Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Pengenalan Constant Current Regulator

Gambar 3.1 constant current regulator


Sumber: ADB A Siemens Company

Constant Current Regulator (CCR) adalah catu daya arus konstan yang digunakan
untuk mensuplai peralatan Airfield Lighting System (AFL). CCR berfungsi sebagai
pengatur arus tetap khusus didesain untuk memenuhi kebutuhan catu daya rangakaian
lampu penerangan airport lighting system seperti : runway light, taxiway light, PAPI
light, approach light. Dengan berbagai macam tingkatan intensitas cahaya, model dasar
dari ccr ini dengan memberikan 5 step, pilihan tingkat arusnya antara lain : step 1 dengan
arus 2.8 Ampere, step 2 dengan arus 3.4 Ampere, step 3 dengan arus 3.4 Ampere, step 4
dengan arus 5.2 Ampere, step 5 dengan arus 6.6 Ampere.CCR dipergunakan karena
adanya rangkaian yang panjang dan penyebaran beban.

1
3.2 Prinsip Umum Constant Current Regulator
Prinsip dasar constant current regulator pada umumnya menggunakan
sistem kerja pengaturan beban arus dengan menambah dan mengurangi medan
magnet pada lilitan trafo sekunder melalui regulator. Ada beberapa prinsip dasar
pada CCR salah satunya yaitu menggunakan thyristor current regulator.
Thyristor constant current regulator merupakan pengembangan terbaru
dari peralatan CCR saat ini. Prinsipnya adalah pengaturan transformator dengan
parallel thyristor dimana keluaran rangkaian elektronik pada keluaranya
memonitor dan membandingkan arus output dengan harga referensi dan mengatur
trigger dari thyristor agar dapat arus output yang sama dengan besaran referensi.
Thyristor merupakan komponen semi konduktor yang dibuat dari jenis silicon dan
komponen aktif elektronika yang dapat digunakan seperti halnya seperti pintu
yaitu untuk menahan arus ac atau melewatkan arus ac menggunakan sumber input
yang kecil

2
3.3 Komponen Pada Constant Current Regulator
Mikroprossesor current regulator dirancang khusus untuk kebutuhan loop
lampu bandara pada berbagai macam intensitas. MCR terdiri dari satu cashing
yang didalamnya terpasang modul board logic, user interface, coil transformer
dan fuse input switch. CCR tipe MCR terdiri dari beberapa komponen
diantaranya:

3
Gambar 3.2

a) PCB Power Supply of The Logic (PSL)


Tegangan yang dihasilkan pada PCB ini adalah +12 / +5 / -12 V untuk
mensupply semua modul. Modul ini beroperasi penuh setelah 20ms setelah power
supply on dan mampu untuk mempertahankan +5V dalam waktu 1,5 detik untuk
memungkinkan respon interupsiyang cepat dari regulator. Dalam hal tersebut
tegangan pada modul ini diinterupsi dengan sinyal power yang bagus dan akan
menurun pada waktu kurang dari 20ms, sehingga cukup waktu untuk menyiapkan
CCL melakukan restart secara cepat tanpa kehilangan kontrol data. Pada
rangkaian jalur input memiliki tambahan filter yang digunakan untuk mengurangi
keluaran konduksi dari regulator. Perubahan sinyal logic dari current control logic
menjadi 230 VAC berupa control signal.

b) PCB Thyristor Block Module (TBM)

4
TBM adalah modul penghubung antara CCL dengan gate thyristor dan
mensupply besaran signal untuk gate thyristor sesuai dengan sudut trigger yang
dibutuhkan. Juga memberikan proteksi yang sangat cepat terhadap over current
dan pembacaan tegangan output yang tidak simetrik. Selain itu modul ini mampu
menghasilkan signal trigger yang dapat mencegah arus berlebih yang mengalir
pada beban saat dilakukan perpindahan beban.

c) PCB Current Control Logic


CCL berfungsi untuk memeriksa output current sesuai batas toleransi,
pemeriksaan dari over current atau kondisi open circuit dan menghasilkan back
indikasi. Selain itu CCL juga memantau output circuit dan masukan parameter
(nilai arus dan tegangan) ke modul LMC.

d) PCB Local Master Control (LMC)


Local master control memberikan informasi setiap perubahan yang terjadi
pada regulator melalui local bus dengan modul-modul lainya. Modul ini
memperlakukan dan mendistribusikan pesan yang diterimanya dari signal luar
atau dari modul lain yang terhubung. LMC adalah sebagai master pada
komunikasi yang dilengkapi dengan local bus, fitur penting dari local bus adalah
memungkinkan untuk mengupgrade software dari setiap modul.

e) PCB User Interface (UI)


