Anda di halaman 1dari 20

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia Merupakan Negara Yang Kaya Akan Budaya Dan Sumber Dana Alamnya. Pada
Saat Ini, Indonesia Mengalami Perkembangan Yang Mendorong Pemerintah Untuk Melakukan
Perubahan Di Segala Sector Demi Meningkatkan  Pendapatan Atau Kas Negara Guna Membiayain
Pembangunan Dana Biaya-Biaya Negara Dalam Rangka Menyelenggarakan Perubahan Tersebut ,
Pastilah Memerlukan Dana Yang Tidak Sedikit, Dana Tersebut Berasal Dari APBN Dan APBD,
Dimana Sebagian Besar Bersumber Pada Penerimaan Pajak. Dalam Hal Ini Menjelaskan Bahwa
Pajak Memiliki Peranaan Yang Sangat Penting Dalam Kehidupan Bernegara, Khususnya Di Dalam
Pelaksanaanpembangunan Pajak Merupakan Salah Satu Sumber Pendapatan Negara Yang Ada
Untuk Membiayai Pengeluaran Termasuk Pengeluaran Untuk Meningkatkan Pembangunan.
                 
Indonesa Memiliki Beraneka Ragam Ke Kayaan Yang Sangat Kuat Oleh Sebab Itu
Sebenarnya Indonesia Memiliki Potensi Yang Sangat Besar Dalam Membangun Pertumbuhan
Ekonomi  Untuk Menunjang Segala Kebutuhan Dalam Negri. Namun Pada Knyataannya Indonesia
Pada Saat Ini Hanya Mampu Menjadi Penonton Ditengah Prsaingan Global Yang Begitu Selektif.
Kebijakan Kontroferisial  Yang Di Ambil Oleh Pemerintah Indonesia Yang Tergabung Dalam
Pembebasan PPH Pasal 22 Dengan Negara Cina, Pada Kontestersebut Kebijakan Yang Di Ambil
Sangat Menggiurkan Karna Penduduk Cina Yang Begitu Banyak Di Bandingkan Jumlah Penduduk Di
Indonesia Dan Dapat Menjadi Sasaran Empuk Bagi Para Produsen Dalam Negri. Akan Tetapi Para
Produsendalam Negri Belum Mampu Bersaing Dengan Produk-Produk   Yang Di Hasilkan Oleh
Negri Tirai Bamboo Tersebut. Dalam Hal Ini Kedewasaan Sangatlah Di Perlukan Dalam Melakukan
Suatu Kebijakan Karna Besar Atau Kecilnya Pendapatan Dari Pph Pasal 22 Bergantung Pada
Kebijakan Yang Di Ambil Oleh Peratran Pemerintah.

Pemerintah Pusat Maupun  Pemerintah Daerah, Instasi Atau Lembaga Pemerintah Ata


Lembaga Lembaga Negara Lain Berkenan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang.Badan-
Badan  Tertentu Yang Berkenan Dengan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang
Lainnya . Dasar Hukum Pph Pasal 22  Adalah UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 , Pasal
22 Untuk Lebih Memahami Secara Mendalam Dan Kompherensif Mengnai Pajak Penghasilan (Pph)
Pasal 22, Maka Yang Akan Di Bahas Dalam Makalah Ini Paparan Mengenai Pph Pasal 22.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah
ini seperti berkut:

A. Apa pengertian PPh Pasal 22


B. Sebutkan daftar pemungut PPh Pasal 22 !
C. Sebutkan objek PPh pasal 22 !
D. Apa saja kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22?
E. Bagaimana saat terutangnya PPh Pasal 22?
F. Bagaimana tata cara pemungutan, penyertoran, dan pelaporan PPh Pasal 22?
G. Bagaimana sifat pemungutan PPh pasal 22?
H. Bagaimana cara perhitungan PPh pasal 22?

C. TUJUAN

Dapat mengetahui lebih mendalam Apa itu PPh pasal 22

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PPH PASAL 22

Pajak Penghasilan pasal 22 ini merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah
baik pusat ataupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkaitan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu, baik
badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang lain.

