bahwa
kerugian tersebut terjadi dari risiko yang dijamin dalam polis.4

E. Objek Asuransi Laut


Objek pertanggungan atau kepentingan-kepentingan yang dapat
dipertanggungkan serta yang merupakan jenis asuransi laut (Marine
Insurance), meliputi :
1. Barang dan kepentingan yang melekat didalamnya (Marine Cargo
Insurance)
Barang dan kepentingan yang ada didalamnya, meliputi :
a. Cargo, harga beli barang itu sendiri;
b. Freight, biaya pengiriman atau ongkos kapal;
c. Forwarding Expenses, ongkos pembongkaran dan pengurusan
barang;
d. Premi Asuransi;
e. Imaginary Profit, keuntungan yang diharapkan;
f. Cash in Transit.
2. Kapal dan segala kepentingan yang melekat didalamnya (Marine Hull
and Machinary Insurance)
Kepentingan yang berhubungan dengan kapal secara garis besarnya
dapat dikategorikan atas 2 (dua) kelompok kepentingan yang melekat
didalamnya sebagai berikut :
a. Kepentingan dari pemilik kapal akibat rusaknya kapal serta
kerugian-kerugian lainnya yang langsung diderita pemiliknya.
b. Kerugian pemilik kapal akibat tanggungjawabnya kepada pihak
lain yang terjadi selama ia mengoperasikan kapalnya.5

F. Premi Asuransi Laut

4
Ibid, hal. 44-46.
5
Ibid, hal. 42.

7
Premi asuransi (Insurance Premium) adalah sejumlah uang yang
dibayarkan oleh Tertanggung kepada Penanggung sebagai imbalan dari
kesediaan Penanggung mengambil alih risiko yang mungkin akan dihadapi
oleh Tertanggung.
Perbedaan pokok antara golongan asuransi jumlah (misalnya
asuransi jiwa) dengan golongan asuransi kerugian (misalnya asuransi
pengangkutan laut) terletak pada fungsi premi. Pada asuransi jiwa, premi
berfungsi sebagai tabungan dan sebagai harga jasa proteksi asuransi.
Sedangkan pada asuransi laut, fungsi premi asuransi hanya sebagai harga
dari jasa proteksi asuransi yang diberikan oleh pihak Penanggung selama
jangka waktu kontrak (masa berlakunya jaminan polis).6

G. Kontrak Asuransi Laut


Menurut pasal 255 KUH Dagang, perjanjian asuransi akan berlaku/sah
jika sudah dinyatakan dalam suatu perjanjian tertulis yang disebut Polis
(Policy) dan dibubuhi Bea Materai secukupnya.
1. Macam-macam Polis
Macam-macam polis yang biasanya dipergunakan diantaranya :
a. Polis Berjangka (Time Policy)
Polis Berjangka (Time Policy) adalah polis yang menutup
pertanggungan untuk suatu jangka waktu tertentu (biasanya selama
6 bulan, dan seterusnya).
b. Polis Perjalanan (Voyage Policy)
Polis Perjalanan (Voyage Policy) adalah polis yang menutup
pertanggungan selama perjalanan tertentu dari satu tempat ke
tempat lain tanpa menghiraukan lama waktunya.
c. Polis Campuran (Mixed Policy)
Polis Campuran (Mixed Policy) adalah campuran antara Polis
Berjangka dan Polis Perjalanan.
d. Open Policy atau Floating Policy

6
Ibid, hal. 47-48.

8
Open Policy adalah polis yang menutup pertanggungan sejumlah
barang yang pengapalannya akan ditentukan kemudian.
e. Open Cover
Open cover adalah suatu polis yang menutup sejumlah barang
dalam jangka waktu tertentu sedangkan pelaksanaannya akan
ditentukan sesudah pengapalannya.

2. Isi Polis
Polis adalah suatu kontrak dan harus di isi secara lengkap
mengenai pokok persetujuan kedua belah pihak mengenai hak dan
kewajibannya.
Sesuai dengan pasal 256 KUH Dagang, yang harus dicantumkan
dalam polis asuransi adalah :
a. Nama penanggung atau nama orang-orang yang menanggung;
b. Nama tertanggung;
c. Keterangan lengkap mengenai objek yang ditutup;
d. Jumlah uang pertanggungan (uang asuransi);
e. Bahaya atau risiko yang ditutup (risiko-risiko yang dijamin);
f. Jangka waktu pertanggungan (mulai dan berakhirnya)
g. Premi pertanggungan;
h. Semua hal dan keadaan penting bagi suatu pertanggungan serta
persetujuan lain yang telah dicapai antara pihak-pihak yang
bersangkutan.7
3. Masa Berlakunya Pertanggungan
Tentang kapan berlakunya pertanggungan dan saat tidak
berlakunya ini ditentukan oleh Pasal-pasal 624 sampai dengan Pasal
634 KUHD.

