Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI PANGAN DAN GIZI

HUBUNGAN PENDAPATAN NASIONAL BERKAITAN DENGAN GIZI

DOSEN PENGAMPU : YUNITA, SKM., M.Gizi

DISUSUN OLEH :

RESTU YASALAM

P05130119027

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI D III GIZI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat
serta salam senantiasa kita junjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,suri
tauladan kita dan semoga kita menjadi pengikut sunah beliau hingga akhir zaman. Terima
kasih untuk semangatnya dalam menyusun makalah ini.semoga apa yang kerjakan ini
bermanfaat untuk kita semua. Tidak lupa juga saya haturkan terimakasih kepada ibu/bapak
dosen atas arahan dan bimbingannya dalam pembuatan makalah Ekonomi Pangan dan
Gizi
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tidak
luput dari kesalahan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, saya,mengharapkan saran
maupun kritik yang membangun dan memotivasi bagi saya agar kelak saya bisa
menghasilkan yang lebih baik lagi dari pada ini dan semoga makalah yang saya susun
dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai sumber pembelajaran bagi kita semua.

Bengkulu, 04 Oktober 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendapatan nasional adalah suatu tolak ukur yang dipakai untuk


memperhitungkan suatu perekonomian negara untuk memperolah gambaran tentang
perekoomian yang sudah dicapai dan nilai pengeluaran yang diproduksi. Singkatnya,
pendapatan nasional adalah suatu alat ukur untuk menentukan tingkat perekonomian
suatu negara. Dengan bahasa yang lebih sederhana, pendapatan nasional adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat suatu negara dalam kurun waktu
tertentu yang biasanya satu tahun.
Dalam pengertian lain, pendapatan nasional juga dapat diartikan sebagai nilai
total output akhir suatu negara dari semua barang dan jasa baru yang diproduksi
dalam satu tahun. Pencatatan pendapatan nasional merupakan sistem pembukuan yang
digunakan pemerintah untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi negara dalam
periode waktu tertentu. Catatan akuntansi ini mencakup data mengenai total
pendapatan yang diperoleh perusahaan domestik, upah yang dibayarkan kepada
pekerja asing dan domestik, dan jumlah yang dihabiskan untuk pajak penjualan dan
pendapatan oleh perusahaan dan individu yang tinggal di negara tersebut.
Cara paling sederhana untuk memperhitungkan pendapatan nasional adalah
dengan mempertimbangkan apa yang terjadi ketika satu produk diproduksi dan dijual.
Biasanya, barang diproduksi dalam sejumlah tahap, di mana bahan baku dikonversi
oleh perusahaan pada satu tahap, kemudian dijual ke perusahaan pada tahap
berikutnya. Nilai ditambahkan pada masing-masing, menengah, tahap, dan pada tahap
akhir produk diberikan harga jual eceran. Harga eceran mencerminkan nilai tambah
dalam hal semua sumber daya yang digunakan dalam semua tahap produksi
sebelumnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi terjadi secara dramatis di Indonesia,
kekurangan gizi tetap menjadi masalah yang signifikan dan terlihat sedikit mengalami
penurunan. Indonesia menderita kekurangan gizi yang cukup tinggi (defisiensi gizi
makro dan mikro) yang diiringi dengan meningkatnya prevalensi obesitas - yang
disebut sebagai ‘Beban Ganda Masalah Gizi’ (Double Burden of Malnutrition).
Beban ganda masalah gizi mengakibatkan banyak sekali kerugian, baik dalam bidang
kesehatan, maupun bidang pembangunan dan ekonomi Indonesia. Dimana kerugian
tersebut dapat terjadi mulai sebelum kelahiran. Ibu dengan berat badan kurang
cenderung memiliki bayi dengan pertumbuhan intra-uterus yang terhambat serta lahir
dengan berat badan lahir rendah dan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun ingin mengetahui “
Bagaimana hubungan pendapatan nasional terkait gizi”?

