Anda di halaman 1dari 19

UTS

KONSEP DASAR BIOFARMASETIKA

(Selasa, 22 September 2020)

 Biofarmasetika

Ilmu yang mempelajari hubungan antara factor sifat fisiko-kimia dari bahan akti, factor
formulasi sediaan obat, factor teknologi pembuatan sediaan obat, factor patofisiologi
organ dengan berbagai proses yang dialami obat di dalam tubuh sampai zat aktif masuk
ke sistem peredaran darah.

 Faktor Sifat Fisiko-kimia yang Dapat Mempengaruhi Proses Biofarmasi :

- Kelarutan

- Ukuran partikel

- Bentuk Kristal : Kristal / amorf, lebih dari 1 bentuk Kristal / polimorf, mengikat air
misal bentuk hidrat / pelarut lain (solvat)

- Sifat asam basa dari bahan aktif

 Perjalanan Produk Obat di Dalam Darah

Obat ekstravaskular, obat nonparenteral

Seluruh obat ekstravaskular  biasanya mengalami proses ini sebelum di absorpsi ke


dalam darah.

1) Zat aktif dalam bentuk sediaan (misal tablet)

 LIBERASI  Penghancuran dari tablet padat menjadi partikel”

2) Partikel” obat terlarut dalam cairan GI / badan

 DISOLUSI
Masuk ke hati  mengalami perpas impact di hati  mengalami metabolism di
hati  masuk ke dalam darah  masuk ke dalam organ.

 Fase-fase Perjalanan Produk Obat di Dalam

1) Fase Biofarmasetik  Fase dimana obat sebelum di absorpsi / sampai di


absorpsi.

2) Fase Farmakokinetik  Fase setelah obat di absorpsi sampai di eliminasi.

Setelah masuk dalam darah ada konsentrasi maksimal dsb  mengalami


metabolism  berikatan dengan reseptor di situs aksinya.

3) Fase Farmakodinamik  Efek yang terjadi pada tubuh akibat pemberian obat
profiil kronologis kehadiran zat aktif di biofase  waktu laten, intensitas efek,
durasi farmakologi / biokimia  respon klinis  diamati.

Parameter Efek Farmakologi Parameter Efek Klinik


Kadar zat aktif di biofase Variabel lingkungan
Interaksi zat aktif – reseptor Efek psikologis
Mekanisme aksi Diagnostik tidak tepat
Toksikologi Sakit bawaan
Interaksi obat

 Proses Biofarmasetika

1) LIBERASI / Disentegrasi

 Proses pembebasan zat aktif dari sediaannya.

2) DISOLUSI

 Proses pelarutan zat aktif yang telah lepas dari bentuk sediannya kemudian
larut di dalam medium.

3) DIFUSI

 Proses perpindahan zat aktif pada medium yang sama (medium saluran cerna /
air)  hidrofil
Difusi Pasif  Konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi rendah, bergerak tanpa
energy. Pergerakannya berdasarkan gradien konsentrasi  gaya dorong.

4) TRANSFER

 Proses perpindahan zat aktif pada medium yang berbeda.

Misal lambung bisa masuk ke membrane  di permukaan membrane cenderung


bersifat lipofil (minyak). Proses pergerakan dari medium air menuju ke bagian
permukaan membrane bersifat lipofil. Untuk di absorpsi masuk ke dalam darah 
melewati permukaan membrane lipofil.

5) ABSORPSI

Membran  Lipopolisakarida, mengandung air  setelah melewati daerah yang


lipofil  makin masuk ke dalam makin hidrofil  masuk ke dalam darah.

Obat ekstravaskular mengalami proses biofarmasetika.

 Tujuan

1) Untuk mendapatkan sediaan obat yang memiliki kinerja yang diinginkan :

 Efektif

 Cepat bekerja

 Menghindari terjadinya toksisitas

 Bekerja dalam waktu yang diinginkan

 Dosis efisien

2) Design suatu obat yang memiliki kinerja optimal

 Grafik Konsentrasi Obat di Dalam

- Durasi  Jangka waktu obat memberikan efek terapeutik.


- Onset  Dari 0 sampai obat memberikan efek terapeutik / masuk ke zona
terapeutik.

