Anda di halaman 1dari 16

BAB V

POSYANDU(POS PELAYANAN TERPADU)

Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005). Posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelanggraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemmudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ).
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program
lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga.berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia di
masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia
ada 3 intervensi yaitu :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina
tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap
menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan
kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat :
Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga:
 Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya.
 Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4
kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
 Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI)
 Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6
bulan (Februari dan Agustus)
 Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
 Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
 Mendukung pelayanan KB.
 Memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan.
 Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu.

2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat


 Mendapatkan informasi tentang upaya kesehatan.
 Dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Bagi Puskesmas
 Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan.
 Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
 Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian pelayanan
secara terpadu.

Tujuan Posyandu
Tujuan didirikannya Posyandu Yaitu :
 Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,
melahirkan dan nifas).
 Membudayakan NKKBS.
 Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
 Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006, Posyandu secara
umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni
kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu,
disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya
masyarakat.Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi
cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan
tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan
utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri 
Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan
dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang
pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi
yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya.

Kegiatan Utama Posyandu


Kegiatan utama di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita,
pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk mencegah penyakit,
penanggulangan diare, pelayanan KB penyuluhan dan konseling atau rujukan konseling bila
diperlukan.
Sasaran Posyandu
 Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/ keluarga, utamanya adalah bayi baru
lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS.

Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca
Krida Posyandu), antara lain:
1. Kesehatan Ibu dan Anak yang terdiri dari :
 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita
dan anak prasekolah.
 Memberikan nasihat tentang makanan untuk mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin
dan mineral
 Pemberian nasihat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.

2. Keluarga Berencana
 Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
 Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3. Immunisasi
 Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil. Pada bayi umur 0-11 bulan
memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan
campak 1 kali. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000
SI).Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap
6 bulan (Februari dan Agustus).

4. Peningkatan gizi
 Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
 Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada
anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.
 Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun.
5. Penanggulangan Diare

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu


(Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan Obat essensial
Berdasarkan hal diatas adapun kegiatan pokok yang dilakukan dalam pelaksanaan
Posyandu yaitu :
1. KIA
2. KB
3. Lmunisasi
4. Gizi
5. Penanggulangan Diare

Peran Kader Posyandu


Kader Posyandu berperan sebagai penggerak dan penyuluh kesehatan masyarakat,
sehingga masyarakat tau, mau dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam mewujudkan keluarga sehat sesuai dengan sosial budaya setempat dan membuat
pencatatan sederhana dari kegiatan yang dilakukan serta melaporkan kepada ketua kader
dan pembina kader.

Tugas Kader Posyandu


Tugas Kader Posyandu dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Tugas sebelum hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H - Posyandu,
yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh Kader Posyandu agar kegiatan pada hari
buka Posyandu berjalan dengan baik.
2. Tugas pada saat hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada saat H
Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 kegiatan.
3. Tugas sesudah hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H + Posyandu,
yaitu berupa tugas-tugas setelah hari Posyandu. Penyelenggaraan Posyandu 1
bulan penuh, hari buka Posyandu untuk penimbangan 1 bulan sekali.
1. Tugas Kader Posyandu Sebelum Hari Buka
Berikut ini tugas-tugas Kader Posyandu sebelum hari buka, yaitu:
 Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
 Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan warga
setempat atau surat edaran.
 Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi kader yang menangani
pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan
tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
 Kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan atau petugas lainnya.
 Menyiapkan bahan pemberian makanan tambahan PMT Penyuluhan dan PMT
Pemulihan (jika diperlukan), serta penyuluhan.
 Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu

2. Tugas Kader Posyandu Pada Saat Hari Buka


Berikut ini tugas-tugas Kader Posyandu pada saat hari buka, yaitu:
 Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
 Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran
dan pemantauan kondisi balita.
 Melakukan penyuluhan tentang pola asuh balita, agar anak tumbuh sehat, cerdas,
aktif dan tanggap. Dalam kegiatan itu, kader bisa memberikan layanan konsultasi,
konseling, diskusi kelompok.
 Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada
anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
 Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang ke Posyandu dan
minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
 Menyampaikan informasi pada orang tua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan yang terkait dengan anak balitanya, jangan segan atau malu.
 Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu

3. Tugas Kader Posyandu Setelah Hari Buka


Berikut ini tugas-tugas Kader Posyandu setelah hari buka (diluar hari buka), yaitu:
 Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu,
pada anak yang kurang gizi, atau pada anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan,
dan lain-lain.
 Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka
meningkatkan gizi keluarga, menanam obat keluarga, membuat tempat bermain
anak yang aman dan nyaman, dan lain-lain.
 Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan atau menginformasikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan
dukungan agar Posyandu dapat terus berjalan dengan baik.
 Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, diskusi atau forum komunikasi dengan
masyarakat, untuk membahas penyelenggaraan atau kegiatan Posyandu di waktu
yang akan datang.
 Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data
atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu, dan
memasukkan kegiatan Posyandu tersebut dalam SIP.
BAB VI
SKN ( SISTEM KESEHATAN NASIONAL)

Pengertian SKN
Sistem Kesehatan Nasional(SKN) adalah suatu tantanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945.

