Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH TEMPERATUR PENDINGIN MESIN TERHADAP

KINERJA MESIN INDUK PADA MT. SRIKANDI

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Nilai Tugas Metodologi

Teknika

IRFAN FANANI

NIT. 1811434

AKADEMI MARITIM NUSANTARA

CILACAP
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan lancar

yang berjudul “PENGARUH TEMPERATUR PENDINGIN MESIN

TERHADAP KINERA MESIN INDUK PADA MT. SRIKANDI”. Adapun

maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan progam Diploma Tiga jurusan Teknika pada AKADEMI

MARITIM NUSANTARA CILACAP.

Selain itu, ada banyak orang yang berkontribusi untuk terselesaikannya Karya

Tulis Ilmiah saya. Pada bagian ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada pribadi-pribadi berikut :

1. Bapak ALTRIL RAYENDRA, S.Tr. selaku Direktur Akademi Maritim

Nusantara Cilacap.

2. Ibu LUSIANI, S.Pd.,Si., M.Pd. selaku Kepala Progam Studi Teknika

Akademi Maritim Nusantara Cilacap.

3. Ibu STEPHANI RANGGA LARASATI, M.Pd. selaku dosen

pembimbing materi dan sumber inspirasi dalam penyusunan makalah ini.

4. Seluruh dosen dan staff AMN yang mendidik saya dengan baik.

5. Ayah dan ibu dan seluruh keluarga besar saya yang sudah mendukung

baik mental dan materi guna menunjang kalancaran di dalam menyusun

makalah ini.
6. Seluruh Senior, Junior serta Taruna Angakatan 2015 AMN Cilacap.

Cilacap, 16 Juli 2020

( Irfan Fanani )

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................................

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

D. Manfaat Penelitian ...................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................

1. Pendinginan Mesin Induk .................................................

2. Macam-Macam Sistem Pendingin Mesin Induk ...............

3. Media Pendingin Mesin Induk Pada Kapal ........................

4. Bagian-Bagian yang Didinginkan .....................................

5. Tujuan Pendinginan ...........................................................

6. Gangguan Pada Sistem Pendingin .....................................

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..........................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................


A. Tempat dan Waktu ...................................................................

B. Peralatan dan Pengujian ...........................................................

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................

1. Metode Pengamatan ............................................................

2. Metode Wawancara .............................................................

3. Studi Kepustakaan ...............................................................

4. Metode Dokumentasi ...........................................................

D. Metode Analisa .........................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Untuk mengoperasikan mesin induk diperlukan ketelitian dan kecermatan

yang sesuai dengan buku petunjuk yang berada diatas kapal. Karena kesalahan

mengoperasikan juga berakibat fatal dan dapat mengganggu kelancaran

pengoperasian kapal. Pada motor induk untuk mempertahankan suhu motor induk

dibutuhkan sebuah system pendingin, pendinginan sangat berpengaruh untuk

kelancaran pengoprsian kapal dimana pendinginan terdapat dua macam yaitu

pedinginan seraca terbuka dan tertutup.

Dalam pengoprasian mesin induk sering terjadi gangguan sistem pendinginan

pada mesin induk, untuk itu Perwira dan Crew di atas kapal dituntut agar tanggap

dalam menjaga kelancaran pengoprasian, sehingga dalam pelayaran kapal tidak

mengalami gangguan pada sistem pendinginan mesin induk. Berdasarkan

observasi yang dilakukan penulis pada saat melaksanakan praktek laut dikapal

MT. SRIKANDI dengan mesin induk HANSHIN DIESEL LH34LA dimana

sistem pendinginan ini sering mengalami gangguan, yaitu naik turunya temperatur

pendingin tidak memenuhi standar sehingga menyebabkan temperatur pendingin

yang berpengaruh pada temperatur mesin induk sangat tinggi yang berpengaruh

pengoperasian mesin induk menjadi tidak maksimal.