Pasal 624, dalam hal pertanggungan atas sebuah kapal maka


bahaya mulai berjalan bagi si yang menanggung semenjak saat
nahkoda mulai dengan pemuatan barang-barang dagangan; atau
7
Ibid, hal. 57 et seq.

9
apabila ia diwajibkan berangkat hanya dengan membawa bahan
pemberat, pada saat dimulainya memuat bahan tersebut.

Pasal 625, dalam pertangungan yang disebutkan yang lalu bahaya


bagi pihak yang menanggung berakhir dalam jangka waktu 21 hari
setelah barang-barangnya dipertanggungkan sampai di tempat
tujuan, atau sekian hari lebih cepat setelah barang-barang sebuah
muatan tersebut dibongkar.

Pasal 626, dalam halnya sebuah kapal dipetanggungkan untuk


sebuah perjalanan pergi-pulang, atau untuk lebih dari suatu
perjalanan, maka pihak yang menanggung, selamam itu
menanggung bahaya sampai dengan 21 hari semenjak
diselesaikannya perjalanan teakhir, atau beberapa hari lebih cepat
setelah barang-barang muatan terakhir setelah dibongkar.

Pasal 627, apabila yang diasuransikan itu adalah barang-barang


dagangan atau barng-barang lainnya, maka bahaya mulai berjalan
atas tanggungan pihak yang menanggung segera setelah barang-
barang itu di bawanya ke tepi laut, untuk selanjutnya tempat itu
dimuat atau dinaikkan ke dalam kapal-kapal yang akan
mengangkutnya.

Pasal 628, jika yang diauransikan itu adalah barang-barang


dagangan atau barang-barang lainnya, maka bahaya itu
berlangsung terus tanpa henti, meskipun nakhoda telah dengan
terpaksa melakukan pelabuhan darurat, membongkar muatan dan
memperbaiki kapalnya di situ, hingga perjalanannya dihentikan
secara sah oleh pihak yang ditanggung diberikan perintah untuk
tidak lagi memuat barang-barangnya ke kapal, ataupun pelayaran
itu diselesaikan sama sekali.
Pasal 629, jika nakhoda atau pihak yang ditanggung atas barang-
barang, karena alasan-alasan yang sah tidak dapat membongkar
muatan dalam jangka waktu seperti ditetapkan Pasal 627,
sedangkan mereka tidak bersalah atas keterlambatan itu, bahaya
bagi pihak yang menanggung tetap berlangsung sampai saat
selesainya dibongkar barang-barang tersebut. 8

Dalam pasal-pasal berikutnya lihat pada KUH Dagang.


4. Berakhirnya Polis
Berakhirnya polis asuransi dapat terjadi karena hal berikut :
8
Prof. R. Subekti SH., et al,. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Kepailitan (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997), hal. 192-193.

10
a. Batal/berakhir sebelum waktunya :
1) Tertanggung memberikan keterangan-keterangan yang salah
(tidak ada itikad baik/utmost good faith).
2) Tertanggung tidak mempunyai kepentingan yang di
asuransikan (Insurable Interest).
3) Terjadinya penyimpangan dari ketentuan polis, seperti
penyimpangan dalam hal dan percobaan perjalanan yang tidak
sesuai dengan ketentuan polis.
4) Perjalanan dihentikan sebelum waktunya (berlaku untuk Polis
Perjalanan).
5) Apabila salah satu pihak membatalkan sebelum waktunya.
b. Berakhir secara wajar :
1) Jika perjalanan telah selesai (berlaku untuk Polis Perjalanan).
2) Jika tanggal jatuh tempo telah sampai (berlaku untuk Polis
Berjangka).
3) Setelah penanggung membayar total kerugian klaim.
4) Jika pembatalan dilakukan oleh kedua belah pihak.9

H. Klaim Asuransi Laut


Klaim dalam asuransi ialah tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh
Tertanggung kepada Penanggung karena kepentingan yang di suransikan
mengalami kerugian atau kerusakan atas barang yang
dipertanggungkannya akibat dari suatu peristiwa selama barang dalam
proses pengangkutan.
1. Prosedur Pengajuan Penyelesaian Klaim
a. Pemberitahuan kerugian.
b. Survey kerusakan dan kerugian.
c. Mengusahakan kelengkapan dokumen pendukung klaim.
2. Dokumen-dokumen Pendukung Klaim Asuransi
a. Polis asuransi atau sertifikat asuransi.

