Anda di halaman 1dari 12

BAB III 

SOLUSI DAN PEMBAHASAN 


 
A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B1
Jurnal ATRIBUT PESERTA DIDIK DAN TINDAK BULYING PADA SAAT MOS DI SMA
NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 
(1) Defenisi Kata Bullying berasal dari kata Bully dalam Bahasa Inggris yang
artinya adalah menggertak. Menurut Herbert 2004 mendefinisikan bullying
sebagai suatu hal yang mengerikan dan kejam yang dilakukan oleh seseorang
kepada anak atau sekelompok anak. Bullying dapat terjadi sekali atau berulang-
ulang korban bullying akan merasakan malu sakit atau terhina dan terancam
yang di mana pelaku bullying mungkin saja tidak menyadarinya. Kegiatan MOS
dilakukan untuk mengenalkan lingkungan sekolah kepada siswa baru. Mouse
adalah kegiatan pengenalan sekolah termasuk lingkungan dan semua aturan
yang ada di dalam sekolah kepada siswa baru. Dengan seluruh rangkaian
kegiatan MOS merupakan sarana awal pembentukan watak bagi siswa baru serta
sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekompakan antar
siswa serta menumbuhkan rasa tanggung jawab di dalam diri siswa. Mos
mengandung hal positif yaitu mengajarkan kepada siswa baru untuk
memperkuat mental agar selalu siap menghadapi dunia luar. Tidak sedikit juga
terdapat berbagai pandangan masyarakat bahwa mos merupakan ajang balas
dendam yang dilakukan senior kepada juniornya yang baru masuk kedalam
sekolah baru. Dapat dilihat dari banyaknya kasus yang seringkali terjadi
tindakan bullying pada kegiatan masa orientasi sekolah. Tindakan bullying
dapat berupa bullying verbal maupun bullying secara fisik. 
(2) Ruang Lingkup Solusi Kegiatan masa orientasi siswa adalah kegiatan rutin
yang dilakukan di awal tahun ajaran sekolah. Dalam buku karangan wartaya
Winangun terdapat empat peranan ritus yang berkaitan dengan kegiatan masa
orientasi sekolah. 1. Ritus menghilangkan konflik. 2. Ritus dapat mengatasi
perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat. 3. Ritus mempersatukan
prinsip yang bertentangan dalam masyarakat. 4. Dengan ritus orang
mendapatkan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat
sehari-hari. Kegiatan MOS merupakan suatu pembekalan saat memasuki tahap
pendidikan yang lebih tinggi. Yang di mana siswa dapat lebih mengenal daerah
lingkungan sekolah sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas. Dalam kegiatan MOS akan terdapat atribut-atribut yang harus dibawa
oleh siswa baru. Apabila atribut yang telah ditentukan tersebut tidak dipatuhi
oleh siswa baru maka akan ada hukuman yang akan diberikan oleh panitia
kepada peserta MOS. Dalam hal ini hukuman ini masih terbilang wajar seperti
maju ke depan kelas dan menyanyikan sebuah lagu. Bagi para peserta MOS
mengaku bahwa pentingnya pelaksanaan kegiatan MOS di sekolah pada awal
tahun ajaran bagi siswa baru. Yang di mana bagi mereka ini bertujuan untuk
mengenalkan lingkungan sekolah yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar kepada siswa yang dominan yang diberikan oleh informan kepada
peserta. Selain itu menurut mereka juga kegiatan MOS sebagai sarana
pembelajaran untuk dapat berbicara di depan umum. Bagi pihak sekolah
kegiatan MOS harus selalu ada di samping untuk memperkenalkan lingkungan
sekolah yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar kepada siswa baru.
Tujuan tujuan dilaksanakannya kegiatan MOS adalah untuk memperkenalkan
siswa baru kepada bapak dan ibu guru yang nantinya akan mengajar para siswa
tersebut selama bersekolah di SMA Negeri 8 Surakarta serta mengenalkan
kakak-kakak kelas agar siswa baru dapat dengan mudah menyesuaikan diri di
lingkungan yang baru. 
(3) Cara/Strategi Cara sekolah menjaga tindakan bullying pada saat MOS.
Terdapat beberapa cara yang ditempuh pihak sekolah untuk mencegah tindakan
bullying di antaranya: a. Sosialisasi tata tertib. Sosialisasi tata tertib diberikan
oleh kepala Sekolah kepada panitia pelaksana kegiatan MOS. Kepala sekolah
memberikan peraturan serta menghimbau agar kegiatan masa orientasi sekolah
dapat berjalan tertib dan sesuai dengan tujuannya. b. Buku panduan. Sebelum
kegiatan masa orientasi siswa berlangsung pihak sekolah khususnya panitia
kegiatan yang terdiri dari bapak ibu guru serta anggota OSIS membuat petunjuk
teknis mengenai tata cara peraturan peraturan serta jadwal kegiatan MOS.
Yang di mana semuanya itu dirangkum dalam sebuah buku panduan kegiatan. Di
mana buku panduan tersebut akan dibagikan kepada seluruh siswa peserta MOS
dan para siswa wajib mentaati segala petunjuk teknis yang telah ditetapkan
dan tercantum dalam buku panduannya. Buku panduan ini akan menjadi