Landasan SKN
Landasan SKN meliputi:
1. landasan idiil
2. landasan konstitusional
3. landasan operasional
 Landasan idiil yaitu Pancasila

 Landasan konstitusional
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28A
”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”,
Pasal 28B ayat (2) ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”, Pasal 28C ayat (1) ”Setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”,
Pasal 28H ayat (1) ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”, Pasal 28H ayat (3) ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”,
Pasal 34 ayat (2) ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”, dan Pasal 34 ayat (3) ”Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

 Landasan Operasional
Meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan ketentuan
peraturan perundangundangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan
pembangunan kesehatan. Sekarang menurut peraturan presiden SKN ditetapkan dalam UU
No 72 tahun 2012.

Pelaku SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN
adalah :
1. Masyarakat, termasuk swasta
2. Pemerintah(Eksekutif) : pemerintahan pusat, provinsi, dan kabupaten
3. Badan legeslatif : DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, dan lain-lainnya
4. Badan yudikatif

Prinsip Dasar SKN


1. Perikemanusiaan
2. Hak Asasi Manusia
3. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
4. Kemitraan
5. Pengutamaan dan manfaat
6. Tata kepemerintahan yang baik(good governance)

Subsistem SKN
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Subsistem Upaya Kesehatan adalah tantanan yang menghimpun kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan se tinggi-tingginya.

Prinsip-prinsip Upaya Kesehatan :


 UKM : Oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat
 UKP : Oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha

Penyelenggaraan UKM dan UKP :


 Menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berjenjang
 Mengikuti prinsip profesional, ekonomis, sesuai moral dan etika bangsa
 Didasarkan atas perkembangan muktahir iptek kedokteran dan kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tantanan yang menghimpun berbagai
upaya penggalian, pengalokasian dan pembelajaan sumber daya keuangan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.

3. Subsistem Sumber Daya Manusia dan Kesehatan


Subsistem Sumber Daya Manusia dan Kesehatan adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya
derajat kesmas yang setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang
bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan dengan tujuan tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu
secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesmas yang setinggi-tingginya.

4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan


Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan
kes secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yg diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dengan tujuan tersedianya obat dan perbekalan
kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

5. Subsistem Pemberdayaan Kesehatan


Subsistem Pemberdayaan Kesehatan adalah tantanan yang menghimpun berbagai
perorangan, kelompok dan masyarakat dibidang kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

6. Subsistem Manajemen dan Informasi


Subsistem Manajemen dan Informasi adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya adm kesahatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan
dan penerapan IPTEK, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya memiliki
tujuan agar terselenggaranya fungsi-fungsi administasi kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesesehatan yang setinggi-tingginya. Memiliki unsur-unsur utama terdiri dari empat unsur
utama, yakni administrasi kesehatan, informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum kesehatan.

Kedudukan SKN
 Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan berbagai
subsistem lain, diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia seperti yan tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain


Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yg tidak hanya menjadi
tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai
sektor lain terkait yg terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian,
SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :
1. Sistem Pendidikan Nasional
2. Sistem Perekonomian Nasional
3. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
4. Sistem Hankamnas
5. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan upaya dari
berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan. Dalam arti sistem-sistem
nasional tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
BAB VII
SISTEM RUJUKAN KESEHATAN

Pengertian Rujukan
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan
atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.

Ketentuan Rujukan Umum


1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik
yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundangundangan yang berlaku.
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem
rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan
prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan
akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan
dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama.
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:
 pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
 perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
o permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya
o kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut
o pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
o perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/atau ketenagaan.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang


1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan
medis, yaitu:
 Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
 Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua
 Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
 Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan
pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:


 Terjadi keadaan gawat darurat, kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang
berlaku
 Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
 Khusus permasalahan kesehatan pasien untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan d. pertimbangan geografis
 Pertimbangan ketersediaan fasilitas

4. Pelayanan oleh bidan dan perawat


 Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat
dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.

5. Rujukan Parsial
 Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
 Rujukan parsial dapat berupa:
1. pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2. pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
 Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sistem Rujukan Berjenjang


1. Apakah pasien yang tidak mengikuti rujukan berjenjang dapat dijamin oleh BPJS
Kesehatan?
Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak
dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, kecuali dalam kondisi tertentu yaitu kondisi gawat
darurat, bencana, kekhususan permasalahan pasien, pertimbangan geografis, dan
pertimbangan ketersediaan fasilitas.
2. Untuk pasien di perbatasan, apakah diperbolehkan untuk merujuk pasien lintas
kabupaten?
Jika atas pertimbangan geografis dan keselamatan pasien tidak memungkinkan untuk
dilakukan rujukan dalam satu kabupaten, maka diperbolehkan rujukan lintas kabupaten.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/IKM-PKM-
Komprehensif.pdf
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Perpres%2072-2012%20Sistem%20Kesehatan%20Nasional.pdf
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anhari.achadi/material/sknabrigedversion.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2012/09/Sistem-Kesehatan-Nasional-2009.pdf
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf

Anda mungkin juga menyukai