0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan19 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan kerupuk kulit secara tradisional dan upaya peningkatan kualitasnya. Proses pembuatan kerupuk kulit meliputi perebusan kulit, pengungkepan, dan penggorengan. Lama perebusan berpengaruh terhadap pengembangan kerupuk. Kulit yang direbus lebih lama menghasilkan kerupuk dengan pengembangan yang lebih baik.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan kerupuk kulit secara tradisional dan upaya peningkatan kualitasnya. Proses pembuatan kerupuk kulit meliputi perebusan kulit, pengungkepan, dan penggorengan. Lama perebusan berpengaruh terhadap pengembangan kerupuk. Kulit yang direbus lebih lama menghasilkan kerupuk dengan pengembangan yang lebih baik.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan kerupuk kulit secara tradisional dan upaya peningkatan kualitasnya. Proses pembuatan kerupuk kulit meliputi perebusan kulit, pengungkepan, dan penggorengan. Lama perebusan berpengaruh terhadap pengembangan kerupuk. Kulit yang direbus lebih lama menghasilkan kerupuk dengan pengembangan yang lebih baik.
Kerupuk kulit pada umumnya dibuat dengan cara tradisional
dan dikerjakan atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang turun temurun tanpa ada keahlian sedikitpun dari si pembuat kerupuk kulit itu sendiri. Selain itu tingkat kebersihannya pun masih diragukan. Kualitas kerupuk pun kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat/ konsumen hal tersebut karena bentuk yang tidak rata, warna cokelat kehitaman, dan kulit yang digunakan pun sebagian besar berasal dari kulit awetan bukan kulit segar. Upaya untuk memperbaiki kualitas kerupuk kulit dapat dilakukan dengan cara : Penggunaan kulit segar sebagai bahan baku Memperbaiki proses perebusan Pengungkepan dan menghilangkan semua lapisan kulit Memanfaatkan stratum(lapisan) untuk meningkatkan nilai tambah Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Usaha pembuatan kerupuk rambak terletak di Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon. Usaha ini berawal karena di Kecamatan Pegandon terdapat tempat pemotongan hewan (jagalan) sapi untuk memasok daging sapi ke pasar tradisional di sekitar Kecamatan Pegandon. Pada tahun 1990, usaha pembuatan kerupuk rambak dipelopori oleh Bapak Chaeroman. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Pada tahun 1993, ada enam usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi. Pada tahun 2005, ada perusahaan kerupuk rambak yang masuk ke dalam industri. Perusahaan baru tersebut membuat kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau. Proses Pembuatan Rambak
1. Kulit basah dicuci dahulu agar bersih kemudian dipotong-potong
menjadi dua atau tiga bagian
2. Kemudian kulit direbus dengan air yang tidak begitu panas ±30°C dan diaduk-aduk atau dibolak-balik sampai rambut dari kulit kerbau yang hitam mudah dikerok. Jika sudah mudah dikerok maka kulit diangkat dari panci. Proses Pembuatan Rambak
3. Kulit dikerok dengan pisau sampai bersih dan
tidak ada bulunya lagi dan dipotong berukuran 20x30 cm 4. Kulit yang sudah dipotong-potong itu direbus sampai matang dengan suhu ±100°C. Proses Pembuatan Rambak
5. Kulit yang sudah matang dipotong-potong berukuran 2x8 cm
kemudian dijemur sampai kering. 6. Kulit yang setengah kering diglabati atau dibersihkan sampai bersih karena untuk membersihkan bulu yang belum bersih dengan menggunakan pisau kemudian dipotong-potong berukuran 1x1 cm dan dijemur sampai kering 100%. Proses Pembuatan Rambak
7. Bahan kulit yang sudah kering kemudian direbus dengan
menggunakan lemak sapi selama 20 sampai 22 jam, kulit yang sudah direbus kemudian dijemur selama dua hari. Bahan yang sudah dijemur ini disebut dengan kerupuk rambak mentah Proses Pembuatan Rambak
8. Kerupuk rambak mentah digoreng dalam tiga tahap dengan suhu
pada setiap penggorengan berbeda-beda semakin lama semakin meningkat suhunya. Proses Pembuatan Rambak
9. Kerupuk rambak yang sudah digoreng kemudian diberi bumbu
yang berupa garam dengan cara ditaburkan pada kerupuk-kerupuk yang sudah digoreng secara merata. 10. Kerupuk yang sudah diberi bumbu kemudian dikemas dengan menggunakan dua ukuran yaitu 250 gram dan 500 gram. GAMBAR KERUPUK KULIT SEBELUM DAN SESUDAH DIGORENG YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMBUATAN KERUPUK KULIT AGAR PROSES PEMBUATAN KERUPUK KULIT TIDAK GAGAL MAKA KELIMA FAKTOR INI SANGAT BERPENGARUH : PROSES PEMILIHAN BAHAN PROSES PEMBERSIHAN/PEMBAKARAN KULIT PROSES PENJEMURAN PROSES PENGGORENGAN PROSES PENGEMASAN KUALITAS KERUPUK KULIT STRATUM PAPILARE DAN RETIKULARE HASIL PENELITIAN Pembuatan kerupuk dibagi menjadi 2 tahap yaitu lama perebusan dan penentuan lama pengungkepan. Sedangkan sampel yang digunakan adalah kulit kerbau betina dimana sampel kulit diambil pada bagian leher, perut, dan ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 selubungan dan analisis menggunakan analisis variasi. Pengembangan kulit diukur dengan membandingkan volume kulit segar dengan kulit yang direbus sedangkan pengembangan kerupuk antara kulit kering dengan kerupuk setelah diungkep dan digoreng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perebusan tidak berpengaruh terhadap kadar protein total, kadar kolagen, dan kadar protein terlarut baik untuk stratum papilare maupun stratum retikulare Pengembangan kulit setelah perebusan terjadi setelah peningkatan suhu kerut kolagen, dan semakin meningkatnya lama perebusan. Pengembangan meningkan karena tekanan osmotik air itu sendiri. Selanjutnya pengembangan kerupuk setelah pengungkepan persentasenya meningkat walaupun dilakukan secara sederhana dan tradisional. Kulit yang direbus pada suhu 90°C selama 90 menit menghasilkan pengembangan kerupuk yang berbeda dibandingkan yang direbus selama 30 menit baik untuk stratum papilare maupun stratum retikulare. Perebusan pada waktu yang lama menyebabkan absorbsi oleh molekul kolagen lebih banyak. Air yang menguap saat pengungkepan digantikan dengan minyak pada proses tersebut. Tekanan panas minyak akan menyebabakan berubahnya ikatan silang kolagen dan mengakibatka terbentuknya gelombung udara. Uji organoleptik yang dilakukan pada kerupuk ini menunjukan lama perebusan berpengaruh sangat nyata terhadap bentuk, rasa, warna dan kerenyahan stratum papilare maupun stratum retikulare. Selanjutnya kulit yang bersih dari epidernis, bulu, kotoran, penggunaan kulit segar, suhu dan lama penggorengan yang tidak terlalu tinggi dapat memperbaiki pengembangan, bentuk, warna , rasa, dan kerenyahan kerupuk itu sendiri