Anda di halaman 1dari 16

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGETAHUAN TENTANG

KETUBAN PECAH DINI

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

tehadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan

(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda (Notoatmodjo S, 2010, hal; 27). Pengetahuan adalah hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu (Notoatmodjo, 2007, hal; 139).

Notoatmodjo (2003, dalam Wawan, 2010) menjelaskan pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia

yakni melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba,

dimana pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek dan diperoleh sebagian besar dari mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai

motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan

bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

7
8

Pengetahuan atau kognitif merupakan peran yang sangat penting untuk tindakan

terbentuknya seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan

(Rodgers dalam Notoatmodjo, 2007, hal; 140).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah penggunaan pikiran dan penalaran setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap objek sesuatu.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besar menurut Notoatmojo (2007, hal; 27)

tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.


9

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian

ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoatmodjo (2003, dalam Wawan 2010, hal; 14) menjelaskan bahwa cara

memperoleh pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.


10

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah

dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya

lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

2.1.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu diingat atau ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini

mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari


11

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap

objek tertentu. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, 2010, hal 11).

Pengetahuan seseorang menurut Wawan (2010, hal 14) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

1. Faktor Internal

1) Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003, dalam Wawan, 2010, hal 16) tingkat

pendidikan dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang, dan taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan

informasi dan pengetahuan terbatas, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi

yang didapat dan pengetahuannya pun akan semaikn tinggi.

2) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal


12

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan hal yang harus dilakuakn dalam menunjang

kehidupan seseorang dan kehidupan keluarga. Dengan bekerja seseorang

dapat bertukar informasi dan mencari pengetahuan yang lebih luas.

4) Usia

Menurut Elisabeth BH yang dikutif Nursalam (2003, dalam Wawan, 2010,

hal 17), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang maka akan lebih matang dan berfikir logis dalam

melakukan sesuatu. Disamping itu, dengan semakin bertambah usia

seseorang maka semakin bijaksana dan banyak pengalaman/ hal yang telah

dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan. Dengan

pengetahuan tersebut dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata.

2. Faktor eksternal

1. Lingkungan

Mariner yang dikutif dari Nursalam (2003, dalam Wawan, 2010)

menjelaskan bahwa lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar


13

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh sesuatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar

memperoleh sesuatu pengetahuan. (Wawan, 2010).

2.1.5 Pengukur Pengetahuan

Pengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan metode angket yaitu suatu

cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang

umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini

dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-

formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan

tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. Oleh karena itu angket ini selalu

berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (question),

maka angket sering disebut “questionare”. (Notoadmodjo, 2005 : 112)

2.1.6 Kategori Pengetahuan

Kategori hasil ukur pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Pengetahuan dapat dikatakan baik apabila responden dapat menjawab

dengan benar 76 % - 100 %.

b. Pengetahuan dikatakan cukup apabila responden dapat menjawab

dengan benar 60 % - 75 %.
14

c. Pengetahuan dikatakan kurang apabila responden dapat menjawab

dengan benar kurang dari 60 %.

(Arikunto, 2010)

2.2 Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).

Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan

dibagi menjadi tiga triwulan (trimester), pertama 0-12 minggu, kedua 13-28

minggu dan ketiga 29-40 minggu. Pada mata rantai konsepsi, inplantasi (nidasi)

terjadi perubahan rohani dan jasmani, karena terdapat pengeluaran hormon

spesifik dan menimbulkan gejala dan tanda hamil (Manuaba, 2002).

Sedangkan menurut Prawirohardjo (2008) Masa Kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-

7 sampai 9 bulan.

2.3 Ketuban Pecah Dini

2.3.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. (Manuaba, 2001)
15

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses

persalinan dimulai :

1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia < 37 minggu

2. KPD memanjang merupakan KPD selama > 24 jam yang berhubungan dengan

peningkatan risiko infeksi intra amnion.

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.

Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal

dari vagina serviks. (Winjaksastro, 2005).

Menurut Wiknjosastro (2005) Ketuban pecah sebelum waktunya adalah

ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang kehamilan sebelum

persalinan dimulai dan dapat juga terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ketuban

dinyatakan pecah sebelum waktu atau pecah dini bila terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung.

Ketuban pecah dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti

tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu,

misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam

ukuran pembukaan serviks pada kala 1, misalnya ketuban pecah sebelum

pembukaan servik pada primigravida 3 cm pada multigravida kurang dari 5 cm.

(Manuaba, 2008).