Pajak penghasilan pasal 22 ini dibedakan berdasarkan jenis kegiatan (Subyek) yang dilakukannya.
Kegiatan-kegiatan yang dikenakan pajak penghasilan pasal 22 tersebut adalah :

1. Kegiatan impor barang


2. Pembelian barang yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara / Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang untuk badan usaha uang bergerak
dibidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri
otomotif, untuk Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak dibidang
bahan bakar minyak jenis premix dan gas, untuk Badan Urusan Logistik atas penyerahan
gula pasir dan tepung terigu kepada para penyalur dan / atau agennya.

B. DAFTAR PEMUNGUT PPH PASAL 22

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 16/PMK.010/2016, berikut ini daftar


pemungut PPh pasal 22.

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang dan ekspor
komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh
eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerja sama
pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya.
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-
lembaga negara lainnya atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
5. Badan usaha tertentu, meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki negara melalui penyertaan langsung dari kekayaan negara yang dipisahkan;

3
b. Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah
berlakunya pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
c. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara
meliputi PT Pupuk Sriwidjaja palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT
Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT
Indonesia Tower, PT Pembangkit Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT
Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Matural Gas
Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus,
PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah;
atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
6. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja, industri otomotif, dan industri farmasi atas penjualan hasil produksi kepada
distributor di dalam negeri.
7. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (ATM), dan importir umum
kendaaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM,
dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumnas atas penjualan
hasil produksinya kepada distributor dalam negeri.
9. Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan atas pembelian bahan-bahan unutk keperluan industri atau
ekspornya.
10. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan atas pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadipemegang izin usaha pertambangan.
11. Badan usaha yang memproduksi emas batangan atas penjualan emas batangan oleh
produsen emas batangan.
12. Wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

C. OBJEK PPH PASAL 22

1. Impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh wajib pajak yang terikat
dalam perjanjian kerja sama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP) oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak krtiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran Langsung (LS) oleh Kuasa nPengguna Anggaran(KPA)

4
5. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha
oleh badan usaha tertentu, meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki negara melalui penyertaan langsung dari kekayaan negara yang dipisahkan;
b. Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah
berlakunya pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
c. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara
meliputi PT Pupuk Sriwidjaja palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT
Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Telekomunikasi Selular, PT
Indonesia Tower, PT Pembangkit Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT
Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Matural Gas
Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus,
PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah;
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otormotif, dan
industri farmasi
7. Pernjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, ATM, importir umum
kendaraan bermotor Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri oleh produsen atau importri
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
9. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspornya oleh indutri atau eksportir
yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
10. Pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari
badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan
usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
11. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas batangan.
12. Penjualan barang yang tergolong mewah oleh wajib pajak badan yang melakukan penjualan
barang yang tergolong mewah.

D. KEGIATAN YANG TIDAK DIKENAKAN PPH PASAL 22

Berikut kegiatan-kehiatan yang dikecualikan dari pengenaan PPh pasal 22:

5
1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Pengahasilan.
2. Impor barang yang dibedakan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan
Nilai, meliputi :
a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas
di Indonesia yang diakui dan nterdaftar dalam peraturan menteri keuangan
yang mengatur tentang cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas
impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatnya
yang bertugas di Indonesia;
c. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan, atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;
d. Barang untuk kepentingan museum, kebun binatang, konservasi alam, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum;
e. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
g. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
h. Barang pindahan;
i. Barang peribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan perundang-
undangan kepabeanan;
j. Barang yang di impor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
k. Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
l. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
m. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN);
n. Buku ilmu pengetahuan dan teknologim buku pelajran umum, kitab suji, dan
buku-buku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya;
o. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal
tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran dan alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran
Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya.
p. Pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan

6
suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat
udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional.
q. Kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang
ditunjuk oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang digunakan untuk
pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero)
r. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kementerian
Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh untuk mendukung pertahanan
nasional, yang di impor oleh Kementerian Pertahanan,TNI atau pihak yang
ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan atau TNI; dan/atau
s. Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan
oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
t. Barang untuk kegiatan usaha panas bumi.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor
untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf i dan huruf j PMK Nomor
34/PMK.010/2017 berkenaan dengan :
a. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d PMK Nomor 34/PMK.010/2017 yang
jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak termasuk PPN
(Pajak Pertambahan Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari
suatu transaksi yang nilainya sebenarnya lebih dari Rp. 2.000.000,00 (dua juta
rupiah);
b. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) huruf e PMK Nomor 34/PMK.010/2017 yang jumlahnya paling
banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) tidak termasuk PPN (Pajak
Pertambahan Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu
transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
c. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos. Pembayaran untuk pemakaian air dan listrik.
d. Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/ atau produk sampingan
dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di
Indonesia dari kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan
kontrak kerja sama. 