 Obat di Dalam Darah – Per Enteral

Obat di dalam darah memiliki karakteristik biologis berbeda”.

LD 50
1) Index Terapi (IT = )
ED 50

 Indeks terapi lebar ( >2 )

 Indeks terapi sempit ( <2 ), ex : Digoxin, Phenitoin, Theophilin

 Indeks terapi sempit  Jarak antara konsentrasi max terapeutik dengan


konsentrasi min terapeutik rendah / pendek  antara dosis efektif dengan
dosis toksik jaraknya sangat tipis.

2) Proses Eliminasi

Parameter eliminasi : K el , t1/2el, Cl, E H

 Lambat, ex : Luminal

 Cepat, ex : Propanolol (suatu β -bloker), E H = 0,7  cepat dirusak oleh


hati  durasi pendek.

 Eliminasi obat  Durasi kerjanya lebih panjang.

3) Proses Absorpsi  ditentukan oleh Onset

 Secara cepat  lebih cepat memberikan efek

 Secara lambat  lebih lambat memberikan efek (mencapai zona


terapeutik)  kurva lebih landai.

 Secara tak menentu (erratic)

 Formulasi Obat
- Formulasi obat oral dosis tunggal

- Kesalahan formulasi in vivo

 Pemakaian Obat Berulang

Obat oral biasanya dipakai lebih dari 1x, ex : antibiotic (3 x sehari)

Profil : ada akumulasi dosis tunggal 1, 2, 3 dst sampai mencapai kondisi Steady State.

 Perkiraan Konsentrasi Rata-rata, Coverage dalam Keadaan Steady State,  DI


BUKU

 Formulasi Obat Optimum (antara produk obat yang berbeda dengan zat aktif yang
sama)

Tujuan : formulasi obat yang dikembangkan atas dasar riset bioavailabilitas obat (in
vivo) untuk memperoleh formula obat yang optimum)

KURVA DI BUKU

Pilih A / B?

PERJALANAN OBAT DI DALAM TUBUH

(Selasa, 29 September 2020)

Perjalanan Produk Obat di Dalam Tubuh

Zat aktif berada dalam suatu bentuk sediaan  zat aktif setelah masuk ke dalam tubuh
mengalami proses LIBERASI  terpecah menjadi partikel” bahan aktif yang
eksipiennya tersendiri  terpecah menjadi partikel di dalam cairan GI (gastrointestinal) /
dalam tubuh  partikel” melarut  terjadi proses DISSOLUSI  zat aktif yang terlarut
bisa berada dalam bentuk molekul utuhnya / terionisasi (ion)  setelah terlarut harus
mampu masuk ke dalam darah (proses ABSORPSI)  saat akan memasuki proses
absorpsi  harus melewati barrier lipid (bisa saja terjadi zat aktif tersebut tidak langsung
masuk ke dalam darah tetapi masuk ke vena yang menuju ke hati  terjadi suatu proses
metabolism bertujuan untuk mengeliminasi obat” dari dalam tubuh  karena sesuai
fungsi hati untuk menetralisir racun  zat aktif yang telah masuk ke dalam darah bisa
berada dalam bentuk bebas / terikat protein (misalnya yang paling banyak dalam tubuh :
protein Albumin)  zat aktif dalam bentuk bebas & terikat protein berada dalam suatu
sistem kesetimbangan  zat aktif dalam darah akan bergerak menuju ke perifer (proses
DISTRIBUSI)  atau menuju ke organ  memberikan efek biologis di organ  atau
dapat keluar dari tubuh (proses ELIMINASI)

Fase – fase Perjalanan Produk Obat di Dalam Tubuh

Nasib obat dalam tubuh : Fase Biofarmasetik, Fase Farmakokinetik, Fase


Farmakodinamik

1. Fase Biofarmasetik

 Fase dari obat masuk ke dalam tubuh hingga di absorpsi

Ex : tablet

Tablet ada yang diproduksi melalui metode granulasi basah / kering dan metode
kempa langsung. Tablet yang mengalami proses granulasi  mengalami proses
lebih panjang : tablet mengalami DISINTEGRASI untuk berubah menjadi granul
 Karena satuan terkecil sebelum menjadi tablet adalah granul  granul
mengalami DEAGREGASI  partikel” halus (Proses LIBERASI)

Berubahnya bentuk sediaan menjadi bentuk partikel” halus  proses liberasi.

Pelarutan zat aktif (DISSOLUSI)  zat aktif yang sudah terlarut siap untuk
masuk ke sistem peredaran darah (ABSORPSI)  harus melewati barrier lipid 
masuk ke dalam darah & jaringan

2. Fase Farmakokinetik
 Bagaimana nasib obat di dalam tubuh

Obat yang berada di tempat absorpsi / situs absorpsi  akan mengalami proses
ABSORPSI  masuk ke dalam darah  di dalam darah bisa dalam bentuk bebas
/ terikat protein plasma (misal Albumin)  bentuk bebas / terikat berada dalam
bentuk proses kesetimbangan (makanya panah bolak balik)  zat aktif yang
berada di darah / plasma dapat bergerak & tersimpan ke jaringan dan organ
(Proses DISTRIBUSI).

Dapat juga terdistribusi langsung menuju reseptor di biofase. Dapat juga masuk
ke hati  mengalami proses BIOTRANSFORMASI (metabolism)  dapat
dikeluarkan dari tubuh (EKSRESI)

3. Fase Farmakodinamik

 Bagaimana nasib tubuh akibat adanya pemberian obat

Yang di amati : Respon Klinis  Gabungan antara efek farmakologis dengan


parameter” dan efek klinis dengan parameter” non farmakologis.

Parameter” di luar farmakologis dapat mempengaruhi respon klinis yang


kemudian dapat di amati.

Tahap Proses Biofarmasetika (Video)

Nasib Obat di Dalam Tubuh (Video)

Nasib Perjalanan Aspirin di Dalam Tubuh (Video)

setelah menelan tablet aspirin, tablet akan melakukan perjalanan melalui penyerapan
sistem pencernaan Anda tablet akan melakukan perjalanan ke kerongkongan ke perut di
mana ia dilarutkan menjadi partikel yang jauh lebih kecil, partikel-partikel ini akan
melanjutkan perjalanannya ke usus kecil di mana mereka harus berada. Diserap ke dalam
darah, dinding usus halus di luar lumen dilapisi dengan vili kecil yang menonjol untuk
menyediakan area permukaan yang luas agar nutrisi di dalam makanan diserap.
melihat lebih dekat di bawah ini Anda dapat melihat mereka memiliki suplai darah yang
kaya satu jam yang tercakup dalam lapisan tipis sel epitel. molekul aspirin akan bekerja
melalui sel epitel dan masuk ke aliran darah di mana mereka dibawa ke seluruh distribusi
tubuh.
plasma darah mengandung molekul kompleks yang disebut Arderman albumin adalah
protein yang dibuat oleh hati yang mengangkut nutrisi ke seluruh tubuh. albumin juga
mengikat obat yang masuk ke aliran darah. di sini Anda dapat melihat beberapa molekul
aspirin yang mengikat albumin. semua partikel aspirin yang telah diikat akan disaring
keluar sebagai kelas melalui hati dan hanya molekul aspirin yang tersisa yang akan
masuk dan memiliki efek pada tubuh. Obat yang berbeda akan mengikat albumin dalam
jumlah yang berbeda tergantung pada afinitasnya terhadap protein plasma.
perhentian selanjutnya dalam perjalanan ini adalah hati. darah kaya aspirin akan masuk
ke hati melalui vena portal hepatik di bagian bawah dan keluar di bagian atas melalui
vena hepatik. pada tahap ini bahkan lebih banyak lagi aspirin yang akan dibuang melalui
proses yang disebut metabolisme lewat pertama. Fungsi hati mirip seperti penyaring,
yang akan memetabolisme obat sebelum mencapai bagian tubuh lainnya. Hal ini
dilakukan dalam beberapa langkah.
fase 1 metabolisme. aspirin pertama dihidrolisis dengan memisahkan asam etanoat dan
meninggalkan asam salisilat. asam salisilat ini tidak larut dalam air sehingga belum bisa
dikeluarkan melalui urin.
fase 2 metabolisme. kelompok terionisasi kemudian ditambahkan ke asam salisilat
membentuk clicker enoyed yang larut dalam air dan dapat diekskresikan dalam urin jauh
lebih sedikit dari aspirin akan melanjutkan perjalanannya ke seluruh tubuh termasuk
tempat nyeri. hanya 68% dari konsumsi aspirin secara oral akan berpengaruh sama sekali
karena semua penyaringan yang telah dilakukan oleh tubuh. persentase ini disebut
bioavailabilitas obat oral. jika obat tidak diberikan secara oral misalnya secara intravena
atau bucoli maka obat tersebut dapat melewati usus kecil dan hati sehingga tidak ada
pembiakan ini yang terjadi dan bioavailabilitasnya 100%.
Kami sekarang menjadi tempat kerusakan jaringan kulit. jaringan di kulit menciptakan
prostaglandin yang menyebabkan peradangan. Prostaglandin mengirim pesan ke saraf di
kulit yang bertanggung jawab atas sensasi nyeri. Begitu pegas tiba di suplai darah di
lokasi itu, ini mencegah produksi prostaglandin dan jaringan yang akan mengurangi
pembengkakan dan menghentikan pesan yang dikirim ke saraf tetapi pada ekskresi
pereda nyeri.
Aspirin yang tersisa di dalam darah akan berputar-putar, suplai darah kembali melalui
hati beberapa kali sampai semuanya habis atau disaring keluar dari tubuh, kemudian
mengalir ke ginjal dan kemudian ke kandung kemih untuk dikeluarkan.

