Anda di halaman 1dari 47

KOMPOSISI BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG

PENGGEMBALAAN ALAM DI DESA BULO


KECAMATAN PANCA RIJANG

SKRIPSI

Oleh:

NURUL RIZKA
I111 13 505

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KOMPOSISI BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI DESA BULO
KECAMATAN PANCA RIJANG

SKRIPSI

Oleh :

NURUL RIZKA
I111 13 505

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Rizka

NIM : I111 13 505

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

seperlunya.

Makassar, Januari 2018

Nurul Rizka

ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil ’aalamiin segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah Subhanahu wata'ala atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada

Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang telah menjadi

panutan bagi seluruh ummat-Nya.

Limpahan kasih sayang, cinta dan terima kasih kepada Ayahanda dan

ibunda penulis, Ir. Mustakim Mattau, M.S dan Nirmala Made Ali, S.Pt, saudara

dan saudariku Dhian Ramadhanty, S.Pt, M.Si, Ahmad Aditya dan Muhammad

Rum Akbar, serta sahabatku Arinil Haq yang selama ini memberikan dukungan,

doa, semangat dan kasih sayangnya.

Terima Kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin

Hasan, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Ir. H. Muh. Rusdy, M.Agr

selaku Pembimbing Anggota atas didikan, arahan, serta waktu yang telah

diluangkan untuk membimbing penulis dari awal hingga akhir penyelesaian

skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, Dekan Fakultas peternakan bapak Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco,

M.Sc dan seluruh jajarannya, serta Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas

iv
Peternakan yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis

selama menjalani kuliah hingga selesai.

2. Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc, Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, M.P, dan Dr.

Sri Purwanti, S.Pt, M.Si selaku pembahas mulai dari seminar proposal hingga

seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan

memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Orang tua kedua selama penulis mengikuti perkuliahan, ibu Endah Murpi

Ningrum, S.Pt, M.P selaku Pembimbing Akademik.

4. Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr.S, Prof. Dr. Ir Lellah Rahim, M.Sc dan Adhan

Setiawan, S.Pt selaku Pembimbing Seminar Pustaka dan PKL.

5. Sahabat terbaikku, yang meskipun sudah disebut diatas namun tak lengkap

rasanya apabila tidak memberi kesan dan pesan untuknya, Arinil Haq yang

selalu menerima segala kelebihan dan kekurangan penulis, yang tak henti-

hentinya membantu, memberi dukungan, dan menjadi teman segala hal, terima

kasih telah memberi kebahagiaan bagi penulis.

6. Teman-teman penelitian A. Ni’mahtul Churriyah, Andi Nur Insani,

Musdalipah, Nursiang serta kakanda Sema yang telah banyak membantu

selama berada dilapangan.

7. Teman terdekat selama kuliah, Andi Ni’mahtul Churriyah yang dari zaman

mahasiswa baru hingga sekarang tak pernah bosan memberi nasehat dan

kritikan yang sangat membangun bagi penulis dan Andi Nur Insani yang

menjadi teman PKL berdua serta selalu sabar dengan kelakuan penulis, sekali

lagi terima kasih atas kesabaran dan support kalian selama ini.

v
8. Teman-teman LARFA 13 dan HIMAPROTEK yang telah memberi banyak

kenangan tersendiri bagi penulis mulai dari mahasiswa baru hingga satu

persatu menyelesaikan masa studinya di bangku perkuliahan.

9. Kepada Nur Fitriani Amir, Asfianti, Atirah, Syahri Nur Vita Sari, Kurniati,

Mutmainna, Rafiah, Rary Ardiyanti Rauf, Sharianti Ratu Paliling, dan Ulva

Lestari terima kasih telah banyak membantu dan menjadi teman yang baik

selama masa perkuliahan.

10. Teman-teman KKN 93 Enrekang Posko Desa Pekalobean kanda Muhammad

Arsyanuddin D, kanda Marius Panannangan, Reza Muhammad, Arinil Haq,

Anis Khairunnisa, Dolly Wattimena dan Nursaidah. Bapak dan ibu Wakke

sekeluarga yang menjadi keluarga kedua kami selama KKN, terima kasih atas

kerjasama dan pengalamannya.

11. UKM ku tercinta Softball-Baseball Unhas utamanya para sahabat-sahabatku di

softball kanda Sahir, Siti Nor Azimah, Atika John, Dwi Aristyanandhi,

Jamaatul Adauyah, dan Rini Dewi Astuti yang telah memberi memori indah

selama penulis bergabung di Softball Redjacket. Serta KSR PMI Unhas yang

telah memberi banyak pengalaman berharga bagi penulis.

12. Sahabat-sahabatku dari SMP, Andi Ayyub Ansyarullah, Nursatri Ausisari,

Nadiah Galuh Azizah dan Arinil Haq yang selalu memberi kenangan-

kenangan yang tak biasa, yang walaupun jarang bertemu tapi tak pernah

satupun dari kalian melupakan kebersamaan kita.

13. Sepupuku Nurul Qalbiah yang tak hentinya memberi dorongan dan motivasi

serta selalu mengingatkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

sesegera mungkin.

vi
14. Teman-teman basketku Dalila Eka Warda Yamin, Anugrah Fatmirani, Sintya

Oktari, Fira dan Intan Anugrahati, terima kasih atas canda tawa, pengalaman

serta semangat dan dukungannya selama ini yang membuat penulis menjadi

pribadi yang ceria.

15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu

memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa melimpahkan rahmat karunia

dan hidayah-Nya bagi kita semua. Aamiiin..

Kritik dan saran pembaca akan sangat membantu perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan terkhusus disiplin peternakan. Semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama penulis sendiri.

Wassalumualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2018

Penulis

vii
RINGKASAN

Nurul Rizka (I111 13 505). Komposisi Botanis dan Kapasitas Tampung Padang
Penggembalaan Alam di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang. (Dibawah
bimbingan Syamsuddin Hasan sebagai Pembimbing Utama dan Muh. Rusdy
sebagai Pembimbing Anggota).
Komposisi hijauan dan kapasitas tampung suatu padang penggembalaan turut
menentukan kualitas hijauan pakan serta produksinya. Analisis komposisi botanis
merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menggambarkan adanya
spesies-spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di dalam suatu padangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi botanis dan kapasitas
tampung pada padang penggembalaan alam di Desa Bulo. Penelitian dilakukan
dengan mengambil sampel tanaman sebanyak 10 cluster atau 20 kali peletakan
kuadran secara acak. Sampel diambil dengan menggunakan kuadran kayu
berukuran 1 x 1 meter, hijauan di dalam kuadran dipotong sekitar 5-10 cm dari
permukaan tanah. Sampel ditimbang berat segarnya, kemudian dipisahkan
berdasarkan jenisnya. Parameter yang diukur adalah komposisi botanis dan
kapasitas tampung. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik deskriptif
meliputi tabulasi data, konversi data dan rataan data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis rumput yang tumbuh didominasi oleh rumput benggala
(Panicum maximum) dengan persentase 37,12% dan jumlah legum hanya 0,52%.
Produksi hijauan segar mencapai 1,03 ton/ha. Sehingga dapat menampung sekitar
0,93 UT/ha. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan
kapasitas tampung padang penggembalaan alam di Desa Bulo tergolong rendah
hal ini disebabkan oleh komposisi botanis yang kurang baik.
Kata kunci: Padang penggembalaan, Komposisi Botanis dan Kapasitas Tampung.