pedoman dalam melaksanakan kegiatan MOS agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. c. Kerjasama dengan AURI(Angkatan Udara Republik
Indonesia). Adanya kerjasama yang dilakukan oleh sekolah SMA Negeri 8
Surakarta dengan pihak AURI pada kegiatan tersebut pihak AURI mengisi acara
dengan memberikan materi materi berupa pelatihan kedisiplinan, bela negara
serta cinta tanah air. 
(4) Prosedur/ Langkah-langkah solusi Kegiatan mos dapat dikatakan bahwa
mampu menyatukan dari banyaknya persepsi pihak sekolah dan siswa baik itu
panitia kegiatan maupun peserta dalam memaknai pentingnya kegiatan masa
orientasi siswa. Kegiatan MOS harus selalu ada karena apabila tidak
dilaksanakan maka akan mengganggu efektivitas pada awal-awal kegiatan
belajar mengajar. Jika kita kaitkan dengan kajian teori kegiatan mules dapat
dikaitkan dengan upacara inisiasi. Inisiasi merupakan upacara yang
dilangsungkan sewaktu seseorang memasuki golongan sosial tertentu dan
karena itu mengandung unsur-unsur untuk saat-saat kritis dalam kehidupan
seseorang. Berdasarkan empat peranan ritus menurut Victor turner dalam buku
karangan wortel kewenangan jika dikaitkan dengan hasil temuan maka hal yang
dapat dilakukan adalah: a. Menghilangkan konflik Dengan melaksanakan
kegiatan masa orientasi siswa pada ajaran baru menghilangkan konflik dapat
membantu peserta didik yang baru memasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dalam menjalin relasi dengan lingkungan sekitarnya. b. Membangun
solidaritas Rangkaian kegiatan masa orientasi siswa mampu menumbuhkan rasa
solidaritas di dalam diri setiap peserta dengan begitu kegiatan MOS dapat saling
lebih mengenal karakter masing-masing. c. Mempersatukan prinsip yang
bertentangan Kegiatan masa orientasi siswa merupakan satu kegiatan yang
dapat menyatukan persepsi yang berbeda-beda diantara peserta didik panitia
maupun guru guru mengenai masa orientasi siswa. d. Memberikan atau
memperoleh motivasi baru Dengan melaksanakan kegiatan MOS dapat
memberikan motivasi dan semangat kepada siswa yang baru memasuki jenjang
pendidikan baru sehingga tercipta rasa saling memiliki karena telah menjadi
bagian dari warga sekolah tersebut seperti sekolah SMA Negeri 8 Surakarta. 
B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B2(teori
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU
BULLYING 
(1) Defenisi Sejiwa 2008 mengatakan istilah bullying diilhami dari kata bul
bahasa Inggris yang berarti Banten yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying
biasa disebut bully. Bullying adalah sebuah situasi Dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok. Selain itu perilaku bullying adalah bentuk-bentuk kecenderungan
perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis
terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh seseorang atau
sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih kuat. Perbuatan
pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok misalnya
kelompok siswa suatu sekolah itulah sebabnya disebut sebagai peer
victimization. Bullying dikenal juga dengan hazing. Bullying berupa kekerasan
fisik seperti memukul menampar atau meminta paksa yang bukan miliknya serta
kekerasan verbal seperti memaki,mengejek,menggosip, membodohkan dan
mengkerdilkan. Bullying yang terjadi pada anak laki-laki lebih banyak yang
berupa kekerasan fisik seperti dipukul atau di palak. Sedangkan anak
perempuan lebih banyak mengalami bullying secara verbal seperti diejek atau
digosipkan. Anak-anak yang menjadi korban bullying mengalami penurunan
prestasi akademik merasa kurang percaya diri takut berangkat ke sekolah
trauma besar,depresi,peningkatan agresivitas hingga tingkat tindakan bunuh
diri. (2) Ruang Lingkup dan Solusi Kecenderungan perilaku bullying terekam
yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2008 dengan 2 orang siswa kelas 11 SMA
Negeri 4 Yogyakarta. Salah satu siswa kelas 11 mengatakan bahwa kegiatan MOS
seringkali diwarnai dengan hal-hal yang tidak pernah dipikirkan, penuh dengan,
cara bentakan pun dinilai kurang baik karena kakak tingkat membentak di
depan wajahnya. Adapun perlakuan kakak tingkat yang tidak disenangi ketika
kegiatan masa orientasi siswa yaitu perlakuan kakak tingkat yang tidak wajar
seperti melempar buku yang terdapat kesalahan, memberi hukuman yang
dinilai membuat malu dirinya dan mencari-cari kesalahannya. Selain itu
perlakuan kakak tingkat yang semaunya melakukan keributan yang mengganggu
ketenangan kelas lain dan sering merusak barang yang bukan barang miliknya
sering terjadi di sekolah karena kelas yang dipakai merupakan moving class.
