Anda di halaman 1dari 57

SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL PELAT PADA

PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL KMP TAKABONERATE

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada


Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

MUSTAKIN
D321 14 302

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir

Analisis Pengendalian Persediaan Material Pelat Pada Proyek Pembangunan


Kapal KMP Takabonerate

Disusun dan diajukan oleh

Mustakin
D321 14 302

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk dalam rangka Penyelesaian Studi
Program Sarjana Program Studi Teknik Sistem Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
pada tanggal 16 Agustus 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan.
Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Wahyuddin, ST., MT. Habibi, ST., MT.


Nip. 197202051999031002 Nip. 198704252019031012

Ketua Departemen Teknik Sistem Perkapalan

Dr. Ir. Chaerul Paotonan, ST., MT.


Nip. 197506052002121003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Mustakin
NIM : D321 14 302
Departemen : Teknik Kelautan
Jenjang : S1
Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya berjudul
“Analisis Pengendalian Persediaan M aterial Pelat Pada Proyek Pembangunan
Kapal KMP Takabonerate”
Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan orang lain
bahwa skripsi yang saya tulis ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.

Makassar, 16 Agustus 2021


Yang menyatakan

Materai
10.000

(Mustakin)

iii
ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL PELAT PADA


PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL KMP TAKABONERATE

ABSTRAK

Perencanaan untuk persediaan material merupakan bagian terpenting karena


sumber daya material menyerap hampir sebagian besar dari total biaya proyek.
Penanganan pengadaan persediaan material proyek KMP Takabonerate khususnya
material pelat yang merupakan material terbanyak digunakan yaitu ±480 ton
dibutuhkan perhatian khusus karena dalam pengelolaan material dalam jumlah
besar diperlukan manajemen pengendalian persediaan yang optimal mengingat
masa proyek pembangunan dapat berpengaruh pada kualitas material serta volume
material yang besar akan berpengaruh pada kapasitas gudang yang terbatas. Analisa
perencanaan persediaan material dalam tugas akhir ini dilakukan dengan
menghitung safety stock dan reorder point kemudian melakukan pengendalian
persediaan dengan Material Requirement Planning (MRP). Dari hasil analisa
perhitungan safety stock dan reorder point untuk setiap material diperoleh nilai
yang akan menjaga stok material tetap aman, selanjutnya analisa pengendalian
persediaan dengan MRP diperoleh jadwal persediaan yang lebih terencana sehingga
memudahkan proyek untuk melakukan pengendalian persediaan.
Kata kunci : persediaan, MRP, safety stock, reorder point

iv
ANALYSIS OF PLATE MATERIAL INVENTORY CONTROL IN THE
KMP TAKABONERATE SHIPBUILDING PROJECT

ABSTRACK
Planning for material inventory is the most important part because material
resources absorb almost a large part of the total project cost. Handling the
procurement of material inventory for the KMP Takabonerate project, especially
plate material, which is the most used material, namely ±480 tons, special attention
is needed because in the management of large quantities of material, optimal
inventory control management is needed considering that the development project
period can affect the quality of the material and the large volume of material will
effect on limited warehouse capacity. Analysis of material inventory planning in
this final project is carried out by calculating safety stock and reorder points then
controlling inventory using Material Requirement Planning (MRP). From the
results of the analysis of the calculation of safety stock and reorder point for each
material, a value is obtained that will keep the stock of the material safe, then the
analysis of inventory control with MRP obtains a more planned inventory schedule,
making it easier for the project to carry out inventory control.
Keywords: inventory, MRP, safety stock, reorder point

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Analisis Pengendalian Persediaan Material Pelat Pada Proyek Pembangunan
Kapal KMP Takabonerate”. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta taslim
kepada nabi junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti saat ini.
Tugas akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
Tugas akhir ini dapat selesai karena bantuan, motivasi, dukungan, dan doa
dari banyak pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Allah SWT. atas berkah dan rahmat-Nya yang tidak pernah putus kepada saya.
2. Ibu saya Muliati Daeng Pale yang menjadi motivasi dan tetap bertahan sesulit
apapun hidup beliau selalu memberi dukungan.
3. Bapak Wahyuddin, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
4. Bapak Habibi, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II yang juga senantiasa
membimbing dalam menyusun tugas akhir ini.
5. Bapak Dr. Ir. Chairul Paotonan, ST., MT. selaku Ketua Departemen Teknik
Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Teknik Kelautan yang saya hormati yang telah
memberi bekal kepada penulis secara keilmuan disiplin ilmu Teknik Kelautan.
7. Ztringer Crew saudara seperjuangan di Jurusan Teknik Perkapalan 2014, satu
rasa, sama rasa, sama-sama manrasa-rasa.
8. The Lazt Ztringer saudara sejati yang sama-sama berjuang meraih gelar sarjana
hingga semester 14.

vi
9. Teknik 2014 yang sama-sama membantu dalam berbagai hal baik urusan
akademik maupun diluar urusan akademik.
10. Mapala 09 tempat belajar dan bermain, tempat menyalurkan minat dan bakat
kepecintaalaman dan kepetualangan penulis.

Karena keterbatasan pengetahuan, saya yakin tugas akhir ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, saya berharap semoga tugas akhir ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi para pembaca, serta dapat diterima dan
bermanfaat bagi saya pribadi dan Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan
Universitas Hasanuddin.

Gowa, 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1 Pengendalian Persediaan ............................................................................... 5
2.1.1 Definisi Pengendalian Persediaan ........................................................... 5
2.1.2 Fungsi Persediaan ................................................................................... 6
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan ............................................................................. 8
2.1.4 Pola Permintaan Persediaan .................................................................... 9
2.1.5 Model-model Persediaan ...................................................................... 10
2.1.6 Permasalahan Dalam Persediaan .......................................................... 10
2.2 Material Pequirement Planning (MRP) ...................................................... 13
2.2.1 Definisi Material Requirement Planning (MRP) ................................. 13
2.2.2 Kemampuan Sistem MRP..................................................................... 13
2.2.3 Input Sistem MRP ................................................................................. 14
2.2.4 Output Sistem MRP .............................................................................. 15
2.2.5 Langkah-langkah Pengerjaan MRP ...................................................... 16

viii
2.3 Persediaan Pengaman (Safety Stock) ........................................................... 17
2.4 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 21
3.2 Metode Pengambilan Data .......................................................................... 21
3.3 Sumber Data ................................................................................................ 21
3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 22
3.5 Flowchart Penelitian ................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1 KMP Takabonerate ...................................................................................... 24
4.2 Gambaran Umum Proyek Pembangunan KMP Takabonerate .................... 24
4.3 Struktur Produk (Bill of Material) ............................................................... 25
4.4 Rincian Kebutuhan Material ....................................................................... 26
4.5 Jadwal Induk Produksi ................................................................................ 28
4.6 Analisa Lead Time ....................................................................................... 30
4.7 Analisa Safety Stock .................................................................................... 31
4.8 Analisis Reorder Point ................................................................................ 33
4.9 Analisa Jumlah Pesanan .............................................................................. 34
4.10 Penentuan Ukuran Lot (Lotting) dan Waktu Rencana Pemesanan
(Offsetting)......................................................................................................... 36
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 40
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40
5.2 Saran ............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
LAMPIRAN ......................................................................................................... 43

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data masa pelaksanaan pekerjaaan konstruksi ................................. 1


Tabel 2.1 Ketentuan dari Keputusan Persediaan.............................................. 11
Tabel 2.2. Matriks MRP ................................................................................... 17
Tabel 2.3 Faktor pengaman dan Tingkat Kepercayaan .................................... 18
Tabel 4.1 Total kebutuhan material ................................................................. 27
Tabel 4.2 Rincian kebutuhan material setiap blok pekerjaan .......................... 27
Tabel 4.3 Jadwal pekerjaan konstruksi ............................................................ 29
Tabel 4.4 Jadwal induk produksi ... ................................................................. 30
Tabel 4.5 Perhitungan Safety Stock untuk setiap material ............................... 32
Tabel 4.6 Perhitungan Reorder Point untuk setiap material ............................ 33
Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan kotor material ............................................. 35
Tabel 4.8 MRP teknik FLF untuk setiap material ............................................ 37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 flowchart penelitian ..................................................................... 23

Gambar 4.1 KMP Takabonerate ............................................................................ 24

Gambar 4.2 Bill of material pekerjaan struktur KMP Takabonerate ............... 26

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini industri perkapalan mengalami perkembangan yang pesat seiring


dengan perkembangan kebutuhan manusia. Dalam perkembangannya, banyak
perusahaan di Indonesia yang mendukung keberlangsungan industri perkapalan
dalam negri diantaranya yaitu PT. Industri Kapal Indonesia (persero) yang ada di
Makassar.
PT Industri Kapal Indonesia yang berdiri sejak tahun 1977 sudah banyak
menyelesaikan berbagai macam proyek yang berhubungan dengan perkapalan,
mulai dari proyek reparasi hingga proyek pembangunan kapal baru.
Salah satu proyek pembangunan kapal yang telah diselesaikan PT. Industri
Kapal Indonesia adalah KMP TAKABONERATE milik Direktorat Jendral
Transportasi Sungai Danau dan Perairan Kementrian Perhubungan Darat yang
dikerjakan selama 16 bulan mulai dari penandatanganan kontrak pada minggu ke-
4 Agustus 2019 hingga serah terima pada minggu ke-4 Desember 2020. Proyek ini
merencanakan pekerjaan konstruksi dalam masa 6 bulan 3 minggu dengan target
selesai pada minggu ke 3 April 2020, namun dalam realisasinya terjadi
keterlambatan hingga hampir 4 bulan sebagaimana data yang ditunjukkan pada di
bawah ini.