viii
ABSTRACT

Nurul Rizka (I111 13 505). Botanical Composition and Carrying Capacity of


Natural Pasture Crop in Bulo Village, Panca Rijang Sub-district. Under the
supervision of Syamsuddin Hasan (Main Supervision) and Muh Rusdy as
(cosupervisior).
The forage composition and the capacity of pasture crop determine the quality and
productivity of forage feed. The analysis of the botanical composition is a method
that can be used to describe species and proportion in pasture. The aim of this
research was to know the botanical composition and the capacity of natural
grazing in Bulo Village. This study was conducted by taking 10 cluster or 20
placed quadrants randomly. Samples were taken by using 1 x 1 meter wood
quadrant, the forages in the quadrant were cut about 5-10 cm from the soil
surface. The fresh weight sample is weighed, separated by type. The parameters
measured were botanical composition and carrying capacity. The data of the
research were analyzed by descriptive statistic including data tabulation, data
conversion and data rate. The results showed grass species that grew
predominantly in pasture were bengala grasses (Panicum maximum) with
percentage 37.12% and the number of legumes only 0.52%. Fresh forage
production reaches 1.03 tons/ha. Thus this could accommodate about 0.93 UT/ha.
Based on research result, it can be concluded that the productivity and capacity of
natural pasture grass in Bulo Village is still low caused by botanical composition
poorly.

Keywords: botanical composition, carrying capacity, pasture crop..

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

RINGKASAN ............................................................................................ viii

ABSTRAK ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Permasalahan ................................................................................. 2
Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komposisi Botanis ........................................... 3
Kapasitas Tampung (Carrying Capacity) ...................................... 7
Gambaran Umum Padang Penggembalaan Alam ......................... 11
Hipotesis ........................................................................................ 13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ......................................................................... 14
Materi Penelitian ........................................................................... 14
Prosedur Penelitian ........................................................................ 14
Parameter yang diamati ................................................................. 16
Analisis Data ................................................................................. 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Botanis ......................................................................... 18
Kapasitas Tampung ....................................................................... 22

x
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................... 25
Saran............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 29
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pedoman Standar Satuan Ternak ……………………………. 9

2. Komposisi Botanis Hijauan pada padang penggembalaan alam


di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang ……………………... 18

3. Hasil Perhitungan Produksi Hijauan dan Daya Tampung


(carrying capacity) Padang Penggembalaan Alam di Desa Bulo
Kecamatan Panca Rijang …………………………………….. 22

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Produksi Hijauan …………………………………………….. 31

2. Perhitungan Hijauan Tersedia ……………………………….. 31

3. Perhitungan Kapasitas Tampung ……………………………. 31

4. Peta Lokasi Penelitian ……………………………………….. 32

5. Dokumentasi …………………………………………………. 33

xiii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan sudah lama

dimanfaatkan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan. Peternak

umumnya menggembalakan hewan ternaknya pada padang penggembalaan alami

yang berada di sekitar tempat tinggalnya untuk memeroleh pakan hijauan segar.

Namun, dalam pemeliharaan ternak ruminansia dengan sistem pemeliharaan

tersebut cenderung memperlihatkan produksi hijauan yang dihasilkan relatif

rendah.

Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan

kualitas hijauan pakan serta produksinya. Analisis komposisi botanis merupakan

suatu metode yang dapat digunakan untuk menggambarkan adanya spesies-

spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di dalam suatu padangan. Data dari

komposisi botanis ini memberikan petunjuk estimasi kualitas dan kuantitas

hijauan yang akan dikonsumsi ternak yang digembalakan, dan membantu

penetapan tekanan penggembalaan.

Sistem peternakan yang masih umum dilakukan di Desa Bulo, Kecamatan

Panca Rijang adalah penggembalaan secara ekstensif di daerah padang

penggembalaan alam. Dalam upaya untuk meningkatkan tingkat produktivitas

ternak dari sistem peternakan ini diperlukan pengetahuan tentang komposisi

botanis dan jenis-jenis hijauan pakan yang ada pada padang penggembalaan alam,

hingga saat ini informasi tersebut masih sangat terbatas. Berdasarkan uraian

tersebut maka dilakukanlah penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui

komposisi botanis dan kapasitas tampung pada padang penggembalaan alam

1
dalam rangka pengembangan padang penggembalaan alam sebagai sumber pakan

utama ternak ruminansia.

Permasalahan

Kurang tersedianya data dan informasi mengenai sumber daya hijauan

pakan sehingga sistem penggembalaan terkadang tidak sesuai dengan kapasitas

tampung dari padang penggembalaan ternak.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi botanis dan

kapasitas tampung pada padang penggembalaan di Desa Bulo Kecamatan, Panca

Rijang.

Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada

masyarakat utamanya petani/peternak mengenai komposisi botanis dan kapasitas

tampung pada padang penggembalaan di Desa Bulo Kecamatan, Panca Rijang.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Komposisi Botanis

Komposisi botanis di lahan padang penggembalaan menentukan kualitas

hijauan pakan di suatu lahan. Komposisi botanis merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan adanya spesies tumbuhan tertentu serta

proporsinya didalam suatu ekosistem padangan (Yuko dkk, 2012). Sawen dan

Junaidi, (2011) melaporkan bahwa analisis komposisi botanis merupakan suatu

metoda yang digunakan dalam menggambarkan adanya spesies-spesies tumbuhan

tertentu serta proporsinya di dalam ekosistem padang pengembalaan. Padang

penggembalaan memiliki spesies tanaman pakan yang beragam yang terdiri dari

berbagai jenis rumput-rumputan dan kacang-kacangan (Muhajirin dkk, 2017).

Komposisi botanis adalah angka yang digunakan untuk menentukan

penilaian secara kualitas terhadap padang penggembalaan yang dapat

mempengaruhi aktifitas ternak. Komposisi suatu padangan tidak konstan, hal ini

disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim,

kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak (Susetyo, 1980).

