BAB II (1) - Dikonversi
BAB II (1) - Dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
dan akal serta belajar dengan memperoleh pengetahuan dari hati melalui
ilham dan wahyu (yang bersifat rabbani atau belajar ladunni) (Mahmud,
2010).
sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman langsung (A.
bahwa ilmu pengetahuan dapat diterima dari berbagai sarana dan informasi
karakteristik yang
11
12
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehention)
dengan benar. Orang yang telah faham terhadap suatu objek dapat
3. Aplikasi (Application)
5. Sintesis (Syntesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal yang harus dilakukan untuk
3. Umur
4. Lingkungan
seseorang.
5. Sosial-budaya
skala yang bersifat kualitatif (A. Wawan dan Dewi M., 2017):
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau faktor non-alam yang
pertahanan
sipil, dan lainnya (Naser & Saleem, 2018). Dalam siklus manajemen
guna memenuhi kebutuhan dasar dari pada masyarakat yang rentan akan
Menurut Moe, Gehbauer, Senitz, & Mueller (2007) sangat penting bagi
sumber daya akan diarahkan dan dialokasikan untuk mencapai tujuan dalam
bentuk sumber daya yang diperlukan baik itu sumber daya manusia,
Secara bahasa, sikap (attitude) berasal dari bahasa Italia attitude yaitu
“Manner of placing holding the body, dan Way feeling thinking or behaving”,
artinya adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,
jalan pikiran, dan perilaku. Sikap sebagai a complex mental state involving beliefs and
feelings and values and dispositions to act in certain ways. Dapat diartikan sebagai
serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu (A. Wawan dan Dewi
M., 2017).
Sikap merupakan pendapat maupun keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu
untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara yang dipilihnya (Walgito,
arah perbuatan yang saling berkaitan sehingga harus ada informasi pada
(Slameto, 2010).
Dari sikap akan muncul reaksi atau respon positif maupun negatif
akan memunculkan perasaan senang - tidak senang, suka - tidak suka atau
Karena itu, sikap dapat digambarkan melalui pilihan sikap positif atau
(Adiwijaya, 2017).
2.2.2 Komponen Sikap
yaitu:
sikap.
negatif.
1. Menerima (receiving)
Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang (subjek) memiliki
2. Merespon (responding)
3. Menghargai (valving)
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang ada.
Sifat sikap dibagi menjadi dua, yaitu (A. Wawan dan Dewi M., 2017):
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap (A. Wawan dan Dewi
M., 2017):
1. Pengalaman Pribadi
seseorang.
3. Pengaruh Kebudayaan
manusia.
4. Media Massa
kepercayaan individu.
6. Faktor Emosional
Beberapa teknik pengukuran sikap, antara lain (A. Wawan dan Dewi M.,
2017):
1. Skala Thrustona
menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah
sesungguhnya.
2. Skala Likert
dari lima poin, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Semua item yang favorable diubah nilainya
dalam angka, yaitu sangat setuju angka 5 dan sangat tidak setuju
setuju adalah 5. Skala ini juga disusun dan diberi skor sesuai
dengan intervalnya.
3. Unobstrutive Measures
4. Multidimensional Scaling
lainnya.
kerugian finansial akibat bencana. Oleh karena itu, sikap dan kesiapsiagaan
2013).
bencana. Selain itu, pengalaman yang panjang tidak berpengaruh pada sikap
presentasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofal et al. (2018) didapatkan hasil
bahwa dokter dan perawat memiliki sikap yang positif dalam kesiapsiagaan
respon yang efektif ketika terjadi bencana (Paripurno & Jannah, 2018).
memadai untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana (Dodon,
2013).
Kesiapsiagaan bencana merupakan upaya-upaya yang dilakukan agar dapat
korban jiwa dan kerusakan sarana pelayanan umum (Anies, 2017). Selain
juga bagi pihak yang akan menolong. Tanpa mengenali hazard-nya, akan
tidak jelas preparedness untuk bencana yang mana yang harus dilakukan,
Sujudi, 2016).
cepat dan tepat, agar jumlah korban manusia maupun harta benda dapat
Dalam hal kesiapsiagaan ini dilakukan penguatan sistem peringatan dini (early
2018).
1. Menilai resiko.
Pengkajian risiko bencana adalah langkah yang diperlukan untuk
3. Koordinasi.
pengetahuan dan
tindakan dari tiap organisasi yang berbeda sangatlah penting dalam
(UNDP, 2009).
4. Mekanisme respon.
meliputi:
tingkatan.
c. Memperkuat dan membangun koordinasi antar
yang efektif.
kesiapsiagaan bencana.
5. Manajemen informasi.
6. Simulasi.
Simulasi merupakan hal yang sangat penting untuk
darurat bencana.
simulasi bencana.
terhadap masyarakat,
idealnya masyarakat bisa mengetahui bencana apa yang
dasar.
kesehatan lingkungan.
penanggulangan bencana.
dituju. Efektivitas pada dasarnya tertuju pada hasil dari tercapainya suatu
Efektivitas dari suatu program dapat dilihat dari beberapa aspek, antara
1. Pemahaman Program
tugas dan
tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas saat terjadi bencana
di suatu Daerah.
2. Tepat Sasaran
3. Tepat Waktu
4. Tujuan Tercapai
mempengaruhi sikap dan kepedulian seseorang untuk siap dan siaga dalam
bencana dan terlibat dalam respons bencana memiliki kepercayaan diri yang
2.5 Relawan
kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam
a. Mandiri
b. Profesional
c. Solidaritas
d. Sinergi
e. Akuntabel
b. Prioritas
c. Koordinasi
e. Transparansi
f. Akuntabilitas
g. Kemitraan
h. Pemberdayaan
i. Non-diskriminasi
k. Kesetaraan gender
1. Perencanaan
bencana.
penampungan sementara.