9
John Sinyal, “Shipping,” hal. 59.

11
b. Faktur dan daftar perincian barang, meliputi jenis pengepakkannya,
dan sebagainya.
c. Laporan survey.
d. Surat-menyurat dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
penyebab kerugian.

e. Dokumen klaim asuransi lainnya.

I. Risiko-risiko dalam Asuransi Laut


1. Kebakaran
Ada banyak hal yang menimbulkan kecelakaan, antara lain:
a. Akibat kecelakaan;
b. Akibat kesalahan awak kapal;
c. Akibat salah satu barang terbakar sendiri;
d. Akibat halilintar;
e. Akibat lain yang tidak dapat diketahui penyebabnya.

Sering pula ada pihak penanggung menolak atas klaim yang timbul,
maka penanggunglah yang harus membuktikannya, untuk mengindari
pertengkaran-pertengkaran yang mungkin akan terjadi.

2. Barraty
Kecurangan nahkoda dan/atau kru kapal untuk mengambil alih
kapal dari pemiliknya dan kemudian menguasainya dan
menggunakan/membawa kapal tersebut ketempat yang tidak disetujui
pemiliknya.
3. Thieves
Yang ditutup, atau di berikan ganti ruginya oleh asuransi hanyalah
pencurian yang dilakukan secara diam-diam. Risiko pencurian tidak
termasuk kecurian biasa.

12
4. Jettison
Jettison adalah membuang barang ke laut guna penyelamatan
kepentingan umum kapal dan barang-barang lainnya.10

Mengenai risiko-risiko tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :


a. Risiko yang di alami sebagai suatu bencana yang di akibatkan oleh
alat pengangkutnya, seperti kandas, kebocoran, tenggelam,
tabrakan, terbalik, dan lain-lain.
b. Perlakuan dalam menangani secara tidak
bertanggungjawab/sembrono (Rough Handling), seperti perlakuan
disaat muat/bongkar oleh buruh di pelabuhan atau di gudang.
c. Pencurian serta bencana di kapal, tempat penimbunan, atau disaat
muat/bongkar.
d. Kesalahan pada saat muat/bongkar.
e. Kemasan yang tidak memenuhi persyaratan standar.
f. Tempat penimbunan yang tidak memenuhi syarat.
g. Bahaya perang, huru-hara, kerusuhan dan pemogokan di pelabuhan.
h. Karena watak pada barang itu sendiri.
i. Akibat perbaruan barang dari berbagai jenis sehingga dapat
menimbulkan kontaminasi.

BAB III
10
Ibid, hal. 55.

13
DISKUSI

A. KASUS
1. Contoh Kasus
Dalam asuransi laut pada dasarnya memberikan ganti rugi yang
terbilang kecil karena jauh dari nilai awal dari objek yang diasuransikan.
Hal ini membuat ketika terjadinya suatu kecelakaan dilaut, objek yang
diperjanjikan hilang atau mengalami kerusakan. Maka PT Jasa Raharja
Putera hanya akan melakukan penggantian yang kecil sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Hal tersebut karena kecilnya kemungkinan terjadi
kecelakaan maupun kehilangan dilaut.
Penggantian yang relatif kecil membuat tertanggung merasa
dirugikan dan melakukan penuntutan terhadap perusahaan yang
memberikan ganti rugi atas barang miliknya. Penggantian lain bisa
dilakukan jika tertanggung melakukan perjanjian asuransi dengan
perusahaan lain. Untuk kerusakan hanya salah satu perusahaan
penanggung yang bisa melakukan ganti rugi. Untuk kehilangan semua
perusahaan harus melakukan ganti rugi. Untuk penggantian yang kecil dan
tidak sesuai dengan harapan tertanggung maka PT Jasa Raharja Putera
lebih sebagai mediator. Penengah antara tertanggung dan perusahaan kapal
yang dipakai pada saat perjalanan laut.
Proses penyelesaian dari masalah tersebut akan dibahas dan dicari
jalan keluar sebagaimana seharusnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk Asuransi Kapal sendiri biasanya dilakukan oleh individu. Ketika
terjadi kehilangan, kerusakan maupun kasus yang sempat hangat
diperbincangkan yaitu kapal tersebut dibajak oleh perompak. Maka
asuransi atas kapal tersebut biasanya ditanggungkan pada satu perusahaan
asuransi. Tetapi bisa juga ditanggungkan ke lebih dari satu perusahaan
asuransi. Hal tersebut dilakukan karena biasanya ganti rugi yang diberikan
relatif lebih kecil dari benda yang diasuransikan. Hal ini sering memicu
terjadinya masalah.

