Anda di halaman 1dari 16

Perbedaan Metode Supervisi Klinik Dan Metode Konvensional Terhadap

Keterampilan Klinis Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Politeknik


Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit

Metha Solihati Rayuna1, Oki Suwarsa2, Insi Farisa Desy Arya3

1Poltekes TNI AU ciumbuleuit Bandung, metha.rayuna@gmail.com


2 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
3Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Sikap profesional merupakan harapan masyarakat dan stakeholders terhadap profil seorang
bidan. Survey tentang kinerja bidan yang telah dilakukan oleh tim Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
melalui pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa pada dasarnya masyarakat mengharapkan
bidan yang ramah, terampil dan tanggap dibidangnya. Hal tersebut tidak terlepas dari peran
dunia pendidikan bidan yang mendukung dengan memberikan pembelajaran klinik yang
berkualitas salah satunya dengan menetapkan metode bimbingan klinik yang relevan dengan
kondisi nyata di lahan praktik. Supervisi klinik merupakan suatu metode bimbingan yang bisa
digunakan oleh dosen pada saat mahasiswa melaksanakan praktik klinik. Tujuan penelitian ini
mengukur perbedaan metode supervisi klinik dan konvensional terhadap keterampilan klinis
mahasiswa program studi DIII Kebidanan Kebidanan Politeknik Kesehatan TNI AU
Ciumbuleuit Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design dengan rancangan non
randomized control group pretest posttest design. Sampel pada penelitian adalah 24 orang
mahasiswa pada kelompok perlakuan dan 24 orang pada kelompok kontrol. Data dianalisis
dengan menggunakan uji Mann Whitney untuk mengukur perbedaan rerata antara dua
kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara kelompok supervisi klinik dan
kelompok kontrol nilai p <0,05 untuk keseluruhan keterampilan. Penelitian juga menunjukkan
adanya peningkatan nilai pada kelompok supervisi klinik dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Kata Kunci : supervisi klinik, keterampilan klinis

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 62
ABSTRACT

Professional attitude is the hope of the community and stakeholders on the profile of a
midwife. Survey of midwives' work that has been done by a team of Indonesian Midwives
Association (IBI) through a qualitative approach shows that basically the people expect
midwives were friendly, skilled and responsive in their field. It is inseparable from the role of
midwife to support education by providing quality clinical learning one of them by specifying
the method guidance clinics that are relevant to actual conditions in the field of practice.
Seupervisi guidance clinic is a method that can be used by lecturers at the time the students
carry out clinical practice. The purpose of this study to measure the effect of clinical supervision
method to the ability of clinical skills of students of DIII Midwifery Health Polytechnic TNI AU
Ciumbuleuit Bandung.
The method used is a quasi-experimental design with the design of non-randomized control
group pretest posttest design. Samples are 24 students in the treatment group and 24 in the
control group. Data were analyzed using Mann Whitney test to measure the mean difference
between the two groups.
The results showed there is a difference between clinical supervision group and the control
group p <0.05 for the overall skills. The study also showed an increase in the value of clinical
supervision group compared with the control group.
Keywords: clinical supervision, clinical skills

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 63
LATAR BELAKANG klinis, 73% dari mahasiswa keperawatan
Sikap profesional merupakan harapan termasuk kebidanan menunjukkan hasil
masyarakat dan stakeholders terhadap evaluasi pembelajaran klinis yang buruk,
profil seorang bidan. Survey tentang kinerja dan lebih dari 50% mahasiswa
bidan yang telah dilakukan oleh tim Ikatan mengevaluasi kinerja bimbingan klinis
Bidan Indonesia (IBI) melalui pendekatan yang relatif masih lemah oleh instruktur, di
kualitatif menunjukkan bahwa pada sisi lain 77% mahasiswa tidak puas dengan
dasarnya masyarakat mengharapkan bidan metode evaluasi klinis dan meminta
yang ramah, terampil dan tanggap instruktur untuk membuat metode baru
dibidangnya. Mencermati harapan (Kilminster SM, Jolly BC., 2000).
masyarakat tersebut, sudah selayaknya Penelitian lain mengenai tingkat kepuasan
organisasi profesi menyusun suatu standar bimbingan klinik mahasiswa keperawatan
kompetensi bidan yang dapat digunakan Fakultas Kedokteran Universitas
sebagai acuan dalam penyelenggaraan Dipenogoro menunjukkan bahwa sebesar
pendidikan kebidanan, sehingga mampu 40,4% menyatakan tidak puas atas
menghasilkan lulusan yang dapat bimbingan klinik yang dilakukan oleh
memberikan pelayanan kebidanan secara pembimbing (Azizah LK., 2012).
berkualitas (PP IBI, 2011). Lingkungan klinik memiliki pengaruh
Bagian yang memegang peranan penting yang kuat terhadap proses belajar
dalam proses pendidikan bidan ialah fase mahasiswa, karena memberikan bukti nyata
pembelajaran klinik. Proses pembelajaran dan kesempatan kepada mahasiswa untuk
pada fase ini sebagian besar dilakukan di terlibat secara aktif dalam kegiatan klinik
lingkungan rumah sakit pendidikan, rumah dan pembelajaran yang terintegrasi pada
sakit jejaring dan pusat kesehatan saat melakukan anamnesis, pemeriksaan
masyarakat. Pendidikan klinik fisik, membuat keputusan klinik dan
dimaksudkan untuk memberikan profesionalisme. Hal ini juga terjadi pada
pengalaman klinik kepada mahasiswa. proses pembelajaran mahasiswa Politeknik
Namun demikian, pendidikan klinik tidak Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit, kegiatan
selalu menyediakan lingkungan belajar Praktik Klinik Kebidanan (PKK)
yang ideal untuk mahasiswa.2 dilaksanakan setiap semester. Pada fase ini
Pembelajaran klinik pada pendidikan mahasiswa dituntut dapat mencapai
profesi diperlukan penilaian secara akurat beberapa kompetensi yang ditetapkan oleh
sehingga dapat mengalami peningkatan institusi salah satunya pemeriksaan
kualitas. Studi sebelumnya menunjukkan kehamilan. Namun tidak jarang institusi
bahwa ada masalah dalam pembelajaran pendidikan menerima keluhan dari pihak