DISKUSI

1. Tertera bahwa disolusi langsung berjalan meskipun masih dalam bentuk tablet
maupun granul, mekanismenya bagaimana ya bu untuk disolusi dalam bentuk
tablet dan granul?

 Disolusi belum bisa berlangsung jika obat masih dalam bentuk tablet nya.
Tetapi ia harus pecah dulu (tahap liberasi) dalam cairan gastro intrastenal
barulah proses disolusi dimulai. (sanggahan)

 Disolusi/pelarutan itu dominan terjadi setelah proses liberasi. Pelarutan yg


terjadi sblm itu adl pelarutan dr sisa2 serbuk pada permukaan sediaan tp itu
jumlahnya <<< shg pd dsrnya dapat diabaikan

2. Fase biofarmasetik itu dari obat masuk kedalam tubuh hingga dia di absorbsi,
kemudian fase farmakokinetik dari obat masuk ke jaringan hingga diekskresi,
pertanyaan saya kalau untuk fase farmakodinamik, kita bisa tahu kalau obat
sedang di fase tersebut diamati dari apanya ya bu? Apakah dari efek yang muncul
pada tubuh kita?? Atau dengan melihat parameter parameter yang tertulis di slide
bu??

 Yang bisa diamati setelah konsentrasi obat ada di fase FD adalah respon
klinik, karena sampai nya konsentrasi zat aktif obat di biofase (reseptor) maka
akan menimbulkan respon klinik tsb. (sanggahan)
3. Kenapa ada obat yang berhasil masuk melalui hati tanpa kerusakan? Dan ada juga
yg tereliminasi oleh hati?

PERJALANAN OBAT DI DALAM TUBUH

MEKANISME TRANSPOR

(Selasa, 6 Oktober 2020)

 Tahap Biofarmasetika

Biofarmasetika akan dialami oleh obat” yang ekstravaskular (tidak langsung masuk ke
sistem pembuluh darah)  mengalami fase” biofarmasetika  di absorpsi masuk ke
dalam darah.

Untuk obat intravascular, parenteral  tidak mengalami proses biofarmasetika.

Bentuk sediaan akan mempengaruhi tahap / proses biofarmasetika yang dialami. Tidak
semua sediaan akan mengalami tahapan biofarmasetika yang sama.