Pepler dan Craig (2000) mengidentifikasikan beberapa faktor internal dan
eksternal yang terkait dengan korban bullying. Secara internal anak yang rentan
menjadi korban bullying biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung
tidak menyukai situasi sosial, memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya
yang tidak terdapat pada anak-anak lain seperti warna rambut atau kulit yang
berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal anak juga pada umumnya
berasal dari keluarga yang over protektif. Sedang mengalami masalah keluarga
yang berat dan berasal dari strata ekonomi atau kelompok sosial yang
terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan. a. Bagi subjek penelitian
atau siswa. Zodiak disarankan untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam
mengelola emosi sehingga meskipun saat sedang menghadapi masalah atau
tekanan siswa dapat mengarahkan kecenderungan perilaku nya ke hal yang
positif. Serta siswa diharapkan dapat menyadari bahaya dari perilaku bullying
itu sendiri bagi pelakunya sendiri maupun para korbannya. b. Bagi sekolah.
Melihat tingkat kecenderungan perilaku bullying berada dalam kategori tinggi
yaitu model trans teori, support network, dan program sahabat. c. Bagi
peneliti. Bagi peneliti mampu untuk lebih mengembangkan penelitian sejenis
baik dari segi tema metode maupun alat. Yang dimaksudkan agar penelitian
selanjutnya menjadi lebih baik dan berkualitas. Diharapkan pada penelitian ini
menggunakan variabel budaya sebagai variabel kontrol. Kemudian karena faktor
kebudayaan mempengaruhi kecenderungan perilaku bullying maka diharapkan
dapat dijadikan studi kasus untuk penelitian selanjutnya.
 (3) Cara /Strategi Faktor-faktor terjadinya bullying seperti kurang tegasnya
orang tua dalam mengajari anak untuk bertutur kata dengan sopan. Contoh dari
lingkungan terdekat anggota keluarga yang sering melakukan kekerasan secara
fisik maupun verbal terhadap anggota keluarga lain atau. Lingkungan memberi
penguatan pada anak untuk bersikap bullying. Pengaruh tontonan yang
mengekspresikan kemarahan dengan tindakan dan kata-kata kasar atau cara-
cara kelinci saat menginstalasi seseorang yang tidak disukai dari kelompok.
Adanya rasa percaya diri yang disalahgunakan, kebutuhan emosional yang tidak
didapat si anak seperti perasaan, diperhatikan dan dihargai oleh keluarga
khususnya orang tua. Anak yang kurang perhatian karena berasal dari keluarga
broken home akibatnya ia memiliki self esteem dan self confidence. Seorang
remaja seringkali mengalami kesulitan dan tidak mampu untuk menghadapi
masalah-masalah perubahan psikologis, fisiologis maupun psikologis sosial
dengan baik dan ditambah lagi adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas
perkembangannya baik itu dari keluarga maupun lingkungan (dariyo 2004)
Thompson menggambarkan regulasi emosi sebagai kemampuan merespon
proses-proses ekstrinsik dan intrinsik untuk memonitor, mengevaluasi dan
memodifikasi reaksi emosi yang intens dan menetap untuk mencapai suatu
tujuan. Ini berarti apabila seseorang mampu mengelola emosinya secara efektif
maka ia akan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi masalah. 
(4) Prosedur/ Langkah-langkah solusi Regulasi emosi meliputi pengurangan
emosi atau menghentikan emosi terkadang termasuk regulasi emosi yang
meningkat (predricson,1998). Regulasi emosi memiliki hubungan antara anak
dengan lingkungan contohnya keluarga. Kombinasi dan kedekatan yang tidak
kuat dan kecenderungan perilaku kecenderungan perilaku pola asuh yang orang
tua dapat menyebabkan anaknya mengalami ketidakmampuan meregulasi emosi
serta terlibat dalam kecenderungan perilaku kecenderungan perilaku
mengganggu, pada akhirnya mendorong Strategi pola asuh yang salah di mana
hal ini memper buruk kecenderungan perilaku mengganggu pada anak, yang
kemudian memper buruk kecenderungan perilaku mengganggu anak-anak. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: a. Skala
kecenderungan perilaku bullying. Digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemungkinan subjek untuk terlibat dalam kecenderungan perilaku bullying.
Aspek-aspek yang digunakan dalam skala ini mengacu aspek kecenderungan
perilaku bullying yang dikemukakan oleh riauskina. Aspek-aspek tersebut adalah
kontak fisik secara, kontak verbal langsung, kecenderungan perilaku non verbal
langsung. b. Skala regulasi emosi. Digunakan untuk mengungkap seberapa besar
regulasi emosi yang dimiliki oleh subjek. Yang terdiri dari monitor emosi,
memodifikasi emosi dan mengevaluasi emosi. 

C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B3(teori)


1. Defenisi 
Kekerasan dalam arti sempit merujuk pada tindakan berupa
serangan, perusakan, penghacuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun
milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik orang lain. Berarti,
dalam pengertian ini kekerasan merujuk pada tindakan fisik yang bersifat
personal, yaitu mengarah pada orang atau kelompok tertentu yang
dilakukan secara sengaja, langsung, dan aktual.
Dimana dalam arti luas kekerasan merujuk pada tindakan fisik
maupun tindakan psikologik yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang, baik yang dilakukan secara sengaja maupun secara tidak sengaja,
langsung atau tidak langsung, personal atau struktural.
Kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dilakukan untuk
menyambut kedatangan siswa atau mahasiswa baru yang biasa dilakukan
di sekolah-sekolah atau kampus. MOS atau OSPEK biasanya didesain
sedemikian rupa sebagai ajang pengenalan sekolah dan kampus dengan
berbagai kegiatan beragam seperti baris-berbaris, berlari, bernyanyi, dan
lain sebagainya. 
Kekerasan yang terjadi dalam kegiatan MOS dan OSPEK seakan-
akan sudah membudaya di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
karena selalu terjadi pada setiap tahun ajaran baru. Kita selalu membaca
dan mendengar berita tentang aksi kekerasan, baik yang bersifat verbal
maupun fisik, bahkan sampai merenggut nyawa.
2. Ruang Lingkup Solusi
Agar perilaku kekerasan dalam dunia pendidikan dapat diredam,
harus ada visi pendidikan yang jelas dan sistem pendidikan yang terbuka
atas konflik publik. Masyarakat harus mempunyai hak untuk mengetahui
bagaimana sistem pendidikan dan pembinaan dalam lembaga pendidikan.
Orangtua murid dan mahasiswa harus tahu apa manfaat dari kegiatan
MOS dan OSPEK tersebut terhadap kompetensi yang akan dimiliki oleh
peserta didik. Di sini diperlukan keterbukaan lembaga-lembaga
pendidikan terhadap keingintahuan masyarakat.

