Anda di halaman 1dari 6

Produk Metabolisme Rumen pada Sapi Perah Laktasi

(Rumen metabolism product on lactating dairy cattle)

S.N.O. Suwandyastuti1 dan Efka Aris Rimbawanto1


1
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT The rumen microorganism, as yeast, (T-VFA), Acetate (C2), Propionate (C3), Butyrate
have an important role in rumen fermentation (C4), Formiate, Valerate, Nitrogen Ammonia and
processes and the rumen metabolism product. A C2/C3. Based on the all variables measured, it was
research had been done to study the use of yeast, indicated that the addition of yeast Saccharomyces
Saccharomyces cereviseae in Lactating dairy cattle cereviseae up to 15 g/cattle/day have not changed
ration. The research had been conducted by the rumen metabolism product on lactating dairy
experimental method, in a Latin Square Design. cattle; although it was a normally production of
The animal were subjected as column and periods total VFA (96,86 ± 9,94 mM/L and C2/C3 (3,08 ±
function as row. The treatment to be tested were 0,14), but it was very high production of N-NH3
four levels of yeast addition, namely : 0, 5, 10 and (12,85 ± 2,72 mM/L). To increase the efficiency of
15 g/cattle/day. The variables measured were rumen metabolism processes, it is need the addition of
metabolism product : Total Volatile Fatty Acids fermentable carbohydrate in ration.

Keywords: Yeast, rumen metabolism product, lactating dairy cattle.

2015 Agripet : Vol (15) No. 1 :1-6

PENDAHULUAN1 energi dan produksi sintesis protein mikroba


rumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
Hijauan atau bahan kasar yang lain,
untuk mengatur pola fermentasi rumen, melalui
merupakan sumber energi yang potensial bagi
manipulasi ransum sapi. Dilaporkan oleh para
ternak ruminansia. Sekitar 75% karbohidrat
peneliti bahwa penambahan yeast dalam
dalam ransum ruminansia berasal dari hijauan
ransum sapi perah dapat meningkatkan pH
dalam bentuk serat kasar, yang sebagian besar
rumen (Harrison et al., 1988; Bach et al.,
yaitu sekitar 60 sampai 75% akan tercerna
2007), meningkatkan jumlah dan aktivitas
dalam proses pencernaan fermentatif di dalam
bakteri selulolitik (Wiedmeier et al., 1987;
rumen. Masing-masing ransum atau bahan
Harrison et al., 1988; Tang et al., 2008) dan
makanan mempunyai laju kecepatan dan atau
pada akhirnya meningkatkan proporsi C2/C3
produk fermentasi yang berbeda-beda.
dari 2,96 menjadi 3,45 (Dawson, 1987).
Berbagai faktor: konsumsi bahan kering,
Penambahan biakan yeast dalam ransum juga
komposisi ransum, komposisi kimia bahan
dapat meningkatkan biomasa mikroba
makanan atau ransum, bentuk fisik ransum dan
(Dawson, 1987; Harrison et al., 1988),
kondisi faali ternak percobaan, akan
sehingga dapat meningkatkan suplai protein
berinteraksi dan menentukan pola fermentasi di
mikroba untuk sapi perah, yaitu 1,3 kali
dalam rumen, yang selanjutnya akan
seluruh bakteri rumen dan 1,5 kali bakteri
menentukan pula produk metabolisme-nya :
selulolitik (Weidmeir et al., 1987). Penelitian
VFA (volatile fatty acids = asam lemak atsiri)
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
dan N-NH3 (nitrogen amonia) (Suwandyastuti
penggunaan ragi/yeast Saccahromyces
et al., 1993, Suwandyastuti, 2007;
cereviseae dalam ransum sapi perah laktasi,
Suwandyastuti, 2011).
terhadap produk metabolisme rumen :
Produk fermentasi rumen, VFA dan
(1) VTA-total, C2, C3, C4 dan asam-asam
jumlah molar C2 (asetat), C3 (propionat), C4
lemak berantai cabang; (2) Nisbah C2/C3; (3)
(butirat), asam-asam lemak berantai cabang,
produksi nitrogen amonia (N-NH3).
serta N-NH3 sangat menentukan efisiensi

Corresponding author : fk.aris.r@gmail.com

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015


1
MATERI DAN METODE rumen, merupakan petunjuk ada atau tidaknya
senyawa glukogenik maupun katogenik,
Penelitian dilaksanakan dengan
disamping merupakan petunjuk besarnya
metode eksperimental secara in vivo pada 4
kecepatan laju fermentasi. Dalam percobaan ini
ekor sapi perah laktasi, periode laktasi 2-3.
produksi asam lemak atsiri total masih dalam
Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan
kisaran yang normal (96,86 ± 9,94 mM/L).
Bujur Sangkar Latin 4 x 4 (Gill, 1978). Hewan
Produksi tertinggi (106,875 mM/L) dicapai
percobaan sebagai baris dan periode percobaan
pada taraf penambahan yeast sebanyak 5 gr per
sebagai lajur. Setiap periode percobaan terdiri
ekor per hari dan terendah pada taraf
dari 14 hari preliminari (pendahuluan) dan 7
penambahan ragi sebesar 15 g per ekor per hari
hari percobaan. Perlakuan yang diuji adalah 4
(P > 0,05). Ditinjau dari jumlah molar masing-
taraf penambahan yeast Saccharomyces
masing jenis, proporsi tertinggi dicapai oleh
sereviseae dalam ransum sapi perah laktasi : R0
asetat (C2) (66,72 ± 1,46 persen) disusul oleh
= 0 g; R1 = 5 g; R2 = 10 g; dan R0 = 15 g per
propionat (C3) (21,68 ± 0,84 persen), dengan
ekor per hari. Peubah respon yang diuji:
nisbah C2:C3 = (3,08 ± 0,14 persen) : 1. Hasil
produk metabolisme rumen : VFA total, C2, C3,
penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa taraf
C4, valerat, formiat, C2/C3 dan N-NH3. Untuk
penambahan ragi yang diuji pada percobaan ini
mengetahui pengaruh perlakuan yang diuji
belum mampu merubah pola fermentasi rumen.
terhadap peubah respon yang diamati,
dilakukan sidik ragam dengan model Tabel 1. Rataan Produk Metabolisme Rumen Sapi Percobaan
matematis : Ransum Perlakuan

R0 R1 R2 R3

Total asam lemak 100,125 106,875 97,200 83,250


atsiri (mM/L)
Keterangan : Proporsi relatif (%)

Yijk = nilai pengamatan pada hewan asam formiat 0,65 0,81 0,91 0,68

percobaan ke-i, yang mendapat asam asetat 66,85 68,74 65,58 65,70
asam propionat 22,71 21,25 20,79 21,95
perlakuan ke-j, pada periode percobaan
asam butirat 7,99 7,11 7,57 8,44
ke-k.
asam valerat 1,26 1,48 1,51 1,35
= nilai rataan umum
Nisbah C2 : C3 2,94 : 1 3,24 : 1 3,15 : 1 2.99 : 1
Hi = pengaruh hewan percobaan ke-i Nitrogen Amonia 14,85 14,31 13,38 8,88
Rj = pengaruh perlakuan ke-j (mM/L)
Pk = pengaruh periode percobaan ke-k
Ʃi jk = pengaruh sisa dari hewan percobaan
Tabel 1 memperlihatkan bahwa nisbah
ke-i, yang mendapat perlakuan ke-j,
C2 : C3 masih dalam kisaran yang sama dengan
pada periode percobaan ke-k.
hasil penelitian Dawson dan Newman (1990),
pada sapi perah yaitu sekitar 2,96:1 sampai
Produk metabolisme rumen diukur
3,45:1. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
pada cairan rumen sapi yang diambil dari
peningkatan proporsi asetat, sebagai akibat dari
rumen melalui mulut dengan pipa plastik.
peningkatan jumlah dan aktivitas bakteri
T-VFA diukur dengan metode penyulingan uap
selulolitik (Wiedmeier et al., 1987; Harrison et
dan N-NH3 dengan teknik microdifusi Conway
al., 1988). Pemecahan karbohidrat di dalam
(University of Wisconsin, 1966), sedangkan
rumen terjadi melalui dua tahap : (1)
komposisi VFA (C2, C3, C4, formiat dan
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa dan
valerat) diukur dengan spektrophotometer
(2) pemecahan glukosa menjadi piruvat, yang
(Shimadzu, 221-25412).
kemudian diubah menjadi asam lemak atsiri.
Masing-masing jenis karbohidrat akan
HASIL DAN PEMBAHASAN menghasilkan produk fermentasi rumen yang
Jumlah produksi asam lemak atsiri spesifik. Apabila kecernaan serat kasar di
total maupun perbandingan molarnya di dalam dalam rumen cukup tinggi, maka produk

Produk Metabolisme Rumen pada Sapi Perah Laktasi (Prof.Dr.Ir. S.N.O. Suwandyastuti, MS dan Ir. Efka Aris Rimbawanto, MP.)
2
fermentasi yang dihasilkan sebagian besar ganda yaitu : (1) meningkatkan populasi
terdiri dari asetat (C2). Sebaliknya, apabila mikroba dalam rumen dan (2) dapat
fermentasi senyawa glukogenik di dalam meningkatkan pH rumen (Harrison et al.,
rumen menduduki proporsi yang lebih tinggi, 1988), akibat pemberian konsentrat. Dengan
maka produk fermentasi utama terdiri dari demikian maka tingginya proporsi asetat dalam
propionat (C3) (Campbell dan Reece, 2005). cairan rumen ternak percobaan merupakan
Asam lemak atsiri merupakan sumber fenomena faali yang wajar, sesuai dengan
energi utama bagi ternak ruminansia yang pendapat Istasse dan Orskov (1983), yang
sebagian besar penyerapannya terjadi di dalam menyatakan bahwa degradasi serat kasar dapat
rumen, segera setelah berlangsung proses berlangsung secara optimal, apabila pH rumen
fermentasi karbohidrat. Disamping itu, dapat dipertahankan tidak kurang dari 6,5.
sebagian asam lemak atsiri, terutama yang Dalam percobaan ini, ransum basal
berantai cabang, seperti valerat dan formiat yang tersusun dari 50 persen BK konsentrat
akan dipergunakan oleh mikroba rumen dan 50 persen BK hijauan hanya mengandung
sebagai sumber karbon untuk sintesis protein serat kasar 10,47 persen BK. Namun demikian,
mikroba maupun untuk sumber energi dalam ransum tersebut sudah dapat menghasilkan
proses sintesis tersebut. Oleh karena itu, proporsi asetat yang cukup memadai bagi sapi
pengukuran asam lemak atsiri dalam rumen perah laktasi, yaitu sebagai bahan dasar dalam
tidak mutlak mencerminkan hasil proses sintesis lemak susu. Kenyataan ini berbeda
fermentasi, tetapi lebih tepat sebagai produk dengan National Research Council (2001),
metabolisme rumen. Proses fermentasi, sintesis yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan
dan penyerapan di dalam rumen selalu terjadi lemak susu yang memadai, ransum sapi perah
secara simultan, sehingga masing-masing laktasi harus mengandung serat kasar minimal
proses sulit dipisahkan secara tepat. Hal inilah 17 persen BK.
yang mungkin menyebabkan produksi asam Walaupun kadar serat kasar ransum
lemak atsiri selalu beragam dan berfluktuasi merupakan faktor penting sebagai karbohidrat
(Suwandyastuti, 2007; Suwandyastuti, 2011; pembentuk asetat yang merupakan metabolit
Suwandyastuti et al., 1993). utama pembentuk lemak susu, tetapi para ahli
Baik proses fermentasi maupun proses Ilmu Nutrisi Ruminansia cenderung lebih
sintesis selalu berinteraksi dan mempunyai memperhatikan nisbah antara asetat (C2) dan
hubungan dengan populasi, jenis dan aktivitas propionat (C3). Nisbah C2 : C3 biasa
mikroba rumen. Pemecahan bahan makanan dipergunakan sebagai tolok ukur efesiensi
maupun komponen digesta hanya dapat alokasi penggunaan energi pada ternak
berlangsung secara optimal, apabila jenis, ruminansia. Tingginya nisbah C2 : C3 akan
jumlah dan aktivitas mikroba yang berperan mengakibatkan rendahnya efisiensi
juga dalam keadaan optimal. Mikroba rumen penggunaan energi, khususnya apabila hal ini
dapat tumbuh dan berkembang serta berperan terjadi pada ternak fase tumbuh. Sebaliknya
aktif dalam proses metabolisme, apabila produksi asetat yang terlalu rendah pada
ketersediaan nutrien dan bahan dasar ruminansia laktasi akan menimbulkan Low
(prekusor) dalam keadaan seimbang dan Milk Fat Syndrome (Campbell and Reece,
memadai. Disamping itu, kondisi rumen : 2005; Suwandyastuti et al., 1993). Untuk
derajat keasaman (pH) dan suhu juga sesuai menghindari terjadinya sindroma ini, maka
dengan subtrat dan kebutuhan mikroba National Research Council (2001)
pencernanya (Bach et al., 2007). menganjurkan agar ransum sapi perah laktasi
Tingginya masukkan karbohidrat cukup mengandung serat kasar (17% BK).
mudah terfermentasi ke dalam rumen Walaupun seringkali diabaikan dalam
menyebabkan terjadinya penurunan pH rumen, pendugaan efisiensi penggunaan energi, tetapi
tetapi dilain pihak kondisi ini sangat mengingat sifatnya yang cenderung sama
mendukung untuk pertumbuhan yeast secara dengan asetat (ketogenik), maka jumlah molar
optimal (Williams, 1988). Penambahan yeast butirat (C4) perlu diperhitungkan pula. Apabila
dalam ransum, diharapkan mempunyai peran jumlah molar propionat yang bersifat