Melalui perangkat ini memungkinan untuk mengoperasikan CCR dan untuk
mengubah setting parameter dalam local mode.User interface menampilkan hasil
pengukuran dari output current dan status dari sirkuit (input current, daya,
tegangan, output beban, tegangan output, tahan isolasi sirkuit dan semua
kemungkinan indikasi error) melalui pemilihan menu pada screen.

f) PCB Multiwire Board


Multi-Wire interface adalah perangkat modul dengan 8 input dan 8 output
terminal. Untuk CCR yang tidak dilengkapi sirkuit selector, hanya menggunakan

5
MW1 dan MW2. Modul unit menyediakan interface remote control yang
sederhana melalui relai antara system remote kontrol dan constant current
regulator (CCR). Multi-Wire dihubungkan ke LMC oleh kabel flat. Multi-Wire
terdeteksi secara otomatis ketika tersambung dengan LMC. Internal power supply
dapat tidak digunakan, apabila power supply untuk eksternal remote control telah
disediakan. Secara alternatif, user juga dapat menggunakan power supply internal
sebagai penghubung ke system. Multi-Wire interface ada dalam 2 versi: 24Vdc
atau 48Vdc kontrol sinyal

g) J-Bus Interface (JB)


Pemasangan board interface ini dihubungkan ke modul LMC dengan
menggunakan kabel-flat. Modul ini dilengkapi dengan arrester untuk proteksi over
voltage dari jalur external. Untuk memudahkan pengkabelan, modul ini terdiri
dari 4 konektor, 2 untuk BUS A (bus standar) dan 2 untuk BUS B (bus tambahan),
yang instalasinya satu konektor kabel (Bus A) dihubungkan dengan user bus
sebelumnya dan satu bus lagi (Bus B) untuk dihubungkan dengan kabel ke user
bus berikutnya. Pada instalasi akhir, pada unit bus harus dipasang resistor (strap
connectable/Jumper paPemasangan board interface ini dihubungkan ke modul
LMC dengan menggunakan kabel-flat. Modul ini dilengkapi dengan arrester
untuk proteksi over voltage dari jalur external. Untuk memudahkan pengkabelan,
modul ini terdiri dari 4 konektor, 2 untuk BUS A (bus standar) dan 2 untuk BUS
B (bus tambahan), yang instalasinya satu konektor kabel (Bus A) dihubungkan
dengan user bus sebelumnya dan satu bus lagi (Bus B) untuk dihubungkan dengan
kabel ke user bus berikutnya. Pada instalasi akhir, pada unit bus harus dipasang
resistor (strap connectable/Jumper pada LMC) agar sesuai dengan karakteristik
Impedance line.da LMC) agar sesuai dengan karakteristik Impedance line.

h) PCB Lamp Fault Detector (LFD)


Lamp Fault Detector fungsinya untuk memeriksa beban pada sirkuit. Jika
settingan jumlah beban lampu pada transformer menurun (lampu mengalami
gangguan) atau jika arus beban melebihi dari nilai setingan maka alat ini akan

6
memberikan sinyal peringatan (warning signal). Selain itu modul ini memonitor
output current, tegangan output dan output daya dari CCL.

i) PCB Earth Faulth Detector (EFD)


Earth Fault Detector fungsinya untuk memeriksa tahanan isolasi dari
rangkaian sirkuit terhadap tanah. Jika isolasi turun di bawah nilai setingan maka
alat ini akan memberikan sinyal peringatan (warning signal).
Nilai tahanan isolasi yang diukur juga ditampilkan dan langsung bisa di baca pada
monitor user interface. Range pengukuran terdiri dari beberapa nilai yaitu antara
10 K-ohm sampai 250 M-ohm.

j) PCB Circuit Selector Interface.


Modul ini bukan bagian dari constant current regulator (CCR). Alat ini
terletak pada Sirkuit Selector Kabinet. Modul ini mengubah sinyal kontrol logika
(12VDC) masukan dari modul CCL. Remote controlnya menggunakan sinyal
Multi-Wire. Multi-Wire Board (Modul MW3) berfungsi sebagai remote control
dan back-indikasi untuk pemilihan sirkuit.

k) Lighting Arrester

Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan
lebih, yang disebabkan oleh petir. Alat ini bersifat sebagai by-pass di sekitar
isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilatke sistem
pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolasi peralatan listrik.

