Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA TENTANG

ANSIETAS (KECEMASAN)

KELOMPOK 9:
NURDIANA
AMINAH
A. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan was-was,


khawatir,atau tidak nyaman seakan-akan akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu
yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut
(Keliat, 2012).
Ansietas merupakan pengalaman
emosi dan subjektif tanpa ada objek
yang spesifik sehingga orang merasakan
suatu perasaan was-was (khawatir)
seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan
terjadi dan pada umumnya disertai
gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Stuart dan
Laraia,1998) dalam buku
(Pieter,dkk,2011)
B. RENTAN RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


C. Tingkat Ansietas

1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang
akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami
ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan
kreativitas. Responsrespons fisiologis orang yang mengalami
ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek,
naiknya tekanan darah dan 10 nadi, muka berkerut, bibir
bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
2. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi
Tingkatan Ansietas pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga
dan menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis
dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik
mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan
gelisah.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi
sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal-
hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit
berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area
lain. Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah
napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik,
banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan
kabur, dan mengalami ketegangan.
4. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah
sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga
tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan
apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan.
Respons-respons fisiologis panik adalah napas pendek,
rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan
koordinasi motorik yang sangat rendah.
D. Etiologi

1.Faktor predisposisi Stressor predisposisi adalah semua


ketegangan dalam kehidupan yang yang dapat menimbulkan
kecemasan (Suliswati,2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
yang menimbulkan kecemasan pada individu
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola 13 mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan
2. Faktor Presipitasi Stressor presipitasi adalah
ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Ancaman terhadap intregitas fisik.
B. Ancaman terhadap harga diri
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala meliputi ( APA, 1994 )
1. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
2. Berkeringat
3. Gemetar atau menggigil
4. Perasaan sesak napas dan tercekik
5. Perasaan tersedak
6. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
7. Mual atau distres abdomen
8. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
9. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah dari diri
sendiri)
10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Perestesia (kebas atau kesemutan)
13. Bergantian kedinginan atau kepanasan
Gejala lain gangguan ansietas meliput
1. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah
letih, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan
gangguan tidur (gangguan ansietas umum)
2. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu
mengenai peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan
kembali trauma ( episode kilas balik ), kesulitan merasakan
emosi ( afek datar ), insomnia dan iritabilitas atau marah
yang meledak–ledak ( gangguan stres pasca trauma )
3. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang
berkaitan dengan kekerasan, kontaminasi, dan
keraguan, berulang kali melakukan aktifitas yang
tidak bertujuan, seperti mencuci tangan,
menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan
obsesifkompulsif)
4. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek
atau situasi tertentu ( fobia spesifik ), situasi
performa atau sosial (fobia sosial), atau berada
dalam satu situasi yang membuat individu terjebak (
agorafobia) (Eko Prabowo, 2014.
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998)
mengatakan bahwa faktor yang berkonstribusi pada
terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada:
1. Konsep diri
2. Personal security system
3. Kepercayaan, lingkungan
4. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
Status kesehatan.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas
pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) ,
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
B. Tidur yang cukup.
C. Olahraga yang cukup
d. Tidak merokok
e. Tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
3. Terapi somatik
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain:
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
g. Terapi psikoreligius
5. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri
atas pernapasan abdominal (diafragma) Prosedur :
a. Atur posisi yang nyaman
b. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
c. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat
dibawah tulang iga.
d. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
e. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan – lahan (Asmadi,2008.)
Demonstrasi
TEHNIK NAPAS DALAM
EVALUASI
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai