Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Industri Halal di Masa Pandemi Covid-19 Adalah Yang Tersembunyi


Anugerah

(Industri Halal selama Pandemi Covid-19 adalah Berkah


Tersembunyi)

Ana Toni Roby Candra Yudha


UIN Sunan Ampel Surabaya
Email: anatoniroby@uinsby.ac.id

Abdullah Kafabih
UIN Sunan Ampel Surabaya Email:
abdullahkafabih@uinsby.ac.id

Abstrak:
Industri halal berbasis UMKM merupakan salah satu sumber yang patut diperhitungkan untuk
dikembangkan. Kajian ini bertujuan untuk memberikan kajian dan analisis yang komprehensif
terhadap industri halal dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam upaya menjaga
ketahanan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Analisis ini berfokus pada tinjauan teoretis,
mapan, dan empiris yang berfokus pada industri halal sebagai sumber fiskal baru. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi literature review industri halal dari berbagai literatur tentang
industri halal dan UMKM dari dalam dan luar negeri. Literatur juga terbatas pada publikasi
2015-2020. Temuan penelitian ini adalah industri halal merupakan sumber ekonomi syariah
terbaru yang dapat diandalkan dalam meningkatkan fiskal negara. Tentu saja, ditujukan untuk
pengentasan kemiskinan, distribusi konsumsi, media pelayanan publik dan instrumen terkait
lainnya. Namun, sistem integrasi industri halal dapat menjadi “mesin baru” dalam fundamental
ekonomi yang memerlukan sinergi dan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, UKM,
maupun swasta agar permasalahan dan kondisi riil pemulihan ekonomi di tengah pandemi dapat
lebih baik. .
Kata kunci: Industri Halal; Pasca-pandemi; Covid19; Berkah

Abstrak:
Industri halal berbasis UMKM merupakan salah satu sumber yang harus diperhatikan untuk
dikembangkan. Kajian ini bertujuan untuk memberikan ulasan serta analisis yang komprehensif
tentang industri halal dan usaha mikro, kecil dan menengah dalam upayanya menjaga ketahanan
ekonomi di tengah pandemi Covid 19. Analisis ini fokus pada tinjauan teoritis, kebijakan yang
telah ditetapkan dan empiris yang menitikberatkan pada industri halal sebagai sumber fiskal
baru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian kepustakaan industri halal dari berbagai
literatur industri halal dan UMKM baik yang berasal dari Indonesia dari luar negeri.
Literaturnyapun dibatasi dengan batasan terbitan tahun 2015-2020. Penemuan dari studi ini
adalah industri halal adalah sumber ekonomi Islam terbaru yang dapat diandalkan dalam
menggalang fiskal negara. Tentunya untuk pengentasan kemiskinan, pendistribusian konsumsi,
media layanan publik dan instrumen lain yang relevan. Namun sistem integrasi industri halal
untuk menjadi'mesin baru' dalam fundamental ekonomi perlu sinergi dan dukungan berbagai
pihak dari pemerintah, UKM, dan swasata. Sehingga isu dan kondisi pemulihan ekonomi di
tengah pandemi dapat lebih baik.
Kata Kunci: Industri Halal; Pasca Pandemi; Covid19; Berkah

http://jurnalfebi.uinsby.ac.id/index.php/elqist
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

PENGANTAR
Covid-19 diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai
pandemi dunia pada akhir Februari 2020. Hingga tulisan ini dibuat, masih merupakan
pandemi yang epideminya terus diselesaikan. Perlahan tapi pasti, wabah covid-19
menyebar ke seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Penyebaran dampak wabah
telah menyebar ke semua sektor kehidupan, mulai dari kesehatan, ekonomi, kesehatan,
pariwisata dan sektor lainnya. Hingga kemerosotan dan koreksi ekonomi masing-masing
negara mencapai stagnasi ke tingkat yang membahayakan. Perkembangan terkini
terkait data risiko kematian akibat covid-19 menunjukkan tren yang patut diapresiasi.
Memang, data global risk fatality sudah turun, dan untuk pembangunan di Indonesia
sendiri sudah mulai turun secara agregat sebesar 12 persen.1 Data selengkapnya dapat
diamati seperti terlihat pada diagram batang yang telah diolah di bawah ini.

Gambar 1
Data Perkembangan Covid 19 Per 4 November 2020

Sumber: Gugus Tugas Covid 19 4 November, diproses.


Mengacu pada Gambar 1 mengenai data yang diperoleh dari gugus tugas
Covid-19 mengenai perkembangan risiko fatalitas covid-19.2 Indonesia, hingga 4
November 2020 tercatat data terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 422 ribu orang.
Namun, pada saat yang sama juga tercatat data pasien yang sembuh sebanyak 355 ribu
orang atau setara 83,5 persen dari jumlah terkonfirmasi positif. Sedangkan 14.259 orang
meninggal dunia. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus di seluruh dunia, Indonesia
tidak mencapai 1 persen atau lebih tepatnya 0,89 persen, yang menggembirakan dan
patut diapresiasi. Mengingat angka ini tergolong angka yang relatif minim, dan siapapun
berharap angka ini bisa dikurangi dan diminimalisir sekecil mungkin. Tesis dari para
ilmuwan menyatakan bahwa jika tren fatality risk terus tumbuh, pertumbuhan ekonomi
negara akan terus turun (downfall).

1 Danny Ibarra Vega, “Lockdown, One, Two, None, or Smart. Pemodelan yang Mengandung
Infeksi Covid-19. Model Konseptual,”Ilmu Lingkungan Total 730 (2020): 138917, https://
doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138917.
2 Fábio AM Cássaro dan Luiz F. Pires, “Bisakah Kita Memprediksi Terjadinya Kasus COVID-19?
Pertimbangan Menggunakan Model Pertumbuhan Sederhana,”Ilmu Lingkungan Total 728 (2020),
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138834.
18 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

Banyak pakar yang mengatakan bahwa dampak covid-19 dirasakan di berbagai sektor.3
Selain meninggalkan masalah kesehatan yang masih diupayakan pemulihannya,
juga menimbulkan berbagai masalah ekonomi.4 Permasalahan tersebut mulai
dari subsektor pariwisata, restoran, hotel dan crowd-based business lainnya
hingga ambruknya perekonomian sektor informal yang didominasi oleh sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor UMKM yang menjadi
penyumbang 98 persen APBN dan 96 persen penyedia lapangan pekerjaan tak
terhindarkan dari dampak pandemi Covid-19.
Setiap peningkatan pertumbuhan kasus positif akan berbanding lurus dengan
penurunan angka perekonomian khususnya di Indonesia. Beberapa waktu lalu, Badan
Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengumumkan sempat mengalami pertumbuhan minus
pada kuartal II, mencapai 5,32 persen. Setidaknya indikator-indikator penting tersebut
telah menggambarkan situasi masyarakat saat ini. Penurunan daya beli, penurunan
distribusi yang diimbangi dengan penurunan tingkat pendapatan, pada akhirnya
meningkatkan potensi pengangguran dan angka kemiskinan,5
yang akan mengubah perilaku pelaku pasar.6 Berikut ini adalah pertumbuhan
ekonomi Indonesia sebelum dan selama pandemi Covid-19.
Gambar 2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q1-Q2 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS, 2020), diolah.

