Anda di halaman 1dari 2

Nama Abu At-Thufail adalah ‘Amir bin Watsilah bin Abdillah bin ‘Amr Al-Laitsi Al-Kinani Al-

Hijazi, Asy-Syi’i. Ia termasuk golongan syi’ah imam Ali. Ia lahir di tahun terjadinya perang
Uhud. Ia sempat tinggal di kota Kufah, lalu pindah ke Makkah hingga wafatnya di tahun 110 H.
Dikisahkan oleh Wahb bin Jarir bin Hazim dari bapaknya, ia berkata, “Aku berada di Makkah
tahun 110 H., aku melihat jenazah, lalu aku bertanya, “Siapa itu?” Mereka menjawab, “Abu At-
Thufail.”

Abu At-Thufail juga termasuk sahabat Nabi saw. yang meriwayatkan hadis. Sekitar dua puluh
hadis telah ia riwayatkan dari guru-gurunya. Salah satu gurunya adalah sahabat Abu Bakar r.a.,
Umar bin Khattab r.a., Mu’adz bin Jabal r.a., Ibnu Mas’ud r.a., dan Ali Abi Thalib r.a. Adapun
yang termasuk muridnya adalah Habib bin Abi Tsabit, Az-Zuhri, Abu Az-Zubair Al-Makki, Ali
bin Yazid bin Ju’an, Abdullah bin Khutsaim, Ma’ruf bin Kharrabudz, Sa’id Al-Jurairi, dan Fithr
bin Khalifah

Abu At-Thufail juga dikenal sebagai penyair dari kinanah dan salah satu pasukan kuda (kaveleri)
Kinanah yang memiliki supermasi di sana. Imam Abdul Aziz bin Yahya Al-Jaludi memiliki kitab
tentang biografi Abu Ath-Thufail yang berjudul Akhbaru Abi At-Thufail fi siratihi. Selain itu,
Ath-Thayyib Al-‘Asyasy At-Tunisi juga telah mengumpulkan kisah-kisah tentangnya dan syi’ir-
syiirnya yang tersebar di sekitar Al-Jami’ah At-Tunisiyah yang berjumlah sepuluh di tahun 1973

Tatkala berkecamuk peperangan membasmi orang-orang murtad, Thufail paling dahulu pergi
berperang bersama-sama tentara Muslim memerangi Musailamah Al-Kazzab (Musailamah si
Pembohong).

Begitu pula putranya, Amr bin Thufail, yang selalu saja tak mau ketinggalan. Ketika Thufail
dalam perjalanan menuju ke Yamamah (kawasan tempat Musailamah menyebarkan pahamnya
yang murtad), dia bermimpi.

“Aku bermimpi. Cobalah kalian takbirkan mimpiku ini,” kata Thufail kepada sahabat-
sahabatnya.

“Bagaimana mimpi anda?” tanya kawan-kawannya.

“Aku bermimpi kepalaku dicukur. Seekor burung keluar dari mulutku, kemudian seorang
perempuan memasukkanku ke dalam perutnya. Anakku, Amr, menuntut dengan sungguh-
sungguh supaya dibolehkan ikut bersamaku. Tetapi dia tak dapat berbuat apa-apa karena
antaraku dan dia ada dinding.”

“Sebuah mimpi nan indah!” komentar kawan-kawannya tanpa memberikan penafsiran sedikit
pun.
Akhirnya, Thufail sendiri yang mena’birkan, “Sekarang, baiklah aku ta’birkan sendiri. Kepalaku
dicukur, artinya kepalaku dipotong orang. Burung keluar dari mulutku, artinya nyawaku dari
jasadku. Seorang perempuan memasukkanku ke dalam perutnya, artinya tanah digali orang, lalu
aku dikuburkan. Aku berharap semoga aku tewas sebagai syahid. Adapun tuntutan anakku, dia
juga berharap supaya mati syahid seperti aku. Tetapi permintaannya dikabulkan kemudian.”

Dalam pertempuran memerangi pasukan Musailamah di Yamamah, sahabat yang mulia ini,
Thufail bin Amr Ad-Dausy, mendapat cidera sehingga dia terbanting dan tewas di medan
tempur. Putranya, Amr, meneruskan peperangan hingga tangan kanannya buntung. Setelah itu,
dia kembali ke Madinah meninggalkan tangannya sebelah dan jenazah bapaknya di medan
tempur Yamamah.

Tatkalah Khalifah Umar bin Khathab memerintah, Amr bin Thufail (putra Thufail) pernah
datang ke majlis Khalifah. Ketika dia sedang berada dalam majelis, makanan pun dihidangkan
orang. Orang-orang yang duduk dalam majelis mengajak Amr supaya turut makan bersama-
sama. Tetapi Amr menolak dan menjauh.

“Mengapa?” tanya Khalifah. Barangkali engkau lebih senang makan belakangan, karena malu
dengan tanganmu itu.”

“Betul, ya Amirul Mukminin!” jawab Amr.

Kata Khalifah, “Demi Allah! Aku tidak akan memakan makanan ini, sebelum ia kau sentuh
dengan tanganmu yang buntung itu. Demi Allah! Tidak seorang pun jua yang sebagian tubuhnya
telah berada di surga, melainkan hanya engkau.”

Mimpi Thufail menjadi kenyataan semuanya. Tatkala terjadi Perang Yarmuk, Amr bin Thufail
turut pula berperang bersama-sama dengan tentara Muslimin. Amr gugur dalam peperangan itu
sebagai syuhada, seperti yang diharapkan bapaknya.

Semoga Allah memberi rahmat kepada Thufail yang gugur di Perang Yamamah dan putranya,
Amr, yang syahid di medan tempur Yarmuk.

Anda mungkin juga menyukai