Document
Document
Menyentuhnya dan
mencabiknya dengan Caranya sendiri. Rasa panas & ketakutan berbaur menyelimuti
dirinya. Tak tau kemana lagi Ia akan bersandar setelah ini.
Lebih dari 997 potongan jeruji besi tua yang menjadi temannya selama dua tahun
belakang ini membuatnya muak. Tapi ia sadar kalau memang ia lupa diri pada waktu
itu. Kini ia terusik akan datangnya suara itu. Ya, suara pemilik toko yang mengomeli
pekerjanya yang tak becus
“Tresno, bangun Tresno! Jangan tidur saja kerjaan kau,” suara lantang milik Bang
Togar itu menyentakkan tidur pulasnya. Tresno yang sedari tadi berada di tumpukan
beras miliknya, kini terjaga.
“I. . . . . iya, Bang!” segera Tresno kembali mengangkati beras" itu ke dalam toko.
Sulit membayangkan pria bujang mantan narapidana seperti Tresno mendapatkan
jodoh wanita solehah seperti yang diidamkannya selama ini. Jangankan jodoh,
pekerjaan saja sulit ia dapatkan. Kepercayaan masyarakat terhadap orang seperti
Tresno memang mungkin sudah hilang.
Sekitar 1 bulan yang lalu Tresno dibebaskan dari tempat memuakkan itu. Karena
bujuk rayu Syamsuddin dan Abrar yang membuat dia tak berpikir panjang waktu itu.
Seketika itu motor haram yang berhasil mereka curi berubah jadi bunga uang yang
menari-nari di depan mereka. Dari hasil pencurian itu, Tresno berhasil melunasi
utang-utangnya di Malang, kota kelahirannya~
“Ya cukuplah itu. Lain kali kalau ada pekerjaan kosong, kau akan ku pekerjakan
lagi,” [tukas Bang Togar pelan, tetapi masih terdengar keras ditelinga Tresno.]
Setelah menerima uang penghasilan dari Bang Togar, Tresno berniat tidak pulang
dulu ke rumah kontrakannya. Dia ingin belanja keperluan dapur. Walaupun Tresno
hidup sendirian, ia lebih memilih masak sendiri di dapur mininya.
Angin sore berhembus di Pasar Kosngòsan yang ramai. Seorang anak perempuan
menangis merengek tak karuan pada ibunya yang menjajakan cabai-cabai merah
kepada para pelanggan yang lewat. Si ibu kelihatan repot.*
“Eh, oh, iya. 25, Nak,” jawab si ibu tergopoh-gopoh meladeni Tresno. Anak
perempuan itu menatap muka Tresno. Tresno senyum tipis. Ajaibnya, anak
perempuan itu berhenti merengek dan duduk manis di atas peti barang milik mereka.
“Nggak bisa kurang, Bu?”
Si ibu sekarang melongo melihat anaknya duduk manis tak merengek lagi.
“Lho, kan saya minta sekilo, Bu. Mengapa jadi lebih?” Tresno heran dengan
perkataan si Ibu.
“Anggap saja ini sebagai bonus, karena senyuman si Anak bisa membuat Aidah tidak
merengek lagi,”terang si Ibu melebarkan senyum kepada Tresno. Kini Tresno
mengerti maksud si Ibu.
Hiruk pikuk Kósngosan tetap saja terdengardi telinga Tresno. Suasana sore senja
membawanya ke alam yang berbeda. Ada suasana khas yang ia temui disini. Perlahan
cahaya kemerah-merahan berganti menjadi redup. Seiring perjalanannya pulang,
angin sore tiada berhenti menghembus menerpa tubuh pria jakung itu. ****
"Oleh karena itu pertumbuhan kita terjebak di pertumbuhan natural yaitu pada kisaran
5%," jelas Piter kepada Kosngosan.com, Ahad (25/8/2021).
"Maka itu APBN harus lebih agresif," tegasnya. Beberapa cara adalah dengan
meningkatkan belanja pemerintah yang ditambahkan dengan pelonggaran belanja.
Akan tetapi penerapan kebijakan tersebut akan menuai konsekuensinya yaitu neraca
defisit akan melebar.
"Tapi jangan takut dengan pelebaran defisit, asal tetap di bawah 3% dari PDB,"
pungkasnya.