3 SM Indrawati dkk., “Enhancing Resilience to Turbulent Global Financial Markets: An Indonesian


Experience,” … dan Keuangan di Indonesia 66, tidak. 1 (2020): 47–63,
http://efi.ui.ac.id/index.php/efi/article/view/683.
4 Lusiana Dewi et al., “Penentuan Harga Dan Potensi Sampah Sebagai Sumber Modal Ekonomi Di Bank

Sampah Syariah UINSA Surabaya,” Nomicpedia 1, tidak. 1 (2021): 14–26.


5 Selly Nursafitri dan Ana Toni Roby Candra Yudha, “Instrumen Moneter Dan Belanja Daerah Serta

Pengaruhnya Terhadap Penganggura Terbuka,” Ekonomi Dan Bisnis 7, tidak. 2 (2020): 121–36, https://
doi.org/10.35590/jeb.v6i2.1649.
6 Ana Toni Roby Candra Yudha dan Abdul Muizz, “Optimalisasi Potensi Lahan Pertanian Untuk

Ketahanan Pangan Di Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur,” Jurnal Isu Pembangunan Ekonomi
( JEDI ) 3, tidak. 2 (2020): 297–308, https://doi.org/https://doi.org/10.33005/jedi.v3i2.55.
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 19
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2018 masih positif di kisaran 5


persen. Namun, mulai akhir tahun 2019, pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Kesenjangan transaksi perdagangan kedua negara dalam tarif impor barang
telah memicu ketidakstabilan ekonomi di hampir semua negara di berbagai
belahan dunia. Kedua negara tersebut merupakan mitra dagang strategis
(ekspor-impor) bagi Indonesia sendiri, baik dalam ekspor maupun impor.
Sehingga jika terjadi kesenjangan dalam hubungan perdagangan kedua negara,
cepat atau lambat akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi dan bisnis
dalam negeri. Kesenjangan ini sepertinya belum berakhir di awal tahun 2020.
Ternyata wabah covid-19 telah membuat kondisi perekonomian Indonesia dan
dunia juga ikut terpuruk. Kondisi terendah untuk Indonesia

Kondisi ini masih terjadi dan memerlukan penanganan yang sistematis


dan sinergis antar institusi,7 baik dari tingkat utama maupun daerah, dari sektor
usaha mikro dan koperasi hingga bisnis korporasi. Upaya tersebut dapat
digolongkan ke dalam upaya mitigasi risiko pandemi Covid-19.8 Instrumen fiskal
konvensional pemerintah yang terdiri dari pajak, realokasi anggaran
kementerian, hingga penerbitan SBN jangka panjang dan jangka pendek, telah
diterbitkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan pada Juli-Agustus 2020.
Nilai Covid-19 Anggaran pemulihan -19 sejak dinyatakan sebagai wabah pandemi
pada akhir Februari 2020 oleh pimpinan negara, yang berdasarkan imbauan dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini terus meningkat namun
belum dapat diselesaikan. wabah covid-19 sepenuhnya.9
Selain fiskal konvensional, fiskal syariah seperti zakat dan wakaf dapat digali
untuk membantu mengurangi beban akibat pandemi,10 dan tentu saja, industri
halal. Karena industri halal di Indonesia masih bertumpu pada bisnis UMKM,
seperti halal food and drink, halal fashion,11 wisata halal,12
manajemen halal,13 dan bisnis lainnya.

7 Ana Toni Roby Candra Yudha, Nasif Sidquee Pauzi, dan Rafidah binti Mohd Azli, “Model
Sinergi Penguatan Produktivitas Industri Halal Indonesia” 4, no. 28 (2020): 186–99, https://
doi.org/10.26740/al-uqud.v4n2.p186-199.
8Maria Nicola dkk., “Implikasi Sosial Ekonomi dari Coronavirus dan COVID-19
Pandemi: Sebuah Tinjauan,” Jurnal Bedah Internasional 78, tidak. Maret (2020): 185–93,
https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.018.
9Suleman Sarwar dkk., “Solusi Tantangan ke Pakistan: Is Analisis GIS Berguna untuk
COVID-19?,” Ilmu Total Lingkungan Menggambar 730 (2020): 139089,
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139089.
10 Suprayitno Eko, Mohamed Aslam, dan Azhar Harun, “Zakat and SDGs : Impact Zakat on Human

Development in the Five States of Malaysia,” Jurnal Zakat Internasional 2, tidak. 1 (2017): 61–69, https://
ijazbaznas.com/index.php/journal/article/download/15/12/.
11 Ririn Tri Ratnasari, “Wisata Halal Berbasis Penciptaan Nilai,” Al-Uqud : Jurnal Ekonomi Islam 4, tidak. 2

(2020): 268, https://doi.org/10.26740/al-uqud.v4n2.p268-284.


12 Hanik Fitriani, “Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan Dengan Konsep Syariah,”

Warisan Muslim, 2018, https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v3i1.1257.


13 Anna Shnyrkova dan Marina Predvoditeleva, “Kebutuhan Pelanggan Hotel Muslim: Bukti dari
Tamu Rusia,” Jurnal Pemasaran Islami, 2019, https://doi.org/10.1108/JIMA-09-2018-0172.
20 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

Gambar 3
Peringkat Sub Sektor Industri Halal Indonesia di Dunia Tahun 2019

Sumber: Global Islamic Economic Report (GIER) 2019.


Sebagaimana informasi yang terdapat pada Gambar 3 mengenai pemeringkatan
subsektor industri halal Indonesia di dunia pada tahun 2019, menduduki peringkat ke-5
dunia, dengan nilai pasar mencapai 1.200 triliun.14 Kemudian untuk rangking terbaru
dari beberapa pemeringkat indeks lainnya, ada yang mengatakan bahwa rangking
Indonesia sudah mencapai rangking satu dari seluruh dunia. Kronologis penjelasan
pada bagian sebelumnya menunjukkan urgensi situasi akibat pandemi covid-19 yang
membutuhkan banyak sumber daya. Pemerintah telah menyediakan sumber dana untuk
pemulihan para korban yang terkena dampak wabah covid-19 di berbagai sektor. Oleh
karena itu, diperlukan kajian yang komprehensif tentang penjabaran berbagai
instrumen, seperti industri halal sebagai instrumen fiskal, baik secara teoritis maupun
praktis dalam konteks Indonesia. Jadi, rumusan masalah yang relevan dengan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana industri halal dapat menjadi berkah di
masa pandemik pasca-covid-19 dengan pendekatan studi literature review.

METODE PENELITIAN
Sebagaimana dinyatakan pada bagian abstrak di awal artikel, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang menggunakan strategi
literature review secara eksplisit. Pendekatan yang bertumpu pada literasi dan
pemahaman literatur yang relevan dengan topik kajian yang diteliti. Ada beberapa
keterbatasan tinjauan yang digunakan dalam strategi tinjauan pustaka.15 Pertama,
publikasi artikel yang diterbitkan pada tahun 2010 atau setelahnya, diperlukan karena
informasi, ulasan, dan data harus tetap up to date. Kedua, artikel membahas ruang
lingkup pembahasan industri halal sebagai kekuatan ekonomi baru dilihat dari potensi,
pengembangan industri, dan perluasan pasar. Hal ini kemudian dibahas dari

14 Thomson Reuters dan Dinar Standard, “State of the Global Islamic Economy Report 2019/20,”
Pusat Keuangan Internasional Dubai, 2018.
15 Imam Wahyudi Indrawan dan Wahyuningsih Wahyuningsih, “Literature Review on REITs and Islamic
REITs and Lessons Learned for Islamic REITs in Indonesia,” Jurnal Internasional Ekonomi dan Keuangan
Islam (IJIEF) 2, tidak. 1 (2019): 21–46, https://doi.org/10.18196/ijief.2114.
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 21
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

baik sisi teoretis maupun empiris. Ketiga, bahan yang digunakan sebagai literatur
diperoleh dari studi di jurnal yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
sebagai pengantar. Hal itu dilakukan karena kajian tentang industri halal masih baru
dikenal dan dikembangkan, tidak lebih dari satu dekade terakhir atau sejak 2010, atau
seiring dengan datangnya revolusi industri 4.0.16
Literatur yang diperoleh untuk artikel ini merupakan hasil penelitian. Review hasil
penelitian juga didapatkan dari mesin pencari Google Scholar (https://
scholar.google.com) dan beberapa sistem jurnal terbuka (OJS) dari beberapa universitas
di Indonesia bahkan di dunia. Hal ini dilakukan karena semua sumber literatur yang
berasal dari Indonesia dan luar negeri dapat dideteksi dan dijangkau hanya dengan satu
mesin pencari. Selain menggunakan mesin pencari dan OJS, kata kunci yang digunakan
untuk mencari sumber literatur dalam penelitian ini adalah 'industri halal' untuk artikel
berbahasa Indonesia dan 'industri halal' untuk artikel berbahasa Inggris.17
Gambar 4
Kerangka konseptual

Pandemi covid-19

Dampak ke

psikologis Kesehatan Ekonomi Sosial

Berbasis fiskal
Pajak dan Peraturan Krisis Industri Halal
Pengelolaan
Aturan

Mitigasi Krisis

sinergi

Pengatur Profesional Akademisi Praktisi

Ketahanan Ekonomi

Sumber: Diolah oleh peneliti.

16 Moh Khoiri Abdi dan Novi Febriyanti, “Penyusunan Strategi Pemasaran Islam Dalam Berwirausaha Di
Sektor Ekonomi Kreatif Pada Masa Pandemi Covid-19,” El Qist - Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 10,
tidak. 2 (2020): 160–79.
17 Ziauddin Sardar dan Muhammad Nafik, “Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada Karyawan Bank

Syariah,” Jurnal Ekonomi SyariahTeori DanTerapan Jil.3, tidak. No.5 (2016): 394–95.
22 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

Artikel yang didapat dari hasil pencarian sebanyak 20-an. Artikel tersebut
dianggap relevan untuk dimasukkan dalam pembahasan yang dibahas pada bab hasil
dan pembahasan. Berikut ini juga menambahkan kerangka berpikir untuk
mempermudah pemetaan dan pemahaman alur penelitian.18
Mengacu pada kerangka berpikir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4
di atas, beberapa hal dapat diamati. Pertama, munculnya epidemi telah
mengakibatkan munculnya pandemi yang berdampak pada semua sektor
kehidupan. Kedua, setidaknya ada sektor kesehatan, ekonomi, psikologis dan
sosial. Pemangku kepentingan melihat ini sebagai ujian bersama di mana solusi
harus ditemukan bersama. Ketiga, perumusan kebijakan dan sinergi antar
lembaga yang kemudian dituangkan dalam bentuk pendampingan mendasar
dan perlindungan hak dengan menerbitkan beberapa regulasi telah dilakukan
untuk memitigasi peningkatan risiko pandemi. Keempat, alur terakhir dari flow
chart pada Gambar 4 adalah produksi produk dan jasa, yang diawali dengan
sinergi yang melibatkan berbagai instrumen fiskal dan industri halal. Pada
akhirnya,

HASIL DAN DISKUSI


Mengacu pada bagian dan kerangka pemikiran sebelumnya, bagian ini mengulas
peran teoritis, operasional dan praktis industri halal dan integrasinya dengan instrumen
fiskal negara; Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis tinjauan pustaka. Ulasan di bagian ini mengikuti alur
kerangka yang diuraikan di bagian sebelumnya.
1. Industri halal teoritis
Industri halal merupakan “media” yang menarik dan “isu seksi” yang
hadir di era revolusi industri 4.0. Era yang didominasi oleh sistem operasi
apa pun yang berbasis "big data" dan internet. Kehadiran industri halal yang
berbarengan dengan revolusi industri, dinilai kurang tepat bagi sebagian
orang. Karena ketika membutuhkan fokus dan keterlibatan banyak pihak,
justru pembatasan sosial berskala besar akibat pandemi wabah penyakit
coronavirus 2019, membuat banyak pemangku kepentingan tidak lagi
leluasa berinteraksi dan bertransaksi, mencari sumber pendanaan[1] dan
profesi sumber tanah.19
Faktor kesehatan fisik, mental dan spiritual jelas diuji di masa
pandemi. Berbagai ujian berorientasi materi dan non-materi terus datang
dan pergi. Bagi umat Islam, keberadaan wabah ini telah menjadi bentuk
ujian dan media refleksi diri yang nyata. Dorongan material, mental, dan
empatik diperlukan untuk membangkitkan “kesadaran” masyarakat untuk
bertahan dan berkembang.
Kemudian ketika membahas hal-hal yang lebih mengerucut tentang
perkembangan covid-19. Indeks risiko yang disebabkan oleh pandemi covid-19

18 Irham Zaki dkk., “Implementasi Budaya Wirausaha Islami di Pondok Pesantren,”


Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan 11, tidak. 11 (2020): 452–69.
19 Sardar dan Nafik, “Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada Karyawan Bank Syariah.”
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 23
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

di dunia hingga penulisan artikel ini tergolong miring.20 Namun, tidak demikian
halnya dengan Indonesia yang pertumbuhan risiko fatalitasnya masih terus
meningkat, dengan kasus positif mencapai 200 ribu dan sembuh 170 ribu hingga
akhir Oktober 2020. Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi di bidang kesehatan,21
ekonomi dan bidang lainnya masih berat.22 Khususnya pada aspek ekonomi
syariah, dampak pandemi terlihat perubahan dari perbankan menjadi usaha
informal (koperasi dan UMKM).23 Namun, sebagai orang yang beriman dan
optimis selama semua cobaan ini, Anda harus percaya bahwa ada jalan di balik
cobaan itu.
Perekonomian Indonesia yang selama ini ditopang oleh sektor konsumsi,
dan sektor UMKM sebagai penyumbang PDB Indonesia yang paling signifikan, perlu
mendapat perhatian dan pendampingan. Beberapa kebijakan pemerintah dalam
upaya pemulihan telah diberlakukan. Seperti bantuan langsung tunai, mereka
memberikan relaksasi berupa pembayaran pajak tangguhan, subsidi sektor usaha
pariwisata dan perhotelan yang nilainya mencapai 600 triliun. Berbagai sumber
fiskal telah dikerahkan, mulai dari pajak, realokasi anggaran, hingga penerbitan
surat utang. Hingga saat ini, beberapa upaya pemulihan telah dilakukan oleh
pemerintah sambil mencari formula dan sumber fiskal baru untuk menjaga
ketahanan ekonomi Indonesia di masa pandemi covid-19.
Jika dilihat dari sudut ekonomi makro, jelas dan industri halal adalah
instrumen yang unik. Nilainya kecil, tetapi potensi volume omsetnya sangat besar.
Seperti yang disarankan oleh Teori Fisher, jika ada sejumlah kecil uang yang beredar
di suatu wilayah tetapi berputar dengan cepat, perekonomian akan hidup. Industri
halal juga bisa menjadi instrumen anti-siklus. Artinya jika sebagian besar
perusahaan dan korporasi di Indonesia berproduksi menggunakan bahan baku dari
luar negeri. Sehingga industri halal dan UMKM di Indonesia dapat menyediakan
bahkan memenuhi kebutuhan bahan baku sesama UMKM. Sehingga sekali lagi, jika
terjadi perputaran ekonomi di kalangan ekonomi menengah ke bawah dalam
volume kecil namun cepat, diharapkan dapat menghidupkan kembali aktivitas
ekonomi.
2. Industri halal secara operasional dan praktis
Kehadiran industri halal menjadi salah satu fokus pengembangan
ekonomi syariah dunia, termasuk Indonesia. Indonesia harus mengambil peran
penting dan memanfaatkan momentum ini sebagai “aji mumpung” dan
kebijakan strategis jangka panjang. Seperti dikutip dari kata Wakil Presiden-
Ma'ruf Amin, “Indonesia harus menjadi pusat produk halal dunia, dan mampu

20 YichenWang et al., “Perubahan Kualitas Udara Terkait dengan Pengendalian Coronavirus di


China: Implikasi untuk Lalu Lintas dan Emisi Industri,” Ilmu Lingkungan Total 731, tidak. Desember
2019 (2020): 139133, https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139133.
21 Jun Wen et al., “COVID-19: Efek Potensial pada Gaya Hidup dan Perjalanan Warga Tiongkok,” Ulasan
Pariwisata, tidak. Maret (2020), https://doi.org/10.1108/TR-03-2020-0110.
22Suhana Mohezar, Sedigheh Moghavvemi, dan Suhaiza Zailani, “Pasar Wisata Medis
Islam Malaysia: Analisis SWOT,” Jurnal Pemasaran Islam 8, tidak. 3 (2017): 444–60, https://
doi.org/10.1108/JIMA-04-2015-0027.
23 I Gusti Ayu Athina Wulandari and Anak Agung Gede Agung Parameswara, “Problematika UMKM
Berbasis Budaya Lokal Di Bali (Studi Kasus Pemasaran Produk UMKM Berbasis Budaya Lokal Di
Pesta Kesenian Bali)," Ekonomi Dan Bisnis 6, tidak. 2 (2020): 101,
https://doi.org/10.35590/jeb.v6i2.1263.
24 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

untuk menjadi produser. Tidak hanya sebagai pembuat stempel produk


halal”. Tentunya pernyataan ini dapat dijadikan sebagai pemicu semangat
bagi seluruh masyarakat dalam mengembangkan industri halal di dunia.
Pendirian lembaga seperti Badan Pemeriksa Jaminan Produk Halal (BPJPH),
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan berbagai
lembaga lainnya menjadi bukti keseriusan pemerintah menggarap industri
halal dan juga filantropi Islam.24
Bersama filantropi Islam, industri halal kini sedang dikembangkan
oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Industri halal diyakini menjadi
'mesin' baru dalam memperkuat perekonomian Indonesia di tengah
pandemi Covid-19.25 Bukan tidak wajar, mengingat jika berbicara tentang
instrumen ekonomi syariah di masa pandemi, hampir semuanya mengalami
penurunan kinerja seperti asuransi, perbankan, keuangan, pasar modal dan
aspek terkait lainnya. Sementara itu, industri halal semakin didorong dengan
penguatan di beberapa aspek pendukung, seperti: pertama, regulasi seperti
Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU-JPH) Nomor 33 Tahun 2014;
kedua, pembentukan lembaga pendukung seperti Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal (BPJPH) pada 17 Oktober 2017 dalam rangka
melanjutkan amanat UU JPH yang kewenangannya berada di bawah
naungan Kementerian Agama RI dan pembentukan Badan Nasional Komite
Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang merupakan transformasi
lembaga. Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang bertujuan untuk
mewujudkan ketahanan nasional melalui penguatan dan pengembangan
ekonomi syariah; ketiga, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) halal
yang sudah dimulai di empat kawasan, yakni kawasan industri Pulau Bintan,
Batam, Pulogadung-Jakarta, dan Sidoarjo-Jawa Timur.
Melalui KNEKS yang telah menyusun Rencana Induk Ekonomi Syariah
Indonesia (MEKSI), juga diyakini dapat mengukuhkan bahwa pemerintah
semakin mendukung keberadaan ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia. Munculnya industri halal juga diyakini menjadi dimensi baru yang
bisa ditawarkan kepada dunia usaha dan pegiat ekonomi syariah, terutama
di era pandemi covid-19. Beberapa poin yang dapat disampaikan mengenai
dampak positif dari munculnya industri halal; Pertama, industri halal, UKM
dan keuangan syariah merupakan satu kesatuan dan telah diidentikkan
dengan sektor riil. Meski kondisi ekonomi lesu di tengah pandemi,
setidaknya dapat dimulai dengan memperkuat kerjasama keuangan syariah
sebagai sumber pembiayaan dengan industri halal dan UKM sebagai
pelaksana usaha yang dapat menyerap 96 persen kesempatan kerja; Kedua,
industri halal dapat menjadi alternatif tujuan investasi baru selain sumber
utama lainnya seperti deposito dan surat berharga yang tingkat risikonya
lebih terkontrol. Sehingga jika hal ini terjadi dalam skala besar, pada
gilirannya akan mempengaruhi struktur bisnis di