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015


3
glukogenik tidak dapat mengimbangi jumlah susunan asam aminonya mencukupi dan (4)
molar asetat dan butirat yang bersifat protein yang lolos degradasi mudah larut dalam
ketogenik, maka perlu dilakukan usaha pepsin (mudah tercerna dalam proses
manipulasi produk fermentasi rumen agar pencernaan pasca rumen).
dicapai efisiensi penggunaan energi yang Mikroba rumen membutuhkan nutrien
optimal (Campbell and Reece, 2005; yang sangat kompleks, tetapi untuk aktivitas
Suwandyastuti, 2007; Suwandyastuti, 2011). sintesis protein tubuhnya, mutlak harus tersedia
Hasil percobaan ini (Tabel 1) menunjukkan sumber energi maupun bahan dasar lain yang
bahwa jumlah molar butirat relatif kecil hanya cukup. Protein disintesis dari lima unsur utama
7,78 ± 0,57 persen dari total produksi asam (C, H, O, N dan S), sehingga mikroba rumen
lemak atsiri. dapat mensintesis asam amino penyusun sel
Berbeda dengan C2, C3 maupun C4, tubuhnya dari karbohidrat, nitrogen buka
asam lemak berantai cabang seperti valerat dan protein, serta sulfur organik maupun inorganik.
formiat biasanya tidak diperhatikan, karena Proses sintesis dapat berjalan optimal, apabila
jumlahnya sangat kecil. Dalam percobaan ini energi maupun bahan dasar tersebut tersedia
hanya menghasilkan valerat 1,4 ± 0,12 persen dalam jumlah yang memadai dan seimbang
dari total asam lemak atsiri, sedangkan formiat (Campbell and Reece, 2005).
sebesar 0,76 ± 0,12 persen. Namun demikian, Hasil percobaan ini (Tabel 1),
kedua asam lemak ini berperan penting dalam menunjukkan bahwa asam lemak atsiri total
proses metabolisme rumen, yaitu sebagai tersedia dalam jumlah yang optimal (96,86 ±
sumber rantai karbon untuk sintesis protein 9,94 mM/L), tetapi N-NH3 agak sedikit
mikroba. berlebih bila dibandingkan dengan standar
Berbeda dengan karbohidrat, hanya kebutuhan optimal untuk mikroba rumen, yaitu
sebagian kecil yaitu sekitar 30 persen dari sebesar 12,855 ± 2,72 mM/L. Untuk mencapai
protein makanan yang mengalami pencernaan sintesis protein atau pertumbuhan mikroba
fermentatif di dalam rumen, sedangkan sisanya rumen yang optimal, serta menghindari
sekitar 70 persen akan mengalami pencernaan terjadinya penyerapan amonia yang berlebihan,
enzimatis di dalam usus, seperti yang terjadi maka ransum percobaan perlu ditambah
pada hewan monogastrik. Namun demikian, karbohidrat mudah terfermentasi. Disamping
produk fermentasi protein dalam rumen sumber energi, untuk sintesis protein tubuhnya
merupakan faktor yang penting yang perlu mikroba rumen juga memerlukan ketersediaan
diketahui (Campbell dan Reece, 2005; sulfur yang seimbang dengan jumlah nitrogen.
Suwandyastuti, 2011). Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa
Seperti halnya karbohidrat, di dalam untuk mencapai sintesis protein mikroba yang
rumen protein juga akan mengalami beberapa optimal diperlukan nisbah nitrogen (N); sulfur
tahap pemecahan. Pada tahap pertama protein (S) sekitar 10:1 (Suwandyastuti 1982;
akan dipecah menjadi asam amino, tetapi Suwandyastuti, 1996), sedangkan ransum
karena sebagian besar, yaitu sekitar 82 persen percobaan hanya mengandung 0,06 persen
mikroba rumen hanya dapat menggunakan sulfur. Proses fermentasi, sintesis dan
nitrogen amonia (N-NH3) untuk sintesis protein penyerapan di dalam rumen selalu terjadi
tubuhnya, maka asam amino segera secara simultan, sehingga sulit dipisahkan satu
didegradasi lebih lanjut menjadi N-NH3 (Bach, dengan yang lain, kecuali apabila dilakukan
Calsamiglia and Stern, 2005; Campbell and dengan teknik perunutan yang sangat teliti dan
Reece, 2005). Oleh karena itu, dalam memilih sempurna. Ditinjau dari hasil pengukuran
sumber protein untuk ternak ruminansia harus peubah-peubah yang terlibat dalam proses
memperhatikan empat faktor : (1) sanggup metabolisme rumen, maka tingginya kadar
mendukung pertumbuhan mikroba rumen, N-NH3 dalam percobaan ini disebabkan oleh
dengan menghasilkan N-NH3 sekitar 3,57 - berbagai faktor, antara lain : (1) perbedaan
7,14 mM/L; (2) sebagian tahan terhadap kecepatan laju fermentasi antara karbohidrat
degradasi oleh mikroba rumen; (3) bernilai dengan protein (fermentasi protein lebih cepat
hayati tinggi (nilai biologis 80 persen), dan dari karbohidrat); (2) kurangnya ketersediaan