3. Cara/Strategi
Cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah supaya tidak
terjadinya tindak kekerasan pada Masa Orientasi Siswa yaitu:
 Menjaga attitute saat MOS atau OSPEK
Gunakan bahasa yang baik saat bertanya kepada senior yang sedang
memberikan materi. Selain itu, gunakan pakaian yang rapi dan sopan.
Jangan sampai kamu dipandang jelek oleh senior , bisa jadi urusannya
bakal pan``1jang selama sekolah atau kuliah.
 Adanya figur pemimpin yang mempunyai karakter dan visi 
pendidikan  yang  jelas  agar dapat menciptakan struktur dan kultur
pendidikan yang sehat
 Adanya figur pemimpin yang memiliki kemampuan manajemen
memadai untuk mengatur dan  mengontrol  berbagai  kegiatan siswa di
sekolah/ kampus
 Adanya program yang memungkinkan setiap lembaga pendidikan
untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pemangku
kepentingan,  yaitu  orangtua dan masyarakat
 Secara  terbuka dapat menerima kritik dan saran yang positif demi
perbaikan dari semua pihak.
4. Prosedur/langkah-langkah solusi
Berbagai tindak kekerasan yang terjadi di institusi pendidikan kita
jelas  memprihatinkan. Para pelajar (siswa dan mahasiswa) merupakan
generasi penerus dan calon pemimpin bangsa ini. Bila awal masuk
sekolah atau kampus mereka sudah dikenalkan dengan  perilaku 
kekerasan,  baik aktif (terlibat langsung), pasif (menyaksikan) maupun
sebagai korban (victims), maka cara-cara kekerasan pulalah yang akan
mereka tempuh untuk menyelesaikan segala masalah ketika mereka sudah
terjun ke masyarakat.
Terdapat 3 lingkungan yang bisa menjadi langkah-langkah solusi
dalam kekerasan dalam pelaksanaan masa orientasi siswa:
1. Lingkungan rumah dan keluarga.
Rumah dan keluarga adalah tempat anak pertama kali belajar
mengenal peraturan dan norma. Orangtua mulai melakukan
pembiasaan perilaku, contoh- contoh perilaku yang baik, dengan
pembiasaan sikap moral, akhlak, sopan santun, menciptakan sikap
disiplin, sikap  menghargai  sesamanya,  sikap menghargai pendapat
walaupun berbeda, menghormati yang tua, menyangi yang muda, dan
menghindari tindakan kekerasan dalam lingkungan keluarga. Sudah
hal yang tentu dalam pembelajaran di lingkungan keluarga, anak
cenderung mencontoh perilaku yang terjadi di rumah yang kemudian
menjadi kebiasaan dan perilaku anak.
2. Lingkungan sekolah.
Sekolah harus berusaha membangun dan mengembangkan ranah
kognitif, afeksi, dan psikomotorik anak dalam pembelajaran. Para
guru harus memiliki model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) dengan mengoptimal semua potensi siswa,
memanusiakan dan menyenangkan dengan memperhatikan ragam
kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Howard Gardner dalam
bukunya Multiple Intelligences, dikutip Seto Mulyadi, menyatakan
bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki
banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja
kesuksesan untuk masa depan seseorang.
3. Lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat adalah tempat di mana anak belajar
bersosialisasi, belajar bergaul, mengenal kebiasaan, mengenal aturan
dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat.  Mungkin
saja bagi sebagian orang, kekerasan yang terjadi di masyarakat adalah
hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari
dinamika kehidupan dalam bermasyarakat. Namun hal yang banyak
dilupakan adalah semua norma, kebiasaan dan tradisi dalam
masyarakat akan membentuk sikap dan tingkah laku anak.
Kekerasan yang sering terjadi di lingkungan masyarakat adalah bentuk
kekerasan yang dapat berupa kekerasan verbal, seperti ejekan, hinaan,
ancaman, rasisme; kekerasan secara mental atau psikologis, seperti
mengucilkan, mempermalukan di depan umum, meneror lewat telepon
genggam, membentak; dan kekerasan fisik, seperti memukul,
menampar, menendang, meludahi, dan sebagainya. Memang pelaku
biasanya sengaja menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun
psikologis, untuk mendapatkan kepuasan karena merasa lebih
berkuasa sehingga target biasanya orang yang lebih lemah dan tidak
cukup memiliki kekuatan dan dukungan sosial untuk melawan. Hal
lain adalah perilaku para pemimpin masyarakat dan tokoh panutan
sendiri yang tidak memberi contoh yang baik.

D. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B4(teori)


PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK KEKERASAN DALAM MASA ORIENTASI
PESERTA DIDIK (MOPD) SEBAGAI PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DI
SEKOLAH1
1) definisi
kekerasan adalah suatu perbuatan yang disengaja atau suatu
bentuk aksi atau perbuatan pelanggaran atas hukum kriminal,
yang dilakukan tanpa suatu pembelaan atau dasar kebenaran dan
diberi sanksi oleh Negara sebagai suatu tindak pidana berat atau
tindak pelanggaran hukum yang ringan.Kekerasan diartikan
sebagai perihal, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain.
MOPDB adalah kegiatan tahunan rutin yang diselenggarakan
sekolah pada jenjang SMP dan SMA untuk memperkenalkan siswa
dengan sekolah baru nya. Kegiatan MOS atau OSPEK ternyata
merupakan warisan kolonial penjajah Belanda sejak tahun 1898
yang berlangsung di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia. Adapun
makna dari Orientasi perkenalan. Perkenalan ini terdiri dari
perkenalan lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial
sekolah. Selain digunakan untuk memperkenalkan siswa terhadap
lingkungan baru, MOS juga digunakan sebagai ajang guna melatih
ketahanan mental, disiplin, dan mempererat tali persaudaraan.
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
Sekarang ini Masa Orientasi Siswa menimbulkan pro dan
kontra pada masyarakat. Mayarakat beranggapan bahwa kegiatan
MOS ini tidak pel dilaksanakan atau di adakan karena hanya
dijadikan ajang senioritas dan perploncoan. Pro dan kontra ini
disebab karena kegiatan MOS diisi oleh siswa-siswa sedangkan
guru hanya sebagai pembimbing. Siswa senior memanfaatkan
momentum ini sebagai ajang balas dendam dan perplonsoan.
Jika dianalisis lebih mendalam, perploncoan pada hakekatnya
merupakan bentuk perundungan karena kegiatannya memenuhi
unsur-unsur bullying, seperti: menggertak, dan memanfaatkan
posisi seseorang atau mereka yang lemah dengan menggunakan
berbagai cara seperti kekerasan, ancaman, paksaan
atau .Penanggulangan Tindak Kekerasan pada Satuan Pendidikan
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bahkan, jika
pelanggarannya sangatlah berat, maka kepala sekolah terancam
dicopot dan siswa yang melakukan didrop out dari sekolah.
Akhirnya, pada tanggal 11 Juli 2016, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan secara resmi
melarang kegiatan MOPD atau MOS yang dilakukan oleh pelajar,
hal ini disebabkan karena rawan terjadi aksi plonco maupun
kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior terhadap siswa baru.
(2) ruang lingkup solusi
Untuk mencegah tindak kekerasan di sekolah, khususnya dalam
masa perploncoan,maka ruang lingkup solusi yang tepat yaitu
pihak sekolah harus tegas melarang semua bentuk perploncoan
karena sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur.
Apalagi sekarang ini mos sudah diganti dengan MPLS (masa
pengenalan lingkungan sekolah) dan Ospek diganti dengan PMB
Penerimaan mahasiswa baru 