24 Tariqullah Khan, “Usaha Wakaf dalam Ekonomi Sirkular,” ISRA International Journal of Islamic Finance
11, tidak. 2 (2019): 187–205, https://doi.org/10.1108/IJIF-12-2018-0138.
25 Sukesi dan Wanda Gema Prasadio Akbar Hidayat, “Mengelola Industri Halal dan Pembeliannya

Niat Umat Islam Indonesia Kasus Wardah Kosmetik,” Jurnal Islam Indonesia 13, tidak. 1

(2019): 200–229, https://doi.org/10.15642/JIIS.2019.13.1.200-229.


el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 25
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

skala nasional; Ketiga, industri halal diproyeksikan akan berkembang pesat di


Indonesia dalam 1-2 dekade mendatang, mengingat berkat bonus demografi dan
dominasi umat Islam di Indonesia, tidak hanya akan menjadi pasar potensial tetapi
juga akan menjadi pasar yang potensial. produsen produk halal yang berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan lokal. Tapi juga ekspor.
Selain hadirnya industri halal, juga menguatnya filantropi Islam
seperti wakaf dan zakat produktif yang diyakini dapat menjadi alternatif
sumber fiskal selain pajak.26
Khusus untuk zakat, dana filantropi ini memiliki beberapa ciri antara lain: pertama,
dan zakat dapat mengurangi penumpukan harta pada kelompok tertentu kemudian
disalurkan kepada masyarakat luas yang tergolong kurang mampu.27
Kedua, zakat diyakini dapat membantu memberikan keseimbangan ekonomi suatu negara,
karena zakat diberikan kepada fakir dan miskin. Dimana fakir miskin dan miskin merupakan
salah satu masalah ekonomi yang harus dimiliki suatu negara dan harus diselesaikan; Ketiga,
zakat juga dapat mendukung visi dan misi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
pengentasan kemiskinan (SDG's 1), menghilangkan kelaparan (SDG's 2), kesehatan (SDG's 3),
28 dan pendidikan yang layak (SDG's 4).29 Semua ini berada di bawah dampak yang

disebabkan oleh pandemi Covid-19.


3. Industri halal berpotensi menjadi sumber instrumen fiskal negara

Berbicara tentang industri halal di Indonesia, idealnya tidak lagi berbicara


tentang hukum suatu produk dan jasa yang dikonsumsi seseorang. Namun, yang
lebih penting dari itu, siapa pun yang percaya bahwa sebagian besar masyarakat
Indonesia yang didominasi oleh komunitas Muslim akan memilih produk halal
daripada yang meragukan (syubhat). Jadi kalau bicara industri halal lebih kepada
produk dan pasar yang akan mampu menjadi “mesin baru” atau sumber
pendapatan nasional baru dalam jangka panjang.
Kajian dilakukan dengan beberapa analisis yang berkaitan dengan strategi
dan sinergi dalam pengembangan industri halal. 30 Pendekatan penelitiannya sama
yaitu dengan menggunakan pendekatan literature review. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa; pertama, pengembangan industri halal membutuhkan
kontribusi dari banyak pemangku kepentingan. Mulai dari instansi pemerintah
sebagai regulator, lembaga pengawas pasar, swasta dan UMKM. Kedua, penguatan
industri halal diharapkan mampu menyerap cukup banyak

26 Nafis Irkhami, “Zakat, Kharāj, 'Ushr, dan Jizyah Sebagai Instrumen Keuangan Publik Islam: Sebuah
Studi Kontemporer,” Share: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Islam 8, tidak. 1 (2019): 90–113, https://
doi.org/10.22373/share.v8i1.3804.
27 Rami BH Kacem, “Indeks Kemiskinan vs Indeks Kekayaan: Cara Baru Menganalisis Faktor
Penentu Kemiskinan,” Jurnal Studi Ekonomi dan Manajemen Afrika 10, tidak. 1 (2019): 48–56,
https://doi.org/10.1108/AJEMS-04-2018-0110.
28 Tajerin Tajerin, Sastrawidjaja Sastrawidjaja, and Risna Yusuf, “TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN

KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA NELAYAN MISKIN: Studi Kasus Di Kelurahan Marunda


Baru, DKI Jakarta Dan Desa Tanjung Pasir, Banten,” Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan
6, tidak. 1 (2017): 83, https://doi.org/10.15578/jsekp.v6i1.5757.
29 Puskas BAZNAS, Sebuah Kajian: Zakat SDGs (Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS), 2017).


30Yudha, Pauzi, dan Azli, “Model Sinergi Penguatan Produktivitas Industri Halal
Indonesia”.
26 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