3.4 Pengenalan Kabel

7
Kabel digunakan untuk menghantarkan aliran listrik dari sumber listrik
menuju ke perangkat pengguna listrik, sehingga perangkat tersebut dapat bekerja
dengan baik sesuai fungsinya. Secara umum, bentuk fisik kabel listrik yang
terbungkus terbagi menjadi dua bagian yaitu Isolator ini adalah bagian
pembungkus kabel yang tidak menghantarkan listrik. Isolator umumnya dibuat
dari bahan termoplastik. Fungsinya adalah untuk melindungi kabel supaya tidak
terpapar oleh pengaruh alam di sekelilingnya. Isolator juga berfungsi melindungi
perangkat agar tidak mengalami hubungan pendek. Pembungkus ini juga
melindungi kita dari tersengat aliran listrik yang mengalir dalam kabel. Semakin
baik kualitas isolatornya, biasanya semakin baik kualitas kabel dalam
menghantarkan listrik dan semakin panjang pula usia pakainya.Konduktor: ini
adalah bagian kabel yang berfungsi menghantarkan aliran listrik. Biasanya bagian
ini dibuat dari tembaga ataupun aluminum. Kemampuan setiap jenis konduktor
dalam menghantarkan listrik tergantung dari jenis konduktornya dan nilai ini
disebut dengan Kemampuan Hantar Arus atau disingkat menjadi KHA.

a) Kode Pengenalan Kabel Tanah

Oleh karena kabel tanah terdiri dari beberapa macam jenis menurut kulit
pelindungnya ( armor ), konstruksi maupun pemasangnnya, maka dibuat suatu
pengkodean kabel dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan jenis kabel.
Pengkodan kabel ini dibuat sesuai dengan standart SPLN yang telah dibakukan,
sebagai berikut :

Huruf Kode Komponen

N Kabel jenis standar, dengan tembaga sebagai penghantar

NA Kabel jenis standar, dengan aluminium sebagai penghantar

Y Isolasi PVC

2Y Isolasi Polyethyene ( PE )

2X Isolasi XLPE

8
S Lapisan pita tembaga ( pada kabel berurat tunggal )

Lapisan pita tembaga pada tiap inti ( pada kabel berurat


SE
jamak )

Lapisan kawat tembaga konsentris ( sebagai penghantar


C
netral )

CE Lapisan kawat tembaga konsentris pada tiap inti

M Selubung luar PVC untuk kabel NYM

* Perisai pipa tembaga bergelombang


* Perisai pipa aluminium bergelombang
W
* Perisai pipa baja bergelombang
* Perisai pipa baja tahan karat bergelombang

F Perisai dari kawat baja putih

R Perisai dari kawat baja bulat

Gb Perisai dari spiral pita baja

B Perisai dari pita baja galvanis

T Penggantung untuk kabel udara

re Penghantar padat bulat

rm Penghantar bulat berkawat banyak

se Penghantar padat bentuk sector

sm Penghantar dipilin bentuk sektor

cm Penghantar bulat berkawat banyak dipadatkan

Tabel 3.1

Seperti yang telah dijelaskan drialam dari hal tersebut bahan-bahan isolasi, bahwa
penggunaan kabel berisolasi XLPE cukup pesat penggunaannya. Akan tetapi
kabel berisolasi XLPE ini mempunyai kelemahan, seperti terjadinya “water
treeing” pada lapisan isolasinya. Oleh karena itu dibuat konstruksi agar kabel

9
berisolasi XLPE ini terhindar dari hal tersebut. Untuk lebih jelas lagi mengenai
konstruksi dan penggunaan kabel tanah berisolasi XLPE dapat dilihat dalam tabel
berikut :

Penggu
Nama Tegangan Jum Penggunaa naan
N Luas
Kabel Kode Nominal lah Perlindungan n Dalam
o Penampang
Tanah (kV) inti Utama Pembat
asan
1 Kabel N2XSY 3,6/6 6/10 1 10…1000 Berpelindun Di dalam Di
tanah 8,7/15 12/20 &3 16…1000 g ruang, di dalam
berisolasi 18/30 25…1000 elektris pita dalam tanah
termoplasti 35…1000 kawat saluran, bila
k dengan 50…1000 tembaga untuk trafo terdapat
lapisan 3,6/6 6/10 distribusi cukup
pelindung NA2XSY 8,7/15 12/20 10…1000 pada perlind
elektris 18/30 1 16…1000 system ungan
&3 25…1000 dengan mekani
35…1000 netral s
50…1000 dibumikan
2 Kabel N2XSEB 3,6/6 3 10…1000 Perisai pita Di dalam Di
tanah Y 6/10 16…1000 baja dan ruang, di dalam
XLPE 8,7/15 25…1000 lapisan dalam tanah
berselubun 12/20 35…1000 pelindung saluran, di dengan
g 18/30 50…1000 pita/ kawat alam perlind
termoplasti tembaga terbuka ungan
k dengan 3,6/6 3 10…1000 pada tiap inti bila
perisai pita NA2XSE 6/10 16…1000 ganggu
baja dan BY 8,7/15 25…1000 an
lapisan 12/20 35…1000 mekani
pelindung 18/30 50…1000 s sering
elektris terjadi
pada tian
inti
3 Kabel N2XSEY 3,6/6 1 & 10…1000 Pelindung Di dalam Di
tanah 6/10 3 16…1000 elektris pita/ ruang, di dalam
berisolasi 8,7/15 25…1000 kawat dalam tanah
XLPE dan 12/20 35…1000 tembaga tiap saluran, di dengan
berselubun 18/30 50…1000 inti alam perindu
g terbuka ngan
termoplasti NA2XSE 3,6/6 10…1000 bilagan
k dengan Y 6/10 1 & 16…1000 gguan
pelindung 8,7/15 3 25…1000 mekani
elektris 12/20 35…1000 s sering
pada tiap 18/30 50…1000 terjadi
inti
4 Kabel N2XSEFG 3,6/6 3 10…1000 Perisai Di dalam Di
tanah bY 6/10 16…1000 kawat, dan ruangan, di dalam
berisolasi 8,7/15 25…1000 pita baja dan dalam tanah