Dengan memperhatikan sistem pendinginan pada mesin induk yang terdapat

di atas kapal, maka kapal dapat beroperasi dengan baik meskipun kapal berlayar

dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan manulbook, ada saat kapal

beroperasi dengan kecepatan rendah, temperatur air pendingin yang normal adalah

60-70 0C. Namun pada saat kapal beroperasi dengan kecepatan tinggi, temperatur
air pendingin meningkat menjadi 70-80 0C. Hal ini menyebabkan air tawar yang

berada pada expansion tank fresh water cooler cepat habis dan harus diisi ulang

setiap mengoperasikan mesin induk. Berdasarkan hal tersebut maka perlu

dilakukan penanganan terhadap gangguan-gangguan yang timbul pada sistem

pendinginan saat kapal sedang beroperasi. Oleh karena itu, para crew yang bekerja

di atas kapal harus menjaga temperatur pendingin tersebut. Dengan demikian

para crew kapal dapat mengerti apabila dalam pengoperasian kapal terjadi

gangguan sistem pendinginan pada mesin induk yang menyebabkan temperatur

pendingin semakin tinggi yang berpengaruh pada kinerja mesin induk pada kapal

MT. SRIKANDI.

Dari permasalahan-permasalahan di atas maka penulis memilih judul sebagai

berikut : “PENGARUH TEMPERATUR PENDINGIN MESIN TERHADAP

KINERJA MESIN INDUK PADA MT. SRIKANDI”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh temperatur pendingin mesin terhadap kinerja mesin

induk pada MT. SRIKANDI?

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripasikan pengaruh temperatur pendingin mesin terhadap kinerja

mesin induk pada MT. SRIKANDI.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai mesin penggerak utama

kapal dalam bidang keselamatan pelayaran khususnya tentang pengaruh

temperatur pendingin mesin terhadap kinerja mesin induk.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap

hubungan siatem pendingin dengan mesin induk.

b. Bagi Lembaga Pendidikan atau Akademi

Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang permesinan kapal dan

melengkapi sumber pengetahuan diperpustakaan.

c. Bagi Perusahaan Pelayaran

Dari penulisan ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi perusahaan

pelayaran untuk menentukan kebijakan-kebijakan baru dalam menejemen

perawatan.

d. Bagi Anak Buah Kapal

Tercapainya kesadaran anak buah kapal untuk mengadakan

perawatan yang berlangsung secara terus menerus terhadap semua

peralatan dan perlengkapan yang mendukung sehingga apabila terjadi


masalah pada sistem pendinginan dapat segera ditanggulangi dan tidak

menimbulkan masalah yang lebih besar.

e. Bagi Pembaca

Untuk memberikan masukan yang bermanfaat serta membantu

pembaca agar bisa lebih mengerti dan meningkatkan pemahaman

terhadap hubungan sistem pendinginan dengan mesin induk.

E. Batasan istilah

1. Mesin induk

Mesin induk adalah mesin penggerak utama dikapal sebagai penggerak /

pendorong kapal supaya kapal bisa berjalan maju atau mundur sesuai dengan

pengoperasian.

2. Temperatur

Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suhu benda, panas-

dinginnya suatu benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam

benda tersebut. Satuan temperatur yang biasa digunakan diatas kapal adalah

derajad celcius ( oC ).

3. Sistem Pendingin

Sistem pendingin adalah salah satu bagian dari mesin untuk menurunkan

suhu yang masuk ke dalam mesin induk.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendingin Mesin Induk

1. Pengertian Pendinginan

Menurut Triyuswoyo (2006), pendingin adalah suatu media yang

berfungsi untuk menyerap panas. Panas tersebut didapat dari hasil

pembakaran bahan bakar di dalam cylinder. Di dalam sistem pendingin

terdapat beberapa komponen yang bekerja secara berhubungan antara lain :

cooler, pompa sirkulasi air tawar, pompa air laut, strainer pada air laut dan

sea chest. Dari keempat komponen inilah yang sering menyebabkan kurang

maksimalnya hasil pendinginan terhadap Mesin Induk. Air pendingin dalam

fungsinya sangat vital dalam menjaga kelancaran pengoperasian motor induk.

Agar bangunan motor diesel terpelihara dari tegangan akibat panas, maka

panas yang timbul harus dapat dikendalikan. Keadaan tersebut hanya bisa

diatasi dengan cara mengedarkan (mensirkulasi) media pendingin dengan

tekanan yang konstan ke seluruh komponen mesin induk seperti cylinder

jacket cooling, cylinder head, dan injector. Sistem ini harus menjadi

pengawasan bagi para crew mesin agar aliran pendingin selalu lancar.