tenaga kerja. Sebagai UMKM yang dapat menyerap kesempatan kerja di Indonesia,
dan. Ketiga, perlu adanya penambahan batasan dan perubahan pola pikir di tingkat
masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, untuk mencoba dan
menciptakan produk dan layanan baru. Terutama dalam revolusi industri
4.0, adalah mungkin untuk mempromosikan dan memperkenalkan produk kepada
masyarakat umum tanpa biaya karena banyak platform iklan gratis dapat mempromosikan
barang. Itu semua dilakukan dalam rangka membumikan ekonomi syariah pada tataran
praktis di masyarakat, sekaligus sebagai jawaban atas stagnasi ekonomi akibat krisis akibat
pandemi Covid-19.
Perkembangan Ekonomi Islam, baik secara teoritis maupun terapan,
terus dilakukan secara global, dan hal yang sama juga terjadi di Indonesia.31
Tokoh-tokoh yang mengembangkan ekonomi Islam dari berbagai latar belakang
keahlian terus berkembang dan mengubah zamannya. Industri ilmiah,
perbankan dan non-bank, hingga saat ini ada industri halal adalah contoh nyata
dari objek ekonomi syariah. Tidak ada yang tahu kapan ekonomi syariah
universal dan global akan stabil dan ada, tetapi semua orang yang telah
mengambil bagian dalam perkembangan ini adalah pejuang. Pejuang yang
belum tentu merasakan hasil perjuangannya. Cukuplah untuk percaya bahwa
prosesnya tidak ada yang sia-sia, dan perjuangan akan dibalas dengan yang
setara atau bahkan berlipat ganda. Pemanfaatan filantropi Islam dan hadirnya
industri halal diharapkan menjadi berkah yang sudah lama tidak terwujud dan
kini menjadi salah satu solusinya.
4. Integrasi industri halal dalam sistem fiskal Indonesia
Munculnya industri halal di dunia yang dimulai pada awal tahun 2017
hingga saat ini telah membuat industri halal terakomodasi dalam sistem
perekonomian di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, termasuk Indonesia. Baik dari segi aspek praktis maupun teoritis serta
kebijakan yang berorientasi sebagai sumber fiskal baru selain pajak dan
zakat. Industri halal diyakini berperan sebagai sumber fiskal, mengingat
industri halal identik dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Khususnya di Indonesia, UMKM telah memposisikan diri sebagai
penyumbang struktur APBN sebesar 97 persen dan menyerap tenaga kerja
sebesar 96 persen.
Penelitian ini diulas dalam ruang lingkup studi tinjauan pustaka. Industri halal
cenderung berorientasi pada sektor usaha mikro, yang kemudian diharapkan dapat
berperan dalam mengurangi kesenjangan permintaan dan penawaran pasar,
meningkatkan kualitas daya beli konsumen, dan membantu memulihkan kekuatan
ekonomi ke berbagai bidang yang bersinggungan. seperti kesehatan, pendidikan
dan sosial. Industri halal yang hadir bersamaan dengan revolusi industri 4.0 pada
tahun 2015 atau lima tahun terakhir sejak artikel ini ditulis, secara empiris telah
dibuktikan dengan adanya beberapa negara yang berperan sebagai produsen
industri halal. Tercatat beberapa negara telah mengklaim diri sebagai salah satu
'pemain' industri halal dunia, seperti Brazil dan

31 Muhamad Nafik Hadi Ryandono dan Ahmad Ajib Ridlwan, “Solusi Eksploitasi Bank Umum
Syariah: Kritik Terhadap Pembiayaan Fixed-Yields Based di Indonesia,” Al-Uqud: Jurnal Ekonomi
Islam 4, tidak. 1 (2020): 48–68, https://doi.org/10.26740/al-uqud.v4n1.p48-68.
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 27
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

Australia sebagai pusat daging dan unggas dunia, Thailand sebagai pusat dapur
dunia, Jepang sebagai negara dengan produk halalnya.
Lebih lanjut, perwujudan beberapa kajian yang dipaparkan pada bagian
sebelumnya juga telah menunjukkan beberapa poin krusial dalam mewujudkan
integrasi industri halal ke dalam sistem fiskal Indonesia. Pertama, salah satu cara
yang ditawarkan untuk mewujudkan integrasi industri halal ke dalam sistem fiskal
Indonesia adalah dengan menjadikan industri halal sebagai sumber fundamental
baru, yang juga dapat dikatakan sebagai ladang yang baru digarap, yang tidak
dianggap sebagai alternatif fiskal. sumber.
Kedua, menghimbau peran serta masyarakat dari unsur UMK, koperasi
bahkan korporasi untuk 'membuka mata' dan menyadari bahwa peluang yang
signifikan dalam menyediakan produk halal terbuka lebar karena produk halal
bukan hanya soal kesadaran dan pemahaman hukum saja. halal-haram. Namun
demikian, juga tentang kemampuan dan kemauan berproduksi untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa publik, yang cenderung mengutamakan
preferensi produk impor karena lebih baik dan lebih murah serta lebih
terjangkau.
Meski begitu, peran pelaku usaha di tingkat lokal hingga tingkat
nasional bahkan global yang berbentuk korporasi sangat menentukan
keberlangsungan industri halal karena dari para pengusaha mikro inilah
mereka dapat berhadapan langsung dengan masyarakat dan mengetahui
pasar yang sebenarnya. kondisi. Misalkan industri halal bisa diedit dan
melahirkan literasi di tingkat lokal. Dalam hal itu harapannya masyarakat
dapat mempercayai hasil dan outputnya, maka pengembangan industri halal
di Indonesia khususnya bisa efektif.32
Dalam konteks Indonesia, dengan tipologi masyarakat yang selama ini
didominasi oleh masyarakat muslim, tentunya literasi mengenai industri
halal, penerapan hukum halal dan haram dalam makanan dan segala produk
turunannya, tidak diperlukan lagi sosialisasi. Namun, edukasi dan literasi
mengenai industri halal dan produk dan layanan halal perlu dikembangkan.

Ketiga, koordinasi antar lembaga pemerintah khususnya pendataan


kelompok lembaga keuangan dan industri mikro, kecil dan menengah, serta
menyelenggarakan program masyarakat untuk produksi produk halal dan
sistem jaminan sosial sangat penting untuk memastikan bahwa program
dilaksanakan di pengembangan industri halal di Indonesia dapat tepat
sasaran.33
Keempat, lembaga pengawas industri halal yang tergabung dari
berbagai elemen harus mampu beradaptasi dengan kondisi sosial ekonomi
terkini dalam merumuskan kebijakan industri. Investasi di bidang teknologi
informasi dan sumber bahan baku serta ekspedisi dari sektor ekonomi baru
harus dapat dikaji secara tepat agar halal

32 Akmalur Rijal, “Pengetahuan Konsumen Terhadap IB Hasanah Card Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya” 1, no. 1 (2018): 117–39.
33 Mejda Bouanani dan Besma Belhadj, “Zakat dan Pengentasan Kemiskinan di Tunisia Menggunakan
Pendekatan Fuzzy,” Jurnal Ekonomi Kuantitatif 17, tidak. 2 (2019): 421–32, https://doi.org/10.1007/
s40953019-00154-2.
28 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