Misal : sediaan dalam bentuk larutan tentu akan berbeda dengan sediaan dalam bentuk
padatan (tablet). Sediaan larutan  zat aktifnya sudah dalam bentuk terlarut dalam
pembawa  langsung masuk ke saluran cerna sudah dalam bentuk terlarutnya  tidak
lagi mengalami proses LIBERASI karena sudah dalam bentuk terlarut  sehingga hanya
akan mengalami proses TRANSPOR (berpindah dari pembawanya (air) menuju ke
medium di saluran cerna)  ABSORPSI

Sediaan bentuk tablet  belum terlepas dari bentuk sediaannya  saat masuk ke
lambung harus terlepas dahulu dari bentuk sediaannya  mengalami pelarutan  lanjut
tahap lainnya

Proses pelepasan biofarmasetika dapat dipengaruhi oleh : Bentuk formulasi dari


sediaan, kondisi dari saluran cerna (asam di lambung)
Eksipien  menentukan proses tahapan biofarmasetika dari obat. Eksipien 
menentukan apakah menjadi IMMEDIATE RELEASE / SUSTAINED RELEASE.
Proses pelepasan obat antara IMMEDIATE RELEASE dan SUSTAINED RELEASE
berbeda  dalam jumlah obat yang terlepas dan mekanisme pelepasannya sedikit
berbeda  karena SUSTAINED RELEASE ditambahkan polimer  polimer akan
berperan sebagai mekanikal sterik untuk obat bisa terlepas dari bentu sediaannya 
terlepas secara bertahap

Eksipien lain dapat mempengaruhi proses biofarmasetik : Binding (pengikat) &


disintegran (penghancur)  proses LIBERASI suatu tablet

Hasil Binding dengan Disintegrn akan mempengaruhi : LIBERASI,


DISINTEGRASI, SOLUBILITI. Semakin cepat terlepas dari bentuk sediaan  proses
pelarutannya akan lebih cepat (proses pertama akan menentukan proses berikutnya)

Tahap LIBERASI dibagi jadi 3 tahap : Disintegrasi, Deagregasi, Disolusi

a. Disintegrasi  Perubahan dari bentuk padatan menjadi bentuk partikel”


penyusunnya. Misal : tablet granul  tablet berubah jadi granul”  granul”
mengalami DEAGREGASI menjadi partikel”

Stabilitas bahan aktif dalam saluran cerna akibat pengaruh dari kondisi di saluran
cerna : asam lambung, enzim” yang dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif 
mempengaruhi berapa % bioavailabilitas dari zat aktif yang bisa di ABSORPSI.

PERMEASI  kemampuan zat aktif menembus membrane. Jika mampu menembus


membrane dan masuk dalam darah  ABSORPSI. Pergerakan menembus membrane
tidak hanya menuju pembuluh darah. Faktor” yang mempengaruhi proses PERMEASI :
Kecepatan permeasi dari suatu obat untuk menembus membrane dipengaruhi oleh :
DISOSIASI dari bahan obat  karena biasanya senyawa” obat adalah senyawa organic
asam lemah / basa lemah dimana dapat mengalami Disosiasi, KOEFISIEN PARTISI 
Rasio antara kelarutan zat aktif di organic dibandingkan dengan di air, PH 
Menentukan antara bentuk terionisasi dengan bentuk tidak terionisasi  yang menembus
membrane melalui difusi pasif : bentuk tidak terionisasi, HIDROFILISITAS  Karena
membrane dilapisi oleh Lipopolisakarida bersifat lipofilik  yang memiliki kelarutan di
lemak yang cukup baik  lebih mudah menembus lapisan dari membrane sel, UKURAN
MOLEKUL

Semakin besar ukuran partikel  semakin lambat menembus membrane

Derajat Ioonisasi  tergantung ph  bentuk terionisasi / tidak terionisasi sangat


menetukan proses ABSORPSI dari bahan aktif

First Pass Effect  metabolism pertama di dalam hati  untuk menjadi bentuk aktif
menjadi inaktif. Bentuk Aktif  obat yang diberikan ke dalam tubuh dalam bentuk
prodrug  melewati metabolism di hati  menjadi bentuk aktif. (17.30)

 IBUPROFEN

Iboprofen  mengobati segala macam nyeri (di kepala, perut, kaki)

Dikarenakan obat sistemik  beredar secara sirkular di seluruh tubuh  masuk ke


sistem peredaran darah  beredar ke seluruh tubuh  menempel pada reseptor” nyeri
yang ada di tubuh.