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 64
lahan praktik bahwa mahasiswa dalam rumah sakit, Rumah Bersalin (RB) Bidan
melakukan pemeriksaan kehamilan masih Praktek Mandiri (BPM) maupun Puskesmas
belum kompeten hal ini disebabkan karena menggunakan berbagai pendekatan salah
kegiatan utama di lahan praktik adalah satunya adalah supervise (Kementerian
pelayanan pasien bukan pengajaran Kesehatan RI., 011). Namun berdasarkan
sehingga diperlukan juga monitoring atau hasil penelitian ditemukan bahwa sepertiga
bimbingan yang terarah dari pihak institusi. dari interaksi antara dosen dan mahasiswa
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk hanya berlangsung satu menit atau kurang
mengidentifikasi karakteristik lingkungan dan sepertiga berlangsung 1-6 menit.7
belajar klinik yang ideal. Salah satu Berdasarkan studi lain sebesar 25 % waktu
penelitian yang dilakukan mengidentifikasi siswa dihabiskan berinteraksi dengan
6 variabel independen (lingkungan belajar pembimbing dan 75 % sisanya dihabiskan
klinik) yang berkorelasi positif terhadap tanpa pengawasan (Packard SA, Polifroni
pengembangan profesionalisme perawat C, Shah HS., 1994)). Supervisi klinis
yaitu: pengakuan otonomi, kejelasan peran, merupakan suatu mekanisme untuk praktisi
kepuasan kerja, kualitas pengawasan, profesional yang mana mereka dapat
dukungan rekan dan kesempatan belajar. berbagi masalah klinik, organisasi,
Terdapat tujuh area lingkungan belajar yang perkembangan dan pengalaman emosional
harus diidentifikasi antara lain kemandirian dengan yang lain dalam lingkungan yang
atau (1) otonomi, (2) pengawasan atau aman sebagai upaya meningkatkan
supervisi, (3) dukungan sosial, (4) beban pengetahuan dan keterampilan. Proses ini
kerja, (5) kejelasan peran, (6) orientasi akan memberikan arahan untuk
terhadap belajar dann pengajaran, dan meningkatkan kesadaran konsep lain
variasi tugas (Suryanto, Jenie, Ikhlas M., termasuk akuntabilitas dan reflective
2009). Dari beberapa variabel lingkungan practice (Mills JE, Francis KL, Bonner A.,
pembelajaran klinik tersebut maka supervisi 2005).
klinik yang berkualitas merupakan kunci Tujuan Penelitian
utama untuk mencapai proses pembelajaran Mengukur perbedaan keterampilan klinis
klinik yang efektif (Rahmawatie DA,
antara metode supervisi klinik dengan
Prihatiningsih TS., 2011).
metode konvensional pada mahasiswa
Berdasarkan kurikulum inti pendidikan
diploma III kebidanan dari Kementerian program studi DIII Kebidanan Politeknik
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011
Kesehatan TNI AU.
bahwa metode pembelajaran klinik dan
model bimbingan yang dilakukan baik di