Tabel 1.2 Data masa pelaksanaan pekerjaaan konstruksi


2019 2020
Masa
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
konstruksi
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Perencanaan
Realisasi

Sumber: Kepala proyek KMP Takabonerate

Dari data pada tabel 1.1 dimana keterlambatan dalam realisasi pelaksanaan
pekerjaan yang sangat jauh dari target maka perlu diketahui seperti apa manajemen
persediaan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi tersebut

1
mengingat salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran dalam pelaksanaan
suatu proyek konstruksi adalah aliran material saat pelaksanaan. Keterlambatan
datangnya material konstruksi yang menyebabkan kehabisan stok persediaan
material saat akan digunakan membuat pekerjaan menjadi tertunda. Hal ini secara
tidak langsung dapat mempengaruhi total waktu pelaksanaan.
Pada suatu proyek konstruksi, perencanaan untuk persediaan material
merupakan bagian terpenting karena sumber daya material menyerap hampir
sebagian besar dari total biaya proyek. Penanganan pengadaan persediaan material
tidaklah mudah, apalagi material yang digunakan tidaklah sedikit terutama material
pelat yang merupakan material terbanyak digunakan yaitu ±480 ton
(sumber:Kepala proyek KMP Takabonerate).
Pengelolaan material plat baja dalam jumlah besar diperlukan manajemen
pengendalian persediaan yang optimal mengingat masa proyek pembangunan dapat
berpengaruh pada kualitas material serta volume material yang besar akan
berpengaruh pada kapasitas gudang yang terbatas, selain itu turut pula biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan yang akan berpengaruh pada total biaya.
Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk menganalisa
pengendalian persediaan yang ditulis dalam Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis
Pengendalian Persediaan Material Pelat Pada Proyek Pembangunan Kapal
KMP Takabonerate”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana membuat manajemen persediaan dengan menghitung safety
stock dan reorder point untuk material pelat
2. Bagaimana pengendalian persediaan menggunakan sistem Material
Requirement Planning (MRP)

2
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Menghitung safety stock dan reorder poin
2. Melakukan pengendalian persediaan menggunakan sistem Material
Requirement Planning (MRP)

1.4 Batasan Masalah

1. Material yang dianalisis adalah pelat yang digunakan untuk keseluruhan


proyek pembangunan kapal KMP Takabonerate
2. Menggunakan data persediaan material plat datar gudang PT. Industri Kapal
Indonesia selama masa pembangunan
3. Data mengenai biaya atau keuangan diabaikan

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi, antara lain:


1. Pihak perusahaan
Dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan acuan atau referensi dalam
merencanakan persediaan agar mencapai hasil yang optimal.
2. Pihak lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi pengetahuan bagi
pihak-pihak yang ingin mempelajari hal yang sama untuk penelitian yang
lebih lanjut.
3. Pihak penulis
Penelitian ini merupakan bentuk penerapan teori-teori yang didapatkan
selama perkuliahan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis serta melatih kemampuan penulis untuk menganalisa suatu
permasalahan yang terjadi.

3
1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dalam 5 bab, dengan rincian sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan.
3. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan metode yang digunakan untuk memperoleh hasil dan
penelitian dan teknik analisa data.
4. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil dari penelitian disertai pembahasan dari penelitian
yang telah dilakukan
5. BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan simpulan dari penulisan dan saran bagi pembaca

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Persediaan

2.1.1 Definisi Pengendalian Persediaan

Persediaan (inventory) adalah sumber daya menganggur (idle resources)


yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih lanjut tersebut
adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran,
sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga
(Nasution, 1999).
Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari tiga bentuk yaitu sebagai
berikut (Nasution, 1999):
a. Bahan Baku
Bahan baku yaitu sumber daya yang merupakan input awal dari proses
transformasi menjadi produk jadi.
b. Barang Setengah Jadi
Barang setengah jadi yaitu bentuk peralihan antara bahan baku dengan
produk setengah jadi.
c. Barang Jadi
Barang jadi yaitu merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap
dipasarkan kepada konsumen.
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting,
karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar
dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya
dalam perseediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebih, dan
mungkin mempunyai opportunity cost (dana dapat ditanamkan dalam investasi
yang lebih menguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai
persediaan yang cukup, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya
kekurangan bahan (Handoko, 2000).

5
Tujuan Pengendalian Persediaan Menurut Handoko (2000) berpendapat
bahwa tujuan perusahaan menerapkan pengedalian persediaan adalah untuk
(Handoko, 2000):
a. Mengusahakan agar apa yang telah direncanakan bisa terjadi menjadi
kenyataan.
b. Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang
telah dikeluarkan.
c. Mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam pelaksanaan rencana.

2.1.2 Fungsi Persediaan

Terdapat empat macam fungsi dari persediaan, antara lain (Eunike, et al.,
2018):

a. Persediaan dalam Transportasi


Persediaan ini bergantung kepada waktu yang digunakan untuk
mengirim barang dari perusahaan ke lokasi lainnya. Persediaan ini juga
disebut sebagai persediaan saluran (pipeline inventory). Perusahaan dapat
mempengaruhi jumlah dari persediaan dalam transportasi dengan merubah
desain sistem distribusi. Sebagai contoh pada persediaan di lokasi untuk
transisi diantara pemasok bahan baku dan perusahaan yang dapat
disederhanakan dengan cara merubah metode transportasi seperti dengan
mengganti pengiriman menggunakan truk dengan pengiriman
menggunakan kereta api, dengan memilih lokasi dari pemasok yang lebih
dekat dengan perusahaan atau dengan tidak mananggung biaya pengiriman
bahan baku dengan pemasok. Beberapa pilihan tersebut memungkinkan
terjadinya peningkatan biaya untuk bahan baku maupun biaya untuk
pengiriman. Analisisnya sebagai berikut ketika kita membeli bahan baku
dari pemasok yang memiliki lokasi yang jauh dari perusahaan maka ada
beberapa pilihan alat transportasi seperti pesawat terbang atau kereta api,
keduanya akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

6
Pesawat terbang jika dipandang memiliki biaya yang lebih mahal dan
kapasitas pengiriman terbatas tetapi waktu pengiriman akan lebih cepat,
sedangkan kereta api mungkin lebih murah dan kapasitas bisa banyak tetapi
waktu pengiriman menjadi lebih lama. Begitulah trade off yang dihadapi
oleh perusahaan yang penentuan atau pemilihannya harus dipertimbangkan
dengan baik.
b. Persediaan Siklus
Persediaan ini akan muncul ketika permintaan kepada bagian produksi
lebih banyak dari pada permintaan yang muncul dari pelanggan yang akan
digunakan untuk memenuhi adanya skala ekonomi. Sebagai contoh, bagian
pemasaran mungkin menjual delapan unit produk pada setiap transaksinya.
Maka bagian pemasaran akan memesan untuk dibuat produk sebanyak 8
unit. Karena ada pertimbangan skala ekonomi dalam proses produksi yang
dilakukan perusahaan tidak akan membuat 8 tetapi akan membuat sebanyak
10 unit. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan yaitu biaya produksi yang
muncul untuk setiap produk menjadi lebih kecil.
c. Persediaan Pengaman
Persediaan ini akan memberikan perlindungan kepada perusahaan
ketika terjadi ketidakpastian permintaan dan pasokan bahan baku. Hal ini
terjadi ketika permintaan lebih besar dari apa yang diramalkan oleh
perusahaan atau ketika waktu untuk memesan bahan baku ulang lebih lama
dari yang diestimasi. Persediaan pengaman akan menjamin bahwa
permintaan pelanggan dapat dipenuhi dengan segera, dan apa yang tidak
diinginkan oleh pelanggan yang tidak ingin menunggu ketika barang yang
diinginkan tidak tersedia. Sebagai contoh, rata-rata permintaan pada pusat
distribusi adalah 100 unit per minggu dengan waktu untuk memenuhi
persediaan kembali adalah satu minggu dan permintaan yang masuk kepada
perusahaan akan menjadi sebanyak 150 dalam rangka ketika pada saat
pemesanan ulang barang jadi mengalami kendala di pusat distribusi masih
memiliki persediaan sebanyak 50 unit.