kebijakan industri dapat menyesuaikan dengan waktu.34 Pada saat yang sama,
kajian ilmiah terkait kebutuhan masyarakat kecil dan menengah yang
merupakan segmentasi dominan masyarakat di Indonesia dan potensi industri
halal dari berbagai sektor ekonomi juga harus ditingkatkan sehingga gambaran
potensi yang komprehensif. industri halal dan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat miskin. Dan perencanaan kebijakan industri halal serta
upaya mengurangi beban krisis akibat pandemi dapat dilaksanakan dengan
lebih baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan pendahuluan, tujuan, pendekatan studi literatur dan pembahasan,
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pembahasan yang komprehensif tentang
industri halal. Berbagai upaya untuk mengintegrasikan industri halal ke dalam sistem
fiskal Indonesia tentunya masih menghadapi kendala, yaitu; Pertama, Indonesia masih
merupakan negara pasar, belum menjadi negara produsen. Jika Indonesia hanya dapat
memenuhi kebutuhan produk halal dalam negeri, itu akan menjadi sumber potensi
penerimaan negara yang sangat besar. Untuk itulah pola pikir dan perilaku pasar harus
menggunakan komoditas dan bahan baku dari sesama UMKM di Indonesia. Kedua,
karakter konsumtif yang mendominasi perilaku masyarakat merupakan peluang pasar
bagi negara-negara produsen, mengingat untuk ASEAN sendiri, Indonesia merupakan
pasar ASEAN sebesar 25 persen. Jika negara tertentu ingin membuka pasar, maka
Indonesia merupakan negara yang layak menjadi pasar primer. Namun, potensi industri
halal harus kembali terus dikembangkan dan berusaha memposisikan diri sebagai
produsen produk halal. Kemudian mengikuti kondisi pandemi covid-19, seolah
mendorong industri halal UMKM untuk memulai bahkan bertahan di tengah kondisi
ekonomi lesu yang melanda.
Mengacu pada kesimpulan tersebut, beberapa ulasan dapat diberikan
sebagai rekomendasi. Pertama, peneliti dan akademisi yang ingin mendalami
kajian industri halal masih sangat terbuka lebar. Karena industri halal masih
merupakan isu baru dan membutuhkan banyak sudut pandang dan metode
untuk menemukan kebaruan atau kebaruan pada masalah yang muncul. Kedua,
bagi regulator, sistem sinergi dan integrasi industri halal masih perlu dikawal
dalam masa pengembangan. Perumusan UU JPH, penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) halal, dan kerja sama ekspedisi untuk mewujudkan ekspedisi halal
merupakan bentuk upaya pengembangan dan penguatan industri halal, meski
dalam kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian dan ekonomi. Ketiga, bagi
praktisi, siapa pun yang ingin dan ingin terlibat dalam pengembangan industri
halal perlu terus berkoordinasi dengan instansi atau asosiasi pelaku usaha untuk
meningkatkan skala pengembangan modal dan aset. Juga perlu disediakan
database mengenai semua kebutuhan lini produksi dan model serta strategi
pengembangan pasar industri halal baik lokal maupun global.

Referensi
Abdi, Moh Khoiri, dan Novi Febriyanti. “Penyusunan Strategi Pemasaran Islam Dalam
Berwirausaha Di Sektor Ekonomi Kreatif Pada Masa Pandemi Covid-19.” El Qist -

34 Mohamed Sharif Bashir dan Nurul Nabilah Haji Ali, “Analisis Pengelolaan Zakat di Brunei
Darussalam,” Jurnal Internasional Studi Manajemen 19, tidak. 2 (2012): 75-102.
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 29
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 10, tidak. 2 (2020): 160–79.


Alwi, Ahmad Basori. “Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi (Fintech) Yang Berdasarkan
Syariah.” Al-Qānūn 21, tidak. 2 (2018): 255–71.
https://katadata.co.id/berita/2017/08/28/bi-.
Aristantia, Selvia Eka. “Pesona Sukuk Ritel Seri 13 (SR013) Sebagai Alternatif Investasi Di
Masa Pandemi Covid-19”. El-Qist : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)
10, tidak. 2 (6 Oktober 2020): 133–145. Diakses 12 Februari 2021. http://
jurnalfebi.uinsby.ac.id/index.php/elqist/article/view/343.
Bashir, Mohamed Sharif, dan Nurul Nabilah Haji Ali. “Analisis Pengelolaan Zakat di
Brunei Darussalam." Jurnal Internasional Studi Manajemen 19, tidak. 2 (2012): 75-102.
Bouanani, Mejda, dan Besma Belhadj. “Zakat dan Pengentasan Kemiskinan di Tunisia Menggunakan
Pendekatan Fuzzy.” Jurnal Ekonomi Kuantitatif 17, tidak. 2 (2019): 421–32. https://
doi.org/10.1007/s40953-019-00154-2.
Cássaro, Fábio AM, dan Luiz F. Pires. “Bisakah Kita Memprediksi Terjadinya COVID-19
Kasus? Pertimbangan Menggunakan Model Pertumbuhan Sederhana.”Ilmu Lingkungan Total
728 (2020). https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138834.
Dewi, Lusiana, Ummi Hanik, Habibah Awwaliah, and Ana Toni Roby Candra Yudha.
“Menentukan Harga Dan Potensi Sampah Sebagai Sumber Modal Ekonomi Di Bank Sampah
Syariah UINSA Surabaya.” Nomicpedia 1, tidak. 1 (2021): 14–26.
Fitriani, Hanik. “Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan Dengan Konsep
Syariah.” Warisan Muslim, 2018. https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v3i1.1257.
Indrawan, Imam Wahyudi, dan Wahyuningsih Wahyuningsih. “Tinjauan Literatur tentang REITs
dan Islamic REITs and Lessons Learned for Islamic REITs in Indonesia.” Jurnal
Internasional Ekonomi dan Keuangan Islam (IJIEF) 2, tidak. 1 (2019): 21–46.
https://doi.org/10.18196/ijief.2114.
Indrawati, SM, N Diop, M Ikhsan, dan F Kacaribu. “Meningkatkan Ketahanan untuk Bergolak
Pasar Keuangan Global: Pengalaman Indonesia.” … dan Keuangan di Indonesia 66, tidak. 1
(2020): 47–63. http://efi.ui.ac.id/index.php/efi/article/view/683.
Irkhami, Nafis. “Zakat, Kharāj, 'Ushr, dan Jizyah Sebagai Instrumen Keuangan Publik Islam:
Sebuah Studi Kontemporer.” Share: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Islam 8, tidak. 1 (2019): 90–
113. https://doi.org/10.22373/share.v8i1.3804.
Kacem, Rami BH “Indeks Kemiskinan vs Indeks Kekayaan: Cara Baru untuk Menganalisis
Penentu Kemiskinan.” Jurnal Studi Ekonomi dan Manajemen Afrika 10, tidak. 1
(2019): 48–56. https://doi.org/10.1108/AJEMS-04-2018-0110.
Khan, Tariqullah. “Wakaf Usaha dalam Ekonomi Sirkular.”Jurnal Islam Internasional ISRA
Keuangan 11, tidak. 2 (2019): 187–205. https://doi.org/10.1108/IJIF-12-2018-0138.
Mohezar, Suhana, Sedigheh Moghavvemi, dan Suhaiza Zailani. “Kedokteran Islam Malaysia
Pasar Pariwisata: Analisis SWOT.” Jurnal Pemasaran Islam 8, tidak. 3 (2017): 444–60.
https://doi.org/10.1108/JIMA-04-2015-0027.
Nicola, Maria, Zaid Alsafi, Catrin Sohrabi, Ahmed Kerwan, Ahmed Al-Jabir, Christos
Iosifidis, Maliha Agha, dan Riaz Agha. “Implikasi Sosial-Ekonomi dari Coronavirus
dan Pandemi COVID-19: Sebuah Tinjauan.”Jurnal Bedah Internasional 78, tidak.
Maret (2020): 185–93. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.018.
Nursafitri, Selly, dan Ana Toni Roby Candra Yudha. “Instrumen Moneter Dan Belanja
Daerah Serta Pengaruhnya Terhadap Penganggura Terbuka.” Ekonomi Dan Bisnis 7, tidak. 2
(2020): 121–36. https://doi.org/10.35590/jeb.v6i2.1649.
Puskas BAZNAS. Sebuah Kajian: Zakat SDGs. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), 2017.