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 65
METODE PENELITIAN mahasiswa secara keseluruhan atau
Metode yang digunakan dalam penelitian sebagian keterampilan klinis. Penilaian
ini adalah metode eksperimen semu (quasi terbagi dalam beberapa kategori mulai dari
eksperimen) dengan non randomized nilai terendah sampai tertinggi dalam skala
control pretest posttest design, yaitu 9, skala 1-3 artinya tidak memuaskan, nilai
bertujuan untuk menganalisa pengaruh 4 didefiniskan sebagai nilai minimal, skala
penerapan supervisi klinik pada praktik 5-6 memuaskan, dan skala 7-9 sangat
klinik kebidanan III (PKK III) lalu diukur memuaskan/superior. Waktu yang
satu kali setelah perlakuan diberikan, dibutuhkan untuk penilaian relatif singkat
kemudian dilakukan perbandingan antara yaitu sekitar 15-20 menit dan umpan balik
kelompok kontrol dan kelompok diberikan selama 5 menit. Jenis data yang
eksperimen (Norcini J, Burch V, 2007). dipergunakan adalah data primer yang
Pada penelitian ini tidak dilakukan dilakukan pada dua kelompok mahasiswa
randomisasi dikarenakan subyek penelitian semester VI pada mata kuliah PKK IIII.
sudah terbagi dalam kelompok berdasarkan Pada kelompok kontrol akan diberikan
hasil pengelompokkan yang dilakukan oleh metode bimbingan klinik konventional
koordinator praktik. Instrumen dari sebagaimana yang telah dipergunakan di
penelitian ini merupakan evaluasi dari Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung.
pelaksanaan supervisi klinik berupa lembar Pada kelompok perlakuan akan diberikan
penilaian mini CEX yang telah diadopsi metode supervisi klinik yang telah diadopsi
dari lembar penilaian yang dibuat oleh dari bidang pendidikan yang biasa
Norcini. Lembar tersebut sudah digunakan sebagai metode pembelajaran
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bagi calon guru karena berdasarkan
dan dimodifikasi serta diujicobakan sebagai penelitian oleh (Kermode et all, 1986).
instrumen penelitian oleh Dewi Hanifah terdapat relevansi atau kesamaan mengenai
dan Tina Dewi Judistiani yang sudah teori supervisi klinik yang selama ini
dipublikasikan.11 Cara penilaian mini CEX digunakan oleh dunia pendidikan, dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik pula diaplikasikan oleh bidang pendidikan
terstruktur yang meliputi tujuh kesehatan dalam hal ini pendidikan
keterampilan klinis. Proses penilaian yang keperawatan. Sebelum diberikan perlakuan
dilakukan oleh pembimbing melalui mahasiswa diberikan pretest mengenai
observasi terhadap mahasiswa ketika keterampilan klinis pemeriksaan antenatal,
berinteraksi dengan klien. Pada setiap setelah diberikan perlakuan responden akan
penilaian dengan mini CEX, pembimbing diberikan posttest.
melakukan observasi dan mengevaluasi Analisis univariabel dilakukan untuk

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 66
mendeskripsikan masing-masing variabel Mahasiswa N=24 N=24
yang diteliti. Kemudian menggunakan I. Nilai Askeb 0,746*)
I 78,9(4,3) 79,4(6,7)
prosedur statistik dihitung jumlah dan Rata-rata (SD)
persentase masing-masing dan disajikan Median 78,9 80,1
Rentang 68,2 – 87,7 67 –
dalam bentuk tabel serta diinterpretasikan. 91,3 0,405**)
Analisis bivariabel untuk menguji II.Nilai Ujian
Lab
perbedaan dua rata-rata antara kelompok Median 71,5
kontrol dan kelompok eksperimen dengan Rentang 67 – 82 68,5
67 – 83
menggunakan uji t tidak berpasangan, *) berdasarkan uji t tidak berpasangan
sedangkan apabila data tidak berdistribusi **)berdasarkan uji Mann-Whitney
normal maka akan digunakan uji Mann
Tabel.1 menunjukkan bahwa karakteristik
Whitney. Data untuk menganalisis
mahasiswa dari nilai ujian asuhan
pengaruh supervisi klinik digunakan
kebidanan I dan nilai ujian laboratorium
presentase peningkatan keterampilan klinis
antara kelompok perlakuan dan kontrol
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna
(Heaven C, Clegg J, Maguire P., 2006).
secara statistik sehingga kedua kelompok
tersebut bersifat homogen sehingga masih
HASIL PENELITIAN
layak untuk dibandingkan. Hal ini
Penelitian ini tentang perbedaan metode
menunjukkan bahwa kemampuan awal dari
supervisi klinik dan metode konvensional
kelompok adalah sama.
terhadap keterampilan klinis mahasiswa
DIII kebidanan Politeknik Kesehatan TNI
AU Ciumbuleuit Bandung. Subjek dalam
penelitian ini terdiri dari dua kelompok
yaitu kelompok bimbingan supervisi klinik
(intervensi) dan kelompok konvensional
(kontrol). Adapun jumlah subjek pada
kelompok intervensi adalah 24 mahasiswa
dan pada kelompok kontrol adalah 24
mahasiswa yang sedang melaksanakan
PKK di puskesmas.
Tabel .1 Perbandingan Karakteristik
Subjek Penelitian Pada Kelompok
Supervisi klinik dan Kelompok Kontrol

Kelompok
Karakteristik Intervensi Kontrol Nilai p

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 67
Tabel.2 Perbandingan Kemampuan perlakuan dan kelompok kontrol
Keterampilan Klinis Responden Pada
berdasarkan nilai awal (pretest)
Kelompok Supervisi klinik dan
Kelompok Kontrol (Data Pre) keterampilan klinis. Terlihat bahwa terdapat
Kelompok
perbedaan nilai pada data pretest dan
Keterampilan Kelompok Kelompok Nilai
klinis Intervensi Kontrol p* posttest.
(skala 100) N=24 N=24
Anamnesis <0,001
Mean 64,8 69,9
Median 66,7 66,7
Rentang 44,4 – 55,6 –
77,8 77,8
Pemeriksaan 0,203
Fisik
Mean
Median 65,3 67,1
Rentang 66,7 66,7
44,4 – 55,6 –
Diagnosis 88,9 77,8 0,034
Mean
Median
Rentang 64,4 67,6
66,7 66,7
Tatalaksana 55,6 – 55,6 – 0,196
Mean 77,8 77,8
Median
Rentang
64,8 67,6
Konseling 66,7 66,7 <0,001
Mean 44,4 – 44,4 –
Median 77,8 77,8
Rentang

Penilaian 64,8 67,6


Keseluruhan 66,7 66,7 0,186
Mean 33,3 – 55,6 –
Median 77,8 88,9
Rentang

65,7 67,6
66,7 66,7
44,4 – 66,7 –
77,8 77,8

Ket *) berdasarkan uji Mann-Whitney

Tabel .2 merupakan perbandingan


karakteristik responden pada kelompok

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 68
Tabel .3 Perbandingan Kemampuan keseluruhan keterampilan terdiri dari
Keterampilan Klinis Pada Kelompok
keterampilan anamnesa dan pemeriksaan
Supervisi klinik dan Kelompok Kontrol
(Data Post) fisik memiliki nilai tengah 88,9, sedangkan
Kelompok
keterampilan humanistik, diagnosa,
Keterampilan Nilai p*
klinis Kelompok Kelompok keterampilan tatalaksana kasus,
(skala 100) Intervensi Kontrol keterampilan konseling dan penampilan
N=24 N=24
keseluruhan memiliki nilai tengah 77,8.
Anamnesis <0,001 Hasil analisis uji Mann Whitney
Mean 81 70 menunjukkan nilai p<0,05 untuk
Median 88,9 66,7 keseluruhan keterampilan.
Rentang 44,4 – 88,9 66,7 – 77,8
Tabel .4 Perbedaan dari berbagai
Pemeriksaa <0,001 variabel yang diukur pre dan post
n Fisik
Mean 82,4 65,7 terhadap kedua kelompok penelitian
Median 88,9 66,7 Perbandingan Nilai p*
Rentang 66,7 – 88,9 55,6 – 77,8 Variabel
Pretest Posttest
I. Intervensi Median (Rentang) Median
Keputusan Anamnesa 66,7 (44,4 - 77,8) (Rentang) <0,001
Klinis 0,001 Pem. Fisik 66,7 (44,4 – 88,9) 88,9 (44,4 – <0,001
(Diagnosa) Diagnosis 66,7 (55,6 – 77,8) 88,9) <0,001
Mean 75,9 67,6 Tatalaksana 66,7 (44,4 – 77,8) 88,9 (66,7 – <0,001
Median 77,8 66,7 Konseling 66,7 (33,3 – 77,8) 88,9) <0,001
Rentang 55,6 – 88,9 55,6 – 77,8 Penilaian 66,7 (44,4 – 77,8) 77,8 (55,5 – <0,001
keseluruhan 88,9)
Tatalaksana <0,001 II. Kontrol 77,8 (55,6 –
Mean 78,2 68 Anamnesa 66,7 (55,6 – 77,8) 88,9) 1,000
Median 77,8 66,7 Pem. Fisik 66,7 (55,6 – 77,8) 77,8 (66,7 – 0,180
Rentang 55,6 – 88,9 55,6 – 77,8 Diagnosis 66,7 (55,6 – 77,8) 88,9) 1,000
Tatalaksana 66,7 (55,6 – 88,9) 77,8 (66,7 – 1,000
Konseling Konseling 66,7 (55,6 – 88,9) 88,9) 0,480
Mean 79,6 67,6 <0,001 Penilaian 66,7 (66,7 – 77,8) 0,317
Median 77,8 66,7 keseluruhan
Rentang 66,7 – 88,9 44,4 – 88,9 66,7 (44,4 –
88,9)
Penilaian 66,7 (55,6 –
keseluruhan <0,001 77,8)
Mean 76,8 67,6 66,7 (55,6 –
Median 77,8 66,7 77,8)
Rentang 66,7 – 88,9 66,7 – 77,8 66,7 (55,6 –
Ket *) berdasarkan uji Mann-Whitney 77,8)
66,7 (44,4 –
Tabel .3 menunjukkan bahwa pada 88,9)
66,7 (66,7 –
kelompok perlakuan memiliki nilai akhir 77,8)
yang lebih tinggi dibandingkan pada
*) Berdasarkan Uji Wilcoxon
kelompok kontrol. Nilai tengah dari

