Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan
Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
BAB II..................................................................................................................4
Landasan Teori..................................................................................................4
Evidence based practice.................................................................................4
Pentingnya kita memerlukan Evidence based dalam pelayanan kebidanan...5
Prinsip dan Langkah dalam Evidance Based Midwifery Care..........................7
Praktek............................................................................................................8
Contoh............................................................................................................8
KESIMPULAN...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan
bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini
yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan
kebidanan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada
waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera
menggugurkan teori yang sebelumnya.
Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini
bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi yang biasanya
atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal tersebut telah
digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan posisi
telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya
oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia. Itulah evidence based,
melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah dianggap
accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah
dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence Based
Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir
terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk
pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et
al,1997).
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada
dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan –
tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi
pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar
dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi.
BAB II
Landasan Teori
Pada tahun 1864 dia tahun adalah 1846, dan seorang dokter Hungaria
bernama Ignaz Semmelweis, asisten profesor di Johns Hopkins School of Public
Health pada periode ini digambarkan sebagai “awal zaman keemasan ilmuwan
dokter,” ketika dokter diharapkan untuk memiliki pelatihan ilmiah. Jadi dokter
seperti Semmelweis tidak lagi memikirkan penyakit sebagai ketidakseimbangan
yang disebabkan oleh cuaca yang buruk atau rohroh jahat.
Mereka melihat lebih dalam dari sisi anatomi. Otopsi menjadi lebih
umum, dan dokter mulai tertarik dalam jumlah dan pengumpulan data. Dr.
Semmelweis ketika dia muncul untuk pekerjaan barunya di klinik bersalin di
Rumah Sakit Umum di Wina, ia mulai mengumpulkan beberapa data sendiri.
Semmelweis ingin mencari tahu mengapa begitu banyak wanita di bangsal
bersalin menderita demam nifas. Ia mempelajari dua bangsal bersalin di rumah
sakit. Satu dikelola oleh semua dokter laki-laki dan mahasiswa kedokteran, dan
lainnya dikelola oleh bidan perempuan.
Dan ia menghitung jumlah kematian di kedua tempat tersebut. Ketika
Semmelweis menemukan bahwa perempuan di klinik yang dikelola oleh dokter
dan mahasiswa kedokteran meninggal pada tingkat hampir lima kali lebih tinggi
daripada wanita di klinik bidan. Dia mulai bertanya kenapa. Semmelweis
beropini, di klinik bidan, perempuan melahirkan dengan sisi lateral tubuh. Di
klinik dokter, wanita melahirkan dengan posisi terbaring. Hasilnya, Ia
mengatakan, adalah “tidak berpengaruh.” Kemudian Semmelweis
memperhatikan bahwa setiap kali seseorang di bangsal meninggal karena
demam nifas, seseorang akan berjalan perlahan-lahan melalui klinik dokter,
melewati tempat tidur perempuan dengan petugas dering bel.
Kali ini Semmelweis berteori bahwa imam dan bel berdering sehingga
para wanita ketakutan setelah melahirkan dan berpikir meraka juga akan
demam, sakit dan meninggal. Ia mengatakan, “Hal ini tidak berpengaruh.”
Akhirnya, Semmelweis frustrasi. Dia mengambil cuti dari tugas rumah sakit dan
melakukan perjalanan ke Venesia. Dia berharap istirahat akan menjernihkan
pikirannya. Ketika Semmelweis kembali ke rumah sakit, beberapa berita duka
sudah menunggunya. Salah satu rekan-rekannya, seorang ahli patologi, telah
jatuh sakit dan meninggal. Ini adalah kejadian yang umum, menurut Jacalyn
Duffin, yang mengajar sejarah kedokteran di Universitas Queen di Kingston,
Ontario.
Semmelweis berpendapat bahwa tidak hanya ibu nifas yang meninggal
setelah mengalami demam. Semmelweis mempelajari gejala patologis dan
menyadari ahli patologi meninggal karena hal yang sama seperti para wanita
yang telah diotopsi. Tapi itu masih tidak menjawab ‘pertanyaan awal:
“Mengapa lebih banyak wanita meninggal akibat demam nifas di klinik dokter
Semmelweis daripada di klinik bidan’?” Perbedaan besar antara bangsal bidan
dan bangsal dokter adalah bahwa dokter melakukan otopsi dan bidan tidak,”
katanya. Jadi Semmelweis berhipotesis bahwa ada partikel pucat, potongan-
potongan kecil dari mayat, yang dapat berpindah dari pasien ke dokter. Jika
hipotesis Semmelweis benar, maka tenaga kesehatan harus menyingkirkan
partikel-partikel pucat untuk tingkat kematian demam nifas. Jadi dia
memerintahkan staf medis untuk mulai membersihkan tangan dan instrumen
mereka bukan hanya dengan sabun tetapi dengan larutan klorin. Klorin, seperti
yang kita kenal sekarang, adalah disinfektan terbaik yang ada. Semmelweis
tidak tahu apa-apa tentang kuman.
Dia memilih klorin karena dia pikir itu akan menjadi cara terbaik untuk
menyingkirkan setiap bau yang ditinggalkan oleh orang-potongan kecil dari
mayat. Dan ketika kejadian ini diterapkan, tingkat kejadian demam nifas jatuh
secara dramatis. Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa untuk
mendapatkan praktik pelayanan yang terbaik diperlukan berbagai penelitian dan
analisis untuk mendukung untuk membuktikan praktik terbaik.
Praktek
kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Hal ini
terjadi karena llmu Kedokteran berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis
yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan
baru yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara
hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul
pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh, jika
sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin
persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan oleh
temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi
quality of life pasien. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang
dapat saja segera ditarik dan perederan hanya dalam waktu beberapa bulan
setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek
samping yang berat pada sebagian penggunanya.
Contoh
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan
atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Dibawah ini adalah perkembangan
keilmuan kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice.
a. Gentle Birth
Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang
bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat
melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan,
serta self hypnosis yang rutin dilakukan sjak awal masa kehamilan hingga
menuju persalinan.
b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses
melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water
birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di
dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh
berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja
pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada
persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah
pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih
sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth.
Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa
sakit hingga mencapai 40-70%.
c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek
meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada
ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly
yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca
persalinan.
KESIMPULAN
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah
penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit
dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien
perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini
sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM
maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak
bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang
diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi Dengan pelaksanaan praktik asuhan
kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut tentu saja bermanfaat
membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan resikoresiko yang di
alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk
memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan
bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua
harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah
terkini yang bias dipertanggung jawabkan. Tujuan EBP adalah memberi alat,
berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada, untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout & Hayes, 2005 &
Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan
dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian
yang telah divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu
pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu.
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan
atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Contohnya : Gentle Birth, Water Birth,
dan Lotus Birth.
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/prinsip-dan-langkah-dalam-evidance-based-midwifery-
care-pdf-free.html
www.google.com http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-
evidence-based-kebidanandalam.html#ixzz3YZGM2flV
http://ekarianamidwifery.blogspot.co.id/2015/04/langkah-dalam-evidence-
based-practice.html
http://repo.unand.ac.id/33995/1/Dengan%20EBM-Implementasi%20Dalam
%20Masa%20Kehamilan.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21314/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=5&isAllowed=y