Menurut Karyanto (1970), tekanan pendinginan motor dimaksudkan

untuk menjaga kestabilan suhu pada bagian mesin, sehingga tidak terjadi

kenaikan suhu yang terlalu tinggi sebagai akibat dari pembakaran bahan
bakar  di dalam silinder dan gesekan yang terjadi. Pendinginan motor juga

dimaksudkan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan.

Pendinginan pada mesin induk sangat dibutuhkan karena temperatur gas

pembakaran didalam silinder dapat mencapai kurang lebih 2500oC. Akibat

dari proses pembakaran bahan bakar diruang pembakaran terjadi secara

berulang-ulang maka akan terjadi kenaikan suhu pada dinding silinder, torak,

katup dan beberapa bagian yang bergerak lainnya. Sebagian terjadi proses

pendinginan dari minyak lumas, terutama yang  membasahi bagian dinding

silinder dan sebagian kecil minyak akan menguap dan akhirnya akan ikut

terbakar bersama bahan bakar. Oleh karena itu, perlu mendapat pendinginan

yang cukup agar temperaturnya tetap pada batas yang telah ditentukan sesuai

ketentuan buku petunjuk dan supaya operasi mesin dapat berjalan dengan

baik.

Gambar 2.1 Sistem Pendingin Mesin Induk

(sumber : https://makalahpelaut.com/cooling-water-system.png)
2. Tujuan Pendinginan

Menurut Wahyu D. H. (2015) secara umum sistem pendinginan berfungsi

sebagai berikut:

a. Mencegah terbakarnya lapisan pelumas pada dinding silinder.

b. Meningkatkan efisiensi/daya guna thermis

c. Mereduksi tegangan-tegangan thermis pada bagian-bagian cylinder,

torak, cincin torak dan katup-katup

Seperti uraian dalam NSOS (2006) menyatakan bahwa tujuan

pendinginan adalah untuk :

 Menjaga agar mesin mampu bekerja terus menerus.

 Mencapai tenaga yang optimal.

 Mengurangi terjadinya kerusakan mesin.

 Mempertahankan temperatur agar bekerja dalam kondisi normal.

 Daya tahan mesin atau bahan material lebih lama.

 Apabila dinding cylinder tidak didinginkan pada saat operasi, maka

dinding cylinder yang dipakai akan kehilangan kekuatan yang diperlukan.

Timbulnya masalah-masalah pada sistem pendinginan mesin induk akibat

dari tekanan pompa tidak normal, disebabkan oleh kurangnya perawatan

terhadap media pendingin, dan air pendingin serta peralatan sistem pendingin

yang tidak bekerja dengan normal. Dengan demikian suhu (temperature) air

pendingin sering melewati batas maksimum, walaupun dalam putaran mesin


minimum (rendah). Air pendingin dalam fungsinya sangat penting dalam

menjaga kelancaran pengoperasian motor induk untuk mempertahankan suhu

pendinginan, sehingga sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam buku

petunjuk dari buku manual

Perlunya pendinginan pada motor induk ketika sedang bekerja, sering

mengalami gangguan, sehingga pendinginan tidak normal yang

mengakibatkan naiknya suhu air tawar. Hal ini disebabkan oleh adanya

kebocoran pada cylinder head, sehingga air yang ada di tangki ekpansi

berkurang. Demikian juga suhu air pendingin harus dijaga sesuai dengan nilai

marginalnya. Hal tersebut untuk mencegah terlampauinya titik embun dari

gas pembakaran yang mendukung CO2, sehingga akan berubah dengan

terbentuknya asam belerang pada ruang pembakaran, katup-katup, nozzle

pada bagian jalur–jalur silinder ini disebabkan sifatnya yang mudah mengikat

senyawa dengan unsur lain kedalamnya, air pendingin tersebut juga sebagai

kendala yang bisa menimbulkan kerak-kerak.

