Bab 2 Tetraparese
Bab 2 Tetraparese
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi motorik pada
keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan
tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan
sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot .kerusakan diketahui
karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada keempat anggota
Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh
atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina
bifida). Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuan dalam
mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih dan rektum,
neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi kelumpuhan pada keempat anggota
gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan yang
tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau
tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih bisa digerakkan. Hal ini semua
Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera pada medula spinalis.
menurut Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury
Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan
diperkirakan 20 per 100.000 penduduk, dengan angka tetraparese 200.000 per tahunnya.
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan
ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini penting untuk
traumatika sbb : (1) tetraparese inkomplet (29,5%), (2) paraparese komplet (27,3%), (3)
C. ETIOLOGI
8. Poliomyelitis
D. PATOFISIOLOGI
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) atau
kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis.
Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan scar, atau kerusakan karena tekanan dari
vertebra atau diskus intervetebralis. Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang
berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari horn anterior medula spinalis sampai ke
otot.
Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral
menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot bagian tubuh
yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi transversal medula spinalis pada tingkat
otot-otot tubuh yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot kedua lengan yang
berasal yang berasal dari miotom C6 sampai miotom C8, lalu otot-otot thoraks dan
abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang mengakibatkan kelumpuhan parsial
dan defisit neurologi yang tidak masif di seluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula
Lesi transversal yang merusak segmen C5 ke bawah itu tidak saja memutuskan jaras
desendens lain. Disamping itu kelompok motoneuron yang berada didalam segmen
C5 kebawah ikut rusak.Ini berarti bahwa pada tingkat lesi kelumpuhan itu bersifat
Lower Motor Neuron (LMN) dan dibawah tingkat lesi bersifat Upper Motor Neuron
(UMN). Dibawah ini kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN) akan diuraikan
E. KLASIFIKASI
Tetraparese dapat disebabkan oleh karena kerusakn Upper Motor Neuron (UMN) atau
kerusakan Lower motor neuron (LMN), kelumpuhan atau kelemahan yang terjadi pada
kerusakan upper motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medulla spinalis
kerusakan terjadi karena tekanan vertebra atau diskusi intervetebralis. Hal ini berbeda
dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari anterior
1. Tetrapares spastik
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron
2. Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron
F. KOMPLIKASI
pneumonia
2. Tromboemboli paru dan emboli lain (pembekuan darah)
4. Dekubitus
6. Nyeri
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Yang terpenting untuk menegakkan diagnosa MND adalah diagnosa klinis 3,4 Karena
belum ada pemeriksaan khusus untuk MND, maka diagnosa pasti baru dapat diketahui
pada otopsi post-mortem dengan memeriksa otak ,medulla spinalis dan otot penderita.
Gejala utama yang menyokong diagnosa adalah adanya tanda-tanda gangguan UMN dan
LMN pada daerah distribusi saraf spinal tanpa gangguan sensoris dan biasanya dijumpai
fasikulasi spontan. Gambaran khasnya berupa kombinasi tanda-tanda UMN dan LMN
Implikasi dari penegakan diagnosa MND adalah bahwa kita menegakkan adanya
suatu penyakit yang akan berkembang terus menuju kematian. Jadi penting sekali untuk
yang lain dengan melakukan pemeriksaan yang lengkap dan sesuai. Pemeriksaan
adanya fibrilasi dan fasikulasi yang khas pada atrofi akibat denervasi.
normal. Punksi lumbal dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa MND.
Protein cairan serebrospinal sering dijumpai normal atau sedikit meninggi.Kadar plasma
kreatinin kinase (CK) meninggi sampai 2-3 kali nilai normalnya pada sebagian penderita,
tetapi penulis lain menyatakan kadarnya normal atau hanya sedikit meninggi. Enzim otot
carbonic anhydrase III (CA III) merupakan petunjuk yang lebih sensitif.
Pemeriksaaan radiologis berguna untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosa
lainnya .MRI dan CT-scan otot bermanfaat untuk membedakan atrofi otot neurogenik dari
penyakit miopatik dan dapat menunjukkan distribusi gangguan penyakit ini.MRI mungkin
dapat menunjukkan sedikit atrofi dari korteks motorik dan degenerasi Wallerian dari
traktus motorik di batang otak dan medulla spinalis. Block dkk mendemonstrasikan
metabolik pada korteks motorik primer dari penderita MND yang sesuai dengan adanya
kerusakan sel neuron regional dan berbeda secara bermakna dengan orang sehat atau
penderita neuropati motoric. Biopsi otot mungkin perlu dilakukan untuk membedakan
MND yang menimbulkan slowly progressive proximal weakness dari miopati. Bila
dilakukan biopsi otot, terlihat serabut otot yang mengecil dan hilangnya pola mosaik yang
Kelumpuhan
Reflek
Mobilitas Bising usus Kontraktu menelan turun CO2 Kebutuhan O2
menurun r menurun dalam paru
Lama
Mobilitas Penurunan berkurang
Kontraktilit intake Sirkulasi
Luka Lama
as menurun nutrisi darah ke Daya
dekubitus tubuh kembang
Defisit menurun paru
Gangguan
Konstipasi perawatan
Kebutuhan
nutrisi menurun
integritas diri
Gangguan kurang dari Kelemahan
kulit Gangguan
eliminasi kebutuhan umum
tubuh pola nafas
Hambatan
mobilitas
fisik