(3) cara/stategi
Apabila masih terjadi tindak kekerasan di satuan pendidikan,
maka Stategi yang tepat yaitu sekolah harus mencari penyebabnya
dengan cara menelusuri latar belakang keluarga siswa tersebut
Semua yang terjadi terhadap siswa selama di sekolah juga menjadi
tanggungjawab sekolah dan keluarga, serta masyarakat. Ketiga
komponen ini harus bekerjasama agar perploncoan, dan segala
bentuk kekerasan dan diskriminasi tidak diberi ruang di institusi
pendidikan agar supaya anak didik merasa aman dan nyaman
selama menjalani proses belajar. Dengan demikian anak didik
dapat belajar dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga dapat
menjadi siswa dan anak penerus cita-cita bangsa yang
membanggakan dan berguna untuk bangsa dan negara Indonesia.

(4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi) 


Langkah-langkah solusi dalam mencegah kekerasan dalam
pelaksanaan masa orientasi siswa:
 mengingatkan pihak sekolah untuk menghentikan kegiatan
perpeloncoan dan rundung (bullying) atau kekerasan dalam masa
orientasi sekolah pada tahun ajaran baru atau hari pertama masuk
sekolah "Mengimbau pihak sekolah untuk menjamin pelaksanaan
masa orientasi peserta didik baru berlangsung dengan aman,
ramah dan nyaman bagi siswa baru," kata Komisioner KPAI
Bidang Pendidikan Retno Listyarti.Untuk mencegah perpeloncoan
dan bullying pihak sekolah maupun kampus harus menciptakan
suasana penuh kekeluargaan, kondusif dan zero kekerasan.

 Peran orang tua sebagai wujud dukungan terhadap semangat


anak-anaknya bersekolahTidak sekedar menurunkan anaknya di
sekolah dari kendaraan, tetapi juga mengantar masuk ke kelas
sang anak.hari pertama anak sekolah juga dapat dijadikan
momentum bagi sekolah menyampaikan program-program
sekolah, sekaligus perkenalan orang tua siswa ke wali kelas
anaknya dengan masuk ke ruang kelas tempat anak-anaknya akan
menuntut ilmu di sekolah.
"Hal ini akan membawa dampak positif ke depannya terhadap
keharmonisan hubungan orang tua dan pihak sekolah,".
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B1(teori)
(Sekurang-kurangnya berisi tentang:
(1) definisi
(2) ruang lingkup solusi
(3) cara/stategi
(4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi)

B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B2(teori)


1) definisi
(2) ruang lingkup solusi
(3) cara/stategi
(4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi)

C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B3(teori)


1) definisi
(2) ruang lingkup solusi
(3) cara/stategi
(4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi)

D. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B4(teori)


1) definisi
(2) ruang lingkup solusi
(3) cara/stategi
(4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi)

Anda mungkin juga menyukai