3. Macam-Macam Sistem Pendingin Mesin Induk

Sistem pendingin pada motor diesel, dilakukan dengan dua sistem, yaitu

sistem pendinginan tertutup dan sistem pendinginan terbuka. Sistem

pendinginan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan bahan, karena

pemanasan berlebihan yang dapat mengakibatkan turunnya kinerja pada

mesin itu. Tidak adanya perawatan terhadap air pendingin mesin induk dan

pesawat bantu lainnya dapat berakibat fatal dan serius. Guna menjaga
lancarnya air yang keluar dari sistem pendingin, maka perlu dilakukan

perhatian yang serius misalnya : bagian mesin yang didinginkan, pipa

pendingin, pompa air laut, sea chest dan sebagainya.

Menurut Jusak Johan Handoyo (2015) sistem pendingin mesin induk ada

2 (dua) macam yaitu :

a. Sistem Pendingin Terbuka

Sistem pendinginan terbuka adalah sistem dengan media air

pendinginnya setelah melakukan fungsi pendinginan, selanjutnya air

tersebut langsung dibuang ke luar. Umunya media pendingin yang

dipakai adalah air laut. Pada sistem pendinginan terbuka ini

mempunyai dampak negatif terhadap material yang bersentuhan

langsung dengan air laut, akan mudah berkarat, kotor, penyempitan

saluran pipa-pipa pendingin dan lainnya.

Sistem pendingin terbuka yang menggunakan air laut langsung

masuk ke dalam bagian dalam mesin ini, termasuk sistem yang

sudah tertinggal dan sudah sangat jarang dipaki. Dalam modul

pembelajaran ini tidak dibahas lebih jauh, namun hal ini tidak berarti

diabaikan kiarena pantai masih banyak yang menggunakan mesin

dengan sistem pendinginan langsung air laut atau air sungai yang

memiliki suhu rata-rata 30o C.


b. Sistem Pendinginan Tertutup

Sistem pendingin tertutup adalah sebuah sistem dengan media air

pendinginnya menggunakan air tawar yang dipompakan terus

menerus bersirkulasi untuk mendinginkan mesin tersebut. Media

pendingin air tawar masuk ke ruang pendingin antara 40o C dan

setelah keluar dari mesin dengan suhu yang antara 70o-80o C.

Jadi sebelum dimasukan kembali ke dalam mesin, air tawar

pendingin tersebut dimasukan ke dalam alat pemindah panas yang

populer disebut fresh water cooler untuk menurunkan suhu media air

tawar pada suhu antara 50o-60o C. Sedangkan alat pemindah panas

yang dipergunakan untuk menyerap panasnya air tawar adalah media

air laut yang setelah mendinginkan air tawar langsung dibuang ke

laut.

Menurut Daryanto (1994) menyatakan bahwa f1uida pendingin menyerap

sebagian panas yang dihasilkan oleh pembakaran di dalam cylinder sebanyak

15-35%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 25% sampai 35% dari hasil

pembakaran merambat ke dalam dinding cylinder dan harus dibuang. Oleh

sebab itu pembuangan panas melalui sistem pendinginan mesin sangat penting.

Namun jika  terjadi kegagalan pada sistem pendinginan mesin utama ini, maka

akan dikhawatirkan bahwa seluruh kinerja di atas kapal akan mengalami


kegagalan dan menurunkan tingkat efisiensi dan availability dari kapal

tersebut.

Sistem pendinginan air tawar  (Fresh   Water Cooling System) rnelayani

komponen-kornponen dari mesin induk ataupun mesin bantu meliputi: main

engine jacket, main engine piston, main engine injektor. Air tawar pendingin

mesin yang keluar dari mesin disirkulasikan ke heat exchanger, dan di dalam

alat inilah air tawar yang memiliki suhu yang tinggi akan didinginkan oleh air

laut yang disirkulasikan dari sea chest ke alat heat exchanger. Peralatan-

peralatan  lainnya pada sistem ini antara lain pengukur tekanan pada section

dan discharge line pump, termometer pada pipa sebelum dan sesudah penukar

panas, gelas pengukur/gauge glass masing-masing pada expansion tank dan

drain tank. Pengatur suhu umumnya dilengkapi dengan mekanisme otomatis

dengan katup tree way valve untuk mengatur aliran by pass air pendingin yang

diijinkan.

Pada sistem pendinginan dengan air laut, air laut masuk ke sistem melalui

high and low sea chest pada tiap sisi kapal. Setiap sea chest dilengkapi dengan

sea water valve, vent pipe, dimana pipa udara ini dipasang setinggi atau lebih

dari sarat kapal untuk membebaskan udara atau uap dan blowout pipe untuk

membersihkan sea chest.