7
d. Persediaan Antisipasi
Persediaan antisipasi dibutuhkan untuk produk yang memiliki pola data
bersifat musiman dan pasokan yang seragam. Permintaan AC, jaket, jas
hujan, dan busana muslim merupakan contoh dari barang yang memiliki
karakteristik pola data bersifat musiman. Persediaan antisipasi digunakan
untuk mengantisipasi kondisi jumlah permintaan yang tinggi. Hal ini juga
perlu adanya trade off yang dilakukan perusahaan.

2.1.3 Jenis-jenis Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2014), mengemukakan bahwa ada 4 hal yang
merupakan jenis-jenis persediaan yaitu sebagai berikut:
a. Persediaan bahan mentah (raw material) adalah bahan-bahan yang telah
dibeli tetapi belum diproses. Bahan-bahan dapat diperoleh dari sumber alam
atau dibeli dari supplier (penghasil bahan baku).
b. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau barang dalam proses
adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati sebuah proses
produksi/telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai
atau akan diproses kembali menjadi barang jadi.
c. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintenance, repair,
operating) yaitu persediaan-persediaan yang disediakan untuk
pemeliharaan, perbaikan, dan operasional yang dibutuhkan untuk menjaga
agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif.
d. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau
dikirim kepada pelanggan.

8
2.1.4 Pola Permintaan Persediaan

Pada dasarnya terdapat dua macam pola permintaan persediaan, yaitu


sebagai berikut (Gaspersz, 2012):
a. Independent demand, adalah permintaan untuk suatu item yang berkaitan
dengan permintaan untuk item lain. Item-item inventori yang termasuk ke
dalam atau mengikuti pola independent demand adalah: retail, wholesale
finished goods, service and replacement parts, maintenance, repair, and
operating (MRO) supplies.
Inventori yang mengikuti pola independent demand sering juga
diklasifikasikan sebagai distribution inventories, yang memiliki
karakteristik berikut:
1. Permintaan adalah eksternal, berdasarkan pada kebutuhan pasar.
2. Permintaan bersifat acak (random) dan relative kontinu.
3. Permintaan harus diramalkan menggunakan teknik-teknik peramalan.
4. Stok pengaman digunakan untuk mencapai target tingkat pelayanan
(service level) tertentu.
b. Dependent demand, adalah permintaan item yang secara langsung berkaitan
dengan atau diturunkan dari struktur bill of material (BOM) untuk item lain
atau produk akhir. Item-item inventori yang mengikuti pola dependent
demand harus dihitung, sehingga tidak perlu diramalkan. Suatu item
inventori tertentu mungkin mengikuti pola dependent demand atau
independent demand pada waktu tertentu, misalnya: suatu part yang
mungkin secara simultan menjadi komponen dari suatu assembly dan juga
dijual sebagai service part. Item-item inventori yang mengikuti pola
dependent demand adalah assemblies, subassemblies, fabricated
components, purchased components, raw materials. Inventori yang
mengikuti pola dependent demand sering juga diklasifikasikan sebagai
manufacturing inventories, yang memiliki karakteristik berikut:
1. Permintaan adalah internal, berdasarkan pada skedul produksi.
2. Permintaan cenderung tidak mulus dan diskrit (lumpy and
discontinuous).

9
3. Permintaan tidak perlu diramalkan tetapi dapat dihitung dan
dikendalikan menggunakan metode lot size.
4. Sedikit atau tanpa stok pengaman diperlukan untuk menjamin tingkat
pelayanan 100%.

2.1.5 Model-model Persediaan

Menurut Thaha (2007), model persediaan dapat dibedakan menjadi dua


jenis yaitu:
a. Model deterministik, adalah sistem persediaan yang parameter dan seluruh
variabel telah diketahui secara pasti. Model ini dibagi menjadi dua
karakteristik:
1. Deterministik Statis Pada model ini permintaan diketahui secara pasti atau
total permintaan unit pada setiap periode waktu adalah diketahui konstan
serta laju permintaan adalah sama untuk setiap periode.
2. Deterministik Dinamis Pada model ini permintaan untuk setiap periode
diketahui dan konstan, tetapi laju permintaan dapat bervariasi dari satu
periode ke periode lainnya.
b. Model probabilistik, adalah sebuah model pengendalian persediaan yang
memiliki parameter persediaan bersifat variatif. Model ini dibagi menjadi dua
karakteristik:
1. Probabilistik Statis Pada model ini variabel permintaan bersifat random
dan distribusi probabilistik dipengaruhi oleh waktu setiap periode.
2. Probabilistik Dinamis Model ini mirip dengan probabilistik statis dengan
pengecualian bahwa distribusi probabilitas permintaan dapat bervariasi
dari satu periode ke periode lainnya.

2.1.6 Permasalahan Dalam Persediaan

Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan persediaan adalah sebagai


berikut (Eunike, et al., 2018):

10
a. Keputusan Jumlah Persediaan
Secara mendasar hanya dua keputusan yang dibutuhkan dalam
pegolahan permintaan independent adalah berapa banyak jumlah
pemesanan dan kapan kita melakukan pemesanan. Dua keputusan ini dapat
dibuat secara periodik dengan menggunakan salah satu dari empat faktor
pengendali persediaan seperti table 2.1. Keputusan terkait kebijakan
pemesanan juga mewadahi kondisi jumlah pesanan tetap dan variabel
(berubah-ubah). Sebagai contoh, pada kondisi umum penggunaan titik
pemesanan menggunakan aturan Q, R pemesanan dilakukan ketika jumlah
persediaan telah mencapai jumlah minimum persediaan untuk melakukan
pemesanan kembali (reorder point), selain itu aturan S, T pada table 2.1 juga
menyebutkan bahwa pemesanan dilakukan pada setiap T periode sehingga
jumlah persediaan sama dengan tingkat yang diharapkan.

Tabel 2.1 Ketentuan dari Keputusan Persediaan


Jumlah Pesanan
Frekuensi Pemesanan Tetap (Q) Variabel (S)
Variabel Q,R S,R
Tetap Q,T S,T
(Sumber: Eunike, et al., 2018)
Keterangan:

Q = Melakukan pemesanan dengan jumlah tetap


S = Melakukan pemesanan sampai jumlah sama dengan tingkat
persediaan yang diharapkan
R = Melakukan pemesanan ketika keseimbangan persediaan menurun
T = Melakukan pemesanan untuk setiap T periode
b. Penentuan Sistem Kinerja Persediaan
Kunci dari pengelolaan persediaan adalah penentuan standar kinerja
dari sistem pengendalian persediaan. Kita sudah menjelaskan seberapa
besar investasi pada persediaan. Ukuran investasi yang digunakan dapat
ditetapkan sebagai salah satu tolak ukur dalam pengukuran kinerja
persediaan. Selain itu beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur

11
kinerja dari persediaan perusahaan adalah dengan menggunakan pergantian
barang/aliran barang di persediaan. Hal ini berhubungan dengan tingkat
penjualan dari produk perusahaan. Sebagai contoh adalah sejumlah produk
yang memiliki hasil penjualan sebesar Rp1.000.000,- dan rata-rata investasi
pada persediaan untuk produk ini adalah Rp50.000,- maka dapat diketahui
bahwa pergantian persediaan sebanyak 20 kali. Hal ini mengidentifikasikan
bahwa persediaan akan mengalir dengan pergantian produk di gudang
sebanyak 20 kali. Pergantian atau perputaran barang di gudang sering
digunakan oleh masing-masing perusahaan. Perputaran yang tinggi dapat
diartikan sebagai pengembalian yang tinggi pada invetasi yang dilakukan di
persediaan barang. Hal ini juga mengidentifikasikan bahwa kinerja dari
penjualan yang tinggi. Tetapi semua itu tidak serta-merta mencerminkan
keuntungan dari adanya persediaan.
Perusahaan juga menggunakan layanan pelanggan dalam menilai
kinerja dari sistem persediaan mereka. Salah satu parameter yang umum
digunakan adalah tingkat pemenuhan yang dari produk yang diminta oleh
pelanggan. Sebagai contoh tingkat pemenuhan adalah 95% maka artinya
adalah hanya 5% dari total permintaan pelanggan yang tidak dapat dipenuhi
oleh perusahaan. 95% yang dipenuhi mendapat penilaian baik oleh
pelanggan. Beberapa perusahaan menggunakan analisis ketidakpuasan
pelanggan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dari layanan
pelanggan. Diantara alternatif tersebut maka dapat kita ketahui parameter
utama dari kinerja persediaan perusahaan adalah ketidaktersediaan barang
yang diminta pelanggan dalam waktu produk tersedia.
c. Ketepatan Waktu Penerapan Sistem Persediaan
Prosedur informasi mungkin sedikit efektif dalam mengelola
persediaan pada persediaan skala kecil. Tetapi ketika permintaan produk
meningkat dan variasi produk juga bertambah maka dibutuhkan suatu
metode yang lebih terstruktur untuk menangani persediaan. Kebijakan
persediaan antara suatu perusahaan dengan perusahaan memungkinkan
berbeda yang dikarenakan kondisi dari masing-masing perusahaan yang

12
berbeda. Sebagai contoh penggunaan sistem computer dalam persediaan,
jika ketepatan dalam persediaan akan membantu mempermudah dalam
pelacakan dan meningkatkan keakurasiannya.

