Anda di halaman 1dari 19

“KARAKTERISTIK AGEN-AGEN INFEKSIUS : VIRUS, JAMUR,

BAKTERI, PARASIT, RIKETSIA, CLAMIDIA”


Mata kuliah: Ilmu Dasar Keperawatan II
Dosen Pengampu: Ns. Gusti Jhoni Putra, S.Kep, M.Pd, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2:

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Karakteristik Agen-Agen Infeksius : Virus, Jamur, Bakteri, Parasit, Riketsia,
Clamidia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Ilmu Keperawatan Dasar II .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


konsep dasar keperawatan Ns. Gusti Jhoni Putra, S.Kep, M.Pd, M.Kep selaku
dosen pembimbing dan teman-teman satu kelompok yang ikut berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktu nya.

Bagi kami sebagai penyusun dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami untuk itu kami
sanggat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Pontianak, November
2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………. I
Daftar Isi………………………………………………………………… Ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
C. Tujuan……………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………… 3
A. Infeksi pada Agen-agen Infeksius ………………………………. 3
1. Virus …………………………………………………………. 3
2. Bakteri ……………………………………………………….. 6
3. Jamur ………………………………………………………… 9
4. Parasit ………………………………………………………... 10
5. Riketsia……………………………………………………….. 12
6. Clamidia ……………………………………………………… 12
BAB III PENUTUP…………………………………………………….. 14
A. Kesimpulan………………………………………………………… 14
B. Saran……………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang
mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang
berperan untuk proteksi.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini
adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat..pada makalah
ini kami akan membahasa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pejamu,hubungan mikroorganisme dengan pejamu dan kondisi yang
melemahkan pertahanan pejamu dalam melawan mikroorganisme.
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh
mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh dan
membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau
cidera. Sistem imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah
dipengaruhi oleh virus intra sel. Perubahan pada respon imun dapat
menyebabkan timbulnya serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, atau ketidak
kemampuan bersespon dan menyembuhkan tubuh dari infeksi( Corwin, J.
Elizabeth, 2009 ).
Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dengan
hospes. Staphylococcus aureus merupakan patogen mayor pada manusia.
Hampir setiap orang mempunyai tipe infeksi S. aureus selama hidupnya,
dengan tingkat keganasan yang berbeda mulai dari infeksi kulit minor sampai
infeksi yang dapat mengancam jiwa serta setiap jaringan atau alat tubuh dapat
diinfeksi oleh bakteri ini dan menyebabkan penyakit dengan tanda-tanda yang

1
2

khas berupa peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Abses merupakan


sifat khas infeksi S. aureus. Penggunaan antibiotik dalam terapi terhadap
infeksi masih menjadi pilihan utama. Akan tetapi harus diperhatikan aturan
pemakaiannya agar tidak terjadi resistensi bakteri yaitu bakteri yang lebih
kuat dan kebal terhadap antibiotik. Memakan waktu lama dan biaya besar, hal
ini merupakan salah satu konsekuensi dari resistensi bakteri (Sitompul, 2002).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada garis
khatulistiwa dan beriklimtropis, sehingga memungkinkan untuk
berkembangnya penyakit infeksi.Infeksi bisa terjadi dimana dan kapan saja,
bahkan infeksi dapat terjadi di tempatpelayanan Kesehatan seperti klinik,
laboratorium, puskesmas dan rumah sakit merupakansuatu tempat dimana
terdapat banyak orang yang ingin mendapatkan pengobatan,perawatan dan
mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit. Namun, terkadang penyakit
yang semula hanya memiliki satu penyebab penyakit, ketika berada di tempat
pelayanan kesehatan seorang pasien bisa mendapatkan penyakit lain karena
infeksi yangdidapatkan dari tempat pelayanan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agen Infeksius ?
2. Bagaimana Karakteristik Agen-agen Infeksius ?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan agen infeksius
2. Agar dapat mengetahui Karakteristik Agen-agen infeksius
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Infeksi pada Agen-agen Infeksius


Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,
dan clamidia. Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi progresif dan
penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu mikroorganisme
hidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin
baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi).
Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan
penyakit.
1) Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan
memperbanyak diri di dalam jaringan hospes.
2) Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, Ph
yang sesuai, suhu, dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhannya
1. Virus
Virus berasal dari bahasa yunani Venom yang berarti racun. Virus
adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik
(genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat
berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam
tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang.