Gambar 2.3 Sistem Pendingin Kapal Tertutup

(sumber : http://www.bppp-tegal.com/web/images/pendingin202.jpg)

Keterangan:

A. Bak persediaanair tawar

B. Bejana pendingin

C. Pompa untuk air tawar

D. Pompa untuk air laut

E. Saringan-saringan

F. Saluran buang air untuk laut

G. Saluran pemasuk untuk permukaan air yang rendah

H. Saluran pemasuk untukpermukaan air yang tinggi / keruh

4. Bagian-Bagian yang Didinginkan

Menurut Triyuswoyo (2006) dalam ruang pembakaran sebuah motor

diesel akan terjadi suhu 1800oK atau lebih pada waktu pembakaran. Selama

awal pembuangan gas, setelah terjadi ekspansi dalam silinder, suhu gas

pembakaran masih akan mempunyai suhu 1000oK.

Dinding ruang pembakaran (tutup silinder, bagian atas torak, bagian atas

lapisan silinder), katup buang dan di sekitarnya termasuk dam antara pintu

buang akan menjadi sangat panas karena gas tersebut. Untuk mencegah

pengurangan besar dari kekuatan material dan perobahan bentuk secara termis

dari bagian motor, maka bagian-bagian tersebut harus didinginkan. Khusus


mengenai lapisan silinder berlaku pula bahwa lapisan pelumas harus tetap

dijaga kondisinya yang berarti memerlukan pendinginan pula.

Bagian motor berikut, dalam rangka pembakaran, harus mendapatkan

pendinginan:

a. Bagian dari lapisan silinder

b. Tutup silinder

c. Bagian atas torak

d. Rumah katup buang dan sejenis termasuk juga katup buang

e. Bagian dari katup bahan bakar di sekeliling pengabut

f. Rumah turbin gas buang

5. Media Pendingin Mesin Induk pada Kapal

Pada sistem pendinginan mesin induk dapat dilakukan dengan

beberapa media pendingin, yaitu dengan media pendingin air tawar dan

air laut.

Menurut Triyusworo (2006) menyatakan sebagai bahan pendingin

untuk motor diesel menggunakan media sebagai berikut :

a. Air Laut

Untuk kapal laut bahan pendingin tersebut dengan mudah didapat

dan tersedia berlimpah-limpah. Air laut, sebagai bahan pendingin,

memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, seperti panas jenis

besar pada kepekatan relatif tinggi. Berarti bahwa per satuan volume

dapat ditampung panas yang besar, sehingga kapasitas pompa dan


dayanya dapat dibatasi. Ditinjau dari tersediannya secara berlimpah-

limpah, maka air laut dapat dibuang ke laut setelah digunakan

sebagai bahan pendingin sehingga sistem pendinginan menjadi

sederhana dalam penataannya.

Meskipun memiliki sifat menguntungkan tersebut di atas, air laut

tidak secara langsung digunakan untuk pendinginan dari bagian

motor. Air tersebut mengandung antara lain persentase tinggi

mineral yang larut di dalamnya (kurang lebih 3 prosen massa).

Mineral tersebut akan menjadi kristal sewaktu dipanasi yang akan

membentuk kerak keras di bagian permukaan yang didinginkan.

Kerak tersebut sangat keras sekali sehingga akan mengganggu

perpindahan panas dan akan membuntu saluran pendingin yang

sempit. Di samping itu dengan kadar chlorida yang tinggi dari air

laut, maka kemungkinan korosi dari bagian motor yang didinginkan

menjadi besar.

Dengan alasan tersebut, maka air laut sebagai bahan pendingin

digunakan secara tidak langsung, terkecuali kadang-kadang untuk

pendinginan udara bilas dan udara pembakaran. Dengan penggunaan

material khusus, maka pendingin dapat dijaga terhadap korosi dan

oleh karena suhu air pendingin yang relatif rendah pengendapan dari

kerak juga akan berkurang. Air laut selalu digunakan sebagai bahan

pendingin (air laut atau minyak pelumas) yang mengambil panas dari
motor akan menyerahkan panas tersebut melalui sebuah alat

pemindah panas (alat pendingin) ke air laut lagi.

b. Air Tawar

Air tawar di atas kapal sangat mahal sekali harganya, sehingga tak

memiliki beberapa sifat yang kurang baik. Dengan menghilangkan

udara yang ada di dalamnya sebaik-baiknya serta dilunakkan maka

air tawar akan mengakibatkan sedikit atau tidak sama sekali korosi

dan juga tidak mengakibatkan pengendapan kerak, sehingga dapat

digunakan untuk pendinginan bagi semua bagian motor.