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 69
Tabel.4 dapat diketahui bahwa perubahan Kebidanan Poltekes TNI AU Ciumbuleuit
nilai pretest dan posttest pada keterampilan Bandung.
klinis untuk kelompok perlakuan memiliki
nilai statistik yang signifikan yaitu <0,05 4.2 Pembahasan
terdapat perbedaan perubahan nilai,
4.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian
sedangkan pada kelompok kontrol tidak
Keterampilan klinis mahasiswa dicapai
terdapat perubahan nilai dengan hasil uji
melalui pembelajaran praktik yang efektif
menunjukkan nilai p>0,05.
dengan melibatkan berbagai komponen
yang saling berpengaruh. Praktik klinik
Tabel .5 Pengaruh Supervisi Klinik
terhadap Kemampuan Keterampilan Klinis bertujuan untuk memberikan kesempatan
% kepada mahasiswa untuk dapat
Kelompok
Nilai P
Peningkatan mengimplementasikan teori dan
Intervensi Kontrol
pengalaman belajarnya selama di kelas dan
1. 20,1 0,00 <0,001
Anamnesa 33,3 0,00 <0,001 laboratorium (Conn J, Flona R L, Geoffrey
2. Pem. 16,7 0,00 <0,001 J M, JustinL C B Robyn W K., 2012)
Fisik 16,6 0,00 <0,001
3. Diagnosis 16,7 0,00 <0,001 Syarat mahasiswa bisa diikutsertakan
4. 16,6 0,00 <0,001 dalam pelaksanaan PKK di Poltekes TNI
Tatalaksana
5. AU adalah mahasiswa dinyatakan lulus
Konseling pembelajaran di kelas dan di laboratorium.
6.
Keseluruhan Hal tersebut secara tidak langsung
Ket : *) % Peningkatan = 100 x (data post- menunjukkan bahwa mahasiswa telah
data pre)/data pre mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
Dari tabel .5 menunjukkan hasil bahwa pada setiap fasenya. Sehingga dapat
terdapat peningkatan nilai pada mahasiswa diasumsikan bahwa mahasiswa telah siap
pada kelompok perlakuan dibandingkan untuk turun ke lahan praktik agar bisa
dengan kelompok kontrol berdasarkan hasil merasakan pengalaman yang nyata.
uji statistik p<0,001. Lingkungan praktik klinik yang baik
tentu akan mampu memberikan
Pengujian Hipotesis pengalaman belajar yang baik bagi
Berdasarkan hasil analisis statistik untuk mahasiswa. keterlibatan perasaan dalam
menguji hipotesis maka disimpulkan bahwa pengalaman belajar mahasiswa dapat
terdapat perbedaan kemampuan klinis menentukan keberlangsungan pembelajaran
antara metode supervisi klinik dengan selanjutnya. Pada penelitian ini, terdapat
metode bimbingan klinik konvensional perbedaan yang bermakna antara nilai
pada mahasiswa Program Studi DIII asuhan kebidanan I (kehamilan) kelompok

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 70
perlakuan dan kelompok kontrol (tabel 4.1). 4.2.2 Perbedaan Supervisi Klinik
Rata-rata nilai asuhan kebidan I (asuhan Terhadap Keterampilan Klinik Asuhan
kehamilan) kelompok kontrol lebih lebih Kehamilan Mahasiswa DIII Kebidanan
baik dibandingkan kelompok perlakuan. Pembelajaran praktik klinik pada
Faktor kognitif berkaitan dengan program studi pendidikan bidan merupakan
kemampuan mahasiswa untuk memproses suatu proses pembelajaran untuk melatih
informasi yang diterimanya. Seseorang keterampilan peserta didik dalam
dengan fungsi kognitif yang baik lebih memberikan asuhan kebidanan melalui
memungkinkan untuk mengembangkan pengalaman nyata langsung pada pasien
kemampuan berpikir kritisnya dalam (Azizah LK., 2012). Pencapaian
program pendidikan sehingga berpengaruh kompetensi dalam pembelajaran praktik
terhadap prestasi akademik yang dicapainya telah dicantumkan dalam kurikulum inti D-
(Jones JH, Morris L V,2007). III Kebidanan (2011) untuk praktikum dan
Pembelajaran di laboratorium klinik sebesar 57 sks atau sekitar 60%
merupakan pembelajaran yang memberikan (Kementerian Kesehatan RI., 2011).
kesempatan kepada peserta didik untuk Pada penelitian ini dibangun suatu
mengapliksikn teori dan konseptual model. metode bimbingan klinik berupa supervisi
Proses pembelajaran di laboratorium klinik dimana tujuannya adalah pencapaian
berbagai metode diantaranya simulasi, keterampilan klinik mahasiswa menjadi
pemecahan masalah dan demonstrasi lebih baik, hal itu dapat dijelaskan dalam
dengan peralatan yang dibutuhkan sesuai pencapaian keterampilan klinis antara
dengan kompetensinya. Kegiatan ini kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dilaksanakan untuk melatih keterampilan dengan hasil terdapat perbedaan yang
peserta didik agar kompeten (Suhoyo Y., signifikan, hal ini dapat dilihat pada tabel
2006). 4.3 yang menunjukkan bahwa nilai akhir
Pada penelitian ini, dilakukan penilaian (posttest) pada kelompok perlakuan
awal mahasiswa. Hasil analisis memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu
menunjukkan bahwa tidak terdapat kemampuan anamnesa dan pemeriksaan
perbedaan yang bermakna nilai kompetensi fisik memiliki nilai tengah 88,9 sedangkan
pada kedua kelompok penelitian. Sehingga untuk nilai humanistik, kemampuan
dapat disimpulkan bahwa pada penelitian mendiagnosis, keterampilan tata laksana
ini mahasiswa memiliki kemampuan awal kasus, keterampilan konseling dan
yang sama dengan nilai ujian yang berbeda. penampilan keseluruhan memiliki nilai
tengah 77,8 dengan nilai p < 0,05 dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa metode

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 71
bimbingan dengan supervisi klinik secara pembelajaran, manajemen proses
signifikan dapat meningkatkan pembelajaran, supervisi dalam praktek
keterampilan klinik mahasiwa dalam klinis, dan melakukan evaluasi proses
asuhan kehamilan. pembelajaran.
Proses pengajaran dan pembelajaran Seorang pembimbing atau supervisor
keterampilan klinis adalah suatu proses merupakan figur yang sangat esensial
yang kompleks. Pengajaran keterampilan dalam pembelajaran klinik. Berbagai fungsi
klinis, menurut Knowles sebaiknya dan tanggung jawab yang dipegang oleh
memperhatikan tiga hal : otonomi seorang supervisor. Rotasi kepaniteraan
mahasiswa (learner autonomy), akan efektif bila supervisi klinik
penghargaan pada pengetahuan dan berkualitas. Peran seorang supervisor klinik
pengalaman mahasiswa sebelumnya, dan menjadi jauh lebih penting saat jumlah dan
pentingnya keterlibatan/partisipasi variasi kasus yang dihadapi oleh mahasiswa
mahasiswa.17 Proses pembelajaran sedikit (Iryani D., 2012)
disarankan untuk dilaksanakan dalam suatu Supervisi klinik berfokus pada penyediaan
kelompok kecil. Rasio dosen dan dukungan empati untuk meningkatkan
mahasiswa dalam supervisi klinik adalah keterampilan, transmisi pengetahuan dan
1:8 tujuannya adalah agar mahasiswa dapat praktek reflektif. Proses ini berusaha untuk
diamati dengan mudah, dapat leluasa menciptakan suatu lingkungan di mana para
belajar dari mahasiswa lain, mudah peserta didik memiliki kesempatan untuk
melaksanakan evaluasi diri, dan efektif mengevaluasi, mencerminkan dan
dalam memberikan umpan balik mengembangkan keterampilan klinis
(feedback).17 Umpan balik yang mereka sendiri dan menyediakan sistem
membangun dapat meningkatkan dukungan untuk satu dan yan lainnya
keterampilan mahasiswa. (Winstanley J, White E., 2000).
Salah satu pemecahan berbagai Supervisi merupakan pemberian
masalah di fase klinik adalah dengan bimbingan berbentuk bantuan sesuai
penerapan metode supervisi klinik dinilai kebutuhan mahasiswa pada bidang
mampu untuk meningkatkan pencapaian pendidikan dalam hal ini kepada mahaiswa
keterampilan klinik mahasiswa. Dalam calon guru. Supervisi klinik dilaksanakan
model ini supervisor atau dosen menurut suatu prosedur tertentu, yakni
pembimbing bertanggung jawab terhadap suatu rangkaian langkah-langkah yang akan
semua proses pembelajaran mahasiswa, ditempuh pada waktu melaksanakan
termasuk persiapan dan pengarahan supervisi yaitu meliputi perencanaan,
sebelum praktek klinis, penilaian kebutuhan observasi mengajar, diskusi balikan dan

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 72
tindak lanjut. Supervisi yang berlangsung knows (tahu atau pengetahuan dasar),
dalam suatu siklus dengan tiga tahap knows how (tahu bagaimana melakukan),
beserta kegiatan-kegiatan dalam setiap show how (menunjukkan bagaimana
tahapnya yaitu sebagai berikut (Zubair melakukan), dan yang tertinggi adalah does
Amin KHE., 2002) (mampu melakukan). Mini cex dapat
1) Tahap pertemuan awal : pada tahap ini menilai peserta didik pada level “does”
terdapat beberapa kegiatan penting, (Iryani D., 2012). Pada intrumen mini cex
seperti : mahasiswa dan pembimbing yang dikembangkan sudah memenuhi
mengkaji kontrak pembelajaran, yang kriteria kognitif, prikomotor, afektif pada
meliputi tujuan, metode, evaluasi hasil setiap kompetensinya sehingga diharapkan
belajar, menentukan keterampilan yang mahasiswa dapat mengintegrasikan
akan dipraktikkan, memilih atau komponen tersebut dalam situasi nyata.
menentukan instrumen observasi yang Mini cex merupakan metode penilaian
akan digunakan. yang didesain untuk mengukur
2) Tahap observasi : mahasiswa performance mahasiswa dalam tahap klinik
diobservasi sesuai dengan kontrak pada sehingga efektif untuk menilai keterampilan
pertemuan awal. klinis pada mahasiswa. Menurut WHO,
3) Tahap pertemuan akhir : mini cex adalah salah satu format penilaian
pertemuan yang dilakukan setelah pada profesional kesehatan yang digunakan
mahasiswa menyelesaikan praktiknya agar untuk menentukan kompetensi mahasiswa.
mahasiswa bisa langsung diberikan Penilaian mini cex terdiri dari 7 komponen,
penguatan (reinforcement), mengulas yaitu keterampilan anamnesa, keterampilan
kembali tujuan pembelajaran, mengkaji pemeriksaan fisik, keterampilan
data hasil pengamatan, mengulas pemeriksaan fisik, keterampilan
keberhasilan kontrak belajar, menetapkan humanistik/profesional, diagnosis,
tindak lanjut proses perbaikan. tatalaksana, keterampilan konseling dan
Pembelajaran keterampilan klinik organisasi/efisiensi dan kompetensi secara
mencakup tiga kompetensi yaitu umum. Ada berbagai macam metode
knowledge, skill dan attitude yang harus evaluasi klinik namun mini cex merupakan
dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan. metode yang dinilai paling efektif karena
Kompetensi adalah suatu perilaku yang memiliki ketepatan yang lebih tinggi dalam
kompleks yang dibangun oleh tiga menilai kompetensi klinis mahasiswa
komponen yaitu knowledge, skill dan (Iryani D., 2012),
attitude. Pencapaian kompetensi tersebut 1. Keterampilan Anamnesis
menurut Miller dibagi empat tahap yaitu

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 73
Nilai pretest keterampilan anamnesis kelompok. Pada kelompok supervisi klinik
pada kelompok perlakuan memiliki nilai tampak adanya perubahan nilai setelah
lebih rendah dibandingkan dengan pada perlakuan. Sementara pada kelompok
kelompok kontrol. Tetapi setelah diberikan kontrol tidak tampak adanya perubahan
perlakuan terdapat perubahan nilai akhir, nilai. Hasil analisis Mann Whitney
hal terlihat pada tabel 4.3 yang menununjukkan p<0,001 artinya terdapat
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perbedaan yang sangat bermakna pada
nilai posttest pada dua kelompok kelompok tersebut.
Kemampuan anamnesis adalah untuk Keterampilan humanistik merupakan
memfasilitasi pasien dalam menjelaskan kemampuan untuk menunjukkan rasa
keadaannya, menggunakan pertanyaan yang hormat, kasih sayang, empati membangun
sesuai untuk mendapatkan informasi yang kepercayaan pasien memperhatikan
adekuat an memberikan respon verbal dan kenyamanan pasien, rendah hati, menjaga
nonverbal dengan tepat (Norcini J, Burch kerahasiaan informasi. Serta menyadari
V., 2007) keterbatasan diri (Iryani D., 2012)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 3. Keputusan klinis (Diagnosis)
menunjukkan hasil bahwa sekitar 61 pasien Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada
atau sebesar 76% diagnosis akhir dapat perubahan nilai yang lebih tinggi
ditentukan dari kemampuan klinis dibandingkan pada nilai awal sebesar 77,8
anamnesis. Data tersebut mendukung dan rentang 55,6-88,9 setelah diberikan
konsep bahwa sebagian besar diagnosis perlakuan.
dapat ditentukan berdasarkan menggali 4. Tatalaksana
informasi mengenai riwayat kesehatannya Dari tabel 4.3 terdapat perubahan nilai
yang didapat pada saat anamnesa (Heaven setelah diberikan supervisi klinik pada
C, Clegg J, Maguire P., 2006) kelompok intervensi. Kemampuan untuk
2. Keterampilan Pemeriksaan Fisik. menegakkan diagnosis yang tepat, memilih
Keterampilan melakukan pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang sesuai dan
fisik merupakan kemampuan untuk manajemen dengan memperhatikan
melakukan pemeriksaan pasien sesuai keuntungan dan resikonya (Iryani D.,
dengan kasus pasien untuk tujuan skrining 2012).
atau diagnostik, menjelaskan pada pasien 5. Keterampilan Konseling
serta sensitif terhadap kenyamanan pasien Kemampuan untuk menjelaskan
(Iryani D., 2012). rasionalitas pemeriksaan atau pengobatan,
Tabel 4.3 menunjukkan perubahan nilai mendapatkan persetujuan pasien,
keterampilan pemeriksaan fisik pada kedua melakukan edukasi atau konseling terkait