14
2. Pembahasan Secara Umum
JP Insurance memberikan asuransi laut dalam produknya di bidang
Asuransi Rangka Kapal (Marine Hull Insurance), Asuransi Pengangkutan
(Marine Cargo Insurance) dan Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut
(Carrier’s Liability Insurance). Untuk asuransi lain diluar produknya
merupakan hasil dari perjanjian kerjasama yang dilakukan PT Jasa Raharja
Putera dengan subjek hukum/pajak lainnya. Tetapi meski diberikan
asuransi diberbagai bidang terkait dengan kapal dan laut tersebut. Asuransi
yang sering dilakukan adalah asuransi pengangkutan. Hanya sebagian
kecil yang melakukan asuransi atas kapal yang lebih sering dilakukan oleh
perseorangan.
Ketika terjadinya sebuah kerusakan atau kehilangan atas barang yang
diasuransikan tentu harus melalui proses tertentu untuk bisa mendapatkan
ganti rugi. Adapun mekanisme dari penggantian rugi dalam PT Jasa
Raharja Putera/JP Insurance adalah :
a. Jika terjadi kerugian yang dialami tertanggung maka melaporknnya
kepada JP Insurance
b. JP Insurance akan merespon dengan melakukan survey on the spot
c. Tertanggung melakukan proses administrasi atas kerigian tersebut
serta melengkapi berkas-berkas
d. Apabila penyebab terjadinya kerugai tidak terjamin maka JP
Insurance akan mengeluarkan Surat Penolakan Klaim. Namun
apabila diterima akan dilakukan proses penyelesaian ganti rugi
yang disepakati.

Untuk mendapat ganti rugi tersebut sebelum melalui proses atau


mekanisme penggantian rugi maka berkas yang berkaitan dengan
penggantian rugi tersebut harus dilengkapi. Kelengkapan berkas klaim
dalam pengganian rugi yang mana secara umum mekanisme adalah
sebagai berikut :

15
a. Tertanggung sesegera mungkin melaporkan/menyampaikan
keterangan tertulis mengenai kerugian yang terjadi dengan tidak
merubah/merusak objek yang mengalami kerugian.
b. Pengajuan klaim untuk barang atau kendaraan bermotor dilakukan
dengan mengisi Formulir Klaim atau keterangan tertulis
(surat/faksimile) dengan melampirkan :
 Copy Polis
 Copy SIM dan STNK (untuk penggantian kendaraan
bermotor)
 Surat tuntutan kerugian
 Surat keterangan kejadian
 Estimasi kerugian
 Surat keterangan dari kepolisian
 Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan

Untuk ganti kerugian terhadap penumpang harus memenuhi syarat-


syarat sebagai berikut :

a. Mengisi formulir Laporan Klaim Asuransi Kecelakaan Diri (LK1)


b. Melampirkan kwitansi biaya pengobatan. 
c. Melampirkan surat kematian, copy Kartu Keluarga dan KTP
khusus untuk meninggal dunia.
d. Untuk korban cacat tetap dilengkapi dengan laporan kesehatan
terakhir dari dokter.
e. Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
Ketika salah satu dari syarat dan berkas tidak dapat dipenuhi dan
dilengkapi maka penggantian rugi tidak bisa didapatkan. Ketika
berkas dapat dilengkapi dan syarat-syarat dapat dipenuhi tidak
menutup kemungkinan terjadinya masalah. Karena pernah terjadi
adanya ketidaksesuaian data yang diberikan dengan yang
sebenarnya. Hal tersebut bisa disebabkan faktor kesengajaan
(dolus) atau kelalaian (culpa). Hal-hal tersebut juga acapkali

16
menjadi faktor yang mendorong terjadinya masalah antara
tertanggung dan penanggung (perusahaan asuransi).

3. Analisis Kasus
Dalam penggantian rugi tidaklah didapatkan dengan cara mudah, harus
melalui proses yang dapat membuktikan bahwa kerugian benar-benar
terjadi dan terbukti. Karena telah banyak wanprestasi yang melakukan
kerugian yang fiktif. Hal tersebut pada dasarnya batal demi hukum dan
dapat menyebabkan batalnya suatu perjanjian asuransi.
Sesuai dengan budaya perusahaan dari JP Insurance yaitu :
a. Jujur dalam bertindak
b. Disiplin dalam bertindak
c. Tanggap dalam memberikan layanan perlindungan
d. Cermat dalam menciptakan solusi perlindungan
e. Santun dalam menjadi mitra sekaligus sahabat perlindungan

JP Insurance dituntut melakukan penggantian rugi sebagaimana


layaknya. Tidak melahirkan citra yang cenderung merugikan pihak
tertanggung. Tidak memberikan image penggantian rugi yang tidak
sebanding dengan premi yang telah dibayar oleh tertanggung. Haruslah
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati yang mana telah dituangkan
dalam polis.