Air tawar di atas kapal sangat mahal sekali harganya, sehingga

selalu diusahakan penggunaannya dalam suatu siklus tertutup untuk

dapat digunakan berulang kali. Siklus tertutup tersebut terdiri dari

selain ruang pendingin dari bagian motor yang harus didinginkan

juga saluran, keran penutup, pompa dan pesawat pendingin.

6. Gangguan  Pada Sistem Pendingin

Beberapa gangguan yang sering terjadi pada mesin pendingin Daryanto

(1994).

a. Kendornya Fan-Belt.
b. Tersumbatnya pipa-pipa dan saluran-saluran pendinginan

(pada mantel-mantel air) oleh kerak-kerak.


c. Terhambatnya aliran udara yang dihisap oleh fan pada
permukaan radiator oleh debu atau kotoran-kotoran
d. Berubahnya desain serta pemasangan fan pendingin.
e. Menurutnya kapasitas pendinginan disebabkan performasi

engine yang tidak bisa terimbangi oleh performasi pompa

pensirkulasi airnya. Mungkin hal ini untuk engine yang

berkali-kali overhaul sementara pompanya tetap lama.


f. Kekosongan air pendingin di tangki air tawar.
g. Air tawar ditangki cepat habis.
h. Air ditangki air tawar cepat kotor.

B. Mesin Induk Diesel

Mesin Diesel, pertama kalinya dipakai untuk menggerakkan kapal pada tahun

1912, maka sampai dengan tahun 2017 ini atau lebih dari seabad lamanya sudah

banyak mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semakin modern. Hal ini

dapat kita lihat dari berkembangnya daya yang dapat dicapai, jika dahulu mesin

diesel dengan 10.000 HP (Horse Power) sudah termasuk paling besar, namun saat

ini sudah banyak kapal yang menggunakan Mesin Diesel lebih dari 70.000 HP.

Kembali kepada dunia Mesin Penggerak Utama Kapal dalam arti luas adalah

meliputi seluruh unit dalam satu kesatuan pesawat/permesinan yang ditujukan

untuk menggerakkan kapal selalu berada dalam kondisi laik laut (Sea

Worthyness), sehingga kapal dapat dioperasikan untuk pengangkutan laut pada

setiap saat dengan kemampuan baik dan normal. Untuk menjamin kapal selalu

siap laik laut, maka Mesin Penggerak Utama kapal yang dipersyaratkan harus

disesuaikan dengan bangunan dan kapasitas kapal, yaitu pada saat rencana

membuat kapal, sehingga Mesin Penggerak Utama kapal juga harus memenuhi

persyaratan Biro Klasifikasi (Nasional maupun Internasional).


Menurut Jusak Johan Handoyo (2015) Mesin Diesel adalah salah satu

pesawat yang merubah Energi potensial panas langsung menjadi Energi Mekanik,

atau juga disebut Combustion Engine.

Kerja yang dilakukan gas di dalam silinder pada langkah kerja disebut kerja

indikasi. Kerja indikasi dan daya indikasi mesin dihitung dengan menggunakan

persamaan (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine) yaitu sebagai berikut:

W i =P i x V d

Dimana :

Pi : Tekanan indikasi rata-rata (kg/cm2)

Vd : Volume langkah piston

Daya yang dihasilkan oleh mesin diesel, sesuai persamaan adalah :

P 4
rata −rata .10 . ( π4 D L) 60n ixZ
2

¿= (hp)
75

Dimana :

D : Diameter bore

L : Stroke (panjang langkah piston)