Keragaman tanaman pada suatu lahan dipengaruhi oleh faktor manajemen

manusia. Lahan yang kurang perawatan atau manajemen menyebabkan keragaman

jenis tanaman lebih banyak. Sedangkan lahan yang mandapatkan perawatan dan

manajemen yang bagus, keragaman tanaman sedikit. Suyitman (2003), menyatakan

bahwa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budidaya tanaman

makanan ternak perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan tepat untuk mendapatkan

pertumbuhan, produksi dan mutu hijauan yang tinggi. Pengelolaan dimulai dari

pemilihan lokasi, pengolahan tanah, penanaman rumput-rumput unggul, pemeliharaan

3
yang menyangkut pemupukan, penyiangan dan pemberantasan penyakit serta

pemanenan (Yuko dkk, 2012).

Ternak-ternak yang dibiarkan merumput secara bebas di padangan nampak

adanya kecenderungan bahwa ternak-ternak tersebut melakukan aktifitas seleksi

dengan merenggut bagian-bagian tanaman yang disukai (biasanya bagian daun).

Dengan demikian ternak-ternak telah berupaya untuk mengkonsumsi bagian

tanaman yang berkualitas baik dan menyingkirkan bagian batang yang rendah

kualitasnya dibanding daun, begitu pula dengan spesies tanaman yang disukai

ternak. Spesies tanaman yang tidak disukai ternak atau mungkin yang berkualitas

rendah cenderung tumbuh dengan baik, karena tidak mengalami tekanan

perengutan. Kondisi semacam ini akan memberikan dampak pada spesies tanaman

yang tidak disukai ternak akan mendominasi padangan dan sebagai akibatnya

kualitas pastura menjadi turun (Suyitman, 2003).

Perubahan spesies tanaman bukan hanya disebabkan oleh faktor ternak

saja, tetapi kondisi perubahan iklim memberikan pengaruh yang besar pula. Pada

musim kemarau komposisi vegetasi akan didominasi oleh kelompok tanaman

yang tahan kering, kondisi ini cepat berubah saat musim hujan dimana tanaman

yang responsif terhadap ketersediaan air dan tanaman yang membentuk daun lebar

akan mendominasi padangan. Proporsi jenis tanaman yang tumbuh di pastura

tersebut digambarkan sebagai komposisi botanis suatu areal pastura. Komposisi

botanis adalah sesuatu yang dinamis, artinya mudah sekali berubah baik yang

disebabkan oleh faktor ternak, musim atau pengelolaan lainnya. Komposisi

botanis yang menutup suatu area pastura menunjukkan gambaran tentang adanya

spesies-spesies tertentu serta proporsinya di pastura tersebut. Akan tetapi

4
penentuan ini cukup sulit karena tingginya variasi alami dari hijauan, disamping

itu masih kurangnya metode yang cepatuntuk mengestimasi kebutuhan pakan

ternak di padangan (Sawen dan Junaidi, 2011).

Analisis botanis padang penggembalaan mengidentifikasi spesies yang ada

dan proposal masing–masing spesies. Komposisi botanis pastura terutama legume

sangat penting diperhatikan di padang penggembalaan karena menunjukkan

kualitas hijauan. Keberadaan legume di padang penggembalaan menunjukkan

pastura tersebut kualitasnya baik karena legume lebih tinggi kadar protein,

mineral dan daya cernanya dibanding rumput dan umumnya komposisi legume

sampai 50% sangat baik untuk memperoleh produksi ternak yang tinggi.

Komposisi legume diatasnya kurang karena produksi dan kandungan energi

legume lebih rendah daripada rumput. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk

menentukan komposisi botanis yaitu metode rangking spesies berdasarkan berat

kering, penutupan, jumlah individu dan frekuensi (Hasan dkk, 2015).

Analisa komposisi botanis diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura

yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis

komposisi botanis dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung

komposisi botanis yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi

masalah dalam menentukan akurasi jenis botanis dan waktu yang diperlukan,

untuk melihat kondisi botanis dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi

botanis yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode analisis

komposisi botanis hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat (Priyanto dan

Yulistiani, 2005).

5
Komposisi botanis diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang

dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis

komposisi botanis dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung

komposisi botanis yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi

masalah dalam menentukan akurasi jenis botanis dan waktu yang diperlukan

untuk melihat kondisi botanis yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu

diperlukan metode analisis komposisi botanis hijauan makanan ternak yang cepat

dan tepat (Diwyanto dan Handiwirawan, 2004).

Metoda analisis komposisi botanis menurut Diwyanto dan Handiwirawan

(2004) :

1. Metoda langsung

Pemisahan dengan menggunakan tangan dan penimbangan hijauan makanan

ternak yang ternak yang telah dipotong. Metode ini paling teliti jika digunakan

jumlah sampel yang cukup banyak, tetapi memerlukan waktu yang lama dengan

fasilitas pengeringan yang memadai.

2. Metoda pendugaan

1. Estimasi persentase berat pada hijauan makanan ternak yang telah

dipotong.

2. Estimasi persentase berat “in situ” di kebun/lapangan.

3. Estimasi unit berat dari tiap-tiap spesies di kebun/lapangan.

Metode-metode tersebut lebih cepat tetapi kurang teliti karena faktor-

faktor subyektif. Dalam perkembangannya, diperkenalkan metode “rank” atau

perbandingan yang memberikan persentase relatif tentang kedudukan masing-

masing spesies (relative importance percentage). Metode ini digunakan untuk

6
menaksir komposisi botanis pada rumput atas dasar bahan kering tanpa

melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan (Diwyanto dan

Handiwirawan, 2004).

Kapasitas Tampung (Carrying Capacity)

Kapasitas Tampung atau Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan

untuk menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil

yang optimum atau daya tampung padang penggembalaan untuk mencukupi

kebutuhan pakan hijauan yang dihitung dalam animal unit (AU). Kepadatan

ternak yang tidak memperhatikan Carring Capacity akan menghambat

pertumbuhan hijauan yang disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi

baik akan menurun kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan

untuk tumbuh (Winarto, 2010).

Kapasitas tampung (carrying capacity) = tekanan penggembalaan

(stocking rate) optimal. Kapasitas tampung identik dengan tekanan

penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas

padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan optimum merupakan

pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang

penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan

atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah

unit ternak yang digembalakan (Anonim, 2009).

Kapasitas tampung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis keragaman tanaman

di suatu lahan padang penggembalaan. Produksi biomas suatu lahan digunakan

mengetahui produksi rumput pada suatu lahan dalam waktu satu tahun. Produksi

hijauan setiap lahan penggembalaan berbeda-beda. Perbedaan produksi hijauan ini

7
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manajemen, iklim, spesies tanaman dan

kondisi lingkungan. Manu (2013) melaporkan bahwa pengukuran produksi

hijauan di lahan penggembalaan sangat penting dilakukan dalam menentukan

peluang pengembangan ternak yang diusahakan.