Dalam kasus penggantian kerugian laut, pada dasarnya yang menjadi


tertanggung adalah perusahaan transportasi laut. Dalam hal ini yang
menjalin kerjasama dengan JP Insurance adalah PT PELNI dan
Darmalautan. Jika terjadi kerugian atas penumpang dan barang
bawaannya. Maka JP Insurance memberikan ganti rugi kepada perusahaan
tersebut, kemudian perusahaan tersebut yang memberikannya kepada
pemumpang atas kerugian yang dialaminya.

17
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sering kali terjadinya penggantian
rugi yang tidak sesuai dengan harapan dari tertanggung. Kesan ini yang
sering dialami masyarakat ketika mengikuti atau membuat sebuah
asuransi. Dalam kerugian yang dialami dalam perjalanan laut misalnya.
Penggantian kerugian yang diberikan oleh PT PELNI dan Darmalautan
misalnya dengan penumpangnya dan barang bawaannya. Karena memang
ganti rugi yang diberikan relatif kecil. Sehingga sering merasa dicurangi
dan menuntut ganti rugi yang lebih besar lagi. Akhirnya untuk mengatasi
hal tersebut PT Jasa Raharja Putera harus ikut campur tangan sebagai
wadah penyelesaian masalah. Dilakukan mediasi antara pihak yan
mengalami kerugian (penumpang) dan pihak yang memberikan ganti
kerugian (PT PELNI dan Darmalautan). Biasanya PT Jasa Raharja Putera
langsung melakukan penunjukan MoU antara PT Jasa Raharja Putera
dengan pihak yang melakukan perjanjian yang dalam hal ini adalah PT
PELNI dan Darmalautan. Setelah penunjukan tersebut masalah tersebut
segera selesai.

Namun apabila tertanggung melakukan asuransi lain atas dirinya dan


barang bawaannya yang lebih besar dari PT Jasa Raharja Putera. Maka
perusahaan tersebut yang biasanya akan dimintakan ganti rugi dalam hal
kerusakan. Dalam penggantian kerugian yang hilang maka setiap
perusahaan yang menjadi penanggung harus melakukan ganti rugi. Karena
pada dasarnya ganti rugi asuransi laut adalah kecil dibanding asuransi
biasa yang mencapai ganti rugi sebesar 90 persen.

Untuk penggantian kerugian tersebut pihak JP-INSURANCE juga


memerlukan asuransi ulang atas perusahannya. Perusahaan JP-
INSURANCE memperoleh dukungan reasuransi dari perusahaan-
perusahaan reasuransi dalam maupun luar negeri :

a. PT. Reasuransi Internasional Indonesia (REINDO)


b. PT. Reasuransi Nasional Indonesia (NASRE)

18
c. PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia (TUGURE)
d. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia (MAREIN)
e. Swiss Reinsurance Company, Zurich – Swiss (Swissre)

Penggantian kerugian oleh antara perusahaan asuransi misalnya dalam


hal ini adalah JP-INSURANCE dilakukan dengan asas kepercayaan karena
ketika menghadapi masalah perlu dilakukan crosscheck terhadap data dan
bukti yang ada, tidak hanya melaporkan kerugian dan langsung
mendapatkan ganti rugi. Dalam asuransi kapal misalnya, jumlah kerugian
yang besar tentu akan memberikan dampak yang besar jika seandainya
terjadi kesalahan atau wanprestasi. Untuk itu asas kepercayaan tadi harus
dijunjung tinggi dibarengi dengan tindakan yang tidak menyalahi
ketentuan yang berlaku karena jika melakukan pelaporan atas kerugian
fiktif maka hal tersebut dapat menjadi alasan yang kuat untuk
membatalkan penjanjian yang telah dilakukan.

Sudah sering kali terjadi masalah antara tertanggung dan penanggung.


Ketika salah satu pihak merasa saling dirugikan perlu dicermati klausul
yang disepakati para pihak dalam MoU asuransi yang dilakukan. Ketika
semuanya sudah memenuhi ketentuan dalam MoU maka masalah tersebut
akan mudah diselesaikan. Karena asas pacta sunt servanda bahwa
kesepakatan yang terjadi antara pihak yang melakukan perjanjian adalah
undang-undang.

