A. Pendahuluan
2. Landasan teori
Pada era modernisasi dan industrialisasi revolusi 4.0, “Budaya Kerja 5S”,
merupakan suatu budaya kerja yang sangat diperlukan dalam pengembangan suatu
perusahaan atau organisasi. Minimnya sumber daya manusia yang digunakan pada
revolusi 4.0, sehingga budaya kerja 5S menjadi hal yang sangat penting dilakukan
untuk memenejemen suatu perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi, menciptakan manusia yang berdisiplin tinggi, menghargai waktu,
integritas, pekerja keras, teliti, berorientasi sukses, hemat dan bersahaja, suka
menabung dan investasi, berorientasi kepada Integritas dan hal yang positif lainnya.
Konsep pemahaman dari 5S diantaranya:
Seriri atau ringkas, tahap ini meliputi memisahkan apa saja item-item yang penting
dan tidak penting. Sehingga Anda hanya menyimpan item-item yang diperlukan saja,
dan menyingkirkan yang tidak berguna. Sebelum Anda menjalankan tahap ini,
tentunya Anda memiliki item-item yang sudah tidak bermanfaat. Dengan
menyingkirkan barang-barang yang sudah tidak bermanfaat, maka Anda akan
mempunyai ruang yang lebih lega.
2.2 Seiton (Rapi – Susun – Kerapian – Penataan - Set in Order)
Seiton atau rapi, pada tahap ini antara lain mengatur item-item yang diperlukan
supaya lebih mudah dicari dan memberikan label supaya tempat menyimpan mudah
dipahami serta mengimplementasikan control visual. Ketika Anda sudah melakukan
tahap Sort dan hanya item yang penting saja yang berada di lingkungan kerja, maka
ruangan akan lebih mudah diatur supaya dapat tercipta layout lingkungan kerja dan
work flow yang paling optimum dan efektif.
Seiso atau resik, aktivitas tahap ini antara lain membersihkan lingkungan kerja, dan
membuang kotoran dan debu dan menjaga segala sesuatu supaya bersih. Pada sebagian
besar organisasi, “seiso” kurang diperhatikan karena mereka tidak menyediakan waktu
ataupun memahami pentingnya menjaga segala sesuatu tetap bersih. Sebenarnya,
menjaga lingkungan kerja tetap “seiso” menawarkan beberapa manfaat, antara lain:
1) Jika lingkungan bersih, maka kondisi abnormal lebih mudah terlihat dan bisa
segera ditindaklanjuti sebelum masalahnya berlarut-larut;
2) Area kerja yang bersih mencitrakan kualitas tinggi; dan
3) Meningkatkan semangat karyawan
2.6 Display
Untuk menentukan sudut kemiringan mata dengan display yaitu dengan Rumus Phytagoras :
𝑐 2 = 𝑎2 +𝑏2
4. Tahapan pelaksanaan
Pre-test dilakukan pada saat awal praktikum. Tujuan dilakukan pre-test adalah
agar mahasiswa mendapatkan gambaran praktikum yang akan dilakukan, termasuk
teori yang digunakan dalam praktikum. Dengan menggunakan google form selama 10
menit.
3. Pengambilan Data
5. Pengolahan Data
Laporan praktikum disusun sesuai dengan format yang telah diberikan. Dalam
pembuatan laporan, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan asistensi dengan
Dosen/Asisten Dosen minimal 1 x asistensi setiap modul. Laporan harus disetujui
terlebih dahulu oleh Dosen/Asisten Dosen sebelum dikumpulkan. Laporan
dikumpulkan dalam format dan waktu yang sudah disepakati pada saat briefing. Jika
terjadi keterlambatan dan pelanggaran akan diberikan sanksi sesuai dengan tata tertib
praktikum dan kesepakatan saat briefing
praktikum.
9. Ujian Praktikum
Referensi :
1. Sutalaksana. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Bandung.
2. Nurmianto, Eko. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Penerbit Guna Widya.
3. Agustin, N., & Purnomo, H. (2013). Implementasi 5S pada CV. Valasindo
menggunakan Pendekatan Ergonomi Partisipatori.