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 74
penatalaksanaan pasien. Keterampilan Saran
konseling memiliki nilai pretest 66,7 pada 2.1.1 Saran Teoritis
kelompok supervisi klinik dan nilai tersebut Disarankan untuk melakukan penelitian lebih
mengalami perubahan setelah diberikan lanjut mengenai penerapan supervisi klinik
perlakuan menjadi 77,8. Hal tersebut pada kompetensi lain dengan waktu yang
didukung dengan hasil penelitian yang lebih lama.
menunjukkan bahwa supervisi klinis 2.1.2 Saran Praktis
terbukti mempunyai potensi dan berperan 1) Diharapkan metode supervisi klinik
sebagai salah satu cara meningkatkan dapat diterapkan dalam pembelajaran praktik
efektivitas klinis program keterampilan klinik kebidanan agar mahasiswa bisa
komunikasi (Conn J, Flona R L, Geoffrey J mendapatkan umpan balik yang objektif
M, JustinL C B Robyn W K., 2012). selama melaksanakan PKK.
6. Penilaian Keseluruhan 2) Disarankan untuk menerapkan
Menunjukkan kemampuan secara penilaian formatif pada saat mahasiswa
keseluruhan yang terdiri dari kemampuan sedang melaksanakan PKK.
membuat sintesis, keputusan klinis. Nilai
akhir untuk penilaian secara keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
pada kelompok supervisi lebih tinggi
PP IBI. (2011) . standar kompetensi bidan
dibanding kelompok kontrol yaitu nilai Indonesia.2, 3-4.
Rahmawatie DA, Prihatiningsih TS.
tengah 77,8 rentang 66,7 – 88,9 serta hasil
(2011)Persepsi mahasiswa terhadap
uji statistik didapatkan p<0,001. kualitas supervisi di 12 Rumah Sakit
Jejaring FK Unissula. 3(2):136.
Simpulan
Kilminster SM, Jolly BC. (2000) Effective
Berdasarkan hasil penelitian mengenai supervision in clinical practice
settings: a literature review. Medical
perbedaan antara metode supervisi klinik
Education. (34):827
dengan metode konvensional terhadap Azizah LK. (2012). Tingkat kepuasan
bimbingan klinik mahasiswa
keterampilan klinis mahasiswa program studi
keperawatan. JurnaNursing Studies.
DIII kebidanan Poltekes TNI AU 1:221.
Suryanto, Jenie, Ikhlas M. (2009). Sumber
Ciumbuleuit Bandung, dan dapat dibuat
daya pendidikan klinik dan lingkungan
simpulan sebagai berikut : belajar klinik di fakutas kedokteran
UMY: peran dosen pembimbing
1. Terdapat perbedaan keterampilan klinis
klinik. Jurnal Pendidikan Kedokteran
pada metode supervisi klinik lebih tinggi dan Profesi Kesehatan Indonesia. 4:23.
Kementerian Kesehatan RI. (2011).
dibandingkan dengan metode konvensional.
Kurikulum inti pendidikan diploma III
1. Terdapat pengaruh supervisi klinik kebidanan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan Pusat
terhadap keterampilan klinis mahasiswa.
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan. Jakarta. p. 70.

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 75
Wang MA, Blumberg P.(1995). A study on tahap klinik. Majalah Kedokteran
interaction techniques of nursing Andalas. Vol 36. 25-26
faculty in the clinical area. Journal Of Winstanley J, White E. (2000). Clinical
Nursing Education.144-51 supervision : models, measures and
Packard SA, Polifroni C, Shah HS. (1994). best practice. Australian and New
Rules and regulations governing Zealand College of Mental Health
nursing education. Journal Of Nurses Nurse Reseacher. 10(4):4.
Professional Nursing. 97-104. Zubair Amin KHE. (2002).Basics in
Mills JE, Francis KL, Bonner A. (2005). medical education. Singapore: World
Mentoring, clinical supervision and Scientific Publishin
preceptoring : clarifying the
conceptual definitions for Australian
rural nurses. A review of literature. 4.
Norcini J, Burch V. (2007) Workplace-
based assessment as an educational
tool.AMEE
Guide no 31 Medical Teacher 27. 855-971.
Hanifah D, Judistiani RTD. (2013).
Pengaruh mini clinical evaluation
exercise terhadap peningkatan
keterampilan klinis mahasiswa studi
DIII Kebidanan STIKES Kota
Sukabumi. Tesis.
Kermode S. (1986). Clinical supervision in
nurse education: some parallels with
teacher education. The Australian
Journal of Advanced Nursing. 39.
Heaven C, Clegg J, Maguire P. (2006).
Transfer off communication skills
training from workshop to workplace.
The impact of clinical supervision.
Patient Education and Counseling.
Vol.60(3): 313-325
Conn J, Flona R L, Geoffrey J M, JustinL C
B Robyn W K. (2012).Clinical
teaching and learning : from theory
and research to application. Medical
Education.196.
Jones JH, Morris L V.(2007). Evaluation of
critical thinkings skills in an associate
degree nursing program. Teach Learn
Nurse. 2:109.
Suhoyo Y. (2006).Pembelajara
keterampilan klinis. Jurnal Pendidikan
Kedokteran Dan Profesi Kesehatan
Indonesia. Vol 1;4. 101.
Hardisman. (2009). Model-model
bimbingan pada pendidikan klinik dan
relevansinya pada pendidikan
kedokteran dan kesehatan di Indonesia.
Vol 33;2. 113.
Iryani D. (2012). Mini cex : metode
penilaian performa pada pendidikan

Volume III – No.1, Maret 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 76
Volume III – No.1, Maret 2017
Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung] 77

Anda mungkin juga menyukai