3. Tujuan
1. Mengetahui hubungan pendapatan nasional terkait gizi.
2. Mengetahui perkembangan pendapatan nasional terkait gizi dalam ekonomi
pangan dan gizi.
3. Mengetahui masalah gizi yang mempengaruhi pendapatan nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah suatu tolak ukur yang digunakan untuk
memperhitungkan suatu perekonomian negara untuk memperoleh gambaran tentang
perekonomian yang sudah dicapai dan nilai pengeluaran yang diproduksi. Data
pendapatan nasional yang sudah diperoleh dapat digunakan untuk membuat perkiraan
tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Perkiraan ini
dapat digunakan untuk seseorang yang ingin melakukan bisnis untuk merencakanan
kegiatan ekonomi di masa yang akan datang, dan untuk merumuskan perencanaan
ekonomi untuk mewujudkan pembangunan di masa yang akan datang. Pendapatan
nasioal mengandung beberapa pengertian.
Pendapatan nasional bisa berarti Produk Domestik Bruto atau PDB (Gross
Domestic Product atau GDP), bisa juga berarti Produk Nasional Bruto atau PNB
(Gross National Product atau GNP), dan bisa berarti National Income (NI), yang juga
merupakan beberapa pengertian dari pendapatan nasional. Dari ketiga konsep diatas,
masih ada konsep lain yang digunakan untuk menilai suatu prestasi perekonomian
suatu negara setiap tahun. Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam waktu panjang cenderung naik. Tujuan mendalami
pendapatan nasional yaitu untuk menilai tingkat kemajuan dan pertumbuhan suatu
negara, untuk memperoleh pemikiran yang maksimal nilai barang dan jasa yang
dihasilkan rayat dalam kurun waktu satu tahun, dan untuk membuat konsep program
pembangunan yang berjangka panjang. Manfaat mendalami pendapatan nasional
adalah untuk mengetahui tentang susunan dalam perekonomian suatu negara, dapat
membandingkan kondisi perekonomian antar daerah atau antar provinsi, dan juga
dapat membandingkan kondisi perekonomian negara satu dengan negara lainnya.

