Penyusun
(Restu Yasalam)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang………………………………………………………...........................................1
1.2.
Tujuan………………………………………………………………...........................................
......1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Fermentasi…………………………………………….........................................2
2.2 Mikroorganisme Pada Fermentasi…………………………………................................2
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Tempe.......................……….2
2.4 Mikroba Pada Laru (Ragi)
………………………………………….......................................3
2.5 Proses
Fermentasi…………………………………………………..........................................4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Cara
PembuatanTempe…………………………………………..........................................5
3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Tempe........................………………....6
3.3 Ragi Tempe.................
…………………………………………………………..............................6
3.4 Proses Terjadinya Fermentasi…………………………………….....................................8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................9
4.2 Saran...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempe merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Tempe adalah salah satu contoh produk fermentasi. Jamur yang digunakan dalam
fermentasi umumnya adalah Rhizopus sp jamur ini menghasilkan enzim-enzim yang mampu
merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa lebih sederhana sehingga dapat
dengan mudah dicerna oleh tubuh. Tempe dapat dibuat dari berbagai macam bahan tetapi
yang paling sering digunakan sebagai bahan utama tempe adalah biji kedelai. Melalui
fermentasi, bahan ini akan diubah menjadi sebuah padatan berwana putih.
Untuk fermentasi sendiri jenis jamur yang paling sering digunakan adalah Rhizopus
oryzae. Jamur ini mampu menghasilkan asam laktat dan aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin. Selain itu, Rhizopus oryzae mampu merombak lemak menjadi
trigliserida dan asam amino, serta mampu menghasilkan protease. Pertumbuhan yang baik
untuk Rhizopus sp adalah habitat yang memiliki kisaran pH 3,4-6. Arti kata fermentasi
selama ini berubah-ubah kata fermentasi berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti
merebus (to boil).
Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan
bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi
buah-buahan atau biji-bijian. Gelembung-gelembung karbondioksida dihasilkan dari
katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula. Pada bidang mikrobiologi, fermentasi
mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan
produk dari pembiakan mikroorganisme. Pada pembuatan tempe terdapat jamur Rhizopus sp
yang mengalami fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobic (sedikit/tanpa oksigen). Semakin lama waktu fermentasi, pH tempe
semakin meningkat dapat mencapai kisaran 8,4 sehingga jamur semakin menurun karena pH
tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah fermentasi tempe adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan tempe melalui fermentasi
2. Untuk mengetahui bahan dan produk yang dihasilkan dari proses fermentasi tempe
3. Untuk mengetahui mikroorganisme dalam fermentasi pada tempe
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti
bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil
yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab
kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri
akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe
(Muchtadi, 1989). Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang
dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan,
misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak
digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan
tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno,dkk,
1980).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan
yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang
cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk
padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi
tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada
permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para
peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang
tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan
cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
4.2. Saran
Saya sebagai penyusun, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penyusun akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya.Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., & F. T. Wolf. (1970). Microbiological studies of Indonesianfermented
food stuffs.Mycopathol. Mycol. Appl., 41: 211-222.
Muchtadi,D.1989.Petunjuk Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi Pangan.DepartemenPendidikan
dan Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. PusatAntar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murata, et al. 1967.Studies on The Nutritional Value Of Tempeh. In J.Food
Sci,32:580.Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat
DinamikaPembangunan UNPAD. Bandung.
Shurtleff, W., and Aoyagi, A. 1979.The Book Of Tempeh. ProfesionalEdition. Harperand
Row. Publishing New York Hagerstown. San Francisco, London.