Produk Metabolisme Rumen pada Sapi Perah Laktasi (Prof.Dr.Ir. S.N.O. Suwandyastuti, MS dan Ir. Efka Aris Rimbawanto, MP.)
4
karbohidrat yang mudah terfermentasi Medical Sci. Vol.2. The Iowa State
(misalnya pati), terbukti proporsi asetat (C2) University Press., Ames. Iowa, USA.
cukup tinggi; (3) ketidak seimbangan antara
Harrison, G.A., Hemken, R.W., Dawson, K.A.,
sumber karbon, nitrogen dan sulfur; sumber
Harmon, R.J. and Barker, K.B., 1988.
rantai karbon (valerat dan formiat) sangat
Influence of Addition of Yeast Culture
kecil, demikian pula sulfur.
Supplement to Diets of Lactating
Cows on Ruminal Fermentation and
KESIMPULAN Microbial Populations. J. Dairy Sci. 71
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : 2967.
bahwa penambahan yeast sampai dengan 15 gr Istasse, L. and Orskov, E.R., 1983. The
per ekor per hari, belum dapat merubah produk Correlation Between Extent of pH
metabolisme rumen pada sapi perah laktasi, Depression and Degradability of
walaupun produksi VFA-total 96,86 ± 9,94 Washed Hay in Sheep Given Hay and
mM/L dengan nisbah C2/C2 3,08 ±0,14 masih Concentrate. Proc. Nutr. Soc. 42 : 32A.
tergolong normal, tetapi produksi N-NH3 =
National Research Council (NRC), 2001.
12,85 ± 2,72 mM/L sangat tinggi. Disarankan
Nutrient Requirement of Dairy Cattle.
untuk meningkatkan efisiensi secara
7th Revised Ed. National Academic
keseluruhan, perlu ditambah sumber
Press., Washington, D.C.
karbohidrat mudah terfermentasi dalam rumen.
Suwandyastuti, S.N.O., 1982. Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Imbangan Energi-Protein, N-S dan Ca-
P terhadap Inkorporasi Radio-Sulfur
35
Bach, A., Iglesias, C. and Devant, M., 2007. S (Sulfur-35) ke dalam Mikroba
Daily Rumen pH Pattern of Loose- Rumen. Tesis. Fakultas Pascasarjana.
Housed Dairy Cattle as Affected by IPB. Bogor.
Feeding Pattern and Live Yeast
Supplementation. Anim. Feed. Sci. Suwandyastuti, S.N.O., 1996. Pengaruh
Technol. 136 : 146. Penambahan Energi, Sulfur dan Fospor
terhadap Produk Metabolisme Rumen
Bach, A., Calsamiglia S. and Stern, M., 2005. secara In Vitro. Laporan Penelitian.