B. HASIL DISKUSI KELAS

19
1. Risiko-risiko dalam asuransi laut ada beberapa hal, salah satunya
mengenai kecurangan. Dalam hal kecurangan ini apa yang
diasuransikan? - (Kananda Surya)
Jawab :
Dalam asuransi laut, kepentingan yang ditanggung terdiri dari kapal
dan muatan.
a. Kepentingan yang berhubungan dengan kapal :
Yang langsung diderita pemilik kapal :
 Kapal sendiri, seperti kerusakan atas lambung dan mesin kapal,
kepentingan mana dapat diasuransikan dalam penutupan “Hull
& Machinery”
 Yang tambang (freight), jika dibayar dimuka dan barang tiba
dalam keadaan rusak atau dibayar di pelabuhan bongkat dan
barangnya rusak (penerima barang tidak mau membayar
freight)
 Disbursement, untuk mengatasi harga kapal yang
sesungguhnya lalu menutup asuransi, untuk menjaga
kepentingannya jika terjadi total loss selama periode yang
diasuransikan

Yang berhubungan dengan tanggung-jawab pemilik kapal :

 Tubrukan dengan kapal lain, dimana kapalnya sendiri dianggap


bersalah maka kerugian kapal lain ditanggung pihak yang
dinyatakan salah dan penutup asuransi ada kalanya dibatasi
hanya % bagian, sedangkan yang If4 bagian dikecualikan (yang
dapat ditutup dalam protection & indemnity club)
 Karena pengangkutan, sebagai akibat kelalaian pemilik kapal
melakukan pengawasan terhadap barang yang diangkut
(berdasarkan hukum, pemilik kapal yang bertanggung-jawab)
 Karena pelanggaran hukum setempat, dapat dibebankan kepada
protection & indemnity club

20
 Tanggung-jawab terhadap anak buah kapal, karena kecelakaan
dan lain-lain (P & I)

b. Kepentingan yang berhubungan dengan muatan


 Harga beli barang itu sendiri, diasuransikan untuk menjaga
kemungkinan rusaknya barang selama perjalanan
 Biaya pengiriman atau ongkos kapal diadakan jika ongkos
kapal dibayar lebih dahulu (freight pre-paid) dan
dikhawatirkan oleh pemilik barang akan kehilangan ongkos
apabila barangnya tiba dalam keadaan rusak atau hilang
 Ongkos pembongkaran dan penerusan barang (forwarding
expenses), yang harus dibayar oleh pemilik barang, walaupun
barang diterima pemilik dalam keadaan rusak
 Premi asuransi, sebagai imbalan tidak dikembalikannya premi
untuk barang yang hilang
 Keuntungan yang diharapkan, diasuransikan mengingat
kemungkinan terjadi barang tidak sampai sehingga keuntungan
yang diharapkan semula tidak diperolehnya

Kelima kepentingan tersebut diatas dapat diasuransikan menjadi satu


pertanggungan dalam asuransi barang. Kepentingan-kepentingan lain yang
tidak merupakan bagian dari muatan, namun erat hubungan dengan
muatan adalah :

a. Komisi diasuransikan oleh orang yang akan menerimanya jika


komisi didasarkan atas sampainya barang dan kemungkinan tidak
tibanya
b. Tanggung-jawab untuk angkutan barang berbahaya yang tanggung-
jawabnya dibebankan kepada pemilik barang atas kemungkinan
kerusakan yang ditimbulkan
c. Defeasible dan contingent, diasuransikan untuk kerugian pihak
penjual jika pihak pembeli menolak menerima barang dengan

21
alasan terlambat dan ongkos pengembalian barang ke tempat
penjual menjadi tanggungan pihak penjual (defeasible interest),
jika hal ini terjadi dan pihak pembeli sudah menjual barang
tersebut sebelum tiba, maka pembelipun akan menderita kerugian
yang dapat diasuransikan (contingent interest).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang menjadi pokok


pertanggungan dalam asuransi laut adalah segala kepentingan yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi pemiliknya karena terjadinya suatu bahaya
laut. Diadakannya asuransi oleh pemilik kepentingan tersebut adalah untuk
menjaga-jaga agar apabila bahaya itu datang dan mengakibatkan kerugian,
pemiliknya mendapatkan ganti kerugian.