2.2 Material Pequirement Planning (MRP)

2.2.1 Definisi Material Requirement Planning (MRP)

Teknik perencanaan kebutuhan material (material requirement planning,


MRP) digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen)
yang tergantung (dependent) pada item-item ditingkat (level) yang lebih tinggi.
Kebutuhan pada item-item yang bersifat tergantung merupakan hasil dari
kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam
memproduksi item yang lain, seperti dalam kasus dimana bahan baku dan
komponen assembling yang digunakan untuk memproduksi produk jadi. Sebagai
contoh, ada hubungan tiga roda untuk satu becak yang diproduksi. Jadi,
permintaan untuk produk akhir (becak) mungkin bersifat kontinyu dan tidak
tergantung (independent), tetapi permintaan untuk item level yang lebih rendah,
yaitu roda becak adalah bersifat tergantung pada kondisi berapa jumlah becak
yang akan diproduksi (Nasution, 1999).

2.2.2 Kemampuan Sistem MRP

Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu
(Nasution, 1999):
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Maksudnya adalah
menetukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau kapan
material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang
sudah direncanakan pada jadwal induk produksi.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item. Dengan diketahuinya
kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara tepat sistem

13
penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan
minimal setiap item komponen.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. Maksudnya adalah
memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan
harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat
sendiri.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi
pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat
memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang dengan
menentukan prioritas pesanan yang realistis. Jika penjadwalan masih tidak
memungkinkan untuk memenuhi pesanan, berarti perusahaan tidak mampu
memenuhi permintaan konsumen, sehingga perlu dilakukan pembatalan atas
pesanan konsumen tersebut.

2.2.3 Input Sistem MRP

Ada tiga input yang dibutuhkan oleh sistem MRP, yaitu (Nasution, 1999):
1. Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi (JIP) didasarkan pada peramalan atas
permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan
(perancanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi
(perenacanaan jangka sedang) yang pada akhirya dipakai untuk membuat
JIP (perencanaan jangka pendek) yang berisi rencana secara mendetail
mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir
beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan
memperhatikan kapasitas yang tersedia (pekerja, mesin, dan bahan).
2. Catatan Keadaan Persediaan
Catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang
ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus diidentifikasikan secara
jelas jumlahnya karena transaksi-transaksi yang terjadi, seperti penerimaan,

14
pengeluaran, produk cacat, dan data-data tentang lead time, teknik lot sizing
yang digunakan, safety stock, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam perencanaan.
3. Struktur Produk
Struktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-
komponen dalam suatu proses assembling. Informasi ini dibutuhkan dalam
menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersi suatu komponen. Selain
itu, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan
komponen pada setiap tahap assembling dan jumlah produk akhir yang
harus dibuat.
Ketiga input tersebut membentuk arsip-arsip yang saling berhubungan
dengan bagian produksi dan pembelian sehingga dapat menghasilkan informasi
terbaru tentang pemesanan, penerimaan, dan pengeluaran komponen dari
gudang (Nasution, 1999).

2.2.4 Output Sistem MRP

Output dari perhitungan MRP adalah penentuan jumlah masing-masing


BOM (bill of material) dari item yang dibutuhkan bersamaan dengan tanggal
dibutuhkannya. Informasi ini digunakan untuk merencanakan pelepasan pesanan
(order release) untuk pembelian dan pembuatan sendiri komponen-komponen
yang dibutuhkan. Pelepasan pesanan yang direncanakan (planned order release,
POR) secara langsung dihasilkan oleh sistem komputer MRP bersamaan dengan
pesanan-pesanan yang harus dijadwalkan kembali, dimodifikasi, ditangguhkan,
atau dibatalkan. Dengan cara ini, MRP menjadi suatu alat untuk perencanaan
operasi bagi manajer produksi (Nasution, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, output yang dapat diperoleh dari sistem MRP
dapat dirangkum sebagai berikut (Nasution, 1999):
a. Memberikan catatan tentang jadwal pemesanan yang harus dilakukan atau
direncanakan, baik dari pabrik sendiri atau dari supplier.
b. Memberikan indikasi bila diperlukan penjadwalan ulang.

15
c. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan.
d. Memberikan indikasi tentang keadaan dari persediaan.
Input dan output dari sistem MRP disimpan dan diproses secara
terkomputerisasi. Hal ini disebabkan karena banyaknya data yang harus
disimpan dan diproses, sehingga perhitungan secara manual akan menyulitkan
dan membingungkan (Nasution, 1999).

2.2.5 Langkah-langkah Pengerjaan MRP

Sistem MRP memerlukan syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi yang


harus dipenuhi, bila syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi telah dipenuhi, maka
kita bisa mengolah MRP dengan empat langkah dasar, yaitu sebagai berikut
(Eunike, et al., 2018):
1. Netting (perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah menghitung kebutuhan bersih (𝑁𝑅) berdasarkan
kebutuhan kotor (𝐺𝑅) dikurangi dengan penerimaan yang telah dijadwalkan
sebelumnya (𝑆𝑅) dan persediaan di tangan (𝑂𝐼). Kebutuhan bersih dianggap
nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.
𝑁𝑅(𝑡) = 𝐺𝑅(𝑡) − 𝑆𝑅(𝑡) − 𝑂𝐼(𝑡 − 1) + 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘
2. Lotting (penentuan ukuran lot)
Langkah ini bertujuan untuk menentukan besarnya lot pembelian
(planned order receipt) berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih
dengan mempertimbangkan parameter biaya simpan dan biaya pesan untuk
mencapai efisiensi. Langkah ini ditentukan berdasarkan teknik lotting/lot
sizing yang tepat.
3. Offsetting (penentuan waktu pemesanan/planned order release)
Langkah ini bertujuan agar kebutuhan material dapat tersedia tepat pada
saat dibutuhkan dengan menghitung lead time pengadaan material tersebut.
𝑃𝑂𝑅𝑒𝑙(𝑡) = 𝑃𝑂𝑅𝑒𝑐(𝑡+𝐿𝑇)

16
4. Exploding
Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk
tingkat item (komponen) pada tingkat yang lebih rendah dari struktur
produk yang tersedia. Tabel 2.2 adalah contoh tabel MRP:

Tabel 2.2. Matriks MRP


Name:... Level:… Period
Code:… Lot:… LT:… 1 2 3 4
Gross Requirement (GR)
Scheduled Receipt (SR)
On-hand Inventory (OI)
Net Requirement (NR)
Planned Order Receipt (PORec)
Planned Order Release (POrel)

(Sumber: Eunike, et al., 2018)

2.3 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan


selama menunggu barang datang. Persediaan pengaman berfungsi untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya
karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau
keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan (Herjanto, 2008).
Pemesanan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan jangka waktu yang
bisa bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara
saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tenggang
(lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu
sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Saat waktu tenggang,
diperlukan adanya persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang, yang disebut dengan persediaan pengaman (safety stock)
(Heizer & Render, 2014).
Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Stock out dapat

17
disebabkan oleh adanya penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan
semula atau adanya keterlambatan bahan baku yang dipesan.
Menurut Gaspersz (2012) tujuan dari safety stock adalah untuk mencegah stock
out selama waktu menunggu pesanan inventori. Stok pengaman akan bergantung
pada beberapa hal berikut antara lain variabilitas permintaan selama waktu
menunggu, frekuensi pemesanan, service level yang digunakan, dan lama waktu
menunggu (lead time). Stok pengaman (safety stock) dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut.
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝑆𝑑 × √𝐿

Dimana:
𝑆𝑆 = Safety stock
𝑍 = Service factor
𝑆𝑑 = Standar deviasi
𝐿 = Lead time

Tabel 2.3 Faktor pengaman dan Tingkat Kepercayaan


Safety Factor Safety Level
0.00 50.00%
0.67 75.00%
0.84 80.00%
1.00 84.13%
1.13 87.00%
1.28 90.00%
1.50 93.00%
1.65 95.00%
2.00 97.72%
2.20 98.61%
2.24 99.18%
2.50 99.60%
2.75 99.70%
2.88 99.80%
3.00 99.96%
4.00 99.90%

