Anda di halaman 1dari 9

Asin tuhTATA HIDANG TAU SAMAWA

Tata hidang adalah seni penataan hidangan atau hasil masakan, yang juga terdapat dalam budaya
Tau Samawa. Tata hidang, dalam budaya Tau Samawa dikenal dengan berbagai jenis,
diantaranya jenis tata hidang harian berdasarkan strata sosial (kelas atas, menengah, bawah) dan
jenis tata hidang berdasarkan fungsi acara.
Tata hidang harian berdasarkan strata sosial, maksudnya adalah cara penyajian makanan atau
hidangan di kalangan bangsawan Samawa, kalangan menengah, dan kalangan rakyat biasa.
Penataan hidangan untuk kalangan bangsawan menggunakan peralatan makan yang tidak sama
dengan masyarakat menengah atau bawah. Ketidaksamaan ini terletak pada bahan dan jenis
barang yang digunakan untuk menyajikan hidangan tersebut. Perbedaan bahan dan jenis barang
yang digunakan untuk menyajikan hidangan berdasarkan strata sosial, dapat dilihat dalam tabel
berikut.
N ALAT KELAS SOSIAL KETERANGAN
BANGSAWA MENENGAH BAWAH
O MAKAN/HIDANG
N
1 Dulang Ada, terbuat Ada, terbuat Ada, terbuat
dari perak atau dari kuningan dari
suasa serta dilapisi kuningan
(campuran kain pentup dan dilapisi
tembaga dan yang disebut kain
emas) dilapisi sampar penutup
kain penutup dulang disebut
yang telah sampar
dihiasi dan dulang
disebut sampar
dulang
2 Piring Ada, terbuat Ada, terbuat Ada, terbuat
dari keramik, dari seng dari tanah
kaca, atau liat disebut
campuran cowek
tulang disebut
geda
3 Sendok Ada, terbuat Ada terbuat Ada, terbuat
dari keramik dari bamboo dari lontar
dan logam disebut sudu dan disebut
sudu
4 Koboan Ada, disebut Ada, disebut Ada, terbuat
tebokang dan tebokang dan dari tanah
terbuat dari terbuat dari liat dan
kerakik, kaca seng tempurung
atau logam kelapa
disebut
tebokang
pula
5 Gelas Ada, terbuat Ada, terbuat Ada, terbuat
dari keramik dari bamboo dari
dan kaca. Ini tempurung
disebut geda kelapa
6 Penutup hidangan Ada, dikenal Ada, dengan Ada,
dengan sebutan bahan dasar, dengan
tabola, terbuat bentuk, dan bahan
dari anyaman nama yang bahan
daun lontar sama, namun dasar,
bersegi delapan kain bentuk dan
dilapisi kain pelapisnya nama yang
saten atau dok terbuat dari sama,
sebagai lapisan kain kaci namun kain
penutup dengan (cita) atau pelapis
hiasan cepa titoron terbuat dari
emas perak dengan hiasan kain kaci
kelingking (cita)
titoron
dengan
hiasan
kelingking
7 Wadah nasi Ada, disebut Ada, terbuat Ada, terbuat
dengan istilah dari seng dari
tengkuring dan disebut panci anyaman
terbuat dari bamboo dan
keramik atau disebut
logam romong
8 Serbet Ada, terbuat Ada, terbuat Ada, terbuat
dari kain dan dari kain dari kain
sekali pakai. disebut disebut
Artinya hanya dengan dengan
digunakan sebutan sebutan
hanya untuk palulu. Dapat palulu.
sekali makan, digunakan Dapat
selanjutnya dalam dua digunakan
dicuci dengan kali makan, dalam dua
ramuan alami selanjutnya kali makan,
agar tercium dicuci dan selanjutnya
harum. Serbet disimpan dicuci dan
dalam bahasa untuk disimpan
Sumbawa digunakan untuk
disebut dengan kembali digunakan
sebutan palulu. kembali
Yang
membedakan
adalah jenis
kain yang
digunakan
9 Tikar Ada, terbuat Ada, terbuat Ada, terbuat
dari daun dari daun dari daun
pandan yang pandan yang pandan
dianyam dan dianyam yang
setiap sisi disebut tipar dianyam
diberi hiasan disebut tipar
kain berwarna
merah dan
hitam. Tikar ini
disebut dengan
tipar umpu.

Perbedaan tata hidang Samawa berdasarkan jenis acara, dapat dilihat dalam table berikut.
N NAMA ACARA Penjelasan
O
1 Hidangan untuk menjamu tamu Sultan Alas tempat duduk Sultan dan tamu adalah
tikar yang telah dilapisi kain putih dan
disebut sapera. Adapun alat makan sama
dengan alat yang digunakan Sultan, namun
tetap dengan dulang sebagai alas tempat
semuluruh hidangan disajikan
2 Sentek dulang Dilakukan di beberapa wilayah di Tana
Samawa dengan waktu yang berbeda-beda.
Ada yang melakukannya sebelum 1
Romadhon, di hari terakhir Romadhon, saat
hari raya idul fitri/idul adha, maulud nabi,
atau isro’mi’roj. Dimana setiap kepala
keluarga mengantarkan satu dulang saji
dengan aneka jenis panganan lengkap (nasi,
lauk, minum, dan buah/jajanan). Hidangan ini
dinikmati bersama-sama utamanya oleh
jamaah laki-laki.
3 Mangan rame Sebuah aktivitas makan bersama yang
dilakukan Tau Samawa pada acara-acara
tertentu, misalnya, pangantan (perkawinan),
basunat (khitan), mata rame (panen), pesta
laut,
4 Mangan pantar/mangan batempu Suatu aktivitas makan bersama yang
dilakukan secara sepontan dan hanya
dilakukan dalam lingkungan tetangga dekat.
Adapun makanan yang terhidang adalah
makanan yang tersaji di rumah masing-
masing.
5 Bakela Suatu aktivitas makan bersama yang
direncanakan, dan dilakukan di luar rumah.
Bisa di pantai, kebun, ladang, atau bukit.