2.3.2 Etiologi
16

Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventive tidak dapat

dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Berdasarkan faktor penyebab

terjadinya KPD adalah :

a. Serviks inkompeten

b. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramion

c. Kelainan letak janin dalam rahim seperti pada Let-su dan Let-li

d. Kemungkinan panggul sempit seperti perut gantung, bagian terendah belum

masuk PAP, servik disprorsi

e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk proteolotik sehingga memudahkan ketuban pecah

g. Nutrisi buruk

h. Status sosial ekonomi lemah

i. Pertumbuhan berat badan maternal buruk

j. Berat badan prakehamilan kurang dari 45 kg

k. Zat kimia yang teratogen

l. Kelainan kromosom seperti trisomi

m. Infeksi virus / bakteri pada maternal

n. Abnormalitas genetic

o. Kehamilan ganda

p. Riwayat kehamilan IUGR terdahulu

q. Ibu yang merokok / menggunanakan narkotika / peminum alkohol


17

r. Riwayat pada ibu anemia, diabetes mellitus, preeklamsi, penyakit jantung,

penyakit vaskuler

s. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi

2) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan

mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. (Manuaba, 2008)

2.3.3 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini

Tanda dan Gejala yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina. Aroma airketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan

bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering krena terus

diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang

sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk

sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2001)

Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada (kadang-kadang) timbul

pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan

tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri

uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam

sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus

tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin

(Saifuddin, 2002).
18

2.3.4 Komplikasi

Komplikasi pada Ketuban Pecah Dini antara lain dapat menyebabkan :

1. Infeksi intra partum (karioamnionitis) ascendens dari vagina ke

intrauterine.

2. Persalinan preterm

3. Jika terjadi pada usia kehamilan preterm.

4. Komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan

melalui bedah caesar (akibat malpresentasi, Prolaps tali pusat), infeksi

intramnion (15-30%) dan endometritis pasca persalinan.

5. Gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada

presentasi bokong atau letak lintang)

6. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air

ketuban habis. (Rukiyah, 2010)

Menurut Fadlun (2011) komplikasi ketuban pecah dini terhadap ibu

dan janin adalah sebagai berikut :

1. Prognosis Ibu

a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan

kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis yang

selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas

dan mortalitas.

b. Infeksi puerperalis/masa nifas

c. Partus lama/dry labor

d. Perdarahan postpartum
19

e. Meningkatkan tindakan operatif obstetri

f. Morbiditas dan mortalitas maternal

2. Prognosis Janin

a. Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya

adalah respiratorydistress sindrome, hipotermia, gangguan makan

neonatus, retinopathy of prematurity, perdarahan intravenrikular,

necrotizing enterocolitis, gangguan otak (dari resiko cerebral

palsy), hiperbilirubinemia, anemia, sepsis

b. Prolaps funiculli/penurunan tali pusat

c. Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi, tali pusat, prolaps, uteri, dry

labour/partus lama. Skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral

palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernafasan

d. Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia

paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat

(PJT)

e. Morbiditas dan mortalitas perinatal.

2.3.5 Penatalaksanaan

Beberapa langkah dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut :
20

1. Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur kehamilan

dan tanda infeksi intrauterin

2. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD

ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam

24 jam dari pecahnya ketuban untuk meminimalkan resiko infeksi

intrauterin

3. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan

dokter diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak

melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,

amnioinfusi, epitelisasi (vitamin C dan trace element, masih

kontroversi), monitoring fetal dan maternal. Tindakan aktif

(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan Sectio Caesaria

ataupun partus pervaginam

4. Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan

apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu

mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas

perawatan intensif, kondisi, waktu, dan tempat perawatan,

fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu, dan

kemampuan finansial keluarga. (Fadlun, 2011)

Menurut Taber, Ben-Zion(2009) anjuran mengenai penatalaksanaan

optimum dari kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini tergantung pada

umur kehamilan janin, tanda infeksi intrauterin, dan populasi pasien. Pada

umumnya, tampaknya lebih pantas untuk membawa semua pasien dengan ketuban
21

pecah ke rumah sakit dan melahirkan semua bayi yang berumur lebih dari 36

minggu, maupun semua bayi dengan rasio lesitin-sfingomielin matur, dalam 24

jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin.

Persalinan diinduksi dengan oksitosin selama presentasi janin adalah kepala. Bila

induksi gagal dilakukan seksio sesaria. Seksio sesaria juga dianjurkan untuk

presentasi bokong, letak lintang, atau gawat janin (fetal distress), kalau tidak janin

terlalu imatur sehingga tidak ada harapan hidup untuk bertahan hidup.

Kelahiran diajurkan untuk pasien hamil muda dengan karioamnionitis,

persalinan prematur, atau gawat janin. Kelahiran atraumatik tanpa hipoksia janin

penting untuk memperkecil mortalitas dan morbiditas perinatal. Bila resiko infeksi

intrauterin rendah, observasi kontinu tanpa pemeriksaan vagina adalah yang

paling mungkin untuk kebaikan bayi preterm. Observasi di rumah sakit

memungkinkan pengobatan pada gejala awal infeksi dan untuk penilaian kontinu

kesejahteraan janin. Terapi tokolitik dapat menunda kelahiran untuk waktu yang

terbatas.

Menurut Manuaba, Ida Bagus Gde (2007) dalam tindakan pada ketuban

pecah dini dapat dilakukan dengan 3 tindakan :

1) Tirah Baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa

kehamilan dapat diperpanjang

2) Tirah baring dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik

sehingga dapat menghindari infeksi

3) Antibiotic yang dianjurkan adalah :

a. Ampisilin dosis tinggi:untuk infeksi streptokokus beta


22

b. Eritromisin dosis tinggi : untuk chlamidia Trachomatis dan

ureoplasma dan lainnya

c. Bahaya menunggu terlalu lama adalah kemungkinan infeksi

semakin meningkat sehingga terpaksa harus dilakukan terminasi.

Anda mungkin juga menyukai