2.2 Sejarah Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional memiliki arti khusus dilambangkan dengan huruf Y.
Perhitungan pendapatan nasional dilakukan pertama kali oleh Sir William Petty di
Inggris pada tahun 1665. Ketika itu Petty menamakanya dengan “Pendapatan
Masyarakat” yang merupakan penjumlahan dari nilai upah yang diterima oleh
masyarakat dan nilai pendapatan yang diterima oleh negara dalam waktu setahun.
Yang disebut terakhir ini bersumber dari perolehan sewa, bunga, dan keuntungan
perusahaan negara. pendapatan masyarakat sekaligus juga merupakan pengeluaran
masyarakat, yaitu pengeluaran konsumsi masyarakat dan surplus pendapatan yang
tidak dikonsumsi. Dengan kata lain, pendapatan masyarakat yang ditaksir oleh Sir
William Petty saat itu sudah menggunakan pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran. Penaksiran yang lebih sistematik dikerjakan oleh Gregory King pada
tahun 1696. Pada waktu itu, King menambahkan nilai investasi sebagai salah satu
unsur pendapatan nasional. Negara kedua yang menghitung pendapatan nasional
adalah Perancis. Perhitungan pendapatan nasional dilakukan pertama kali oleh Pierre
le Pesant de Boisguillebert pada tahun 1690an.
Pada awal tahun 1700an Marshall Vauban menyempurnakan perhitungan
dengan perluasan cakupan. Menjelang akhir abad ke-18 Francois Quesnay dan
sejumlah fisiokrat melakukan perhitungan pendapatan nasional negara Perancis
dengan pendekatan produksi. Rintisannya dilanjutkan oleh Lavoisier dan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel ekonomi. Russia dan Amerika Serikat merupakan negara
ketiga dan keempat. Perhitungan pendapatan nasional negara Russia dilakukan oleh
BFG Hermann dan AN Radishchevsekitar akhir abad ke-18. Perhitungan pendapatan
nasional di Amerika Serikat sudah dilakukan sejak tahun 1843 oleh George Tucker
dari University of Virginia. Namun perhitungan yang lebih seksama baru dilakukan
pada awal tahun 1930an oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Simon Kuznets. Sampai
dengan sebelum Perang Dunia I berakhir tercatat ada 13 negara yang menghitung
pendapatan nasionalnya. Di sepanjang kurun antara dua Perang Dunia negara yang
menghitung atau menaksir pendapatan nasional bertambah secara drastis, dari 13
negara pada tahun 1919 menjadi 33 negara pada tahun 1939. Jumlah ini meningkat
pesat menjadi 93 negara selama dasawarsa pertama sesudah perang. Minat besar
negara-negara untuk menghitung pendapatan nasional dipicu antara lain oleh tiga hal.
Pertama, terbitnya “The General Theory” yang dikenalkan oleh Keynes. Isinya
mengenai teori tentang penentuan pendapatan nasional. Kedua, terbitnya
“Measurement of National Income and the Construction of Social Accounts” oleh
Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) pada tahun 1947 (Kendrick, 2008). Liga
Bangsa-Bangsa kemudian berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB,
United Nations). Ketiga, terbentuknya International Association for Research in
Income and Wealthpada tahun 1947.
Di samping semua itu, pada tahun 1953 PBB menerbitkan “A System of
National Accounts and Supporting Tables”(biasa disingkat SNA), dan dibagikan
kepada negara-negara anggotanya. Sejak tahun 1968 SNA melakukan perbaikan
menjadi acuan perhitungan pendapatan yang memungkinkan perbandingan
antarnegara. Konsep dari SNA senantiasa diperbaiki menyesuaikan dengan
perkembangan ekonomi, transaksi keuangan dan teknologi. SNA terbaru yang
sekarang digunakan adalah SNA 2008. Negara pertama yang menghitung pendapatan
nasional dengan konsep Produk Nasional Bruto adalah Amerika Serikat pada tahun
1942. Negara ini baru menyajikan pendapatan nasional dengan konsep Produk
Domestik Bruto pada tahun 1991. Selain mengacu pada SNA, Amerika Serikat juga
memiliki acuan sendiri berjuluk “National Income and Product Accounts of the U.S.”,
biasa disingkat NIPA. Negara-negara Eropa juga mempunyai pedoman sendiri dengan
nama “European System of Accounts”, disingkat ESA. Seperti halnya SNA dan
NIPA, ESA juga selalu melakukan perbaikan. ESA terbaru yang kini diacu oleh
negara-negara Eropa adalah ESA 2010. Pada masa sekarang ini semua negara di bumi
menghitung pendapatan nasionalnya, terutama dengan konsep Produk Domestik
Bruto atau PDB, sehingga kinerja ekonomi antar negara bisa dibandingkan.
Perhitungan pendapatan nasional di Indonesia mengacu pada SNA 2008.

2.3 Arti Penting Pendapatan Nasional


Pendapatan Nasional adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
rendahnya tingkat kehidupan atau kemakmuran dalam suatu bangsa atau negara.
Secara kuantitatif, tingkat kehidupan dan kemajuan suatu negara itu ditentukan oleh
perbandingan antara jumlah Pendapatan Nasional dengan jumlah penduduk dalam
suatu negara. Konsep ini biasanya dikenal dengan sebutan pendapatan perkapita.
Meskipun pendapatan perkapitanya belum menggambarkan tingkat kemajuan seluruh
rakyat.
Pendapatan Nasional dapat digunakan untuk mengetahui susunan
perekonomian suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi disetiap sektor
perekonomian terhadap penyusunan pendapatan nasional. Pendapatan Nasional dapat
digunakan untuk memutuskan dan menyusun untuk dibuat kebijakan yang sekiranya
dipandang perlu. Contoh pada sektor pertanian, dapat disusun berbagai macam
kebijakan seperti penyediaan pangan, industri pupuk, irigasi dan sebagainya.
Pendapatan Nasional dapat digunakan untuk melihat dan membandingkan kegiatan
perekonomian masyarakat dalam periode tertentu. Hal ini berkaitan dengan
pergerakan arus kehidupan ekonomi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional


1. Permintaan dan penawaran agregat Permintaan agregat adalah suatu daftar
keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor perekonomian pada
berbagai tingkatan harga. Permintaan penawaran agregat menunjukan antara
hubungan keseluruhan permintaan terhadap barang dan jasa sesua dengan
tingkatan harga.
2. Konsumsi dan Tabungan Konsumsi adalah pengeluaran total untuk
memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu
satu tahun, sedangkan tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak
dikeluarkan untuk konsumsi.
3. Investasi Investasi adalah semua pengeluaran yang diguakan untuk
menciptakan modal baru. Tujuan dari investasi adalah untuk mengganti bagian
modal yang sudah rusak dan menambah penyediaan modal yang ada.

Jenis-jenis pendapatan nasional


1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Product) Produk domestik bruto
adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang diperoleh dari unit-unit
produksi didalam batas wilayah suatu Negara (domestik) selama satu periode.
Dalam menghitung GDP jumlah pasar, yang harus diperhatikan adalah jangan
sampai ada perhitngan ganda atau double accounting. Konsep GDP meliputi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara pada suatu neara, baik di
luar negeri mapun dalam negeri.
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product) Produk nasional bruto atau
PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat dalam suatu negara (nasional) selama 1 periode. Dalam
menghitung besarnya GNP berdasarkan harga pasar, yang harus diperhatikan
yaitu jangan sampai ada perhitungan ganda. Dalam GNP ini, hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada didalam
negeri maupun diluar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan
asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Contoh: GDP (Miliar rupiah) negara A sebesar 6.500.900, pendapatan
penduduk negara A yang ada di negara B sebesar 200.500, dan pendapatan
penduduk asing di negara A sebesar 325.800 Maka jumlah GNP adalah : GNP
= GDP + Pendapatan netto dari luar negeri = 6.500.900 + (200.500 – 325.800)
= 6.500.900 – 125.300 = 6.375.600
3. Produk Nasional Netto (Net National Product) Produk Nasional Netto (NNP)
adalah jumlah GNP yang dikurangi dengan barang modal sebagai
penggantian. Penyusutan bagi peralatan yang digunakan untuk memproduksi
barang dalam proses produksi umumnya bersifat tafsiran, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil. Penyusutan adalah berkurang
barang yang sudah lama karena pemakaian.
Contoh: Penyusutan alat di perusahaan A sebesar 11.400, maka jumlah NNP
adalah: NNP = GNP – penyusutan = 6.375.600 – 11.400 = 6.364.200.