Nitrogen metabolism in the rumen. J. Fakultas Peternakan UNSOED.
Dairy Sci. 88 : E9 - E221. Purwokerto.
Campbell, N. and Reece, J., 2005. Animal Suwandyastuti, S.N.O., 2007. Produk
Nutrition 7th. Ed. Pearson Educ. Inc. Metabolisme Rumen pada Domba
Publish. Jantan. J.Anim.Prod. 9 (1) : 9-13.
Dawson, K.A., 1987. Mode of Action of Yeast Suwandyastuti, S.N.O., 2011. Produk
Culture, Yea-sacc, in the Rumen : A Metabolisme Rumen pada Sapi Jantan.
Natural Fermentation Modifier. In : Laporan Penelitian. Fakultas
TP. Lyons (Ed). Biotechnology in the Peternakan UNSOED. Purwokerto.
Feed Industry. pp 119-125. Alltech
Technical Publ., Nicholasville, Suwandyastuti, S.N.O., Rimbawanto, R.A. dan
Kentucky. Rustomo, B., 1993. Penggunaan Ragi
Saccharomyces cereviseae dalam
Dawson, K.A., Newman K.E. and Boling, J.A., Ransum Sapi Perah untuk
1990. Effect of Microbial Supplements Memperbaiki Kualitas Susu. Laporan
Containing Yeast and Lactobacilli on Penelitian DP3M. DIKTI.
Roughage-Fed Ruminal Activities.
J.Anim.Sci. 68 : 3392. Tang, S.X., Tayo, G.O., Tan, Z.L., Sun, Z.H.,
Shen, L.X., Zhou, G.S., Xiao, W.J.,
Gill, J.L., 1978. Design and Analysis Ren, G.P., Han, X.F., and Shen, S.B.,
Experiment in the Animals and 2008. Effect of Yeast Culture and

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015


5
Fibrolytic Enzyme Supplementation on Extracts on Ruminal Characteristics
Fermentation Characteristic of Low- and Nutrients Digestibility. J.Dairy
Quality Cereal Straw. J.Anim.Sci. 86 : Sci. 70 : 2063.
1164-1172.
Williams, P.E.V., 1988. Understanding the
University of Wisconsin, 1966. General Biochemical Mode of Action of Yeast
Laboratory Procedures. Department of Culture. In : T.P. Lyons (Ed)
Dairy Science. Wisconsin. Biotechnology in the Feed Industry. pp
79-99. Alltech. Technical Publication.
Wiedmeier, R.D., Azamble, M.J. and Walters.
Nicholasville, Kentucky.
J.L., 1987. Effect of Yeast Culture and
Aspergillus oryzae Fermentation

Produk Metabolisme Rumen pada Sapi Perah Laktasi (Prof.Dr.Ir. S.N.O. Suwandyastuti, MS dan Ir. Efka Aris Rimbawanto, MP.)
6

Anda mungkin juga menyukai