Z : Jumlah silinder

n : Putaran mesin

Prata-rata : Tekanan maksimal rata-rata

i : Faktor siklus mesin


C. Perpindahan Kalor ( Panas )

Menurut J. Holman & Jasjfi E. P. ( 2002 ) kalor adalah salah satu jenis energi

yang dapat diterima atau dilepaskan oleh suatu benda. Karena dapat diterima atau

dilepaskan, maka energi kalor ini dapat berpindah atau mengalir dari satu benda

ke benda lainnya. Penyebab perpindahan kalor adalah perbedaan suhu pada benda

tersebut. Contohnya, ketika kita mencampurkan air dingin dengan air panas, maka

kita akan mendapatkan air hangat, nah disini terjadi perpindahan kalor pada air

tersebut. Dalam fisika kalor termasuk besaran skalar karena tidak memiliki arah

dan kalor termasuk besaran turunan karena nilainya bisa didapatkan tanpa

pengukuran langsung melainkan dengan memanfaatkan nilai besaran pokok yang

bersangkutan. Satuan Internasional yang dipakai untuk kalor adalah Joule (J),

tetapi secara umum juga sering dipakai satuan Kalori (kal). Simbol yang

digunakan untuk melambangkan kalor adalah Q (huruf kapital). Alat ukur yang

digunakan untuk mengukur nilai kalor disebut kalorimeter.

Q=m. c . ∆ T

Dimana :

Q : Banyaknya kalor

m : Massa benda

c : Kalor jenis zat

∆T : Perubahan suhu

1. Teori Asas Black


Asas Black adalah teori yang digunakan dalam ilmu termodinamika, teori

ini diperkenalkan oleh Joseph Black. Bunyi asas black adalah ketika dua zat

dicampur, banyak kalor yang dilepas oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama

dengan jumlah kalor yang diterima oleh zat yang suhunya lebih rendah.

Q masuk =Q keluar

Dimana :

Qmasuk : Kalor masuk

Qkeluar : Kalor keluar

2. Teori LMTD

Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna jika temperatur

masuk dan keluar diketahui sehingga LMTD dapat dihitung, aliran kalor, luas

permukaan dan koefisien perpindahan kalor menyeluruh. Metode efektifitas

mempunyai beberapa keuntungan dalam menganalisis serta memilihh jenis

yang terbaik. Efektivitas penukar kalor (Heat Exchanger Effectivities)

didefinisikan sebagai : LMTD (Log Mean Temperature Difference).

Pada aliran sejajar, dua fluida masuk bersama2 dalam alat penukar kalor,

bergerak dalam arah yang sama dan keluar bersama-sama pula. Sedangkan

pada aliran berlawanan, dua fluida bergerak dengan arah yang berlawanan,

dan pada aliran menyilang, dua fluida saling menyilang/bergerak saling tegak

lurus.
(∆ T 1 −∆ T 2)
LMTD=
∆ T1
¿( )
∆T2

( Th2 −Tc2 )−(Th1−Tc1 )


LMTD=
¿ ( Th2−Tc 2) /(Th1−Tc 1 )

Dimana :

Th1 : Temperatur air tawar yang masuk pendingin

Th2 : Temperatur air tawar yang keluar pendingin

Tc1 : Temperatur air laut masuk Pendingin

Tc2 : Temperatur air laut keluar pendingin

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan Mohammad Yusuf Djeli (2016) dengan judul

“Pengaruh Temperatur Pendinginan Mesin Terhadap Kinerja Mesin Diesel Induk

di KM. TRIAKSA” yaitu:

1. Akibat terjadinya penurunan suhu rata- rata Log (LMTD) pada

sistem pendingin air tawar dan air laut yaitu dari 6,64 oC menjadi

4,89oC, maka penyerapan panas di dalam sistem pendingin juga

mengalami penurunan sebesar 13,521%.

2. Akibat terjadinya penurunan suhu rata- rata Log (LMTD) pada

system pendingin air tawar dan air laut yaitu dari 6,64oC menjadi
4,89oC, maka Daya Indikator mengalami peningkatan sebesar

7,99%.

3. Turunnya Tekanan Injektor dari 17,45 kg/cm2 menjadi 17,06

kg/cm2, maka Daya yang dihasilkan di ruang bakar (Ni) turun dari

1290,16kW menjadi 1187,13kW, atau turun sebesar 7,99 %.

4. Tekanan Injektor memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (specific fuel oil consumption),

yaitu terjadinya penurunan pada tekanan injektor mengakibatkan

naiknya kebutuhan bahan bakar untuk menghasilkan daya.