7
e. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi
berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi.
f. Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur untuk
keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i yang jumlahnya paling banyak
Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dalam satu masa pajak.
g. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (1) huruf j yang telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh
badan usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e.
6. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor;
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
8. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf k kepada Bank Indonesia.
9. Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna
Anggaran, pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa
Pengguna Anggaran, atau bendahara pengeluaran).
10. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik
(Perum BULOG).

E. SAAT TERUTANGNYA PPH PASAL 22

No. Jenis Kegiatan Saat Terutang PPh Pasal 22

8
1. PPh pasal 22 atas impor barang Terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Jika pembayaran Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh pasal 22
terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang Terutang dan dipungut pada saat pembayaran
oleh penungut Pajak pada nomor
2,3 dan 4 (bendahara pemerintah,
KPA, bendahara pengeluaran,
pejabat penerbit SPM), BUMN
tertentu, dan bank-bank BUMN
3. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil Terutang dan dipungut pada saat penjualan
produksi indsutri semen, industri
kertas, industri baja, industri
otomotif, industri farmasi, dan
penjualan kendaraan bermotor oleh
ATPM, APM, dan importirnya
4. PPh Pasal 22 atas penjualan bahan Terutang dan dipungut pada saat penerbitan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan Surat Perintah
pelumas Pengeluaran Barang (delivery Order)
5. PPh pasal 22 atas pembelian bahan- Terutang dan dipungut pada saat pembelian
bahan dari pedagang pengumpul

F. TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPH PASAL 22

No. Pemungutan Penyetoran


1. Pemungutan PPh pasal 22atas impor Dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir
baranh yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank Devisa,
atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Penyetoran pajak menggunakan surat setoran pajak
yang berlaku sebagai bukti pemungutan pajak
2. Pemungutan PPh pasal 22 oleh Wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui
pemungut Pajak Bendahara Kantor Pos, bak Devisa, atau Bank yang ditunjuk oleh
Pemerintah, Kuasa Pengguna Menteri Keuangan menggunakan surat setoran pajak
Anggaran (KPA), Bendahara yang telah diisi atas nama rekanan serta
Pengeluaran, Pejabat Penerbit Surat ditandatangani oleh Pemungut Pajak. Surat setoran
Perintah Membayar atas delegasi pajak berlaku sebagai bukti pemungut pajak
KPA
3. Pemungutan PPh pasal 22 oleh Wajib disetor oleh pemungut pajak ke Kas Negara
Pemungut Pajak: melalu Kantor Pos, bank Devisa, atau bank yang
a. Badan Usaha Milik Negara ditunjuk oleh Menteri Keuangan menggunakan
tertentu (PT Pertamina, PT setoran pajak.
PLN, dan lain-lain) dan bank- Pemungut pajak wajib menerbitkan bukti
bank BUMN; pemungutan pajak rangkap tiga (lembar pertama
b. Badan usaha yang bergerak untuk wajib pajak, lembar kedua untuk KPP sebagai
dalam industri semen, lampiran SPT, lembar ketiga sebagai arsip pemungut
kertas, otomotif, baja dan yang bersangkutan)

9
farmasi;
c. Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), dan importir
umum kendaraan bermotor;
d. Produsen atau importir
bahan bakar minyak, bahan
bakar gas, dan pelumas;
e. Industri dan eksportir yang
bergerak di sektor
perkebunan, [ertanian,
peternakan, dan perikanan
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT masa ke Kantor Pelayanan Pajak setempat
paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat di lakukan
pada hari kerja berikutnya

G. SIFAT PEMUNGUTAN PPH PASAL 22

Pemungutan PPh Pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final. Pemungutan pajak bersifat final
artinya pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak melalu pemungutan oleh pihak lain dalam
tahun berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan pada total PPh yang terutang pada akhir suatu
tahun saat pengisian SPT tahunan PPh. Sebaliknya, pemungutan pajak bersifat tidak final
berarti tidak final berarti pajak yang sudah dipungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat
dikerditkan/diperhitungkan sebagai pembayaran pajak penghasilam dalam tahun berja;lan
oleh Wajib Pajak yang dipungut.

Berikut pajak penghasilan Pasal 22 yang pemungutannya bersifat tidak final:

1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang.