Menurut Susetyo (1981), penentuan kapasitas tampung secara cuplikan

memiliki peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan

pengambilan petak-petak cuplikan dapat dilakukan dengan beberapa metode

sebagai berikut :

1) Metode pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan

seluas 1 m2 atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petakan

cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak

cuplikan pertama dengan luas yang sama.

2) Metode sistematik merupakan pengambilan cuplikan dimulai dari titik

yang telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari

cuplikan pertama sehingga membentuk garis terpanjang dari lahan sumber

hijauan.

3) Metode stratifikasi merupakan pengambilan sampel cuplikan pada lahan

sumber pakan hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.

Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu lahan

terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijauan

makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma Satuan

Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot tubuh

ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi. Ternak dewasa (1 ST)

memerlukan pakan hijauan sebanyak 35 kg/ekor/hari. Ternak muda (0,50 ST)

8
memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 – 17,5 kg/ekor/hari. Anak ternak (0,25

ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 – 9 kg/ekor/hari.

Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan

berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan. Dirjen

Peternakan (1986) menyatakan bahwa satuan ternak adalah ukuran yang

digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan

yang dihabiskan. Satuan ternak yaitu satu ekor ternak sapi dewasa menghabiskan

rumput sekitar 35 kg dalam waktu sehari. Pedoman standar satuan ternak terlihat

pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pedoman Standar Satuan Ternak


Tipe Ternak Satuan Ternak
Sapi induk dengan atau tanpa anak 1,00
Sapi dara umur 2 tahun atau lebih 1,00
Sapi jantan umur 2 tahun atau lebih 1,00
Sapi pasca sapih sampai umur 1 tahun 0,60
Sumber : Ensminger, 1971.

Dirjen Peternakan (1986) menyatakan bahwa satuan ternak digunakan

untuk ternak ruminansia, bertujuan untuk mengetahui daya tampung suatu padang

rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil merumput

tersebut.

Proper Use Factor (PUF) adalah faktor yang harus diperhitungkan untuk

menjamin pertumbuhan kembali hijauan makanan ternak. Faktor tersebut yaitu

lingkungan, jenis ternak, jenis tanaman, tipe iklim, dan keadaan musim.

Penggolongan nilai PUF untuk padang penggembalaan adalah a) ringan : 25-30

%; b) sedang : 40-45 %; c) berat : 60-70 %. Pada umumnya kelas tanah yang

dialokasikan untuk peternakan termasuk golongan sedang dan ringan (Susetyo,

1981).

9
Menurut Susetyo (1981), Kapasitas tampung lahan padang penggembalaan

dapat dihitung dengan memperhatikan periode merumput ternak, periode istirahat,

konsumsi HMT per hari, produksi HMT per hektar dan PUF. Besarnya produksi

hijauan atau kebun rumput pada suatu areal dapat diperhitungkan, seperti berikut :

1) Produksi kumulatif, merupakan produksi padang yang ditentukan

bertahap selama 1 tahun. Setiap pemotongan produksi hijauan rumput

diukur dan dicatat. Setelah 1 tahun seluruh produksi dijumlah dan hasilnya

merupakan produksi kumulatif.

2) Produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap

pemotongan hijauan rumput seluruh areal padang penggembalaan atau

kebun rumput. Jadi, produksi realitas adalah produksi sebenarnya yang

bisa diukur dengan produksi ternak.

3) Produksi potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar

perkiraan suatu areal padang penggembalaan atau kebun rumput. Jadi,

perhitungan ini cenderung disebut sebagai taksiran.

Menurut Susetyo (1981), berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang

tersedia dalam suatu lokasi dari dari suatu lahan per tahun maka dapat dihitung

satuan ternak (ST) yang dapat ditampung oleh sumber hijauan. Perhitungan

tersebut dengan menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama

satu tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu

satuan ternak (kg) selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut

akan mengetahui kemampuan suatu lahan dalam memproduksi hijauan setiap

hektarnya dalam menampung ternak.

10
Gambaran Umum Padang Penggembalaan Alam

Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan yang ditumbuhi

tanaman pakan ternak yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam waktu yang

singkat (Subagyo dan Kusmartono, 1988). Muhajirin Dkk (2017), menyatakan

bahwa padang penggembalaan merupakan suatu areal atau daerah padangan yang

ditumbuhi berbagai jenis rumput dan legum untuk makanan ternak yang tersedia

kebutuhannya baik produksinya maupun nilai gizinya. Sistem padang

penggembalaan merupakan kombinasi antara pelepasan ternak di areal padang

rumput dengan ternak yang digembalakan secara bebas (Hadi Dkk, 2000).

Tandi (2010) menyebutkan bahwa sistem penggembalaan adalah

pemeliharaan ternak ruminansia dengan cara digembalakan disuatu padang

penggembalaan yang luas, padang penggembalaan terdiri dari rumput dan

leguminosa. Padang penggembalaan merupakan areal untuk menggembalakan

ternak ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan (grazing) dalam

mendukung efiseinsi tenaga kerja dalam budidaya ternak.

Padang penggembalaan sering dikasifikasi dalam perbedaan lahan dan bentuk

yang disebut topografi. Topografi suatu lahan dibagi menjadi topografi datar,

berombak, berbukit dan bergunung. Susetyo (1980) menyatakan bahwa topografi

datar sampai berombak (0 – 5o), bergelombang (5 – 12o), berbukit (12 – 23o) dan

curam (>23o). Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana

tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang merenggutnya

menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Produktivitas hijauan pakan pada

suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lahan yang

memadai, dimana lahan tersebut harus mampu menyediakan hijauan pakan yang

11
cukup bagi kebutuhan ternak. Selain itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan air,

iklim dan topografi juga turut berpengaruh (Sawen dan Junaidi, 2011).

Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan

utama yakni padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen yang

sudah diperbaiki, padang penggembalaan buatan (temporer), dan padang

penggembalaan dengan irigasi. Vegetasi yang tumbuh pada padang

penggembalaan terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan, atau campuran

keduanya. Fungsi kacang-kacangan pada padang penggembalaan memberikan

nilai gizi pakan yang lebih baik terutama berupa protein, fosfor dan kalium

(Sudaryanto dan Priyanto, 2009).

Faktor – faktor yang mempengaruhi padang pengembalaan antara lain, Air

berfungsi untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun.

Intensitas sinar mata hari. Peningkatan pertumbuhan tanaman sejalan dengan

peningkatan intensitas cahaya. Jumlah energi matahari yang diterima seawal

mungkin pada saat munculnya sampai periode pemasakan adalah penting untuk

akumulasi berat kering selama periode tersebut. Kompetisi zat – zat makanan.