3
4

Virus merupakan suatu partikel yang mengandung bahan genetik


berupa DNA atau RNA yang diselubungi oleh protein yang disebut
kapsid dan pada beberapa virus ada juga komponen lain, misalnya lemak.
Satuan dasar virus disebut virion. Virus hanya dapat memperbanyak diri
jika berada di dalam suatu sel inang yang sesuai. Jika berada di luar
sistem selular, virus tidak mampu memperbanyak diri karena tidak
mempunyai sistem enzim yang dapat digunakan untuk sintesis partikel
virus yang baru. Oleh karena itu, virus disebut sebagai parasit obligat dan
seringkali juga dianggap sebagai batas antara jasad hidup dan jasad mati.
Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat.
Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-
perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak
atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai
agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut
secara permanen (Darmono, 2014).
5

Cara virus menginfeksi manusia melalui proses yang agak panjang


karena tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda

asing dan patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun
timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul
terhadap mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem
imun alamiah atau non spesifik (natural/ innate/ native) dan didapat atau
spesifik (adaptive/ acquired). Baik sistem imun non spesifik maupun
spesifik memiliki peran masing-masing, keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangan namun sebenarnya kedua sistem tersebut memiliki kerja
sama yang erat (Hermiyanti, 2011).

Gambar 1.1 Mekanisme Virus Bekerja (Kusnadi, 2010)

Virus menginfeksi manusia mempunyai mekanisme yang berbeda-


beda, namun secara umum virus menginvasi tubuh dengan cara mengambil
alih nucleus sel dan menjadikannya inang untuk menciptakan lebih banyak
virus seperi pada Gambar 1.1. Virus yang dapat menyebabkan penyakit
tersebut sangat bergantung pada spesies/ jenis virus. Mekanisme
6

patogenesitas pada tingkat seluler dimulai dengan lisisnya sel, sel pecah
dan mengakibatkan kematian sel. Pada hewan dan manusia, bila terjadi
kematian banyak sel dalam tubuh karena infeksi virus, maka efek penyakit
virus akan terjadi. Walaupun virus menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan, pada kondisi tertentu kehadiran virus dalam tubuh tidak
menyebabkan gejala apapun (periode laten). Beberapa jenis virus dapat
hidup lama dalam tubuh penderita atau disebut infeksi kronis. Pada kondisi
tersebut virus terus bereplikasi sehingga menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh dalam tubuh penderita, hal ini terjadi pada beberapa virus seperti:
HIV,virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Orang yang menderita
penyakit tersebut dinamakan karier, dia menyimpan virus dalam tubuhnya
dan dapat ditularkan pada orang lain yang peka (Hermiyanti, 2011). Peran
Virus yaitu sebagai berikut :

1) Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang


rekayasa genetika karena dapat digunakan untuk cloning
gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai contoh
adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan
serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen manusia sehingga
diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan kanker dapat
disembuhkan.

2) Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena


menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan
tumbuhan

2. Bakteri
Cara bakteri menginfeksi organisme adalah dengan melakukan
penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan menggunakan
enzim, setelah itu bakteri akan memulai mereplikasi materi genetik dan
selubung protein, kemudian bakteri akan memanfaatkan organel-organel
sel, kemudian sel mengalami lisis. Proses-proses pada siklus lisogenik:
7

reduksi dari siklus litik ke profage (dimana materi genetiak bakteri dan sel
inang bergabung), bakteri mengalami pembelan binner, dan profage keluar
dari kromosom bakteri.
Siklus litik:
1. Waktu relatif singkat
2. Menonaktifkan bakteri
3. Berproduksi dengan bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri

Siklus lisogenik :

1. Waktu relatif lama


2. Mengkominasi materi genetic bakteri dengn virus
3. Terikat pada kromosom bakteri (Nurhayati, 2012)

a. Klasifikasi Bakteri

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan


potensi dari patogeniknya. Beberapa bakteri memiliki kemampuan
untuk menyebar secara luas di komunitas dan menyebabkan penyakit
yang serius. Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat sifat molekuler.
1) Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif
member respons terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri lain
(misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik pewarnaan
khusus.
2) Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3) Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel
bakteri (terminal, subterminal, atau sentral).
4) Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen;
organism anaerob memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit
atau tanpa oksigen.
8

5) Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau


pertumbahan intraselular khusus
6) Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu
identifikasi salmonela, urease membantu identifikasi
Helicobacter.
7) Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur
permukaan (misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus,
Meningokokus, dan banyak lagi)
8) Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan
elemen kunci dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)

b. Cara Kerja Bakteri Menyerang Tubuh Manusia


Bakteri tidak mampu untuk menyerang sistem imun dalam tubuh
manusia jika hanya satu bakteri saja, karena bakteri hidup
berkelompok sehingga mudah untuk menyerang atau menginfeksi
organisme. Mikroorganisme ini bisa berada di kulit atau dalam organ
tubuh lainnya. Bakteri berkomunikasi dengan menggunakan bahan
kimia, yaitu melepaskan molekul kecil ke dalam media di sekitarnya
yang dapat dideteksi melalui reseptor pada permukaan sel bakteri
lainnya.
Ketika sejumlah sinyal molekul ini tercapai, maka masing-masing
individu dari bakteri ini sudah mengetahui bahwa teman-teman
didekatnya sudah memulai suatu tindakan. Proses ini dikenal sebagai
penginderaan quorum. Penginderaan quorum ini digunakan oleh
bakteri virulen (bakteri jahat) untuk menginfeksi inangnya, misalnya
bakteri vibrio cholerae yang menyebabkan penyakit kolera,
mengandalkan penginderaan quorum untuk mengkoordinasikan
penyerangan ke tubuh inangnya. Selain itu komunikasi ini juga
dilakukan mikroba lainnya untuk tindakan terkoordinasi yang lebih
ramah.
9

Jenis penginderaan quorum yang dilakukan tiap bakteri kadang


berbeda-beda, misalnya bakteri vibrio fischeri menggunakan alat
komunikasi berupa cahaya yang bisa dihasilkan oleh tubuhnya sendiri.
Jika jumlahnya sudah memadai, maka bakteri ini akan berkumpul
untuk membuat cahaya yang lebih terang. “Dengan mengetahui
bagaimana bakteri ini berkomunikasi, maka bisa membantu para
ilmuwan untuk merancang jenis antibiotik baru. Obat-obatan ini
diharapkan bisa menghalangi pelepasan sinyal molekul sehingga
menghambat kemampuan bakteri untuk berbicara atau mendengar,”
ungkap Bassler. Dengan cara ini bakteri tidak akan pernah tahu
apakah jumlahnya sudah cukup atau belum untuk melepaskan racun,
sehingga infeksi bisa dihindari (Fielare dan Hadea, 2011).
3. Jamur
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti
banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006). Jamur
mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora.
Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang
dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki
karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Pada
keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan
jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora
bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah
mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak
dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena keringat, dan
menggunakan sepatu tertutup. Penularan terjadi oleh spora-spora yang
10

dilepaskan penderita mikosis bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini


terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di
lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang
berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi
misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan
kamar madi. Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium
dengan menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Benang-benangnya
menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas. Infeksi fungi
yang menembus ke bagian dalam kulit dan mengakibatkan suatu reaksi
peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti bercak-bercak merah
bundar dengan batas-batas tajam yang melepaskan serpihan kulit dan
menimbulkan rasa gatal-gatal (Darmono, 2014)

4. Parasit
Penularan Parasit tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara
penularannya.
a. Sumber infeksi
1. Manusia
Manusia merupakan sumber atau perantara terbesar infeksi
parasitik (contohnya taeniasis, amoebiasis, dan lain-lain). Suatu
kondisi dimana infeksi ditularkan dari satu orang ke orang lain
disebut antroponisis.
2. Hewan
Dalam banyak penyakit parasit, hewan berperan sebagai sumber
infeksi. Suatu keadaan dimana infeksi ditularkan dari hewan ke
manusia disebut zoonosis (misalnya, hidatidiasis).
b. Cara Penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh
bentuk parasit tertentu dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium
infeksi pada berbagai parasit ditularkan dari satu host ke host yang
lain dalam beberapa cara berikut:
11

1. Rute oral Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang


terkontaminasi oleh stadium infeksi parasit. Cara penularan ini
pada beberapa parasit dikenal sebagai rute fecal oral (misalnya
kista Giardia intestinalis dan Entamoeba histolytica, telur Ascaris
lumbricoides, dan Trichuris trichura.
a. Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi
dapat ditularkan secara oral bila konsumsi daging mentah
atau setengah matang yang mengandung parasit infektif
(misalnya: daging babi mengandung selulosa cysticercus,
tahap larva Taenia solium) (Suharjono, 2002).
b. Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau
mentah. Infeksi juga dapat ditularkan dengan konsumsi ikan
dan kepiting mentah atau setengah matang yang mengandung
stadium infektif parasit (misalnya: kepiting mengandung
mikrobiologi dan parasitologi stadium parasit infektif,
kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria
paragonimus westermani, ikan mengandung metaserkaria
clonorchis sinensis, dan lain lain) (Soewarlan dan Lady
Cindy, 2016).
c. Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat
ditularkan lewat makanan mentah atau air belum masak yang
menyembunyikan bentuk parasit infektif (misalnya: air
kacang dada, dll mengandung metaserkaria pada
Fasciolopsis buski dan Fasciola hepatica).
2. Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan
dengan:
a. Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada
cacing tambang, Strongyloides stercoralis yang kontak
dengan tanah tercemar feces.
b. Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S.
Mansoni, dan S. haematobium yang kontak dengan air yang
12

terinfeksi. Bagian kulit yang dipenetrasi adalah bagian kulit


yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari, kulit perianal, dan
kulit perineum.
3. Infeksi Inokulasivektor arthropoda juga dapat ditularkan dengan
inokulasi kedalam darah melalui nyamuk, seperti pada penyakit
malaria dan filariasis.
4. Kontak seksual Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak
seksual. Entamoebiasis dapat ditularkan melalui kontak seksual
anal oral, seperti pada kalangan homoseksual (Jawetz, dkk. 2001)

5. Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki
sifat yang sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia
mempunyai enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi
asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi
asam aspartat.riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan
golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat
tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah,
misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia
dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh
bahan-bahan bakterisid. Penyakit riketsia berkembang setelah menginfeksi
melalui kulit atau sistem pernafasan. Caplak dan tungau menularkan agen
penyebab spott fever dan scrub typhus melalui gigitan secara langsung
kedalam kulit. Kutu dan pinjal menularkan epidemic dan murine typhus
melalui feses yang terinfeksi kemudian masuk ke kulit. Ricketsiae dari Q-
fever masuk melalui sistem pernafasan ketika debu yang terinfeksi
terhirup. Rickettsiae memperbanyak diri dalam sel endotel pembuluh
13

darah kecil dan menghasilkan vaskulitis. Sel menjadi bengkak dan


nekrosis. Luka vascular menonjol dikulit tetapi vaskulitis terjadi pada
banyak organ seperti otot, jantung, paru, dan otak. Kematian dapat terjadi
karena kerusakan sel endotel, menghasilkan kebocoran plasma,
menurunnya volume darah dan shock (Jawetz, dkk, 2001).

6. Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA,
dinding sel dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal
juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif,
berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan
parasit intrasel obligat.
Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen
spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Clamidia dapat dibeda-
bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua
spesies yang terpenting adalah Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi
intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan tidak mengandung glikogen.
Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada burung dan
lain-lain. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma
yang padat dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis
pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma,
konjungtivitas induksi, nonspesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.
Chlamydophila mempunyai siklus hidup cukup unik dengan tidak
memiliki sistem enzim, sehingga kuman ini merupakan parasit intraseluler
yang obligat. Bentuk infeksius mikroorganisme ini disebut badan elemen,
berukuran kecil, tebal dan bundar berdiameter 250–300 nm. Beberapa jam
setelah fagositosis oleh sel inang, chlamydophila membesar menghasilkan
suatu badan retikuler berdiameter kira-kira 400–600 nm. Badan retikuler
memperbanyak diri di dalam sel inang melalui pembelahan, menghasilkan
unit lebih kecil yang merupakan cikal bakal dari badan elemen yang
infeksius. Pada umumnya chlamydophila unggas membutuhkan waktu ±
14

30 jam untuk melangsungkan seluruh fase daur hidupnya, namun ada


beberapa galur yang mempunyai kecepatan reproduksi yang beragam.
Berdasarkan virulensinya, serotipe/galur yang berasal dari isolat burung
merpati tergolong bervirulensi rendah, dan galur yang berasal dari
kelompok burung Psittacideae bervirulensi tinggi. Sedangkan yang berasal
dari kalkun ada yang bervirulensi rendah dan ada yang bervirulensi tinggi.
Semua galur chlamydophila memiliki antigen bersama yang spesifik
karena zat kebal terhadap suatu galur akan mampu mengadakan reaksi
netralisasi dengan semua galur lainnya. Dengan metode pewarnaan
Machiavello atau Gimenez, chlamydophila akan terlihat sebagai bentuk-
bentuk berwarna merah dalam sel (Darmono, 2014)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penyebaran atau mekanisme agen-agen infeksius yang dapat
menginfeksi atau menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan
dengan cara penularannya seperti virus hanya dapat memperbanyak diri jika
berada di dalam suatu sel inang yang sesuai. Jika berada di luar sistem selular,
virus tidak mampu memperbanyak diri karena tidak mempunyai sistem enzim
yang dapat digunakan untuk sintesis partikel virus yang baru. Bakteri
menginfeksi organism dengan melakukan penetrasi melalui cara melubangi
membran sel dengan menggunakan enzim, setelah itu bakteri memulai
mereplikasi materi genetik dan selubung protein, kemudian bakteri akan
memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami lisis. Pada jamur
yang menyerang kulit, bila lapisan lemak pelindung rusak atau keseimbangan
mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah
mengakibatkan infeksi terutama pada kulit yang lembab. Penularan parasit
tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara penularannya.
Penyakit rikettsial berkembang setelah menginfeksi melalui kulit atau sistem
pernafasan. Pada Clamidia badan retikuler memperbanyak diri di dalam sel
inang melalui pembelahan, menghasilkan unit lebih kecil yang merupakan
cikal bakal dari badan elemen yang infeksius.
B. Saran
Infeksi dapat ditimbulkan karena adanya agen infeksius yang menyerang
tubuh manusia, baik secara langsung maupun melalui perantara. Agen
infeksius tersebut terdiri dari virus, bakteri maupun jamur. Cara penularannya
juga ada berbagai macam seperti kontak langsung, tidak langsung, dan lain
lain. Maka dari itu sebagai individu yang peduli kita harus mencegah
penularan agen infeksius agar tidak menular kepada individu lainnya. Karena
mencegah lebih baik daripada mengobati.

15
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. Elizabeth, 2009, Buku Saku Patofisiolog-Sistem Imun, Jakarta:EGC


Darmono. 2014. Infeksi Virus Pada Manusia. Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila, UI Press
Fielare, Hadea. 2011. Cara Kerja Bakteri Menyerang Tubuh Manusia. Makalah.
Hermiyanti, E. 2011. Biologimolekul Virus. Program Pasca Sarjana Universitas
Padjadjaran, Bandung
Iglewski BH, Clark VL (eds): Molecular Basis of Bacterial Pathogenesis. Vol. XI
of The Bacteria: A Treatise on Structure and Function. Academic Press,
Orlando, FL, 1990
Jawetz, E, dkk. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, edisi XXII. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai