Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEDULI LINGKUNGAN DAN PENCEGAHAN POLUSI

Disusun oleh :
Nama : IRFAN FANANI

NIT : 1811434

Prodi : TEKNIKA IV A

KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada., Bapak
Priyono ATT II selaku dosen mata kuliah. Konstruksi Peralatan Permesinan Kapal sehingga
makalah ini dapat selesai dengan baik.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal penulisan
maupun penggunaan kata-kata. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penting
bagi kami terima dengan ikhlas untuk lebih baik kedepannya. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi pembaca. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
A. Tugas-Tugas IMO..............................................................................3
B. Sejarah Berdirinya IMO.....................................................................6
C. Tujuan Berdirinya IMO......................................................................7
D. Pengertian IMO..................................................................................7
E. Jenis-Jenis Sertifikat Keselamatan......................................................7
F. Marpol 73 / 78 Mengatur Dalam ANNEX 1 Sampai 7.......................7
G. Tujuan ISM Code...............................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8
A. Latar Belakang
International Maritime Organization (IMO) merupakan badan khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan dan keamanan
pelayaran serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut akibat aktivitas penggunaan
laut. IMO memiliki kewenangan dalam menentukan peraturan internasional tentang standar
keselamatan, keamanan dalam mengatur segala aktivitas pelayaran internasional.

1. IMO terdiri dari 174 negara anggota yang memiliki kepentingan dalam aktivitas
pelayaran internasional. Dimana masing-masing anggota memiliki jabatan serta
tugasnya sendiri. Dalam beberapa pertemuan, Negara anggota IMO berunding untuk
membahas isu terkait keselamatan dan keamanan pelayaran, termasuk memutuskan
sebuah peraturan baru maupun membuat amandemen. Indonesia saat ini merupakan
Negara anggota IMO dengan jabatan sebagai anggota dewan dalam kategori “C”
yang memiliki kepentingan khusus dalam navigasi pelayaran internasional serta
memiliki kewenangan dalam menentukan rancangan program kerja kedepan.

2. Sebagai Negara kepulauan yang telah meratifikasi United Nations Conventions on


the Law of The Sea (UNCLOS) Tahun 1982, Indonesia berkewajiban membuat jalur
laut kepulauan sebagai jalur lintas pelayaran asing atau biasa disebut dengan istilah
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pelayaran asing dapat memasuki perairan
Indonesia melalui ALKI secara terus-menerus tanpa harus meminta izin terlebih
dahulu.

3. Wilayah perairan Indonesia merupakan jalur penghubung pelayaran internasional


dari Asia Timur, Asia Tenggra, Asia Tengah menuju Australia ataupun sebaliknya.
Saat ini aktivitas perdagangan dunia 70% berlangsung dikawasan Asia-Pasifik,
dimana 75% komoditas barang yang diperdagangkan dikirim melewati wilayah
perairan Indonesia seiring dengan dengan pergeseran pusat perekonomian dunia dari
kawasan Atlantik ke AsiaPasifik.

4. Posisi strategis Indonesia yang berada diantara dua samudera yakni samudera Pasifik
dan Hindia serta berada diantara dua benua yakni Benua Asia dan Australia
menjadikan Indonesia sebagai pusat dari aktivitas pelayaran global. kepadatan lalu
lintas diperairan indonesia juga meningkat dengan adanya aktivitas pelayaran
nasional yang melayani rute-rute dari satu pulau ke pulau lainnya. Pelayaran
merupakan transportasi pilihan dari sarana transportasi lainnya, transportasi laut
memiliki kelebihan karena dapat mengangkut lebih banyak barang dari pada
transportasi lain.
Sarana transportasi ini dapat menjangkau wilayah satu dengan yang lain melalui perairan.
sehingga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan peranannya baik nasional maupun
internasional, sekaligus dapat mendorong pembangunan perekonomian nasional demi
meningkatkan kesejahteraan warga Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Tugas-tugas IMO
2. Sejarah berdirinya IMO
3. Tujuan berdirinya IMO
4. Pengertian IMO
5. Jenis-jenis sertifikat keselamatan
6. MARPOL 73 / 78 mengatur dalam ANNEX 1-7 dan sebutkan
7. Tujuan ISM code

C. Tujuan
1. Mengetahui tugas-tugas IMO
2. Mengetahui sejarah berdirinya IMO
3. Mengetahui tujuan berdirinya IMO
4. Mengetahui pengertian IMO
5. Mengetahui jenis-jenis sertifikat keselamatan
6. Mengetahui MARPOL 73 / 78 mengatur dalam ANNEX 1-7
7. Mengetahui tujuan ISM code
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tugas-Tugas IMO
Tugas Utama IMO (internasional maritime organization) adalah untuk memajukan
kerjasama antara negara-negara anggotanya dalam masalah teknis di bidang pelayaran, dengan
perhatian khusus akan keselamatan di laut dan untuk menjamin tercapainya taraf keselamatan
serta efisensi pelayaran setinggi-tingginya.

Sekretariat IMO di pimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang di pilih setiap 4 tahun
sekali, dibantu oleh para Direktur yang memimpin setiap Devisi. Divisi pada sekretariat IMO
yaitu:
a. Maritime Safety Division
b. Marine Environment Protection Division
c. Legal Affairs and International Relation Division
d. Conference Division
e. Technical Co-operation Division
f. Administrative Division

Sampai tahun 2010 anggota IMO terdiri dari 169 negara termasuk Indonesia, ditambah 3
negara anggota assiciate (Associate Member).
Struktur Organisasi IMO dalam pengambilan keputusan, dilaksanakan melalui forum
sidang Assembly, sidang Council dan 5 sidang Committee, yaitu: Maritime Safety Committee
(MSC), Marine Environment Protection Committee (MEPC), Legal Committee (LEG),
Technical Cooperation Committee (TCC) dan Facilitation Committee (FAL).
A.       Assembly atau Majelis IMO, merupakan lembaga tertinggi IMO (IMO highest
Governing-Body) yang terdiri dari seluruh negara anggota IMO, yang saat ini berjumlah 169
negara, bersidang sekali dalam dua tahun pada jadwal reguler, atau Setiap saat bila dianggap
perlu. Assembly bertanggung jawab untuk menentukan program kerja, voting anggaran dan
menentukan pengaturan keuangan dalam organisasi. Assembly juga bertugas melaksanakan
pemilihan anggota Dewan (Council).
B.      Council, atau Dewan IMO adalah semacam “Governing Body” dalam IMO yang
melaksanakan tugas-tugas organisasi IMO di antara dua masa Sidang Majelis. Dewan IMO
merupakan badan eksekutif di bawah Assembly, bertanggung jawab melaksanakan pengawasan
terhadap kerja organisasi.
Tugas-tugas lain dari Dewan yaitu:
1)      Mengoordinasikan kegiatan badan-badan IMO yang lain,
2)      Memperhatikan rancangan anggaran dan program kerja yang harus disampaikan kepada
sidang Assembly,
3)      Menerima laporan dan usulan dari Committee dan organ IMO yang lain serta dari negara-
negara anggota untuk diteruskan ke Assembly dengan beberapa masukan dan rekomendasi yang
tepat.
4)      Mengusulkan dan memilih calon Sekretaris Jenderal, yang kemudian disahkan dalam
sidang Assembly.
5)      Melakukan upaya pengaturan dan kerja sama dengan berbagai organisasi di luar IMO,
yang kemudian disyahkan melalui sidang Assembly.

Dewan IMO beranggotakan 40 negara anggota IMO (sejak 7 Nopember 2002). Dari ke 40
negara anggota Dewan IMO tersebut terbagi dalam 3 kategori yaitu:
1)      Kategori “A”, terdiri dari 10 negara yang mewakili armada pelayaran niaga internasional
terbesar dan sebagai penyedia angkutan laut internasional terbesar,
2)      Kategori “B”, terdiri dari 10 negara yang mewakili kepentingan maritime terbesar dalam
menyediakan “International Ship-borne Trade”,
3)      Kategori “C”, terdiri dari 20 negara yang mempunyai kepentingan khusus dalam angkutan
laut atau navigasi, dan mencerminkan perwakilan yang adil secara geografis.

Pemilihan anggota Dewan IMO dilaksanakan 2 tahun sekali, yaitu pada saat dilaksanakan
sidang Assembly. Negara-negara anggota yang ingin menjadi anggota Dewan wajib
menyampaikan surat kepercayaan (credential letter) ke Sekretaris Jendral IMO untuk
mencalonkan diri pada kategori yang mereka inginkan. Pada saat sidang Assembly, negara-
negara yang mencalonkan sebagai anggota Dewan IMO akan diminta untuk menyampaikan
pandangan umum dan tujuan pencalonannya, sebelum pemilihan dilaksanakan.

C.       Committee, adalah bagian tubuh IMO yang mengolah aturan-aturan produk IMO untuk
disampaikan ke sidang Dewan. Terdapat 5 Committee yaitu:
1)      Maritime Safety Committee (MSC), yaitu komite yang menangani pengaturan-pengaturan
masalah keselamatan dan keamanan pelayaran (maritime safety and security) seperti:
keselamatan navigasi, stabilitas kapal, konstruksi pembangunan kapal, komunikasi maritim,
keamanan maritime dari anccaman perompakan di laut dan sejenisnya.
2)      Marine Environmet Protection Committee (MEPC), komite yang menangani pengaturan-
pengaturan tentang perlindungan terhadap pencemaran laut, termasuk pencemaran udara dari
kapal-kapal laut.
3)      Legal Committee (LEG), yaitu komite yang menangani tentang pengesahan aturan yang
akan diberlakukan oleh IMO.
4)      Technical Cooperation Committee (TCC), yaitu komite yang mempunyai tugas untuk
membahas negara-negara yang memerlukan bantuan teknis dalam kaitannya dengan
implementasi instrumen-instrumen IMO.
5)      Facilitation Committee (FAL), yaitu komite yang menangani masalah pengaturan
permasalahan dokumen-dokumen yang harus dibawa oleh kapal-kapal, membantu menjembatani
antar negara dalam implementasi instrumen IMO sehingga tidak terjadi kerancuan serta upaya
menghindari adanya keterlambatan operasi kapal-kapal berkaitan dengan dokumentasi kapal
yang masuk wilayah negara lain.

Komite (Committee) membentuk sub-sub komite (Sub-Committee) yaitu:


1)      Bulk Liquids and Gases (BLG)
2)      Carriage of Dangerous Goods, Solid Cargoes and Containers (DSC)
3)      Fire Protection (FP)
4)      Radio-communications and Search and Rescue (COMSAR) bertugas membahas
rancangan-rancangan ketentuan mengenai komunikasi radio di kapal dan pengaturan tentang
SAR (Search and Rescue = pencarian dan pertolongan),
5)      Safety of Navigation (NAV) bertugas membahas rancangan-rancangan ketentuan
mengenai alat bantu navigasi dan alur-alur pelayaran untuk keselamatan pelayaran serta aturan
pencegahan tubrukan di laut,
6)      Ship Design and Equipment (DE)
7)      Stability and Load Lines and Fishing Vessels Safety (SLF)
8)      Standards of Training and Watchkeeping (STW)
9)      Flag State Implementation (FSI)

Berdasarkan struktur dan fungsi dari badan-badan IMO maka dapat disimpulkan kegiatan-
kegiatan IMO secara garis besarnya meliputi:
a.       Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan keselamatan maritim dan
efisiensi pelayaran.
b.      Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengawasan pencemaran
lingkungan laut yang disebabkan oleh kapal-kapal, serta masalah-masalah yang berhubungan
dengan hal itu;
c.       Kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan perkapalan serta kegiatan-kegiatan laut
yang berhubungan khususnya mengenai bantuan di bidang teknis kepada negara-negara
berkembang.

Dalam rangka kerjasama antara negara-negara anggota, terutama untuk menunjukkan tujuan
utama daripada IMO akan keselamatan di laut serta efisiensi pelayaran, atau inisiatif IMO telah
diadakan konvensi-konvensi di bidang maritim sebagai berikut:
a. International Covention for the Safety of Life at Sea(SOLAS), 1948;
b. International Regulations for Preventing Collicions at Sea(COLREG), 1960;
c. International Convention for Prevention of Pollution of the Sea by Oil (OILPOL), 1954;
d. The International Convention for the Prevention Pollution from Ships, 1973;
e. Convention on Facilitation of International Maritime Traffic, 1965;
f. The International Convention on Load lines, 1966;
g. The International Convention Tonnage Measurement of Ships, 1969
h. The international convention Relating to Intervention on the High Sea in Cases of Oil
Pollution Casualties, 1969.
i. The International Convention on Civil Liability for oil Pollution Damage, 1969
B. Sejarah Berdirinya IMO

Organisasi Maritim Internasional (Bahasa Inggris:International Maritime Organization


atau IMO (dulunya dikenal sebagai Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization atau IMCO)), didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk mengkoordinasikan
keselamatan maritim internasional dan pelaksanaannya. Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya, IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun 1958.
Dengan berpusat di London, Inggris, IMO mempromosikan kerja-sama antar-pemerintah dan
antar-industri pelayaran untuk meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi
air laut. IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh sebuah dewan yang
beranggotakan badanbadan yang tergabung di dalam majelis tadi. Dalam melaksanakan
tugasnya, IMO memiliki lima komite. Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis.Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara kerja IMO.
Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada LSM yang memenuhi syarat
tertentu.IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para pegawainya adalah wakil-wakil
dari para anggota IMO sendiri. Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yangsecara
berkala dipilih oleh Majelis, dan berbagai divisi termasuk Inter-Alia, Keselamatan Laut (Marine
Safety), Perlindungan Lingkungan dan sebuah seksi Konferensi. Konsep IMO muncul setelah
bencana kapal Titanic. Berdasarkan standar modern, rancangan Titanic membuatnya sangat
rapuh.
Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas lambung kapal karena para insinyur
perancangnya menghitung bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila kapal
bermuatan wajar. Ketika Titanic menabrak gunung es, perhitungan ini terbukti sangat salah. Dan
ketika para penumpang mulai meninggalkan kapal, terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia.
Alhasil, banyaknyawa dan materi hilang dalam tragedi ini.Pada saat itu, setiap negara memiliki
peratuuran sendiri mengenai standar rancangan kapal, konstruksi dan peralatan keselamatannya.
Inter-Governmental Maritime Consultative Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas
tragedi Titanic, tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I meletus. Ketika perang
berakhir, IMCO dihidupkan kembali dan menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai
pembangunan kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea (SOLAS) atau
Keselamatan Jiwa di Laut.
Setiap tahun, SOLAS terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut. IMCO pada akhirnya berubah menjadi
IMO. IMO secara berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for Preventing
Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk Menghindari Tabrakan di Laut) yang
didukung oleh badan-badan klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku.
Port State Control authority (atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara) didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai (Amerika Serikat: US Coast Guard, Indonesia:
KPLP [Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai]) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing
yang masuk ke pelabuhanpelabuhan negara tersebut. Sebuah Memorandum of Understanding
(Protokol) telah ditandatangani oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negaranegara tersebut.
C. Tujuan Berdirinya IMO
Tujuan didirikanya IMO adalah untuk memajukan kerjasama antar Negara-negara anggota
dalam masalah-masalah teknis dibidang pelayaran dengan perhatian khusus pada keselamatan
di laut dan untuk menjamin tercapainya taraf keselamatan serta efisiensi pelayaran
setinggitingginya.
D. Pengertian IMO
International Maritime Organization atau Organisasi Maritim Internasional.

E. Jenis-Jenis Sertifikat Keselamatan


a.) Sertifikat Kesempurnaan
b.) Sertifikat Keselamatan
c.) Sertifikat Keselamatan Radio
d.) Sertifikat Lambung Timbul
e.) Sertifikat Muatan Kayu
f.) Sertifikat Penumpang
g.) Sertifikat Pembebasan

F. Marpol 73 / 78 Mengatur Dalam ANNEX 1 Sampai 7


MARPOL 1973/1978 memuat 5 (lima) Annexes yakni :
• Marpol Annex I - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh Minyak.
• Marpol Annex II - Peraturan-peraturan untuk pengawasan pencemaran oleh zat-zat cair
beracun dalam jumlah besar.
• Marpol Annex III - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemarean oleh zat-zat
berbahaya yang diangkut melalui laut dalam kemasan, atau peti atau tangki jinjing atau
mobil tangki dan gerbong tangki.
• Annex IV - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal.
• Annex V - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal.
• Annex VI - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran udara dari kapal-kapal.
• Annex VII - Peraturan-peraturan untuk pengawasan pencemaran oleh emisi udara kapal.

G. Tujuan ISM Code


Tujuan dari penerapan ISM Code adalah menjamin keselamatan di laut untuk menghindari
kecelakaan yang dapat menimbulkan korban jiwa serta kerusakan kapal yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan di laut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
International Maritime Organization (IMO) merupakan badan khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan dan keamanan
pelayaran serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut akibat aktivitas penggunaan
laut. IMO memiliki kewenangan dalam menentukan peraturan internasional tentang standar
keselamatan, keamanan dalam mengatur segala aktivitas pelayaran internasional.1 IMO terdiri
dari 174 negara anggota yang memiliki kepentingan dalam aktivitas pelayaran internasional.
Dimana masing-masing anggota memiliki jabatan serta tugasnya sendiri.

B. Saran
Sebaiknya disertakan juga sumber data yang tercantum dalam makalah agar lebih
terpercaya.

Anda mungkin juga menyukai