2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak meliputi bendahara
pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat penerbit SPM.
3. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak meliputi BUMN
tertentu (PT Pertamina, PT PLN, PT Telkom, PT Perusahaan Gas Negara, PT Pembangunan
Perumahan, PT Wijaya Karya, PT Adhi Karya, PT Hutama Karya, PT Krakatau Steel, PT
Garuda Indonesia) dan bank-bank BUMN.
4. Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi.
5. Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas kepada selain penyalur/agen.
6. Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan kendaraan bermotor oleh TPM, APM, atau
importir.
7. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspor oleh industri atau eksportir dalam kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan,
dan perikanan.

10
Pajak penghasilan Pasal 22 yang pemungutannya bersifat final adalah pemungutan PPh
Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau importir kepada penyalur/agen.

H. MENGHITUNG PPH PASAL 22

PPh pasal 22 dihitung dengan mengalikan tarif dan dasar pengenaan pajak. Dasar pengenaan
pajak dalam PPh Pasal 22 meliputi nilai impor, nilai ekspor, dan harga beli atas pembelian
barang oleh instansi tertentu atau harga jual atas penjualan hasil produksi oleh usaha bidang
tertentu.

PPh Pasal 22 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Tarif dasar pengenaan pajak PPh Pasal 22 dijelaskan dalam tabel berikut:

No. Objek Pajak (Kegiatan Tarif Dasar Pengenaan PPh Pasal 22


1. Impor barang 10% Nilai impor 10% X Nilai impor
a) Barang tertentu (Lampiran I
PMK No. 107 tahun 2015)
b) Barang tertentu lainnya 7,5% Nilai impor 7,5% X Nilai impor
(Lampiran II PMK No. 107
tahun 2015)
c) Selain huruf a dan b 2,5% Nilai impor 2,5% X Nilai impor
d) Kedelai, gandum, tepung 0,5% Nilai impor 0,5% X Nilai impor
terigu
e) Selain huruf a,b, dan c, dan 7,5% Nilai impor 7,5% X Nilai impor
tidak mempunya API
f) Barang tidak dikuasai 7,5% Nilai impor 7,5% X Nilai impor
2. Ekspor komoditas tambang 1,5% Nilai ekspor 1,5% X Nilai ekspor
batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang
dilakukan oleh eksportir,
kecuali yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang terikat dalam
perjanjian kerja sama
pengusahaan pertambangan
dan Kontrak Karya
3. Pembelian barang oleh 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% X Harga beli
bendahara pemerintah dan KPA termasuk PPN
4. Pembelian barang yang 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% X Harga beli
dilakukan dengan mekanisme termasuk PPN
uang persediaan (UP) oleh
bendahara pengeluaran

11
No. Objek Pajak (Kegiatan) Tarif Dasar Pengenaan PPh Pasal 22
5. Pembelian barang kepada pihak 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% X Harga beli
ketiga yang dilakukan dengan termasuk PPN
mekanisme pembayaran
langsung (LS) oleh KPA atau
pejabat SPM
6. Pembelian barang dan/atau 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% X Harga beli
bahan-bahan untuk keperluan termasuk PPN
kegiatan usahanya oleh badan
usaha tertentu
7. Penjualan hasil produksi
kepada distirbutor di dalam
negeri oleh industri yang
bersangkutan:
a. Penjualan semua jenis semen 0,25% Dasar pengenaan PPN 0,25% X DPP PPN
b. Penjualan kertas 0,1% Dasar pengenaan PPN 0,1% X DPP PPN
c. Penjualan baja 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% X DPP PPN
d. Penjualan semua jenis 0,45% Dasar pengenaan PPN 0,45% X DPP PPN
kendaraan bermotor beroda
dua atau lebih
e. Penjualan semua jenis obat 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% X DPP PPN
8. Penjualan kendaraan bermotor 0,45% Dasar pengenaan PPN 0,45% X DPP PPN
di dalam negeri oleh ATPM,
APM, dan importir umum
kendaraan bermotor
9. Penjualan hasil produksi
kepada distributor dalam negeri
oleh produsen atau
importirnya:
a. Penjualan bahan bakar 0,25% Penjualan tidak 0,25% X Nilai penjualan
minyak kepada SPBU termasuk PPN
Pertamina
b. Penjualan bahan bakar 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
minyak kepada SPBU bukan termasuk PPN
pertamina
c. Penjualan bahan bakar 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
minyak kepada pihak selain a termasuk PPN
dan b di atas
d. Penjualan bahan bakar gas 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
termasuk PPN
e. Penjualan pelumas 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
termasuk PPN
10. Pembelian bahan-bahan untuk 0,25% Harga pembelian tidak 0,25% X Nilai pembelian
keperluan industri atau termasuk PPN
ekspornya oleh industri atau
eksportirnya