30 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)


Vol.11 No.1 April 2021
Berkah Tersembunyi Pasca Pandemi Covid 19 itu adalah Industri Halal

Ratnasari, Ririn Tri. “Wisata Halal Berbasis Penciptaan Nilai.”Al-Uqud : Jurnal Islam
Ekonomi 4, tidak. 2 (2020): 268. https://doi.org/10.26740/al-uqud.v4n2.p268-284.
Rijal, Akmal. “Pengetahuan Konsumen Terhadap IB Hasanah Card Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya” 1, no. 1 (2018): 117–39.
Ryandono, Muhamad Nafik Hadi, dan Ahmad Ajib Ridlwan. “Solusi untuk Bank Syariah
Eksploitasi: Kritik Terhadap Pembiayaan Berbasis Hasil Tetap di Indonesia.” Al-Uqud:
Jurnal Ekonomi Islam 4, tidak. 1 (2020): 48–68. https://doi.org/10.26740/
aluqud.v4n1.p48-68.
Sardar, Ziauddin, dan Muhammad Nafik. “Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada
Karyawan Bank Syariah.” Jurnal Ekonomi SyariahTeori DanTerapan Jil.3, tidak. No.5 (2016):
394–95.
Sarwar, Suleman, Rida Waheed, Sahar Sarwar, and Aisha Khan. “Covid-19 Tantangan untuk
Pakistan: Apakah Analisis GIS Berguna untuk Menggambar Solusi?” Ilmu Lingkungan Total 730
(2020): 139089. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139089.
Shnyrkova, Anna, dan Marina Predvoditeleva. “Kebutuhan Pelanggan Hotel Muslim:
Bukti dari Tamu Rusia.” Jurnal Pemasaran Islami, 2019.
https://doi.org/10.1108/JIMA-09-2018-0172.
Sukesi, dan Wanda Gema Prasadio Akbar Hidayat. “Mengelola Industri Halal dan
Niat Beli Muslim Indonesia Kasus Wardah Cosmetics.” Jurnal Islam Indonesia
13, tidak. 1 (2019): 200–229. https://doi.org/10.15642/JIIS.2019.13.1.200-
229.
Suprayitno Eko, Mohamed Aslam, dan Azhar Harun. “Zakat dan SDGs : Dampak Zakat pada
Pembangunan Manusia di Lima Negara Bagian Malaysia.” Jurnal Zakat Internasional 2, tidak. 1
(2017): 61–69. https://ijazbaznas.com/index.php/journal/article/download/15/12/.
Tajerin, Tajerin, Sastrawidjaja Sastrawidjaja, dan Risna Yusuf. “TINGKAT
KESEJAHTERAAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA
NELAYAN MISKIN: Studi Kasus Di Kelurahan Marunda Baru, DKI Jakarta Dan Desa Tanjung
Pasir, Banten.” Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 6, tidak. 1 (2017): 83. https://
doi.org/10.15578/jsekp.v6i1.5757.
Thomson Reuters dan Dinar Standard. “Laporan Keadaan Ekonomi Islam Global
2019/20.” Pusat Keuangan Internasional Dubai, 2018.
Vega, Danny Ibarra. “Lockdown, Satu, Dua, Tidak Ada, atau Pintar. Pemodelan yang Mengandung Covid-19
Infeksi. Model Konseptual.”Ilmu Lingkungan Total 730 (2020): 138917. https://
doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138917.
Wang, Yichen, Yuan Yuan, Qiyuan Wang, Chen Guang Liu, Qiang Zhi, dan Junji Cao.
“Perubahan Kualitas Udara Terkait Pengendalian Virus Corona di Tiongkok: Implikasinya
Terhadap Lalu Lintas dan Emisi Industri.” Ilmu Lingkungan Total 731, tidak. Desember 2019
(2020): 139133. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.139133.
Wen, Jun, Metin Kozak, Shaohua Yang, dan Fang Liu. “COVID-19: Potensi Efek pada
Gaya Hidup dan Perjalanan Warga Tiongkok.” Ulasan Pariwisata, tidak. Maret (2020).
https://doi.org/10.1108/TR-03-2020-0110.
Wulandari, I Gusti Ayu Athina, dan Anak Agung Gede Agung Parameswara. “Masalah
UMKM Berbasis Budaya Lokal Di Bali (Studi Kasus Pemasaran Produk UMKM Berbasis
Budaya Lokal Di Pesta Kesenian Bali).” Ekonomi Dan Bisnis 6, tidak. 2 (2020): 101.
https://doi.org/10.35590/jeb.v6i2.1263.
Yudha, Ana Toni Roby Candra, dan Abdul Muizz. “Optimalisasi Potensi Lahan Pertanian
Untuk Ketahanan Pangan Di Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur.” Jurnal dari
Isu Pembangunan Ekonomi ( JEDI ) 3, tidak. 2 (2020): 297–308.
el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB) 31
Jil. 11 No. 1 April 2021
Ana Toni Roby Candra Yudha, Abdullah Kafabih

https://doi.org/https://doi.org/10.33005/jedi.v3i2.55.
Yudha, Ana Toni Roby Candra, Nasif Sidquee Pauzi, dan Rafidah binti Mohd Azli. "NS
Model Sinergi Penguatan Produktivitas Industri Halal Indonesia” 4, no. 28
(2020): 186–99. https://doi.org/10.26740/al-uqud.v4n2.p186-199.
Zaki, Irham, Tika Widiastuti, Ana Tony Roby Candra Yudha, Ida Wijayanti, and Denizar
Abdurrahman Mi'raj. “Penerapan Budaya Kewirausahaan Islam di Pondok Pesantren.”
Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan 11, tidak. 11 (2020):
452–69.

32 el-Qis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JIEB)


Vol.11 No.1 April 2021

Anda mungkin juga menyukai