tercakup dalam sebuah masalah. Oleh karena itu, ruang lingkup sejarah secara umum dapat
diartikan sebagai batasan-batasan dalam mengkaji dan membahas tentang masalah sejarah
yang ada.
Ruang lingkup yang pertama adalah sejarah sebagai ilmu, artinya sejarah dipandang sebagai
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa dan cerita yang terjadi di
masyarakat pada masa yang lampau.
Pada fungsi ini, sejarah dijadikan sebuah objek yang dibahas secara objektif dan jelas
menggunakan data-data yang ada serta sumber yang tervalidasi dengan baik.
Dilain hal, sejarah juga dapat diartikan sebagai pengetahuan masa lampau yang disusun
secara sistematis dengan metode kajian ilmiah. Dengan pengkajian yang mendalam ini,
maka sejarah akan menjadi sangat penting dan sangat menambah wawasan bagi yang
menekuni atau sekadar membaca saja.
a. Fosil
b. Artefak
c. Archa
d. Prasasi kuno
e. Dan penemuan lainnya.
f. Sejarah sebagai peristiwa
2. Sejarah Sebagai Peristiwa
Ruang lingkup yang kedua ialah sejarah sebagai peristiwa. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan sesuatu yang telah terjadi dimasa lalu namun hal tersebut memang benar-benar ada
dan nyata. Ciri-cirinya hal ini menyangkut kejadian penting, nyata, dan juga aktual.
Sejarah sebagai sebuah kisah atau cerita mengacu pada penulisan fakta sejarah oleh orang-
orang yang telah memperoleh atau mengumpulkan ide penulisan melalui bahan-bahan
sejarah yang telah ada. Dalam hal ini, cerita dimaknai sebagai rangkaian cerita dan cerita
yang muncul dalam bentuk narasi ingatan yang merupakan sebuah interpretasi murni dari
manusia.
Cerita sejarah dapat diceritakan secara implisit secara lisan atau tertulis. Secara lisan, cerita
diceritakan melalui pidato atau ceramah. Pada saat penulisan, sejarah ditulis dalam bentuk
cerita atau buku. Pastinya, dalam sebuah cerita pasti memiliki sudut pandang masing-
masing sesuai siapa yang menulisnya. Misalkan, penjajahan jepang di Indonesia. Bisa jadi
sudut pandang Indonesia adalah sebagai Negara yang dijajah dan dikenakan kerja paksa
seperti romusha, tetapi bagi Jepang ceritanya bakal memiliki sudut pandang yang berbeda.
Memahami sejarah sebagai seni hampir sama dengan memahami sejarah sebagai sebuah
cerita (kisah). Perbedannya disini apabila sejarah sebagai seni maka sejarah ditulis dan
diceritakan kembali dengan memasukkan esensi seni.
Banyak hal yang bisa di eksplorasi dalam sebuah seni itu sendiri, seperti dalam tata bahasa,
dalam penyampaiannya, atau dalam bentuk yang beranekaragam. Misalnya, bisa dibawakan
dalam bentuk Puisi, drama, music ataupun lukisan yang bernilai esetetis yang tinggi dan
bisa dinikmati oleh siapa saja.