Sebelum menuju organnya  akan tersirkulasi dalam darah

Misalnya : mengonsumsi ibuprofen untuk mengobati sakit di pergelangan kaki  masuk


ke dalam tubuh  di lambung dengan suasana asam  mengalami  terlarut 
bergerak ke usus  masuk menembus dinding lapisan di usus  menuju ke sirkulasi
darah  sebagian masuk ke vena menuju hati  mengalami metabolism di hati 
terjadi proses metabolism (enzim akan menetralisir menjadi bentuk inaktif untuk di
eliminasi  bentuk metabolitnya menjadi bentuk inaktif (yang awalnya bulat bisa
menempel kemudian segitiga jadi tidak efektif lagi).

Ibuprofen yang tidak mengalami metabolism  melanjutkan perjalanan ke pembuluh


darah  tersirkulasi dalam darah  beredar ke pembuluh darah  masuk ke seluruh
organ  berikatan dengan reseptor  memberikan efeknya melalui signal” yang
diberikan nyeri.
Darah akan selalu membawa ibuprofen untuk masuk ke dalam ginjal / hati  untuk
mengalami metabolism  eliminasi

Proses ini secara general akan dialami seluruh obat yang diberikan secara oral  tetapi
jumlah yang tersedia / bioavailabilitas dari obat akan berbeda” tergantung : obat, orang,
bagaimana masuk ke dalam tubuh.

Jika dosis terlalu rendah  tidak efektif, jika dosis terlalu tinggi  toksisitas

Salah satu factor bagaimana obat bekerja dalam tubuh : anak”  karena masih
berkembang  seluruh proses dalam tubuhnya masih berkembang

 ASPIRIN

Apa yang mempengaruhi proses absorpsi dari obat di dalam tubuh :

Masuk ke dalam usus halus  ada villi” kecil yang sangat berperan pada proses absorpsi
 villi” teraktualisasi ke pembuluh darah  menembus membrane dalam villi  masuk
ke dalam saluran darah  mengalami proses DISTRIBUSI. Did alam plasma ada suatu
protein yaitu Albumin  Albumin akan menentukan berapa lama obat bersirkulasi.
Semakin terikat dengan protein Albumin, semakin lama tersirkulasi dalam darah. Obat
yang terikat dengan Albumin  berikatan dengan reseptor karena bentuk sudah berubah
 mengalami metabolism di hati.

Metabolism Fase 1 (untuk membuat lebih polar) : terhidrolisis menjadi asam salisilat

Metabolisme Fase 2 : terjadi glukoronisasi

Bioavailabilitas  Jumlah obat yang tersedia di situs kerjanya.

Bioavailabilitas yang diberikan secara oral : gigi (pikal) memang lebih rendah karena
mengalami berbagai fase biofarmasetik yang cukup panjang

Bioavailabilitas yang diberikan secara intra vena : langsung masuk ke sistem


peredaran darah, tidak mengalami fase biofarmasetik.
PROSES BIOFARMASETIKA YANG DIALAMI SEDIAAN

 Tidak semua tahapan dialami obat yang diberikan secara ekstravaskular, berbeda
tergantung bentuk sediaannya. Tahapan : liberasi  disolusi  difusi  transfer 
absorpsi.

 LIBERASI  berlaku untuk z.a dalam sediaan yang tidak langsung tercampur dengan
cairan tubuh.

Jika larutan  langsung tercampur dengan cairan tubuh karena pembawanya air dan
medium di lambung sebagian besar air  tidak berlaku tahapan LIBERASI.

Mekanisme yang terjadi bergantung keadaan z.a dalam sediaan :

- Tercampur secara fisik : tablet (antara z.a, pengikat terampur secara fisika)

- Terlarut sebagian di dalam pembawa :

- Terdispersi :

Tablet (Oral)  mekanisme LIBERASI tergantung jenis tablet :

1. Pengambangan bahan penghancur : berkontak dengan air  mengembang 


mendorong sediaan z.a untuk keluar

2. Reaksi kimia spt pelepasan gas CO2

3. Pengikisan secara fisika : mekanisme no. 1 dan no. 2 juga akan mengalami
mekanisme no. 3  karena adanya pergerakan peristaltic di dalam lambung.