18
2.4 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan kembali merupakan suatu titik atau batas dari jumlah
persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik
ini menunjukkan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pesanan kembali
bahan-bahan pesanan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Dalam
penentuan titik ini harus diperhatikan besarnya penggunaan bahan baku selama
bahan-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya
penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan
oleh dua faktor yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata.
Reorder Point (ROP) menjawab pertanyaan kapan mulai mengadakan
pemesanan. ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok
berkurang terus. Dengan demikian kita harus menentukan berapa banyak batas
minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi
kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa
tenggang. Mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya
mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama
masa tenggang (Rangkuti, 2007).
Tujuan penentuan safety stock dengan service level tertentu adalah mengurangi
resiko kekurangan persediaan tersebut menjadi hanya x satuan persen. Bila
diinginkan resiko kekurangan persediaan adalah sebesar 5%, maka tingkat
keyakinan tidak terjadi kekurangan persediaan adalah 95% (yaitu didapat dari
100%-5%). Contoh lain bila diinginkan keyakinan tidak terjadinya kehabisan
persediaan adalah sebesar 90%, maka resiko terjadinya kehabisan persediaan
adalah sebesar 10 (100%-90%).
Order point (sInonim; reorder point, trigger level, statistical order point)
adalah suatu teknik pengisian kembali inventori apabila total stock on hand plus on
order jatuh atau berada di bawah titik pemesanan kembali (reorder point). Order
point system (sinonim: statistical order point) merupakan metode inventori yang
menempatkan suatu pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on hand berkurang
sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai order point
(Gaspersz, 2012). Titik pemesanan kembali ini merupakan level terendah inventori,

19
di mana pada level tersebut perusahaan sudah harus melakukan pemesanan
(pembelian/pengisian) kembali untuk memenuhi kebutuhan ke depannya.
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 × 𝐿) + 𝑆𝑆

Dimana:
𝑅𝑂𝑃 = Reorder point
𝑆𝑆 = Safety stock
𝑑 = Rata-rata permintaan harian
𝐿 = Lead time

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Industri Kapal Indonesia (persero) yang


terletak di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun waktu penelitian
dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Juli 2021.

3.2 Metode Pengambilan Data

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah :


1. Observasi
Observasi adalah suatu studi yang dilakukan untuk melihat, memahami
gejala-gejala yang terjadi di lapangan yang dapat membantu dalam mencapai
tujuan penelitian dan selanjutnya dilakukan pencatatan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang secara
langsung diperoleh dari pihak gudang, yaitu dengan mengadakan tanya jawab
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Dokumen
Dokumen adalah suatu teknik pengumpulan informasi atau pengumpulan
data melalui dokumen tertulis maupun elektronik. Dokumen diperlukan untuk
melengkapi data yang lain yang dibutuhkan.

3.3 Sumber Data

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:


1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh secara langsung dari hasil
pengamatan lapangan. Data penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara
dan observasi.
2. Data sekunder yaitu dokumen tertulis maupun elektronik. Dokumen tersebut
berupa data perencanaan proyek dan data persediaan material pelat di gudang.

21
3.4 Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat diurutkan


sebagai berikut :
1. Tahap awal penelitian mengenai identifikasi masalah meliputi :
a. Menentukan topik penelitian yang akan dilakukan
b. Menentukan perumusan masalah
c. Menentukan tujuan penelitian
d. Menentukan batasan masalah
2. Menentukan studi literatur terhadap landasan teori yang akan digunakan
sebagai acuan.
3. Melakukan pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder, serta
melakukan wawancara terhadap data sekunder yang didapatkan.
4. Tahap pengolahan data :
a. Membuat struktur produk atau bill of material dari pekerjaan konstruksi
proyek KMP Takabonerate.
b. Melakukan analisis rincian kebutuhan material untuk setiap blok pekerjaan
dari data total kebutuhan material.
c. Membuat jadwal induk produksi berdasarkan data jadwal pelaksanaan
proyek dan rincian kebutuhan material untuk setiap blok pekerjaan.
d. Membuat analisa lead time dari data persediaan Gudang PT. Industri Kapal
Indonesia.
e. Melakukan analisis safety stock untuk setiap material.
f. Melakukan analisis reorder point untuk setiap material.
g. Melakukan analisis kebutuhan bersih material dengan memperhitungkan
material yang tersedia di Gudang PT. Industri Kapal Indonesia.
h. Membuat MRP (Material Requirement Planning) untuk setiap material.
5. Tahap akhir, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang dapat memberikan gambaran secara umum dari penelitian
yang dilakukan. Kemudian memberikan beberapa masukan kepada perusahaan
mengenai hasil penelitian yang dilakukan.

22
3.5 Flowchart Penelitian

MULAI

IDENTIFIKASI MASALAH

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA

PENGOLAHAN DATA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN
MENGHITUNG SAFETY
STOCK DAN REORDER MENGGUNAKAN SISTEM
MATERIAL REQUIREMENT
POINT
PLANNING (MRP)

ANALISA DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 3.1 flowchart penelitian

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KMP Takabonerate

KMP Takabonerate merupakan kapal penyebrangan / ro-ro milik Direktorat


Jendral Transportasi Sungai Danau dan Perairan Kementrian Perhubungan Darat
yang dibangun untuk melayani penyebrangan dari dan menuju Pulau Selayar,
provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 4.1 KMP Takabonerate


Sumber: www.indonesiaferry.co.id

4.2 Gambaran Umum Proyek Pembangunan KMP Takabonerate

Proyek pembangunan KMP Takabonerate dimulai pada Minggu ke-2


Agustus 2019 dan direncanakan selesai pada Minggu ke-2 Desember 2020,
sehingga lama waktu penyelesaian proyek adalah 1 tahun 4 bulan. Pekerjaan
konstruksi struktur bangunan direncanakan mulai pada Minggu ke-2 Oktober
hingga Minggu ke-3 April.
Pembangunan KMP Takabonerate ini terbagi menjadi 23 blok dalam
pekerjaan konstruksinya yang dikerjakan bertahap.

24
Adapun data umum proyek sebagai berikut :

Nama proyek : KMP Takabonerate

Lokasi proyek : Makassar, Sulawesi Selatan

Owner : Direktorat Jendral Perhubungan Darat


Kementrian Perhubungan Republik
Indonesia

Konsultan perencana : R95 Naval Architect

Kontraktor pelaksana : PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

Ukuran utama kapal

Panjang keseluruhan (LOA) : 46,80 meter

Panjang antar garis tegak (LBP) : 41,56 meter

Lebar : 12 meter

Sarat air : 2,60 meter

Tinggi : 3,70 meter

Tonase : 500 GT

4.3 Struktur Produk (Bill of Material)

Struktur produk (bill of material) berisi tentang informasi yang


mengidentifikasikan semua kebutuhan komponen dan sub komponen yang akan
digunakan untuk menghasilkan produk akhir dari suatu pekerjaan dengan
menggunakan program MRP. Struktur produk (bill of material) pada Tugas Akhir
ini dibuat berdasarkan pada data Spesifikasi Teknis Kapal Ferry Ro-ro 500 GT
yang memuat informasi mengenai kebutuhan material dan gambar Block division
yang memuat data mengenai pembagian blok pekerjaan struktur bangunan kapal
proyek KMP Takabonerate.
Material yang akan direncanakan persediaannya adalah material pelat baja
yang diperlukan pada pekerjaan struktur bangunan kapal yaitu material Marine

25
Plate Grade A-KI 20×5’ dengan ketebalan 6 mm, 7 mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm, 14
mm, 16 mm, 30 mm dan 40 mm. untuk lebih jelasnya struktur pekerjaan konstruksi
KMP Takabonerate dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.2 Bill of material pekerjaan struktur KMP Takabonerate


Gambar struktur produk diatas menunjukkan hubungan setiap blok
pekerjaan dengan material pelat yang dibutuhkan, dapat diketahui bahwa struktur
produk di atas memiliki tiga tingkat level peninjauan yakni level 0, 1, dan 2. Produk
yang berada pada level 0 yaitu struktur bangunan kapal, level selanjutnya yaitu
susunan blok yang merupakan bagian dari struktur bangunan kapal yang dikerjakan
terpisah antara bagian satu dengan yang lainnya. Terakhir yaitu level 2 yakni
tingkatan paling bawah yang berisikan material penyusun level 1.
Perlu diketahui untuk setiap blok pekerjaan terdapat banyak komponen dan
atau material lain yang dibutuhkan, namun penelitian ini hanya fokus pada material
pelat saja sehingga dalam gambar 4.2 pada tingkat paling bawah tidak
mencantumkan material selain pelat.

4.4 Rincian Kebutuhan Material

Rincian kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang


dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan. Dalam kaitannya dengan proses
tahapan MRP, rincian kebutuhan material merupakan suatu proses awal sebelum
memasuki proses tahapan MRP yaitu penentuan kebutuhan kotor dan penentuan
kebutuhan bersih. Kebutuhan material yang dihitung adalah material di tingkat
paling rendah yaitu level 2 pada bill of material pekerjaan struktur KMP
Takabonerate (gambar 4.2).