2. Apakah pembajakan ditanggung oleh Asuransi Laut? - (Niko


Karuniawan)
Jawab :
Ya, pembajakan ditanggung oleh asuransi laut.
Hull & Machinery (H&M) Insurance memberikan jaminan kerusakan
atau kerugian terhadap kapal, mesin dan perlengkapannya dari bahaya laut
dan risiko pelayaran. H&M menjamin risiko-risiko sebagai berikut :
a. Bahaya laut seperti cuaca buruk, tenggelam, tabrakan, dll (perils of
the seas)
b. Kebakaran, ledakan
c. Pencurian dengan kekerasan oleh orang dari luar kapal
d. Pembuangan kelaut (jettison)
e. Perompakan (piracy)
f. Breakdown atau kecelakaan pada instalasi nuklir atau reaktor (pada
kapal)
g. Tabrakan dengan pesawat udara atau benda angkasa lainnya, alat
transportasi darat, dock dll

22
h. Gempa bumi letusan, gunung berapi, sambaran petir
i. Kecelakaan akibat loading-unloading kargo atau bahan baker
j. Bursting of boilers pada kapal, dll
k. Kelalaian nahkoda, crew atau pandu
l. Kelalaian repairers atau charterers
m. Pemberontakan atau pengambilalihan paksa oleh nahkoda dan
crew (barraty)
n. Tindakan pihak berwenang dalam mencegah atau mengurangi
dampak polusi (Pollution Hazard)
o. Tanggung jawab hukum akibat tabrakan kapal (Collission
Liability)
p. Kontribusi General Average and Salvage
q. Biaya-biaya penyelamatan (Sue and Labour)

Marine Cargo Insurance / Asuransi Muatan Kapal Laut


adalah asuransi yang memberikan perlindungan terhadap :
a. Perpindahan barang-barang dari titik A ke titik B (baik lewat darat,
udara dan laut)
b. Import kedalam dan Export keluar suatu Negara
c. Perjalanan darat dan antar pulau didalam wilayah suatu Negara
Marine Cargo Insurance  menggunakan klausula yang dikeluarkan oleh
Joint Cargo Commitee di London yang disebut Institute Cargo Clause dan
berlaku secara internasional.
Ada 3 standard clauses yang dikeluarkan, sesuai dengan luas jaminannya :
a. ICC (C), memberi jaminan atas resiko/bahaya :
 Kebakaran dan ledakan.

 Kapal kandas, tenggelam atau terbalik.

 Sepanjang pengangkutan didarat yakni sebelum dan sesudah


bongkar muat, jika angkutannya terbalik.

 Tabrakan kapal dengan benda lain selain air.

23
 Bahaya-bahaya pembongkaran barang di pelabuhan darurat.

 Tindakan penyelamatan umum (General Average).

 Tanggungan gugat untuk biaya penyelamatan dan general average.


 Dalam hal kapal tabrakan dengan kapal lain (Both to Blame
Collision Clause).
b. ICC (B), memberi jaminan atas resiko/bahaya :
 Semua resiko yang dijamin dalam ICC (C), ditambah dengan

 Gempa bumi, letusan gunung berapi, petir.

 Pembuangan barang ke laut atau terlemparnya barang ke


laut (Jettison or Washing Overboard).
 Air laut memasuki palka peti kemas dan tempat-tempat penimbunan
di kapal akibat resiko-resiko di laut (Perils of the Seas / Heave
Weather).
 Koli yang hilang akibat bongkar muat.

c. ICC (A), memberi jaminan All Risk (segala resiko), jaminan dalam


klausula ini adalah yang paling luas, karena meliputi Perils of the Seas
dan Extraneous Risk, tetapi dengan pengecualian sebagai berikut :

 Kesengajaan.

 Sifat barang itu sendiri, misalnya pembusukan pada buah-buahan


dan daging, alat pengangkutan yang tidak layak secara teknis.

 Perang, perang saudara, revolusi, penyitaan oleh pihak musuh dan


yang sejenis.

 Terorisme, pemogokan.

 Karat, Aus (Wear and Tear).

Pengecualian pada ICC (A) ini juga berlaku pada ICC (B) maupun ICC
(C).

24
3. Apa dasar hukum Asuransi Laut dan bagaimana cara
pembayarannya? - (Fidi Hania)
Jawab :

Dengan perkembangan asuransi dewasa ini, dimana penutupan


penutupan yang besar perlu disebarkan melalui reasuransi diluar pasaran
Indonesia, maka didalam prakteknya soal-soal asuransi perlu disesuaikan
dengan hukum-hukum yang digunakan dinegara lain. Hukum asuransi laut
Inggris masih dianggap yang paling lengkap. Pasal 246 KUHD :
“Asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
akan dideritannya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

Selanjutnya menurut pasal 250 KUHD, asuransi 


hanyalah dapat ditutup jika pihak tertanggung mempunyai kepentingan
atas hak milik yang diasuransikan (insurable interest). Perjanjian asuransi
di buat di dalam polis asuransi dan hanya pihak penanggung yang
menanda-tangani polis tersebut sehingga merupakan suatau perjanjian
unilateral, namun memiliki kekuasaan mengikat kedua belah pihak.

Sedangkan hal-hal mengenai asuransi laut sendiri diatur dalam Pasal


592 KUHD sampai dengan Pasal 695 KUHD.

Untuk mengetahui bagaimana cara pembayaran premi asuransi laut,


maka kita harus mengetahu jenis-jenis polis dalam Marine Hull, yaitu :

a. Time Policy (Polis Jangka Waktu)

25
Dalam polis jangka waktu, masa berlakunya jaminan asuransi
berdasarkan jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun dan berlaku
jam 00.00 serta berakhir jam 24.00).

Jangka waktu ini dapat kurang dari satu tahun, dengan ketentuan
Penanggung akan mencantumkan FPIL clause (Full Premium if Lost
Clause) yang artinya apabila terjadi kerugian Total Loss atas kapal
yang dipertanggungkan, maka Penanggung akan membebankan
premi untuk 1 tahun penuh.

Contoh : Kapal  A  diasuransi dengan jangka waktu  4 bulan,


Suku premi  setahun  adalah 4% (didalam polis ditulis suku premi
1.6% pro-rata 4%). Apabila dalam jangka waktu 4 bulan tersebut
kapal mengalami Total Loss, maka Tertanggung harus membayar
premi setahun penuh, dengan perhitungan:

Premi Tahunan = 4.0% x Nilai Pertanggungan


Telah diperhitungkan = 1.6% x Nilai Pertanggungan
Tambahan Premi yang harus dibayar = 2.4% x Nilai Pertanggungan

b. Voyage Policy (Polis Perjalanan)

Polis Perjalanan adalah polis yang menutup asuransi atas kapal


hanya selama Kapal tersebut berada dalam perjalanan dari suatu
tempat/pelabuhan pemberangkatan sampai kapal tersebut tiba
dipelabuhan tujuan.

Jadi masa berlakunya pertanggungan atas polis ini tidak


didasarkan pada suatu jangka waktu tertentu, tetapi berdasarkan pada
suatu perjalanan tertentu saja.

Pembebanan suku premi ditetapkan berdasarkan perjalanan itu


sendiri, sehingga tidak mengenal adanya ketentuan mengenai Full
Premium if Lost (FPIL Clause).

26
Saat mulai dan berakhirnya pertanggungan sangat ditentukan oleh
pemakaian kata-kata “at and from” atau “from” pada polisnya. “at
and from” maka risiko asuransi sudah mulai berjalan sejak kapal tiba
di pelabuhan pemberangkatan dan berlangsung terus sampai kapal
tersebut tiba di pelabuhan tujuan. “from” maka risiko asuransi sudah
mulai berjalan sejak kapal mengangkat sauh/jangkar dipelabuhan
pemberangkatan dan berlangsung terus sampai kapal tersebut tiba di
pelabuhan tujuan.

Pengertian kata-kata “tiba dipelabuhan tujuan” adalah apabila


kapal tersebut telah menurunkan sauh/jangkar disuatu tempat di
pelabuhan yang dituju oleh Port Authority dan tertambat dengan
aman ditempat itu (safety moored).

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sehubungan dengan perkembangan asuransi di Indonesia, asuransi
laut sangat memegang peranan penting di Negara Indonesia yang secara
geografis adalah sebuah Negara Kepulauan. Indonesia memiliki lebih
17.000 pulau, khususnya pulau-pulau yang telah memiliki penduduk yang
besar jumlahnya seperti yang kita ketahui yaitu, pulau Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi, dan yang sedang kita jejaki saat ini pulau Jawa.
Dengan berkembangnya penduduk Indonesia yang sangat pesat,
perkembangan Ekonomi dan Kebutuhan Masyarakat pun mengalami
kemajuan, dengan bentuk wilayah Negara ini, maka sangat jelas
transportasi laut akan sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Maka pemahaman tentang asuransi laut sangat dibutuhkan pula,
untuk menghindari kerugian karena kecelakaan di laut yang mungkin akan
terjadi.
B. Saran
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai
sumber referensi dan tolak ukur dalam pembuatan makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi oleh penulis lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hakim. (2008). "Asuransi Laut".

Sari, E. K., & Simangunsong, A. (2007). Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana.

Sinyal, J. (n.d.). "Shipping".

Subekti, R., & Tjitrosudibio, R. (1997). Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.


Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

29

Anda mungkin juga menyukai