2.4 Hubungan Pendapatan Nasional Terkait Gizi


2.4.1 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Asupan Gizi Energi, Protein, Zat
Besi, Vitamin A Ibu Hamil Di Puskesmas Umban Sari Kota Pekanbaru
Angka kematian ibu (AKI) bisa diketahui dalam waktu 6 minggu sampai 1
tahun setelah melahirkan. Berdasarkan data kesehatan di Indonesia Angka Kematian
Ibu (AKI) adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Hasil yang ditargetkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional oleh Departemen Kesehatan untuk tahun
2014 mencapai 118 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development
Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup menurut World
Health Organization (WHO). Kematian pada ibu hamil dapat terjadi akibat beberapa
penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hepatitis, malaria dan anemia.
Anemia defisiensi besi dan (KEK) dapat dipengaruhi oleh kurangnya asupan zat gizi
selama hamil. Kurangnya asupan gizi selama hamil dipengaruhi faktor internal dan
faktor eksternal ibu hamil yaitu faktor rendahnya tingkat pengetahuan, faktor sosial
dan factor pendapatan ibu hamil. Asupan zat gizi pada ibu hamil terdiri dari zat gizi
mikro dan zat gizi makro. Zat gizi mikro yaitu vitamin (vitamin A) dan mineral (zat
besi). Sedangkan zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Asupan zat gizi
tersebut sangat berpengaruh pada masa kehamilan. Terutama untuk perkembangan
janin dan plasenta. Pertambahan berat badan dan kebutuhan gizi ibu hamil tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan asupan gizi selama kehamilan.
Pendapatan keluarga berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang
terutama ibu hamil, karena berbanding lurus dengan daya beli keluarga. Keluarga
mampu membeli bahan makanan tergantung dari besar kecilnya pendapatan
perbulannya. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula jumlah
pembelanjaannya. Penelitian yang dilakukan Johanis dkk (2011) yang dilakukan di
Manado menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan pendapatan keluarga dengan
KEK. Penelitian Mawaddah (2008) di DKI Jakarta juga menyatakan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pendapatan perkapita keluarga dengan asupan gizi
energi, protein, zat besi, vitamin A ibu hamil. Melalui survey awal yang peneliti
lakukan di wilayah kerja Puskesmas Umban Sari, ternyata lebih banyak kepala
keluarga yang bekerja sebagai buruh pabrik ataupun serabutan. Sehingga gaji yang
didapatkan tidak mencukupi kebutuhan keluarga, terutama yang sedang hamil. Setelah
peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang ibu hamil, ternyata 4 dari mereka
tidak terlalu memperhatikan asupan gizi selama kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 39 responden tentang hubungan pendapatan keluarga
dengan asupan gizi energi, protein, zat besi dan vitamin A ibu hamil di Puskesmas
Umban Sari Kota Pekanbaru dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden berada pada rentang usia 20-35 tahun (69,2%), usia
kehamilan pada trimester III (66,7%), paritas rendah (92,3%) dan pendapatan
kurang (76,9%).
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan
asupan gizi energi, protein, zat besi dan vitamin A ibu hamil di Puskesmas
Umban Sari Kota Pekanbaru. Saran pada penelitian ini bagiIbu-ibu hamil di
Puskesmas Umban Sari yang tidak bekerja disarankan agar ikut andil dalam
menambah pendapatan keluarga membantu suami yang sudah bekerja. Ibu-ibu
hamil juga disarankan agar mengkonsumsi lebih seimbang makanan yang
mengandung zat gizi energi, protein, zat besi dan vitamin A guna menghindari
terjadinya masalah gizi saat kehamilan seperti KEK, KKP, anemia defisiensi
besi.
Disarankan untuk melakukan penyuluhan tentang asupan zat gizi yang penting
dan yang mengalami peningkatan pada masa kehamilan, agar ibu-ibu hamil lebih
memperhatikan konsumsi makanan yang sesuai dengan masa kehamilannya.
Puskesmas juga disarankan untuk lebih mengaktifkan posyandu ibu hamil untuk
menyaring ibu-ibu hamil yang mengalami masalah gizi yang beresiko.
2.4.2 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa
Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Tahun
2019
Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa penting, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat
permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya
terpenuhi. Masa anak-anak merupakan salah satu masa kehidupan yang sangat penting
dan perlu perhatian. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat
pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial
(Wati, 2011).
Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi yang cukup sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mugkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan salah satu atau lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi berlebih sehingga menimbulkan toksin yang
membahayakan (Almatsier, 2001).
Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung
berpengaruh terhadap status gizi seseorang, keluarga, dan masyarakat. Rendahnya
konsumsi pangan atau kurang seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh,
terjadinya penyakit, dan lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta
menurunnya kemampuan kerja Wati, 2011). Oleh karna itu, status gizi balita perlu
perhatian khusus karena status gizi yang baik akan menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu pengumpulan data
baik variabel dependent maupun independent dilakukan dalam waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Penggunaan desain ini sesuai dengan tujuan peneliti yaitu
melihat “Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi balita di desa Tambang
Wilayah Kerja Puskesmas Tambang kabupaten kampar tahun 2019”.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 51 responden
yang memiliki pendapatan tidak terpenuhi, terdapat 16 balita (31.4%) yang memiliki
gizi normal. Sedangkan dari 23 responden yang memiliki pendapatan terpenuhi,
terdapat 6 balita (26.1%) yang memiliki status gizi tidak normal. Menurut asumsi
peneliti, responden dengan pendapatan tidak terpenuhi tetapi memiliki balita dengan
gizi normal yaitu sebanyak 16 balita (31.4%), hal ini terjadi karena, 8 ibu bisa
memamfaatkan perkarangan rumah untuk menanam bahan makanan yang
mengandung nilai gizi untuk balitanya, 5 ibu bisa memvariasikan macam-macam
masakan yang bergizi dari bahan makanan yang dimamfaatkan di perkarangan rumah,
3 ibu suaminya sering menangkap ikan di sungai untuk dikonsumsi sendiri, sehingga
balita gizi balita dapat terpenuhi. Sedangkan responden dengan pendapatan keluarga
yang terpenuhi namun memiliki balita dengan gizi tidak normal sebanyak 6 balita
( 26.1), hal ini dapat disebabkan ibu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik
meskipun pendapatan terpenuhi, namun tidak membelajakan uang sesuai dengan
kebutuhan gizi.
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan yan dikonsumsi. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
tergantung pada besar kecilnya pendapatan, keluarga dengan pendapatan terbatas
kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makananya terutama
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh (Depkes RI, 2000 : 3). Umumnya
jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut bervariasi. Tingkat
penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya
tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai
jenis bahan pangan lainnya. Pendapatan yang rendah dapat mempengaruhi banyak hal
seperti pola konsumsi makanan kurang bergizi, pemeliharaan kesehatan, dsb.
Menurut Emil Salim, bahwa kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan
yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Salah satu
akibat kurangnya kesempatan kerja adalah rendahnya pendapatan masyarakat
(Ahmadi Abu, 2003). Salah satu yang menyebabkan pendapatan keluarga menjadi
rendah adalah tingkat pendidikan yang terlampau rendah (Ahmadi Abu, 2003).
Tingkat pendidikan khususnya pendidikan ibu dapat berpengaruh pada kualitas
pengasuhan anak selain itu juga mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur
pendidikan ibu sangat bepengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan orang untuk menyerap
informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidu sehari-hari.
(Depkes RI, 2004 : 27).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendapatan Nasional adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
rendahnya tingkat kehidupan atau kemakmuran dalam suatu bangsa atau negara.
Secara kuantitatif, tingkat kehidupan dan kemajuan suatu negara itu ditentukan oleh
perbandingan antara jumlah Pendapatan Nasional dengan jumlah penduduk dalam
suatu negara. Konsep ini biasanya dikenal dengan sebutan pendapatan perkapita.
Meskipun pendapatan perkapitanya belum menggambarkan tingkat kemajuan seluruh
rakyat. Pendapatan Nasional dapat digunakan untuk mengetahui susunan
perekonomian suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi disetiap sektor
perekonomian terhadap penyusunan pendapatan nasional. Pendapatan Nasional dapat
digunakan untuk memutuskan dan menyusun untuk dibuat kebijakan yang sekiranya
dipandang perlu.
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan yan dikonsumsi. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
tergantung pada besar kecilnya pendapatan, keluarga dengan pendapatan terbatas
kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makananya terutama
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh (Depkes RI, 2000 : 3). Umumnya
jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut bervariasi. Tingkat
penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya
tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai
jenis bahan pangan lainnya. Pendapatan yang rendah dapat mempengaruhi banyak hal
seperti pola konsumsi makanan kurang bergizi, pemeliharaan kesehatan, dsb.

3.2 Saran

Saya sebagai penyusun, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan Tentunya, penyusun akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

(Christanto, no date)Christanto, E. (no date) ‘Hubungan pendapatan keluarga dengan asupan


gizi energi, protein, zat besi, vitamin a ibu hamil di puskesmas umban sari kota pekanbaru’,
pp. 1–11.

Kasumayanti, E. and Aulia, M. (2020) ‘HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019’, 4(23), pp. 7–13.

Anda mungkin juga menyukai