26
Dalam penelitian ini kebutuhan material khususnya material Marine Plate
Grade A-KI 20×5’ diperoleh dari data perencanaan proyek pembangunan KMP
Takabonerate yang merupakan hasil analisis dari konsultan perencana. Berikut
merupakan tabel untuk total kebutuhan material pelat.

Tabel 4.1 Total kebutuhan material

No Material Jumlah (Lbr)


1 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 6 mm 325
2 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 7 mm 25
3 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 8 mm 400
4 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 10 mm 75
5 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 12 mm 80
6 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 14 mm 8
7 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 16 mm 3
8 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 30 mm 4
9 Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 40 mm 2

Selanjutnya rincian kebutuhan material setiap blok dengan jumlah dan jenis
material berbeda untuk setiap blok diperoleh sama dari buku Spesifikasi Teknis
Kapal Ferry Ro-ro 500 GT yang didalamnya memuat seluruh informasi teknis
maupun nonteknis terutama data mengenai rincian kebutuhan pelat yang dihitung
detail untuk setiap gading kapal. Dengan pembagian blok pekerjaan dalam gambar
Block Division lalu menghitung jumlah pelat yang digunakan setiap blok maka
dapat diperoleh rincian kebutuhan material pelat. Adapun rincian kebutuhan
material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ untuk setiap blok pekerjaan adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.2 Rincian kebutuhan material setiap blok pekerjaan

Material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5'


Blok
6 mm 7 mm 8 mm 10 mm 12 mm 14 mm 16 mm 30 mm 40 mm
B-01 8 3 22 6 15 2 2 1
B-02 8 2 23 6 12 2
B-03 8 25 6 10 1
B-04 8 3 26 7 5 1
B-05 8 2 26 5 5
B-06 8 26 5 5
B-07 8 26 5 7

27
Tabel 4.2 Rincian kebutuhan material setiap blok pekerjaan (lanjutan)

B-08 8 2 23 8 10 1
B-09 8 3 14 9 11 2 1 2 2
B-10 25 2 12 3
B-11 23 13 3
B-12 23 12 3
B-13 22 2 16 3
B-14 22 12 3
B-15 23 12 3
B-16 22 12
B-17 18 14
B-18 16 14
B-19 16 15
B-20 12 2 18
B-21 11 18
B-22 10 2 15
B-23 10 2 6

Dari tabel di atas perlu diketahui bahwa dalam buku Spesifikasi Teknis
Kapal Ferry Ro-ro 500 GT, informasi mengenai kebutuhan pelat dirincikan dalam
satuan berat dalam setiap potongan pelat, dari data tersebut diakumulasi
penggunaannya dalam setiap blok yang kemudian dapat diketahui jumlah pelat
yang dibutuhkan.

4.5 Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi atau Master Production Schedule (MPS) adalah


perencanaan produksi pada suatu proyek yang berisi tentang rencana menyeluruh
serta perinciannya dalam menghasilkan produk akhir (produk jadi). Interval waktu
pada jadwal induk produksi pada dasarnya tergantung pada jenis, volume dan
jangka waktu untuk proyek.
Untuk menyusun sebuah jadwal induk produksi diperlukan informasi atau
data tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan hubungan antar aktivitas.
Hal ini dapat dilihat pada jadwal pelaksanaan proyek dimana didalamnya terdapat

28
informasi tentang durasi dari masing-masing item pekerjaan dan hubungan antar
aktivitas yang dapat diperhatikan dari waktu mulai dan selesainya setiap blok.
Pekerjaan konstruksi KMP Takabonerate yang dibagi dalam 23 blok
dilaksanakan secara seri dan paralel mengingat bahwa waktu pelaksanaan yang
dimiliki terbatas sedangkan bobot pekerjaannya cukup besar. Untuk jadwal
pekerjaan konstruksi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Jadwal pekerjaan konstruksi

NO BLOK Durasi (Hari) Mulai Selesai


1 B-01 30 04/12/2019 03/01/2020
2 B-02 30 28/11/2019 28/12/2019
3 B-03 30 04/11/2019 04/12/2019
4 B-04 30 29/10/2019 28/11/2019
5 B-05 25 03/10/2019 28/10/2019
6 B-06 30 10/11/2019 10/12/2019
7 B-07 30 16/11/2019 16/12/2019
8 B-08 30 22/11/2019 22/12/2019
9 B-09 30 10/12/2019 09/01/2020
10 B-10 30 09/01/2020 08/02/2020
11 B-11 30 03/01/2020 02/02/2020
12 B-12 30 28/12/2019 27/01/2020
13 B-13 30 16/12/2019 15/01/2020
14 B-14 30 22/12/2019 21/01/2020
15 B-15 30 15/01/2020 14/02/2020
16 B-16 30 21/01/2020 20/02/2020
17 B-17 30 26/02/2020 27/03/2020
18 B-18 30 08/02/2020 09/03/2020
19 B-19 30 02/02/2020 03/03/2020
20 B-20 30 27/01/2020 26/02/2020
21 B-21 30 14/02/2020 15/03/2020
22 B-22 30 20/02/2020 21/03/2020
23 B-23 30 03/03/2020 02/04/2020

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa blok pertama yang dimulai yaitu
B-05 yang dimulai pada awal Oktober 2019 kemudian dilanjutkal dengan blok B-
04 dan B-06 yang dikerjakan paralel meskipun waktu mulai pekerjaannya sedikit
berbeda disusul blok B-03 dan B-07 yang juga dikerjakan paralel begitu pula

29
beberapa blok selanjutnya. Beberapa blok pekerjaan direncanakan dikerjakan
secara paralel karena proyek menggunakan dua sub kontraktor yang masing-masing
dapat mengerjakan setiap blok secara bersamaan.
Selanjutnya jadwal induk produksi khususnya dalam pekerjaan konstruksi
proyek KMP Takabonerate ini disusun berdasarkan jadwal pekerjaan konstruksi
dan rincian kebutuhan material untuk setiap blok pekerjaan. Untuk setiap material
dapat diperoleh jumlah kebutuhan per periodenya dengan melakukan analisa untuk
setiap material yang sama dalam setiap blok kemudian dihubungkan dengan jadwal
pekerjaan konstruksi untuk setiap blok yang kemudian disusun menggunakan
interval waktu mingguan. Contoh untuk kebutuhan material Plate Grade A-KI
20×5’ 6 mm di minggu pertama bulan oktober diperoleh dari jumlah material Plate
Grade A-KI 20×5’ 6 mm blok 05 yang jadwal pekerjaannya dimulai pada minggu
pertama bulan oktober. Jadwal induk produksi selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Jadwal induk produksi


Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
MATERIAL
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
6 mm 8 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 16 11 28 10
7 mm 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2
8 mm 26 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 14 18 29 6
10 mm 5 7 6 5 5 14 6 9 3 6 3 6
12 mm 5 5 10 5 7 22 15 11
14 mm 1 3 2 2
16 mm 2 1
30 mm 1 1 2
40 mm 2

Data dari tabel 4.4 di atas memuat informasi yang sangat penting dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi KMP Takabonerate dimana terdapat jenis
material pelat yang dibutuhkan, jumlah material dan kapan di butuhkan yang
disusun dalam setiap minggu dalam satu periode.

4.6 Analisa Lead Time

Lead Time (waktu tunggu) adalah waktu yang digunakan mulai dari
pemesanan material termasuk selesainya pembayaran hingga material diterima oleh

30
pemesan atau pihak perusahaan. Proses analisa untuk Lead Time di butuhkan
komponen diantaranya waktu pemrosesan awal yaitu seberapa lama waktu yang
dibutuhkan mulai dari munculnya keputusan untuk melakukan pemesanan hingga
terbitnya order purchase dari perusahaan bersamaan dengan pelunasan semua biaya
termasuk harga material, kemudian waktu pengemasan yaitu waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan yang menyediakan material hingga siap dikirim,
selanjutnya waktu pengiriman yaitu waktu yang digunakan dalam pengiriman mulai
dari selesainya pengemasan hingga material tiba di perusahaan pemesan, lalu
dilakukan inspeksi oleh perusahaan yang menerima material sebelum resmi
diterima oleh pihak perusahaan.
Data mengenai Lead Time diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala
Staf Pergudangan PT Industri Kapal Indonesia. Material Plate Grade A-KI 20×5’
untuk semua ukuran ketebalan dipesan dari PT Krakatau Steel di Cilegon, Banten
dengan durasi pengiriman normal yaitu 7 hari, namun terkadang untuk beberapa
pengiriman durasinya bisa hingga 14 hari. Dari informasi tersebut dengan mengacu
pada durasi pengiriman terlama maka deperoleh Lead Time yaitu 14 hari atau 2
minggu sama untuk semua material Plate Grade A-KI 20×5’.