Kompetisi terjadi dengan tanaman utama. Kekompakan tanah.Pastura yang

digembala dengan stocking rate yang tinggi, tanah menjadi kompak, padat dan

berakibat mengurangi aerasi akar dan daya tembus air. Pengambilan zat – zat

makanan. Makin sering pastura dipotong makin sedikit daun yang gugur yang

menambah humus dan pada waktu yang sama, makin banyak zat-zat makanan

yang hilang. Berkurangnya produksi pastura yang terlalu tinggi menyebabkan

(Pertiwi, 2007).

12
Pemanfaatan padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan

sudah lama dilakukan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan.

Untuk memperoleh pakan hijauan bagi ternak yang dipeliharanya, peternak

umumnya menggembalakan ternaknya pada padang penggembalaan alami yang

berada di sekitar tempat tinggalnya. Pada kenyataannya, pemeliharaan ternak

ruminansia dengan sistem pemeliharaan tersebut cenderung memperlihatkan

bahwa produksi yang dihasilkan relatif rendah (Sawen dan Junaidi, 2011).

Pengelolaan padang penggembalaan yang digunakan untuk penggemukan

sapi dengan sistem pasture fattening adalah rotasi Pemanfaatan padang

penggembalaan. Suatu areal padang penggembalaan dapat dibagi atas beberapa

petak dan diisi dengan beberapa ekor sapi yang digemukkan. Setiap petak harus

diamati terus agar dapat ditentukan saat yang tepat untuk melakukan rotasi

(Siregar, 2010).

Hipotesis :

Diduga padang penggembalaan di Kabupaten Sidrap Desa Bulo ditumbuhi

tanaman makanan ternak yang terdiri dari rumput, legum, dan tanaman berkayu

yang tersedia bagi ternak dan memiliki nilai gizi.

13
METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-November 2017 di

Desa Bulo Timoreng, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang

Provinsi Sulawesi Selatan.

Materi Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,

gunting rumput, kuadran kayu ukuran 1 x 1 m, timbangan, meteran dan oven.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel (berupa hijauan pakan yang

tumbuh di areal padang penggembalaan), plastik tempat sampel dan tali rafia.

Prosedur Penelitian

a. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

menggunakan data primer. Data primer diperoleh dengan pengambilan cuplikan

pada padang penggembalaan. Pengambilan cuplikan untuk mengetahui komposisi

botanis dan kapasitas tampung.

b. Pelaksanaan Penelitian

1. Analisis Komposisi Botanis

Analisis komposisi botanis yang dilakukan adalah analisis metode

“Measuring Quantity of Vegetation” menurut Mannetje dan Haydock (1963).

Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botanis padang rumput.

Dalam analisis komposisi botanis menggunakan kuadran yang terbuat dari

kayu berukuran 1 x 1 meter. Peletakkan kuadran secara acak sebanyak 20 kali.

Hijauan yang ada di dalam kuadran dipotong sekitar 5-10 cm dari permukaan

14
tanah dari permukaan tanah atau sampai dapat direnggut oleh ternak (Sawen dan

Junaidi, 2011). Hijauan yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Sampel hijauan ditimbang berat segarnya dan dicatat pada kertas yang telah

disiapkan. Berat sampel segar tiap titik sampling ini akan digunakan untuk

menghitung komposisi botanis. Hijauan kemudian dipisahkan menurut jenis dan

setiap jenis ditimbang lagi berat segar dan dicatat. Komposisi botanis dihitung dalam

persen (%) dengan perhitungan :

Komposisi Botanis = ( ) x 100 = %

Analisis Kapasitas Daya Tampung

Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menentukan

kapasitas tampung (Susetyo 1980), yaitu : (1) penafsiran kuantitas produksi

hijauan, (2) Proper use factor (3) menaksir kebutuhan luas tanah per bulan, (4)

menaksir kebutuhan luas tanah per tahun berdasarkan rumus Voisin, dan (5)

menentukan kapasitas tampung. Berdasarkan langkah-langkah ini, digunakan juga

untuk menetukan kapasitas tampung padang penggembalaan alam Bulo dalam

penelitian ini.

Pengukuran kapasitas tampung padang penggembalaan digunakan metode

Hall (1994) yang disetir Susetyo (1980) yaitu sebagai berikut : pertama yang

dilakukan adalah kuadran yang berukuran 1 m x 1m di tempatkan (lemparan)

secara acak di lahan penelitian. Kemudian semua hijauan yang berada di dalam

kuadran di potong setinggi 5 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya hasil

pemotongan dimasukkan kedalam kantong plastik lalu di timbang masing-masing

spesies yang sudah dipisahkan. Cuplikan kedua dilakukan kearah kanan dan kiri

sejauh 5-10 langkah. Cuplikan satu dan dua inilah yang disebut cluster. Analisa

15
kapasitas tampung dapat dihitung menggunakan metode Neil dan Rollinson

(1974).

Data produksi yang diperoleh dari dari lokasi penelitian dirata-ratakan

(gram/meter2) kemudian dikonversi kedalam satuan ton/hektar. Untuk melakukan

pengukuran produksi dalam setahun dan pengukuran kapasitas tampung dilakukan

dengan metode estimasi. Diasumsikan padang penggembalaan tersebut

mengalami masa panen sebanyak 4 kali/tahun yaitu 2 kali musim kemarau 2 kali

musim hujan. Digunakan Proper Use Factor sebesar 25 %. Penentuan kapasitas

tampung dihitung berdasarkan hijauan tersedia. Cara ini membutuhkan beberapa

bantuan dan asumsi, kemudian perhitungan menggunakan rumus Viosin (1959;

dalam Susetyo, 1980; Reksohadiprodjo, 1981), yaitu :

(y-1) s = r

y = angka perbandingan luas lahan


yang diperlukan seekor ternak
pertahun terhadap kebutuhan
perbulan

s = periode “stay” atau merumput

r = periode “rest” atau istirahat

Periode istirahat harus ditentukan. Beberapa penelitian di wilayah tropic (McIlroy,

1976; dalam Susetyo, 1980), panjang periode istirahat berkisar antara 10 – 14

minggu. Jenis ternak, utamanya, kuantitas hijauan yang dibutuhkan setiap hari.

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Komposisi botanis

2. Kapasitas Tampung

16
Analisis Data

Data hasil survei komposisi botanis dan kapasitas tampung dianalisis

secara statistik deskriptif (Mattjik dan Sumertajaya, 2000) meliputi tabulasi data,

konversi data dan rataan data.