Peralatan yang digunakan dalam tata hidang tau samawa sesungguhnya memiliki nilai filosofi
yang luar biasa. Dulang sebagai wadah terbawah yang menampung seluruh jenis makanan,
merupakan bentuk penghormatan kepada orang yang menikmati hidangan tersebut. Sebab
seseorang yang dihidangkan dulang tidak perlu lagi berbagi lauk, sayur, ataupun makanan
lainnya dengan orang lain. Semua jenis hidangan tersajikan di atas dulang dan hanya untuk
dirinya sendiri. Sehingga masyarakat Sumbawa tidak hanya menggunakan dulang untuk kaum
bangsawan, tetapi juga untuk masyarakat umum.
Dalam kehidupan sehari-hari, ayah selaku kepala keluarga dan pencari nafkah disuguhi makanan
dengan bantuan dulang. Hal ini adalah bentuk penghormatan seluruh anggota keluarga, dan
sekaligus bentuk ketundukan dan pelayanan isteri kepada suami. Tidak hanya itu, lauk pauk yang
dihidangkan untuk ayah, selalu dipilih lauk dari bagian ternikmat atau terbanyak. Sehingga ayah
selaku kepala keluarga tercukupi gizinya dan tergantikan seluruh tenaga yang telah dikeluarkan
untuk menafkahi keluarga.

Piring merupakan alat makan, yang tidak hanya digunakan sebagai tempat meletakkan nasi tetapi
juga digunakan sebagai wadah sayur, lauk, dan buah atau jajanan. Masyarakat Sumbawa dahulu
tidak mengenal piring seperti yang ada saat ini. Piring masyarakat Sumbawa saat itu adalah
piring yang terbuat dari tanah liat atau dikenal dengan istilah cuwek. Adapun piring seng hanya
dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat ekonomi menengah. Sedangkan kaum bangsawan seperti
Sultan Sumbawa menggunakan piring keramik yang memang didatangkan dari luar negeri.
Lalu filosofi dari piring tanah atau gerabah itu sendiri, merupakan gambaran nilai kesederhanaan
masyarakat Sumbawa. Gerabah berbentuk piring ini juga merupakan bentuk kreativitas
masyarakat Sumbawa untuk menciptakan alat makan yang praktis dan mudah dibersihkan.
Sehingga dahulu banyak sekali dijajakan piring-piring dari gerabah tersebut. Namun, sejalan
perkembangan zaman masyarakat Sumbawa tidak lagi mau menggunakan gerabah sebagai
piring. Piring-piring kaca sudah mulai berdatangan dan dapat diperoleh dengan harga yang
cukup terjangkau. Tidak hanya piring kaca, saat ini juga banyak sekali peminat piring plastik,
dan tidak sedikit ibu rumah tangga yang mengoleksi piring di Sumbawa.
Sendok, sebagai alat makan tidak terlalu banyak digunakan di Sumbawa. Sebab budaya orang
Sumbawa makan dengan tangan bukan dengan sendok. Adapun sendok dimanfaatkan untuk
mengambil makanan berkuah seperti sayur atau lauk berkuah. Sehingga secara tidak sadar
masyarakat Sumbawa sudah mengamalkan nilai syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
memanfaatkan tangan untuk makan.
Namun, meski makan dengan tangan, masyarakat Sumbawa sangat memperhatikan kebersihan.
Terbukti disediakannya tebokang sebagai wadah tempat mencuci tangan. Bahkan dalam budaya
masyarakat Sumbawa tebokang diberikan kepada masing-masing orang.
Selain tabokang yang diberikan pada tiap individu, serbet juga dibagi setiap individu. Bahkan
serbet dalam budaya masyarakat Sumbawa hanya dipakai untuk sekali makan. Selanjutnya akan
dicuci kembali dengan dilengkapi pengharum alami dari tumbuhan yang ada di Sumbawa.
Keberadaan serbet dan tabokang untuk tiap individu membuktikan kebersihan dan penghargaan
pada setiap orang.
Selain itu, alat hidang yang sangat memiliki nilai filosofis tinggi dalam tata hidang Sumbawa
adalah tabola atau penutup hidangan. Tabola denganTabola juga melengkapi upaya masyarakat
Sumbawa dalam menjaga kebersihan hidangan yang ditutupinya. Agar tidak tersentuh lalat atau
kotoran dari udara yang dapat menyebabkan makanan berkurang kenikmatannya.

Anda mungkin juga menyukai