12
No. Objek pajak (kegiatan) Tarif Dasar Pengenaan PPh Pasal 22
11. Pembelian komoditas tambang 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% X Nilai pembelian
batubara, mineral logam, dan termasuk PPN
mineral bukan logam dari
badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri
atau badan usaha yang
melakukannya
12. Penjualan emas batangan oleh 0,45% Harga pembelian tidak 0,45% X Nilai pembelian
produsen emas batangan termasuk PPN
termasuk yang melalui pihak
ketiga
13. Penjualan barang tergolong 5% Harga barang 5% X harga barang
sangat mewah oleh Wajib Pajak
yang melakukannya

Keterangan:

a) Nilai impor: nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk, yaitu Cost
Insurance and Feight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Cost merupakan harga faktur; insurance merupakan biaya asuransi antar-daerah pabean,
freight merupakan biaya angkut (pengapalan) antardaerah pabean.
b) Nilai ekspor adalah nilai Free on board (FoB).
c) Dasar pengenaan pajak Pertambahan Nilai (DPP PPN): dapat berupa harga pembelian atau
harga penjualan, merupakan nilai atau harga tertentu yang menjadi hak pengusaha kena
pajak atau penjual.
Besarnya DPP PPN ditentukan sebagai berikut.
1. Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas barang mewah (PPnBM), besarnya DPP PPN sama dengan harga
pembelian/penjualan.
2. Jika harga pembelian/penjualan termasuk pajak Pertambahan Nilai, besarnya DPP PPN
sama dengan harga pembelian/penjualan dibagi 110.

DPP PPN = (100 ÷ 110) X Harga pembelian/penjualan


3. Jika harga pembelian/penjualan termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atau Barang Mewah, besarnya DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan dibagi
110 ditambah tarif PPnBM.

DPP PPN = { 100 ÷ (110 + tarif PPnBM )} X Harga pembelian/penjualan

13
Jika tarif PPnBM sebesar 20%

DPP PPN = {100 ÷ (110 + 20)} X Harga pembelian/penjualan


DPP PPN = (100 ÷ 130) X Harga pembelian/penjualan
d) Besarnya tarif pemungutan dinaikkan 100% apabila Wajib Pajak tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak. Hail ini berlaku untuk pemungutan PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final

CONTOH PERHITUNGAN

Contoh 1
a. PT Perdana adalah importir barang-barang elektronika. Perusahaan sudah memiliki API.
Pada Mei 2016, PT Perdana melakukan impor barang dari Jepang dengan harga faktur
USD 100.000. biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur.
Biaya tersebut dibayar oleh PT Perdana. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Kurs yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 = Rp. 11.500. hitung PPh
Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Perdana.

PPh pasal 22 dihitung sebagai berikut.


1) Menentukan nilai impor
- Harga faktur (cost) USD100.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% X USD100.000 USD 500
- Biaya angkut (freight): 10% X USD100.000 USD 10.000 (+)
CIF (cost, insurance, freight) USD110.500
Bea masuk: 10% X USD110.500 USD 11.050 (+)
Nilai impor USD121.550
Nilai impor (dalam rupiah): USD121.550 X Rp.11.500 Rp1.397.825.000
2) Menghitung PPh Pasal 22-Impor
Besarnya PPh Pasal 22 adalah:
75% X Rp1.397.825.000 Rp. 104.836.875
*) Barang yang diimpor termasuk dalam kelompok barang pada Lampiran II PMK No. 107
Tahun 2015

b. Pada Juni 2016, PT Ananda melakukan impor kedelai dari Amerika Serikat senilai
USD30.000. biaya asuransi dan angkut barang dari Amerika ke Indonesia masing-masing
sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Tarif Bea masuk sebesar 15% dari CIF. Kurs
yanf ditetapkan oleh Menteri Keuangan saat itu adalah USD1 = Rp11.000. hitung PPh
Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Ananda.

14
PPh Pasal 22 dihitung sebagai berikut.
1. Menentukan nilai impor
- Harga faktur (cost) USD 30.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% X USD100.000 USD 150
- Biaya angkut (freight): 10% X USD100.000 USD 4.500 (+)
CIF (cost, insurance, freight) USD 34.650
Bea masuk: 10% X USD110.500 USD 5.197,50 (+)
Nilai impor USD 39.847,50
Nilai impor (dalam rupiah): USD39.847,50 X Rp.11.000 Rp438.323.500
2. Menghitung PPh Pasal 22-Impor
0,5% X Rp438.322.500 Rp. 2.191.612

Contoh 2

Pada 1 April 2016, Dinas Pendidikan dan Pengajaran A membeli mebel dan peralatan
kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai Rp.220.000.000 (termasuk PPN 10%).

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut dihitung sebagai
berikut.

DPP : (100/110) X Rp220.000.000 Rp200.000.000

PPh Pasal 22 : 1,5% X Rp200.000.000 Rp 3.000.000

Contoh 3

Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kabupaten A pada 10 Juli 2016 melakukan


pembayaran atas pembelian alat tulis kantor dari Toko Kuning senilai Rp2.100.000
(termasuk PPN 10%). Pembayaran dilakukan menggunakan uang persediaan.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara tersebut dihitung sebagai berikut.

DPP : (100/110) X Rp2.100.000 Rp1.909.090

Pembayaran tersebut tidak dikenakan PPh Pasaln 22 karena nilainya kurang dari

Rp2.000.000.

15
Contoh 4

Pada 20 Juli 2016, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten C membeli alat berat senilai
Rp962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nilai di atas Rp200.000.000 dilakukan dengan
cara mekanisme langsung, yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah
dalam hal ini Dinas Pengelolaan Keuangan Kabupaten C langung kepada PT Nagata.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan tersebut dihitung sebagai berikut.

DPP : (100 ÷ 110) X Rp962.500.000 Rp875.000.000

PPh Pasal 22 : 1,5% X Rp875.000.000 Rp 13.125.000

Contoh 5

Bank Negara Indonesia merupakan salah satu BUMN. Pada Juni 2016, pihak bank
melakukan pembayaran kepada PT Bahtera Motor atas pengadaan barang sebanyak 20 unit
dengan harga Rp198.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN 10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bank Negara Indonesia dihitung sebagai berikut.

DPP : (100 ÷ 110) X 20 X Rp 198.000.000 Rp3.600.000.000

PPh Pasal 22 : 1,5% X Rp3.600.000.000 Rp 54.000.000

Contoh 6

Pada Maret 2016, PT Indonesia Power melakukan pembayaran kepada CV Aneka Warna
atas pembelian barang senilai Rp10.500.000 (termasuk PPN 10%).

PPh Pasal 22 yang dipungut PT Indonesia Power dihitung sebagai berikut.

DPP : (100÷110) X Rp10.500.000 Rp9.545.455

Atas pembayaran tersebut tidak dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya kurang
dari Rp10.000.000.

16
Contoh 7

PT Cahaya Dunia Paper pada Mei 2016 menjual kertas hasil produksi kertas kepada CV
Merah Jaya (salah satu distributor) dengan total harga sebesar Rp880.000.000. harga
tersebut tidak termasuk PPN sebesar 10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Cahaya Dunia Paper dihitung sebagai berikut.

DPP : (100÷110) X Rp880.000.000 Rp800.000.000

PPh Pasal 22 : 0,10% X Rp800.000.000 Rp 800.000

Contoh 8

Pada Mei 2016, PT Semen Indonesia menjual semen hasil produksi semen kepada PT
Bangunan Nusantara (salah satu distirbutor). Total harga termasuk PPN sebesar
Rp1.650.000.000.

PPh Pasal 22 yang dipungut PT Semen Indonesia dihitung sebagai berikut.

DPP : (100 ÷ 110) X Rp1.650.000.000 Rp1.500.000.000

PPh Pasal 22 : 0.25% X Rp1.500.000.000 Rp 3.750.000

Contoh 9

PT New Ratna Motor adalah salah satu ATPM mobil Toyota. Pada Juli 2016, perusahaan
tersebut menjual kendaraan senilai Rp41.800.000.000 (termasuk PPN).

PPh Pasal 22 yang dipungut PT New Ratna Motor dihitung sebagai berikut.

DPP : (100÷110) X Rp41.800.000.000 Rp38.000.000.000

PPh Pasal 22 : 0,45% X Rp38.000.000.000 Rp 171.000.000

Contoh 10

Pada Maret 2016, PT Herbal Indonesia menjual hasil produksi obat kepada PT Sehat
Sentosa (salah satu distributor). Nilai penjualan Rp110.000.000 (termasuk PPN).

PPh Pasal 22 yang dipungut PT herbal Indonesia dihitung sebagai berikut.

DPP : (100÷110) X Rp110.000.000 Rp100.000.000

PPh Pasal 22 : 0,3% X Rp100.000.000 Rp 300.000

Contoh 11

17
Pada Juni 2016, PT Pertamina melakukan penyerahan hasil produksi sebagai berikut.

a. Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp825.000.000 kepada SPBU Pertamina.


b. Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp577.500.000 kepada SPBU bukan pertamina.
c. Penyerahan bahan bakar gas senilai Rp192.500.000 kepada Blue Gas Distributor.
d. Penyerahan pelumas senilai Rp278.900.000 kepada PT Oli.

Setiap harga dalam poin-poin tersebut termasuk PPN.

PPh Pasal 22 yang dipungut PT Pertamina dihitung sebagai berikut.

a. Penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU:


DPP : (100÷110) X Rp825.000.000 Rp750.000.000
PPh Pasal 22 : 0,25% X Rp750.000.000 Rp 1.875.000

b. Penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU bukan Pertamina:


DPP : (100÷110) X Rp577.500.000 Rp525.000.000
PPh Pasal 22 : 0,3% X Rp525.000.000 Rp 1.575.000

c. Penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas Distributor:


DPP : (100÷110) X Rp192.500.000 Rp175.000.000
PPh Pasal 22 : 0,3% X Rp175.000.000 Rp 525.000

d. Penyerahan pelumas kepada PT Oli:


DPP : (100÷110) X Rp308.000.000 Rp280.000.000
PPh Pasal 22 : 0,3% X Rp280.000.000 Rp 840.000

Contoh 12

PT Dua Saudara adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan hasi-hasil


pertanian. Pada Juli 2016, PT Dua Saudara membeli bahan-bahan untuk keperluan industri
terebut UD Petani Makmur sebagai pedagang pengumpu. Nilai pembeliannya sebesar
Rp326.000.000.

PPh Pasal 22 yang dipungut PT Pertamina dihitung sebagai berikut.

0,25% X Rp326.000.000 Rp815.000

BAB III

18
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pph pasal 22 merupakan pembayaran pph dalam tahun berjalaan yang di pungut oleh :
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah , industry atau lembaga pemerintah dan
lembaga lembaaga negar lainnya sehubungan dengan pembayaran ats penyerahan barang
b. Bahan bahan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenan dengan kegiatan di
bidng impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
c. Wajib pajak badan yang melakukan penjuaan barang yang tergolong sangat mewah.
Objek Pajak PPh 22 adalah

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah yang melakukan
pembayaran, atas pembelian barang;
3. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari
belanja negara  dan atau belanja daerah (kecuali badan-badan tersebut pada poin empat;
4. Bank Indonesia, Perusahaan Pengelola Aset, Badan Urusan Logistik, PT. Telekomunikasi
Indonesia, PT. Perusahaan Listrik Negara, PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau
Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya
bersumber baik dari APBN maupun dari non APBN;
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas,
industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar
minyak, gas, dan pelumas;
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul;
8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

B. SARAN

19
Setelah penulis memaparkan hal hal yang berkaitan dengan pph pasal 22 , penulis menyarankan
kepada pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak guna membantu meningkatkan
APBN dan APBD Khususnya pada pph pasal 22.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2004. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Siti Resmi 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1) Edisi 10. Yogyakarta: Salemba Empat 
Undang-undang Republik Indonesia Nomor  36  Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 210/Pmk.03/2008 Tentang Perubahan
Kelima Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 Tentang Penunjukan
Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan
Pelaporannya.
Peraturan Menteri Keuangan No. 253/PMK.03/2008, Tgl.31 Desember 2008 Tentang Wajib Pajak
Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang
Tergolong Sangat Mewah 

Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 16/PMK.010/2016

20

Anda mungkin juga menyukai