Suppositoria (Rektal)  mekanisme LIBERASI :

1. Pelelehan basis : z.a didalam basis oleum cacao  meleleh  masuk ke dalam
rektal  ada medium rektal dan cairan rektal  bagian luar suppositoria akan
berkontak dengan cairan rektal  basis meleleh karena adanya panas dari suhu
tubuh  ketika meleleh z.a akan bergerak  mengalami proses DIFUSI di
dalam basisnya (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah) 
semakin lama akan semakin meleleh  bergerak  mengalami TRANSFER dari
permukaan basis menuju medium yang ada di rektal, cairan rektal  terjadi
pelepasan obat  DISOLUSI  ABSORPSI

2. Pelarutan basis

 DISOLUSI  terjadi jika z.a dalam keadaan tidak terlarut dalam pembawa.

- Pada pelarutan berlaku Hukum Noyes-Whitney :

- Hukum Stokes-Einstein :

 DIFUSI  terjadi setelah z.a terlarut dalam medium

- Perbedaan transfer dan difusi

- Hukum yang berlaku untuk proses difusi

- Proses difusi pada sediaan :

1. Topical : salep, krim, gel

2. Sistem disperse : emulsi (cair-cair)  ada sebagian z.a yang sudah


terlarut dalam pembawanya karena emulsi memiliki partisi antara di air
dan di minyak  sistemnya sedikit berbeda, suspense (cair-padat)  z.a
sebagian terlarut sesuai dengan kelarutannya di dalam pembawa, tetapi
sebagian besar bentuk tidak terlarut

3. Suppositoria

 DISKUSI

1. Berlaku untuk ZA yang dalam sediaan yang tidak langsung tercampur dengan cairan
tubuh Mekanisme yang terjadi bergantung keadaan ZA di dalam sediaan.

a. Sebutkan contoh dari ZA yg terlarut sebagian dalam pembawa

 Terlarut sebagian dlm pembawa: suspensi

b. Sebutkan contoh dari ZA yg terlarut terdispersi, ??


 Dispersi: cair-cair: emulsi, padat-cair: suspensi

2. LIBERASI

SUPPOSITORIA → MEKANISME LIBERASINYA

a. Jelaskan mekanisme liberasi suppositoria PELELEHAN BASIS ??

b. Ada perbedaan tahap biofarmasetika yg dialami suppositoria dari basis yg


berbeda, meskipun bentuk sediaannya sama. Untuk basis yg meleleh maka dia
tidak akan langsung bercampur dgn cairan rektal karena sifat lipofilisitasnya
berbeda, cairan rektal dgn basis air bersifat hidrofil sedangkan basis leleh bersifat
lipofil. Maka akan terjadi proses difusi-transfer menuju cairan rektal-disolusi di
cairan rektal-absorpsi.

c. Jelaskan mekanisme liberasi suppositoria PELARUTAN BASIS ??

 Sedangkan basis yg melarut PEG (polimer) mekanisme pelepasan obatnya:


cairan rektal yg berkontak dgn PEG akan mengakibatkan polimer
mengembang karena air akan masuk dan membentuk jembatan hidorgen pada
struktur PEG yg mengakibatkan polimer tsb mengembang, semakin banyak
air yg masuk maka semakin mengembang PEG nya hingga kemudian
bercampur dengan cairan rektal (micibel) maka karena sdh bercampur tahap
berikutnya adalah terjadi pelarutan dari bahan aktif di cairan rektal selanjutnya
absorpsi.

3. Terjadi jika ZA dalam keadaan tdk terlarut dalam pembawa, sebutkan contohnya ?

a. Pada pelarutan berlaku :

Hukum Noyes-Whitney, sebutkan ???

 Persamaan Noyes-Whitney : “Laju kelarutan berbanding langsung dengan


luas permukaan efektif dari zat aktif yg kontak”

Persamaan noyes whitney : dM/dt = DS/ h (Cs-C)


b. Sebutkan Hukum Stokes-Einstein ???

 Hubungan Noyes-Whitney dengan Stokes-Einstein yaitu Sesuai dengan


persamaan Stokes-Einstein, ukuran molekul berpengaruh pada harga koefisien
difusi, D, pada proses disolusi (D pada persamaan Noyes-Whitney) maupun
pada proses permeasi.

 Jawaban Bu Malinda : Persamaan Noyes-Whitney : dM/dt = DS/ h (Cs-C).