Persamaan dengan penelitian penulis ialah membahas sistem pendingin pada

mesin. Perbedaannya ialah penulis lebih khusus membahas pengaruh temperatur

pendingin mesin terhadap kinerja mesin induk pada MT. SRIKANDI.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di kamar mesin pada tanggal 03 Mei 2018 – 10 Mei

2019 di kapal MT. SRIKANDI.

B. Peralatan dan Pengujian

1. Peralatan

a. Jam

b. Tachometer

c. Termometer

2. Pengujian

Penelitian ini tidak mengunakan alat pengjian.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang objektif, sebagai usaha untuk menyelesaikan

penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan berbagai metode dalam

pengumpulan data, adapun cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Metode Pengamatan (Observasi)

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek pengamatan langsung. Pengamatan

dilakukan terkait mengenai naiknya temperatur air pendingin terhadap mesin


di MT. SRIKANDI. Sebelum dilakukan observasi, terlebih dahulu harus

dipersiapkan pengetahuan mengenai sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang

berlaku dalam lingkungan yang menjadi objek penelitian. Karena sasaran

pengamatan adalah manusia yang mempunyai pikiran dimana pikiran tersebut

mempunyai hubungan timbal balik dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan

maka observasi juga harus menjaga agar pikiran dan perasaan berjalan

dengan wajar. Tiap pengamatan juga harus dikaitkan dengan dua hal yaitu

informasi dan konteks. Oleh karena itu dalam observasi tidak hanya mencatat

suatu kejadian, akan tetapi sesatu hal-hal yang diduga ada kaitanya. Itu

sebabnya pengamatan harus seluas mungkin dan catatan hasil observasi harus

selengkap mungkin.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh penulis dengan mencatat sesuatu yang berhubungan dengan naiknya

temperatur air pendingin terhadap mesin. Dalam teknik ini arsip serta

dokumen-dokumen diatas kapal yang jadi referensi adalah buku petunjuk

manual yang menerangkan tentang sistem pendingin mesin kapal, yang

diterbitkan oleh pabrik pembuat yang berisikan tentang cara naiknya

temperatur air pendingin terhadap mesin tersebut sesuai dengan spesifikasi.

3. Tinjauan Pustaka

Kajian teori memiliki arti peninjauan kembali tentang pustaka-pustaka

yang terkait. Fungsi dari tinjauan pustaka yaitu sebagai review atau

peninjauan lagi pustaka (laporan penelitian, dan lain-lain) mengenai masalah


yang ada kaitannya tidak harus selalu tepat identing pada bidang

permasalahan yang dihadapi, namun termasuk juga yang berkaitan dan

seiring. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan adalah hal yang

mendasar dalam sebuah penelitian, yaitu bahwa banyaknya seorang peneliti

yang mengetahui, mengenal serta memahami penelitian-penelitian yang

sebelumnya sudah pernah dilakukan (berhubungan erat dengan topik

penelitian), maka cara meneliti permasalahan yang sedang dihadapi dapat

dipertanggung jawabkan.

D. Jenis data

Jenis data dalam penilitian ini mengunakan data kuantitatif – kualitatif. Data

data dalam peniltian ini berupa:

1. Data kuantitatif

Peneliti mencatat berupa data watch hours, main engine running hours,

rotation speed, fuel handel dan temperature.

2. Data kualitatif

Peneliti memperoleh data data melalui literatur kajian di bab II.

E. Metode Analisis Data

Pada penulisan makalah ini menggunakan teknik analisis data yaitu dengan

deskriptif-kualitatif dan kuantitatif, menceritakan dan menjelaskan perincian-

perincian berdasarkan fakta yang ada dan didapatkan selama melakuakan


penelitian di kapal MT. SRIKANDI. Pada penelitian ini mencari fokus penelitian

terlebih dahulu melalui gambaran umum. Disamping itu mencari sumber bacaan

melalui dokumen atau buku-buku yang ada, maupun arsip-arsip kapal. Penulis

juga melakukan survey mengenai lokasi dan tempat penelitian, wawancara

observasi dikapal yang bersangkutan guna mendapatkan informasi yang

menunjang penelitian.

Anda mungkin juga menyukai