17
HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Botanis

Hasil analisis dari Komposisi botanis hijauan pada padang penggembalaan

di Desa Bulo disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Botanis Hijauan pada padang penggembalaan alam di Desa


Bulo Kecamatan Panca Rijang
Jenis Hijauan Komposisi Botanis (%)
Rumput benggala (Panicum maximum) 37,12
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) 26,76
Rumput alang-alang (Imperata cylindrica) 18,47
Rumput teki (Cyperus rotundus) 5,24
Tahi ayam (Lantana camara) 4,83
Putri malu (Mimosa pudica L.) 2,20
Rumput pahit (Axonorpus compressus) 1,62
Rumput kawat (Cynodon dactylon) 1,50
Rumput padangan (Chloris gayana) 1,22
Jonga-jonga (Chromolaena odorata) 0,31
Desmodium (Desmodium cinereum) 0,29
Kalopo (Calopogonium muconoides) 0,23
Jarong (Starchepeta jamences) 0,21
Total 100,00
Sumber : Data primer hasil olahan, 2017

Hasil Analisis komposisi spesies botanis dapat dilihat pada tabel 2, padang

penggembalaan alami di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang, ditemui sebanyak

13 spesies tanaman yang terdiri dari 7 spesies rumput ( rumput benggala, rumput

gajah, rumput alang-alang, rumput teki, rumput pahit, rumput kawat, dan rumput

padangan), 2 spesies legum (desmodium dan kalopo) dan 4 spesies tanaman lain

(tahi ayam, putri malu, jonga-jonga, dan jarong). Berdasarkan komposisi botanis

dapat dilihat bahwa padang penggembalaan di Desa Bulo Kecamatan Panca

Rijang terdapat campuran antara rumput-rumputan (91,93%) dengan leguminosa

sebesar (0,52%) dan tanaman lainnya sebesar (7,55%). Sebagian besar hijauan

18
yang ada di padang penggembalaan adalah rumput-rumputan dan hanya terdapat

sedikit tanaman leguminosa.

Komposisi botanis hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan

kualitas hijauan pakan. Padang penggembalaan yang mengandung hijauan yang

bervariasi antara rumput-rumputan dan leguminosa, terutama spesies tanaman

yang berkualitas baik akan meningkatkan kualitas hijauan. Analisis komposisi

botani merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan adanya

spesies-spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di dalam suatu ekosistem

padangan (Susetyo,1980).

Kurangnya proporsi tanaman leguminosa di padang rumput alam

menyebabkan rendahnya kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan di

Desa Bulo karena Kecukupan leguminosa dilahan pastura sangat diperlukan,

sebab leguminosa memiliki kandungan nutrisi yang baik dibanding rumput

(Infitria dan Khalil, 2014). Junaidi dan Sawen (2010) menyatakan bahwa

ketersediaan leguminosa sangat diperlukan suatu pastura karena tanaman

leguminosa memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding dengan

tanaman rumput terutama kandungan protein.

Persentase leguminosa di padang penggembalaan Bulo masih tergolong

sangat rendah. Rendahnya leguminosa di padang penggembalaan Bulo

dikarenakan leguminosa mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat

dibandingkan dengan jenis rumput-rumputan serta manajemen yang kurang baik

seperti tekanan penggembalaan yang diterapkan tidak sesuai dengan jumlah

ketersediaan hijauan sehingga hijauan yang direnggut ternak dapat menghilang

dari padangan dan tidak terjadinya pertumbuhan kembali, tidak adanya waktu

19
istirahat merumput, dan lain sebagainya. Faktor lain yang dapat mengakibatkan

rendahnya tanaman leguminosa di padang penggembalaan Bulo juga dapat

disebabkan oleh pemanfaatan padang penggembalaan secara terus menerus.

Sawen dan Junaidi (2011) menyatakan bahwa pastura yang secara terus

menerus digunakan tanpa dilakukan peristirahatan mengakibatkan pertumbuhan

tanaman hijauan menjadi terhambat, tanaman yang tergolong ini yaitu jenis

tanaman leguminosa. Rentannya tanaman leguminosa yang diakibatkan dari

penggembalaan yang berat karena leguminosa memiliki perakaran yang kurang

kuat dan tidak tahan terhadap injakan. Tingginya produksi gramineae berakibat

menurunkan leguminosa pada padang penggembalaan. Peningkatan proporsi

rumput dan penurunan proporsi leguminosa pada lahan pastura disebabkan oleh

keberadaan rumput yang lebih tinggi (Muhajirin dkk. 2017). Disamping itu

menurut (Jayasuriya, 2002) bahwa tanaman leguminosa di daerah tropis tumbuh

lebih lambat daripada tanaman rumput. Diperkuat oleh Ali (2014) bahwa

persaingan antara rumput dan leguminosa dapat menurunkan kelangsungan hidup

dan menghambat pertumbuhan tanaman yang subdominant (leguminosa).

Komposisi botanis padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan

susunan komponen selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem

penggembalaan. Komposisi suatu padangan dipengaruhi oleh curah hujan,

ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botanis suatu

padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tatalaksananya (McIlroy, 1976).

Hasil pengukuran komposisi botanis pada padang penggembalaan

menunjukan bahwa Rumput Benggala (Panicum maximum) merupakan jenis

hijauan dan rumput yang yang paling dominan dengan persentase 37,12% dan

20
Jarong (Achyranthes aspera L.) merupakan jenis hijauan yang terendah dengan

persentase 0,21%. Hal ini disebabkan rumput benggala dapat tumbuh pada tanah

berbatuan dengan lapisan tanah tipis, bahkan pada tanah yang drainase buruk serta

toleran pada keadaan kering yang tidak terlampau parah dan tahan naungan. Pada

intensitas cahaya 30%-50% masih berproduksi normal sehingga memiliki

produksi hijauan yang tinggi (Purbajanti, 2010).

Berdasarkan hasil analisis komposisi botanis bahwa jenis golongan

leguminosa yang tertinggi yaitu Desmodium (Desmodium cinereum) dengan

persentase 0.29%. Menurut Cook (2005), Desmodium dapat tumbuh dengan baik

pada tanah netral atau sedikit asam dengan kesuburan sedang, akan kehilangan

kloroplas (klorotik) jika ditanam pada tanah basa dan akan tumbuh dengan baik

pada daerah tropis basah dengan rata-rata curah hujan tahunan >1500 mm.

Pertumbuhan Desmodium lebih tinggi ketika defoliasi dilakukan setiap dua bulan

pada daerah tropis basah di Indonesia. Legum ini memiliki karakteristik berupa

pohon yang bersifat parennial dengan tinggi tanaman dapat mencapai 3 meter,

daun berbentuk trifoliat dan bunga berwarna ungu pucat (Lubis, 1992).

Desmodium merupakan tanaman legum yang sangat disukai ternak dan

memiliki kandungan protein tinggi (Bogdam, 1997) sehingga sangat baik apabila

pertumbuhannya tinggi pada suatu padang penggembalaan. Persentase rumput

hijauan di padang penggembalaan Bulo melebihi jumlah optimum pertumbuhan

rumput (91,93%) pada suatu padang penggembalaan. Hal ini sebanding dengan

pernyataan Susetyo (1980), bahwa suatu padang penggembalaan keadaan

optimum hijauan sebaiknya 60% hijauan, 40% leguminosa dan 0% gulma.

21
Kapasitas Tampung

Kapasitas Tampung atau daya tampung (carrying capacity) adalah analisis

kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak

yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu

hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per

hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Kapasitas tampung padang penggembalaan atau

kebun rumput, berhubungan erat dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput,

musim, dan luas padang penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu

kapasitas tampung bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran

produksi hijauan rumput.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Produksi Hijauan dan Daya Tampung (carrying


capacity) Padang Penggembalaan Alam di Desa Bulo Kecamatan Panca
Rijang
Parameter Satuan Jumlah
Produksi bahan segar hijauan Ton/ha 1,03
Produksi bahan kering hijauan Ton/ha 0,36
Produksi bahan kering hijauan tersedia Ton/ha 0,08
Kebutuhan berat kering pakan (3% BB ternak) Kg/hari 9
Kebutuhan berat kering (30 hari) Kg/bln 270
Daya tampung (carrying capacity) UT/ha/th 0,93
Sumber : Data primer hasil olahan, 2017.

Daya tampung (carrying capacity) penggembalaan mencerminkan

keseimbangan antara hijauan yang tersedia dengan jumlah satuan ternak yang

digembalakan di dalamnya per-satuan waktu. Produksi hijauan, kebutuhan pakan

ternak dan kapasitas daya tampung pada padang penggembalaan di Desa Bulo,

dapat dilihat pada Tabel 3. Kapasitas tampung merupakan cerminan dari

produktivitas dari suatu padang penggembalaan. Gambaran kapasitas tampung

padang penggembalaan alami di Desa Bulo disajikan pada Tabel 3. Kapasitas

tampung padang penggembalaan alami di Desa Bulo relatif rendah dengan

22
kapasitas tampung 0,93 UT/ha/th. Hal ini didasarkan atas pendapat McIllroy

(1977), bahwa kapasitas tampung daerah tropis umumnya sebesar 2 – 7 UT/ha/th

juga didukung pendapat Reksohadiprojo (1981) yang menyatakan bahwa suatu

padang penggembalaan dinyatakan produktif apabila minimal mempunyai daya

tampung 2,5 UT/ha/ tahun dengan demikian bahwa kapasitas tampung padang

penggembalaan alam di Bulo masih tergolong rendah (0,93 UT/ha/th), hal ini

disebabkan oleh faktor penunjang lainnya seperti komposisi botanis masih

didominasi oleh rumput dan kurangnya leguminosa.

Rendahnya kapasitas tampung padang penggembalaan alami di Bulo dapat

berdampak terhadap performans dari sapi yang digembalakan pada padang

penggembalaan tersebut. Baik buruknya performans sapi yang digembalakan pada

padang penggembalaan juga berkaitan erat dengan jumlah dan kualitas hijauan

pakan yang tersedia. Kapasitas tampung berhubungan erat dengan produktivitas

hijauan pakan pada suatu areal penggembalaan ternak. Makin tinggi produktivitas

hijauannya pada suatu areal padang penggembalaan, makin tinggi pula kapasitas

tampung yang ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang dapat digembalakan.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, rendahnya

ketersediaan hijauan pakan juga berkaitan erat dengan jumlah ternak yang

digembalakan yaitu sebanyak 5 ekor sapi tiap hektarny, sedangkan kapasitas

tampung hanya sebesar 0,93 UT/ha/th. Kondisi demikian selaras dengan pendapat

Holechek dkk, (1989), bahwa kelebihan jumlah ternak yang digembala (over

stocking) sering ditemui pada padang penggembalaan alami sehingga menurunkan

produksi hijauan secara bertahap yang selanjutnya akan berdampak terhadap

rendahnya kapasitas tampung. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

23
kapasitas tampung padang penggembalaan di Desa Bulo yaitu melalui

pembasmian jenis hijauan non pakan dan mengganti dengan jenis hijauan pakan

yang unggul dengan proporsi yang ideal.

24
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan kapasitas

tampung padang penggembalaan alam di Desa Bulo tergolong masih rendah hal

ini disebabkan oleh komposisi botanis yang masih kurang baik.

Saran

Untuk meningkatkan produktivitas padang penggembalaan alam di Desa

Bulo perlu campur tangan manusia dalam pengelolahannya seperti dengan

meningkatkan kesuburan tanah (pemupukan ringan), mengatur penggembalaan

ternak, menanam jenis-jenis hijauan makanan ternak unggul (rumput dan

leguminosa) dan memberikan pakan tambahan bagi ternak ruminansia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. 2014. Sistem Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa di Lahan


Gambut Terdegradasi untuk Produksi Hijauan Pakan Ternak
Berkelanjutan. [Desertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Anonim. 2009. Pedoman Teknis Perluasan Areal Padang Penggembalaan TA.


2009.

Bogdam AV. 1997. Tropical Pasture and Fodder Plant. Longman Group Ltd.,
London.

Budiasa, I. K. M. 2005. Ketersediaan hijauan sumber pakan sapi bali berdasarkan


Pemanfaatan lahan dan topografi berbeda di Kabupaten Jembrana Provinsi
Bali. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cook, B.G. 2005.Pasture Autralia. A collaboration between AWI, GRDC, MLA,


RIRDC and Dairy Australia. Tropical Forages database (SoFT) – Setaria
NSW Deprtment of Primary Industries -Setaria Agnote DPI-293.

Dirjen Peternakan. 1986. Usaha Peternakan Analisi dan Pengelolaannya.


Direktorat Bina Usaha Petani Peternak dan Pegolahan Hasil Peternakan.
Departemen Pertanian, Jakarta.

Diwyanto, K. Dan E. Handiwirawan. 2004. Peran Litbang Dalam Mendukung


usaha agribisnis pola integrasi tanaman ternak.Prosiding Sistem Integrasi
Tanaman dan Ternak.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan.Bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bali dan Crop-Animal Systems Research Network (CASREN), Bali.

Ensminger, M.E. 1961. Swine Science. (Animal Agriculturel Series). Srd. edition.
The Interstate Printers and Publishers Inc. Danville. Illinois.

Hadi, S.P. 2000. Manusia dan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas


diponegoro. Semarang.