Persamaan ini adalah persamaan yg digunakan untuk menjelaskan factor-


faktor yg mempengaruhi kecepatan disolusi. Dapat dilihat bahwa yg
berpengaruh positif/berbanding lurus adalah : koefisien difusi, luas permukaan
partikel (dengan massa yg sama) dan kelarutan. Koefisien difusi bisa
dijelaskan melalui persamaan Stokes-Einstein yaitu : D= k. T/(6 π r n).

(Selasa, 13 Oktober 2020)

 DISKUSI

1. Perbedaan difusi dan transfer?

 Difusi pasif : perpindahan z.a dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi


rendah dalam 1 medium yang sama, z.a bergerak menurut gradient
konsentrasi.

 Transfer : perpindahan z.a dalam medium yang berbeda, contoh : dari medium
hidrofilik menuju medium lipofilik / sebaliknya.

Contoh : dari medium saluran cerna (hidrofilik) menuju membrane sel


(lipofilik) dalam perjalanan akan terabsorpsi ke pembuluh darah.

Proses transfer bisa terjadi dari permukaan sediaan yang sifat/karakteristiknya


berbeda dengan mediumnya. Misal : sediaan salep (lipofilik) 1 fasa 
digunakan di permukaan kulit (bagian atas kulit : stratum korneum 
lipofilik)
Sediaan gel (hidrofilik) kemudian permukaan kulit lipofilik  proses
pergerakan z.a dari sediaan menuju ke stratum korneum  proses transfer.

Transfer  berpindah dari suatu daerah dengan medium yang berbeda sifat
kepolarannya.

Secara garis besar proses perpindahan zat bersifat pasif  bergerak


berdasarkan gradient konsentrasi (sederhana, tanpa melibatkan protein”
tertentu).

Proses transfer menggunakan ATP  aktif

2. Mekanisme difusi sediaan salep

 Sediaan topical : salep, gel, krim (hanya untuk penggunaan luar)

Jika dibuat sediaan transdermal  menembus sampai ke lapisan dermal, di


ujung lapisan ermal ada pembuluh darah  terabsorpsi secara sistemik

Tidak semua sediaan mengalami tahapan biofarmasetik yang sama sampai ke


absorpsi  tergantung tujuan penggunaannya.

Sediaan salep, krim, gel berbeda karena basisnya berbeda

Sediaan topical untuk efek local

Sediaan salep dan gel  sediaan 1 fase dan berbeda sifat kepolarannya. Gel
sebagian besar terdiri dari air  cenderung bersifat hidrofil. Basis salep 
basis lemak / hidrokarbon  cenderung bersifat lipofilik.

Krim  sediaan 2 fase (fase air dan fase minyak), tipenya tergantung (minyak
dalam air / air dalam minyak).

Salep bersifat lipofilik  saat dioleskan di permukaan kulit bagian atas


(stratum korneum  lipofilik karena terdiri dari sel” mati).

Proses pelepasan z.a dari sediaan tergantung bagaimana kondisi di dalam


pembawanya, apakah terlarut / terdispersi. Pembuatan salep ada beberapa cara
: pelelehan/pelarutan (z.a dilarutkan dalam basisnya) dan dispersi (buat basis
salep  z.a dibasahi  campurkan secara geometris  seluruh bagian salep).

Jika z.a terdispersi dalam pembawanya  proses pelepasannya secara


geometris  z.a bergerak  proses difusi dari bagian dalam menuju ke
bagian permukaan daerah antara salep dengan kulit  terjadi difusi masuk ke
dalam stratum korneum  jika melewati celah antar sel (sebagai
mortar/semen) dan sel (bagian paling atas : lipopolisakarida bersifat lipofil,
bagian tengah : bersifat hidrofil)  jika hidrofilik : mengalami transfer  jika
melewati transelular  mengalami difusi di dalam membrane sel (lipofilik)
 masuk ke dalam inti sel (hidrofil)  terjadi transfer  menembus
membrane sel  terjadi proses difusi  lapisan epidermis.

3 jalur difusi untuk masuk ke dalam kulit : celah antar sel (interselular), perlu
menembus ke dalam sel (transelular/intraselular), melewati saluran keringat /
kelenjar keringat/ jaringan rambut (transepidangeal)  bersifat lipofilik 
mengalami difusi  masuk ke transepidangeal.

Anda mungkin juga menyukai