10
XLPE dan 12/20 35…1000 lapisan saluran, di bila
berselubun 18/30 50…1000 pelindung dalam diisyara
g elektris pita/ tanah dan tkan
termoplasti 3,6/6 3 10…1000 kawat di alam perlind
k dengan NA2XSEF 6/10 16…1000 tembaga terbuka ungan
perisai GbY 8,7/15 25…1000 mekani
kawat dan 12/20 35…1000 s yang
pita baja 18/30 50…1000 lebih
dan tinggi.
pelindung
elektris
pada tiap
inti

Untuk melihat lebih jelas lagi, mengenai konstruksi kabel tanah berisolasi XLPE,
khususnya untuk tegangan menengah yang ada di Indonesia, dapat dilihat pada
gambar berikut:

Kawat Penghantar

Lapisan Semikonduktif Dalam


Isolasi XLPE
Lapisan Semikonduktif Luar

Lapisan Pita Tembaga


Lapisan Pita Plastik
Selubung Luar PVC

Gambar 3.3

b) Konstruksi Kabel Bawah Tanah

Pada umumnya konstruksi kabel tanah yang digunakan untuk distribusi


tenaga listrik tegangan rendah dan tegangan menengah, dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian utama dan bagian pelengkap.Bagian utama, terdiri dari penghanta,
isolasi, tabir dan selubung seperti yang terlihat pada gambar.

11
Gambar 3.4

Bagian pelengkap, terdiri dari bantalan, perisai, bahan pngisi, sarung kabel
dan lapisan penahan kebocoran air. Bagian pelengkap ini berguna untuk
memperbaiki sifat-sifat kabel tanah sebagai tenaga listrik.

c) Penghantar

Penghantar merupakan bagian utama dari kabel, yang berfungsi untuk


menghantarkan arus listrik. Penghantar yang digunakan biasanya dipilih
berdasarkan sifat materialnya, diantaranya mempunyai daya hantar listrik
(konduktivitas) yang tinggi dan tahanan jenis (resistivitas) yang rendah.
Besarnya tahanan jenis suatu penghantar dapat ditentukan dengan rumus:

R= ρL
A

Dimana : A = luas penampang penghantar ( m²)

L = panjang pengantar ( m )

R = tahanan penghantar ( Ω )

ρ = tahanan jenis penghantar ( Ω – m )

12
Sedangkan besarnya konduktivitas penghantar :

σ= 1
ρ

σ = konduktivitas penghantar ( Ω – m ) -1

Tabel 2.1 Daya Hantar Listrik Berbagai Logam

Logam/ Material Resistivitas ( Ω-m ) Konduktivitas ( Ω-m )


Perak (Ag) 1,47 X 10−8 6,8 x 10−7
Tembaga (Cu) 1,67 x 10 -8 6,0 x 10 -7
Emas (Au) 2,32 x 10 -8 4,3 x 10 -7
Aluminium (Al) 2,63 x 10 -8 3,8 x 10 -7
Kuningan ( 70% Cu + 6,25 x 10 -8 1,6 x 10 -7
30% Zn) -7 -7
Besi (Fe) 1,00 x 10 1,0 x 10
Baja Karbon ( Fe + C ) 1,67 x 10 -7 0,6 x 10 -7
Baja Tahan Karat ( Fe +
5,00 x 10 -7 0,2 x 10 -7
Cr )

Dari tabel di atas, diketahui bahwa logam/ material yang merupakan pengantar
listrik yang baik, memiliki konduktivitas listrik7 dengan orde
-1 10 -8 ( Ω-m ) dan -8

resistivitas dengan orde 10-7 ( Ω-m). Selain dilihat dari konduktivitas dan
resistivitasnya, suatu penghantar yang baik juga ditentukan dari unsur-unsur
pemadu, ketidakmurnian dan ketidaksempurnaan dalam Kristal logam, yang
banyak berperan dalam proses pembuatan pengahantar itu sendiri.

13
14

Anda mungkin juga menyukai