Hasan, S., Rusdy, M., Nompo, S., Nohong, B. 2015. Bahan Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Holechek, L.J., R.D. Pieper dan C.H. Herbel. 1989. Range Management. Prentice
Hall. Englewood Cliffs, Ner Jersey.

Infitria, Khalil. 2014. Studi produksi dan kualitas hijauan di lahan padang rumput
UPT peternakan Universitas Andalas Padang. buletin Makanan Ternak.
101 (1) : 25-33.

26
Jayasuriya, M.C.N. 2002. Principles of rations formulation for ruminant. Di
dalam: Development and Field Evaluation of Animal Feed
Supplementation Packages. IAEA-TECDOC-1294. Austria: IAEA. hlm 9-
14.

Lubis U. Adlin. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan


Marihat. Pematang Siantar.

Mannetje L dan Haydock KP. 1963. The Dry Weight Rank Method for The
Botanical Analysis of Pasture. J. British Grassland Society. 18 (4): 268-
275.

Manu, A.E. 2013. Produktivitas Padang Penggembalaan Sabana Timur Barat.


Pastura. 3 (1): 25-29.

Mattjik, A & Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS


Dan Minitab, Bogor: IPB Press, Jilid I.

McILroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Paang Rumput Tropika. Pradnya


Paramita, Jakarta.

Muhajirin, Despal, Khalil. 2017. Pemenuhan Kebutuhan Nutrien Sapi Potong


Bibit yang Digembalakan di Padang Mengatas. Bulmater. 104 (1): 9-20.

Neil AJ & Rollinson. 1974. Livestock Planning and Research In Indonesia.


UNDF/FAO.

Pertiwi, E. 2007. Upaya Pelestarian Alam Sebagai Padang Penggembalaan


Bersama Peternak Tradisional Yang Berwawasan Lingkungan di
Kabupaten Sumbawa.Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Priyanto, D. dan D. Yulistiani. 2005. Estimasi Dampak Ekonomi Penelitian


Partisipatif Penggunaan Obat Cacing dalam Meningkatkan Pendapatan
Peternak Domba di Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor,
hlm 512-520.

Purbajanti, E. D.; Soetrisno, R. D.; Hanudin, E.; Budhi, S. P. S., 2010.


Penampilan Fisiologi Dan Hasil Rumput Benggala (Panicum Maximum
Jacq.) Pada Tanah Salin Akibat Pemberian Pupuk Kandang, Gypsum Dan
Sumber Nitrogen. J. Indon. Trop. Anim. Agric., 35 (1): 42-47.

Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.


Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada Yogyakarta.

Reksohadiprodjo. 1994. Produksi Hijauan Makanan Ternak. BPFE. Yogyakarta.

27
Sawen, D dan Junaidi, M. 2011. Potensi padang penggembalaan alam pada dua
kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari.

Siregar, B.S. 2010. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subagyo, I. dan Kusmartono. 1988. Ilmu Kultur Padangan. Nuffic. Universitas


Brawijaya. Malang.

Sudaryanto, B dan Priyanto, D. 2009. Degradasi padang penggembalaan. Balai


Penelitian Ternak, Yogyakarta.

Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak


Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Susetyo, S, 1981. Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Terak untuk


Produksi Ternak Daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Suyitman. 2003. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas.

Tandi, Ismail. 2010. Analisi Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan
Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa.
Jurnal Agrisistem, 6 (1): 2089-0036.

Winarto, B. 2010. Kamus Rimbawan. Yayasan Bumi Indonesia Hijau. Jakarta.

Yuko, O., Supriyantono, A., Widayati, T dan Sumpe, I. 2012. Komposisi botanis
dan persebaran jenis – jenis hijauan local padang penggembalaan alam di
Papua Barat. Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Papua, Manokwari. 4 (2): 62-65.

28
LAMPIRAN

29
Lampiran 1. Produksi Hijauan

Jenis Berat Segar (g/m2) Berat Kering (g/m2)


Rumput 671 256
Legum 147 49
Gulma 211 58
Total 1029 g/m2 364 g/m2

Total Berat Segar = 1,03 ton/ha


Total Berat Kering = 0,36 ton/ha

Lampiran 2. Perhitungan Hijauan Tersedia



Berat Kering Produksi Hijauan = 364 g/m 2

Total gulma 8% = 29 g/m2

Berat Kering Produksi Hijauan tanpa gulma = 335 g/m 2

Hijauan Tersedia = 25% x 335 g/m2 = 83,75 g/m2
= 84 g/m2 (0,084 ton/ha)

Lampiran 3. Perhitungan Kapasitas Tampung

 Bahan kering 84 g/m2 = 840 kg/ha.

 Kebutuhan sapi dalam 1 bulan = 30 hari x 9 kg/BK/hari = 270 kg

 Lahan yang di perlukan seekor sapi untuk kebutuhan hijauan dalam 1 bulan

270 kg : 840 kg/ha = 0,32 ha

 Rumus Viosin = ( y – 1 ) s = r

( y – 1 ) 30 hari = 70 hari

y = 70 hari / 30 hari + 1

y = 2,33 + 1 = 3,33

30
 Kebutuhan pertahun = 3,33 x 0,32 ha = 1,09 ha (1,07 ha/ekor sapi)

 Maka daya tampung lahan = 1 ekor sapi / 1,07 ha

= 0,93 ekor sapi/ ha

Jadi, daya tampung 1 ha lahan tersebut setara 0,93 ekor sapi dewasa dengan berat

badan 300 kg.

Lampiran 4. Peta lokasi penelitian

Desa Bulo Timorang, Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang


berada pada Letak Geografis 3°50'59.0"S 119°51'17.6"E Topografi lahan
dicirikan dengan tingkat kemiringan berada pada 0-15o

31
Lampiran 5. Dokumentasi

32
RIWAYAT HIDUP

Nurul Rizka lahir di tanggal 12 Oktober di Ujung

Pandang Provinsi Sulawesi Selatan, Penulis adalah anak

ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Ir. Mustakim

Mattau, M.S dan Nirmala Made Ali, S.Pt. Pendidikan

formal yang telah ditempuh penulis yakni sekolah tingkat

dasar pada SD Negeri Sudirman 4 (2007), kemudian

melanjutkan pendidikan lanjutan pertama pada SMP Negeri 12 Makassar (2010)

dan melanjutkan pendidikan menegah SMA Negeri 6 Makassar (2013), setelah

menyelesaikan pendidikan SMA penulis melanjutkan pendidikan pada salah satu

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

melalui jalur JNS pada tahun 2013. Selama kuliah penulis pernah aktif menjadi

pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Baseball-Softball Unhas tahun 2015-2017.

Selain itu penulis pernah aktif menjadi pengurus di lembaga kemahasiswaan

Himaprotek tahun 2015-2016.

33

Anda mungkin juga menyukai