4.7 Analisa Safety Stock

Safety Stock atau stok pengaman adalah suatu persediaan yang dipersiapkan
guna mencegah adanya kekurangan persediaan ketika kondisi permintaan pasar
sedang tidak pasti. Material pelat Plate Grade A-KI 20×5’ direncanakan
persediaannya dengan menghitung stok pengaman untuk dijaga kuantitasnya tetap
ada agar dapat digunakan dalam mengantisipasi permintaan selama waktu
menunggu. Untuk menghitung Safety Stock digunakan rumus yaitu

𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝑆𝑑 × √𝐿
Dimana 𝑆𝑆 merupakan singkatan dari Safety stock, 𝑍 merupakan Service
factor, 𝑆𝑑 merupakan standar deviasi dan 𝐿 merupakan Lead time.
Jika tingkat ketidak percayaan (SL) untuk material Plate Grade A-KI 20×5’
6 mm adalah 75% maka diperoleh nilai Z sama dengan 0,67 di tabel Z, standar

31
deviasi sama dengan 12,09, kemudian nilai Lead Time adalah 2 minggu maka
diperoleh hasil perhitungan Safety Stock sebagai berikut:
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝑆𝑑 × √𝐿
= 0,67 × 12,09 × √2
= 11,45 ≈ 11

Untuk lebih lanjut hasil perhitungan Safety Stock untuk setiap material
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Perhitungan Safety Stock untuk setiap material

Material Pelat SL Z Sd SS
6 mm 75% 0,67 1,41 12,09 11
7 mm 75% 0,67 1,41 0,71 1
8 mm 75% 0,67 1,41 8,73 8
10 mm 75% 0,67 1,41 2,93 3
12 mm 75% 0,67 1,41 6,02 6
14 mm 75% 0,67 1,41 0,82 1
16 mm 75% 0,67 1,41 0,71 1
30 mm 75% 0,67 1,41 0,58 1
40 mm 75% 0,67 1,41 - -

Dari tabel di atas SL merupakan tingkat ketidakpercayaan terhadap


ketersediaan stok material dan atau keterlambatan dalam proses pengiriman
material yang kemudian dikonversi menggunakan tabel Z ada pada tabel 3.1
sehingga diperoleh nilai Z. Tingkat ketidakpercayaan sendiri diperoleh dari data
persentase rata-rata keterlambatan kedatangan material di gudang PT Industri
Kapal Indonesia. Kemudian nilai L merupakan waktu tunggu pesanan atau lead
time sebagaimana nilainya diperoleh dari hasil analisa pada sub bab 4.6 Analisa
Lead Time, sedangkan Sd merupakan standar deviasi untuk setiap material, standar
deviasi sendiri adalah ukuran sebaran statistik yang paling ladzim.
Untuk material Plate Grade A-KI 20×5’ 40 mm tidak dapat dihitung nilai
safety stock karena permintaan material dilakukan dalam satu periode saja sehingga
tidak dapat dihitung standar deviasinya.

32
4.8 Analisis Reorder Point

Reorder Point atau titik pemesanan kembali merupakan jumlah stok


persediaan yang dimiliki sudah berada pada titik yang harus ditambah
persediaannya. Material Plate Grade A-KI 20×5’ merupakan material yang kadang
tidak menentu keadaan stok dalam pasaran juga waktu pengiriman yang cukup lama
sehingga memiliki resiko dalam mencegah agar persediaan tetap aman untuk
keberlangsungan berjalannya proyek sehingga perlu menentukan titik pemesanan
kembali agar mencegah supaya persediaan tetap aman. Untuk menghitung Reorder
Point digunakan rumus berikut

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 × 𝐿) + 𝑆𝑆

Dimana ROP merupakan singkatan dari Reorder Point, d merupakan rata-


rata permintaan setiap periode, L merupakan singkatan dari Lead Time dan SS
merupakan singkatan dari Safety Stock.
Jika diketahui rata-rata permintaan Plate Grade A-KI 20×5’ 6 mm adalah
17 kemudian Lead Time sama dengan 2 minggu, kemudian hasil perhitungan Safety
Stock adalah 11 maka dapat diperoleh Reorder Point sebagai berikut:

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 × 𝐿) + 𝑆𝑆
= (12 × 2) + 11
= 46

Untuk lebih lanjut perhitungan Reorder Point untuk setiap material dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut

Tabel 4.6 Perhitungan Reorder Point untuk setiap material

Material Pelat D L SS ROP


6 mm 17 2 11 46
7 mm 3 2 1 6
8 mm 21 2 8 50
10 mm 6 2 3 15
12 mm 10 2 6 26

33
Tabel 4.6 Perhitungan Reorder Point untuk setiap material (lanjutan)

14 mm 2 2 1 5
16 mm 2 2 1 4
30 mm 1 2 1 3
40 mm 2 2 - -

Dari tabel diatas menerangkan perhitungan reorder point untuk setiap


material dimana nilai d merupakan rata-rata jumlah permintaan per periode
kemudian nilai L adalah waktu tunggu yaitu 2 minggu atau 2 periode. Untuk
material Plate Grade A-KI 20×5’ 40 mm tidak dapat diperoleh nilainya karena tidak
ada hasil dalam perhitungan Safety Stock.

4.9 Analisa Jumlah Pesanan

Analisa jumlah pesanan ini meliputi perhitungan kebutuhan kotor,


perhitungan kebutuhan bersih (netting) waktu rencana pemesanan (offsetting) dan
penentuan ukuran lot (lotting). Untuk penentuan ukuran lotting sendiri
menggunakan teknik Lot For Lot (L4L).
Kebutuhan kotor merupakan jumlah setiap item yang dibutuhkan untuk
dikonsumsi, maka dari itu kebutuhan kotor sama dengan rincian total kebutuhan
material per periode sebagaimana data yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Kebutuhan bersih (netting) merupakan selisih antara kebutuhan kotor dan
persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan sehingga dirumuskan sebagai
berikut:

Kebutuhan bersih = Kebutuhan kotor – Persediaan ditangan

Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini


meliputi kebutuhan kotor untuk setiap periode dan persediaan yang dimiliki di awal
persediaan. Untuk manajemen persediaan di PT. Industri Kapal Indonesia sendiri
khusus untuk proyek pembangunan kapal baru tidak menggunakan stok material
yang ada di gudang, sehingga tidak ada persediaan material di awal perencanaan
proyek pembangunan untuk keseluruhan material Plate Grade A-KI 20×5’, maka

34
dari itu dapat diketahui untuk jumlah kebutuhan bersih = jumlah kebutuhan kotor.
Berikut ini perhitungan kebutuhan bersih material per periode untuk pekerjaan
struktur bangunan kapal KMP Takabonerate.

Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan bersih material


Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 6 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 8 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 16 11 28 10
Persediaan Ditangan=0 0 0
Kebutuhan Bersih 8 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 16 11 28 10
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 7 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2
Persediaan Ditangan=0 0 0
Kebutuhan Bersih 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 8 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 26 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 14 18 29 6
Persediaan Ditangan=0 0 0
Kebutuhan Bersih 26 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 14 18 29 6
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 10 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 5 7 6 5 5 14 6 9 3 6 3 6
Persediaan Ditangan=0 0 0
Kebutuhan Bersih 5 7 6 5 5 14 6 9 3 6 3 6
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 12 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 5 5 10 5 7 22 15 11
Persediaan Ditangan=0 0 0
Kebutuhan Bersih 5 5 10 5 7 22 15 11
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 14 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 1 3 2 2
Persediaan Ditangan=0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 1 3 2 2
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 16 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 2 1
Persediaan Ditangan=0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 2 1

35
Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan bersih material (lanjutan)
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 30 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 1 1 2
Persediaan Ditangan=0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 1 1 2
Kebutuhan bersih Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 40 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Kebutuhan Kotor 2
Persediaan Ditangan=0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 2

Dari hasil perhitungan kebutuhan bersih material pada tabel di atas dapat
memberikan informasi mengenai keadaan persediaan material dimana untuk setiap
material pada Gudang PT. Industri Kapal Indonesia tidak menyediakan stok
sehingga hal ini akan sangat penting dalam membuat tabel MRP selanjutnya.

4.10 Penentuan Ukuran Lot (Lotting) dan Waktu Rencana Pemesanan


(Offsetting)

Proses lotting bertujuan untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang


optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih, safety stock dan
reorder point. Teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam tugas akhir ini
adalah teknik Lot For Lot (LFL).
Penentuan ukuran lot dengan teknik lot for lot dilakukan atas dasar pesanan
diskrit maka jumlah material yang dipesan sama dengan jumlah material yang
dibutuhkan dengan memperhitungkan safety stock dan reorder point.
Proses offsetting bertujuan untuk menentukan waktu rencana pemesanan
guna memenuhi kebutuhan bersih agar material material dapat tersedia tepat pada
saat dibutuhkan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhitungkan lead
time pengadaan suatu material yaitu mengurangkan saat awal tersedianya jumlah
material yang di inginkan dengan besarnya lead time.
Berikut merupakan output dari program Material Requirement Planning
teknik LFL dengan memperhitungkan safety stock dan reorder point.

36
Tabel 4.8 MRP teknik FLF untuk setiap material

MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 6 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 8 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 16 11 28 10
Inventory OH=0 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 49 28 10 0
46 11
Order Receipt 65 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 8
Order Release 65 8 8 8 8 16 8 8 22 45 23 48 22 12 16 8
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 7 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2
Inventory OH=0 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 4 4 4 4 2 0
6 1
Order Receipt 9 3 0 0 0 4 3 3 2 0 0 1
Order Release 9 3 0 0 0 4 3 3 2 0 0 1
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 8 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 26 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 14 18 29 6
Inventory OH=0 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 53 35 6 0
50 8
Order Receipt 84 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 9
Order Release 84 26 25 26 26 46 22 14 16 24 13 24 12 18 15 9
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 10 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 5 7 6 5 5 14 6 9 3 6 3 6
Inventory OH=0 18 18 18 18 18 18 18 18 15 9 6
15 3
Order Receipt 23 7 6 5 5 14 6 9
Order Release 23 7 6 5 5 14 6 9
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 12 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 5 5 10 5 7 22 15 11
Inventory OH=0 18 18 18 18 18 18 11 0
15 3
Order Receipt 23 5 10 5 7 22 8
Order Release 23 5 10 5 7 22 8
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 14 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 1 3 2 2
Inventory OH=0 6 6 6 4 2 0
5 1
Order Receipt 7 1
Order Release 7 1
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 16 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 2 1
Inventory OH=0 1 0
Order Receipt 3
Order Release 3

37
Tabel 4.8 MRP teknik FLF untuk setiap material (lanjutan)

MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 30 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 1 1 2
Inventory OH=0 3 2 0
3 1
Order Receipt 4
Order Release 4
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20 x 5' x 40 mm
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ROP SS Periode
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Demand 2
Inventory OH=0 0
Order Receipt 2
Order Release 2

MRP untuk setiap material menggunakan data Demand atau kebutuhan


bersih per periode kemudian merencanakan Order Release atau waktu pemesanan
yaitu 2 periode sebelum Demand lalu menentukan ukuran lot pertama dengan
menghitung akumulasi dari Inventory atau persediaan di tangan dengan ROP dan
SS sehingga Order Receipt atau kedatangan pesanan memenuhi Inventory dan
langsung dikonsumsi oleh Demand, selanjutnya melakukan Order Realise yang
ukuran lot-nya sesuai dengan Demand lalu berhenti melakukan Order Realise saat
Inventory sudah mencukupi untuk Demand hingga akhir periode. Kecuali untuk
material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ ketebalan 16 mm, 30 mm dan 40 mm,
tidak cocok untuk dilakukan MRP karena Order Realise dilakukan cukup sekali.
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 6 mm
dengan perhitungan ROP yaitu 46 dan SS yaitu 11, dengan Demand merupakan
hasil perhitungan kebutuhan bersih material untuk setiap periode yaitu total 325
lembar pelat mulai dari minggu pertama Oktober 2019 hingga minggu pertama
Maret 2020 dapat dilakukan pengendalian persediaan dengan melakukan Order
Release pertama di minggu pertama September 2019 sebesar ROP ditambah SS
ditambah Demand minggu pertama Oktober 2019 sehingga diperoleh jumlah 65,
lalu material masuk pada Order Receipt tepat saat material dibutuhkan sehingga
yang tersisa yaitu Inventory sebesar 57 lembar. Selanjutnya melakukan lagi Order
Release 2 minggu sebelumnya sebesar Demand sehingga Inventory akan tetap
terjaga yaitu 57. Order Receipt dilakukan hingga jumlah Inventory sudah
mencukupi Demand terakhir.

38
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 7 mm
dengan perhitungan ROP yaitu 6 dan SS yaitu 1, dengan Demand merupakan hasil
perhitungan kebutuhan bersih material untuk setiap periode yaitu total 25 lembar
pelat mulai dari minggu pertama Oktober 2019 hingga minggu pertama Maret 2020
dapat dilakukan pengendalian persediaan dengan melakukan Order Release
pertama di minggu pertama September 2019 sebesar ROP ditambah SS ditambah
Demand minggu pertama Oktober 2019 sehingga diperoleh jumlah 9, lalu material
masuk pada Order Receipt tepat saat material dibutuhkan sehingga yang tersisa
yaitu Inventory sebesar 7 lembar. Selanjutnya melakukan lagi Order Release 2
minggu sebelumnya sebesar Demand sehingga Inventory akan tetap terjaga yaitu
57. Order Receipt dilakukan hingga jumlah Inventory sudah mencukupi Demand
terakhir.
MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 7 mm
dengan perhitungan ROP yaitu 6 dan SS yaitu 1, dengan Demand merupakan hasil
perhitungan kebutuhan bersih material untuk setiap periode yaitu total 25 lembar
pelat mulai dari minggu pertama Oktober 2019 hingga minggu pertama Maret 2020
dapat dilakukan pengendalian persediaan dengan melakukan Order Release
pertama di minggu pertama September 2019 sebesar ROP ditambah SS ditambah
Demand minggu pertama Oktober 2019 sehingga diperoleh jumlah 9, lalu material
masuk pada Order Receipt tepat saat material dibutuhkan sehingga yang tersisa
yaitu Inventory sebesar 7 lembar. Selanjutnya melakukan lagi Order Release 2
minggu sebelumnya sebesar Demand sehingga Inventory akan tetap terjaga yaitu
57. Order Receipt dilakukan hingga jumlah Inventory sudah mencukupi Demand
terakhir.
Selanjutnya proses MRP teknik FLF untuk material Marine Plate Grade A-
KI 20×5’ ketebalan 8 mm, 10 mm, 12 mm, 14 mm, dan 16 mm, dilakukan sama
seperti material Marine Plate Grade A-KI 20×5’ 6 mm dan 7 mm dengan
memperhatikan komponen-komponen pada tabel MRP.

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil perhitungan Safety Stock untuk setiap material diperoleh
jumlah stok pengaman yaitu: 11 lembar untuk Pelat 6 mm; 1 lembar untuk Pelat
7 mm; 8 lembar untuk Pelat 8 mm; 3 material untuk Pelat 10 mm; 6 lembar
untuk Pelat 12 mm; dan masing-masing 1 lembar untuk Pelat 14 mm, 16 mm,
dan 30 mm, kemudian untuk hasil perhitungan Reorder Point untuk setiap
material diperoleh jumlah titik pemesanan kembali yaitu: 46 lembar untuk
Pelat 6 mm; 6 lembar untuk Pelat 7 mm; 50 lembar untuk Pelat 8 mm; 15
lembar untuk Pelat 10 mm; 26 lembar untuk Pelat 12 mm; 5 lembar untuk Pelat
14 mm; 4 lembar untuk Pelat 16 mm dan 3 lembar untuk Pelat 30 mm.
2. Setelah melakukan pengendalian persediaan menggunakan Material
Requirement Planning (MRP) diperoleh penjadwalan dalam bentuk tabel yang
berisikan rincian informasi mengenai kebutuhan material (Demand), jumlah
stok (Inventory), pemesanan material (Order Receipt) dan kedatangan material
(Order Release) untuk setiap material dalam setiap periode berjalannya proyek
pembangunan yang akan mengantisipasi terjadinya kegagalan dalam
pengendalian persediaan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini yaitu :


Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Untuk PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) sebaiknya melakukan
pengendalian persediaan menggunakan Material Requirement Planning

40
(MRP) dalam pelaksanaan proyek pembangunan yang dapat memberikan
informasi terperinci mengenai penjadwalan persediaan material.
2. Pengendalian persediaan sistem Material Requirement Planning (MRP)
memiliki banyak metode, untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif MRP
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode sehingga hasil dari
setiap metode dapat dibandingkan untuk memperoleh hasil yang di inginkan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, A.H. 1999. Perencanaan dan pengendalian persediaan. Jakarta: Gema


Widya.

Handoko, T.H. 2000. Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Edisi II,
Cetakan keempat belas, Yogyakarta: BPFE

Eunike, A., Setyanto, N. W., Yuniarti, R., Hamdala, I., Lukodono, R. P., & Fanani,
A. A. (2018). Perencanaan produksi dan pengendalian persediaan.
Malang: UB Press.

Gasperzs, Vincent. 2012. Production planning and inventory control. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Hazier, Jay dan Barry Render. 2014. Manajemen operasi, Edisi 10. Jakarta:
Salemba 4

Thaha, Handy A. 2007. Operation research and materials fourth edition. New
Jersey: Pearson Education

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen operasi edisi ketiga. Jakarta: Grasindo

Rangkuti, Freddy. 2007. Manajemen persediaan: Aplikasi di bidang bisnis. Jakarta:


Rajawali Pers

42
LAMPIRAN

43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai