Anda di halaman 1dari 31

Modul 2

Pangkat, Akar, Logaritma dan Deret


Drs. Wahyu Widayat, M.Ec

PE NDAH ULUA N

odul ini menjelaskan pengertian pangkat, akar, logaritma, banjar dan


M deret yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi ini disajikan
kembali untuk membantu Anda mengingat kembali sehingga Anda menjadi
lebih paham tentang konsep ini.
Di dalam modul-modul selanjutnya akan tampak bahwa konsep pangkat,
akar dan logaritma sering sekali digunakan. Demikian juga untuk banjar dan
deret. Dengan demikian pendalaman terhadap materi ini bukanlah merupakan
pekerjaan yang sia-sia.
Dengan mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu untuk
memahami pengertian perpangkatan, akar, logaritma, banjar dan deret dan
mampu memahami kaidah-kaidah yang berlaku serta penerapannya di dalam
ekonomi.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
1. mendiskripsikan pangkat, akar dan logaritma.
2. mengidentifikasikan pangkat, akar dan logaritma.
3. menyebutkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam perpangkatan, akar dan
logaritma.
4. menggunakan kaidah-kaidah pangkat, akar dan logaritma untuk
menyelesaikan soal-soal
5. menjelaskan fungsi eksponensial.
6. membedakan pengertian banjar dan deret.
7. membedakan antara banjar hitung dan deret hitung.
8. membedakan antara banjar ukur dan deret ukur.
9. menentukan suku-suku banjar maupun deret.
10. menghitung jumlah suku.
2.2 Matematika Ekonomi 1

Kegiatan Belajar 1

Pangkat, Akar, dan Logaritma

A. PANGKAT

Suatu ekspresi an dibaca "a pangkat n"; a disebut basis dan n disebut
pangkat. Jika n merupakan suatu bilangan bulat positif, maka

an = a x a x ........x a

di mana a merupakan perkalian sebanyak n kali.


Menurut definisi di atas, jika n = 0 dan a ≠ 0, maka a0 = 1. Jadi untuk a
yang berupa bilangan riil tidak sama dengan nol berlaku a0 = 1. Hal tersebut
sama dengan peristiwa berikut ini:
am
m
= am - m = a0 =1
a
Jika n merupakan bilangan bulat positif dan a ≠ 0, maka
1
a -n = n
a
Kaidah-kaidah Perpangkatan:

1. am x an = am + n
am
2. = am-n
an
3. (a m) n = a m.n
4. (a m.b m ) n = a mn.b mn
m
a am
5.   = m untuk b ≠ 0
b b
1
6. m
= a -m
a

Contoh 2.1:
a. 6 4 x 6 7 = 611
ESPA4112/MODUL 2 2.3

47
b. = 47 - 3 = 44
43
c. (32) 3 = 32x3 = 36
d. (3x4) 2 = 3 2 x 4 2 = 9 x 16 = 144
3 32
e. ( )2 = 2
5 5
1
f. = -2
2 3
3

Suatu fungsi yang variabelnya berpangkat suatu konstan disebut fungsi


berpangkat. Contoh dari fungsi berpangkat adalah y = xa, di mana a
merupakan suatu konstan. Apabila suatu fungsi mempunyai konstan yang
berpangkat variabel, maka fungsi itu disebut fungsi eksponensial. Contoh
dari fungsi eksponensial adalah y = ax, di mana x adalah variabel dan a
adalah konstan. Fungsi eksponensial yang sederhana mempunyai bentuk
umum

y = ax di mana a > 0

Grafik fungsi y = ax terletak pada kuadran I dan kuadran II. Grafik fungsi
eksponensial tersebut akan merupakan kurva yang menaik untuk nilai a > 1
dan merupakan kurva yang menurun untuk 0 < a < 1. Pada kedua kasus di
atas, kurva memotong sumbu y di titik (0,1). Ingat nilai a0 = 1.
a=0,4 y y a=10 a=e a=0,6

a=2

a=0,9

0 0
0<a<1 x a>1 x

Gambar 2.1a Gambar 2.1b


2.4 Matematika Ekonomi 1

Dari kedua gambar di atas tampak bahwa besarnya nilai a menentukan


kelengkungan kurva. Untuk a = 1 maka y = ax menjadi y = 1 atau suatu garis
lurus yang sejajar dengan sumbu x. Untuk nilai a yang lain, fungsi akan
mendekati sumbu x secara asimetris.
Fungsi eksponensial yang sering digunakan adalah fungsi yang
konstannya bernilai e yaitu bilangan alam yang besarnya adalah e = 2,718.
Bentuk umumnya adalah

y = aekx + c

di mana a, k dan c adalah konstan dan e = 2,718. Di dalam ilmu ekonomi,


fungsi eksponensial yang digunakan kebanyakan menggunakan bilangan
alam e sebagai basis. Mengenai keuntungan serta manfaat penggunaan
bilangan e ini, akan dibahas pada bagian lain. Kurva yang menyajikan fungsi
y = aekx + c ini adalah kurva yang memotong sumbu y di titik (0, a + c) dan
asimtotis terhadap garis y = c.

y
k=3 k=2
k=1

a+c

0 x

Diagram 2.2

B. AKAR

Kaidah-kaidah perpangkatan untuk an pada bab sebelumnya dinyatakan


untuk nilai a yang tidak sama dengan nol dan n merupakan bilangan bulat
positif atau negatif. Sesungguhnya nilai n pada bentuk an dapat berupa setiap
bilangan rasional. Ingat, bilangan rasional adalah sembarang bilangan yang
ESPA4112/MODUL 2 2.5

dapat ditunjukkan oleh pembagian dua bilangan bulat p/q, untuk q ≠ 0 serta p
dan q merupakan bilangan bulat.
Pengembangan kaidah-kaidah perpangkatan untuk pangkat suatu
bilangan pecahan (yaitu bilangan rasional) menghendaki agar bentuk ap/q
didefinisikan sesuai dengan kaidah-kaidah perpangkatan yang berlaku.
Misalnya ada suatu ekspresi dalam bentuk a1/n dan berlaku kaidah (am)n maka
dengan menganggap m = 1/n akan berlaku pula:

(a1/n)n = an/n = a
Bentuk a1/n disebut akar pangkat n dari a dan disimbolkan n
a

Contoh 2.2:
(a) a1/2 menunjukkan akar kuadrat dari a atau hanya disebut akar dari a dan
ditulis 2 a atau hanya a .
(b) a1/3 menunjukkan akar pangkat tiga dari a dan ditulis 3 a .
(c) a3/4 menunjukkan akar pangkat empat dari a pangkat tiga dan ditulis
4
a3 .

Seperti telah disebut di atas, bentuk a1/2 dapat ditulis menjadi a dan
a1/n dapat ditulis n a . Lebih umum lagi untuk bentuk am/n dapat ditulis
menjadi:
am/n =
am
n

Dengan cara seperti itu, maka ekspresi dalam bentuk eksponensial dapat
diubah menjadi bentuk akar dan begitu pula sebaliknya.

Contoh 2.3:
3 2
a. 8 2/3 = 8 2 = 3 (2 3) = 4
b. 4x 2/3 = 4 3 x 2
3
c. 4 2 = 4 2/3
3
d. = 3x -2/4
4 2
x
2.6 Matematika Ekonomi 1

Kaidah-kaidah Akar

m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a

a ma
m =
b mb

Contoh 2.4:
3
a. 4 = 3 2 2 = 2 2/3
3
b. 216 = 3 8.27 = 3 2 3.3 33 = 6
4
c. 16 = 161/4 = 2 4/4 = 2
3 6
d. 26 = 26 = 2
36 36 6
e. = = =2
9 9 3

C. LOGARITMA

Logaritma merupakan bentuk perpangkatan juga. Secara definisi,


logaritma menunjukkan pangkat yang dimiliki oleh suatu basis sehingga
bentuk perpangkatan itu nilainya sama dengan bilangan tertentu. Dengan
menggunakan simbol, maka bila ada:
y = an untuk a > 0 dan a ≠ 1
maka n merupakan logaritma dari y dengan basis a atau ditulis:
n = alog y

Kaidah-kaidah Logaritma

Untuk setiap bilangan riil positif x dan y, setiap bilangan riil r dan
bilangan riil positif b = 1, berlaku:
(1) alog x.y = alog x + alog y
(2) alog x/y = alog x - alog y
ESPA4112/MODUL 2 2.7

(3) alog xr = r a log x


(4) alog x = alog b . blog x
1
(5) alog b . blog a = 1 atau ( a log b) = b
( log a)
(6) alog a = 1
(7) alog 1 = 0

Contoh 2.5:
a. 2log (8 . 16) = 2log 8 + 2log 16
=3+4=7

b. 5log (625/125) = 5log 625 - 5log 125


=4-3=1

c. 10log 1000 = 10log 103


= 310log 10 = 3

d. Mengubah basis 2 menjadi basis 4


2log 16 = 2log 4 . 4log 16 = 2 . 2 = 4

e. 6log 6 = 1

f. 8log 1 = 0

Seperti telah disebutkan di atas nilai a sebagai basis harus merupakan


bilangan yang positif dan tidak sama dengan satu. Dari sekian banyak
bilangan, yang paling banyak digunakan sebagai basis adalah 10 dan
e = 2,7182818. Logaritma yang mempunyai basis angka 10 dinamakan
logaritma persepuluhan atau logaritma Brigg, sedangkan logaritma
dengan basis e yang nilainya e = 2,7182818 dinamakan logaritma alam atau
logaritma Napier. Logaritma Brigg ditulis 10 log x atau hanya log x tanpa
mencantumkan basisnya. Sedangkan logaritma Napier menggunakan simbol
ln x. Baik logaritma Brigg maupun Napier, keduanya tunduk pada
kaidah-kaidah seperti yang telah ditulis di atas.
2.8 Matematika Ekonomi 1

Contoh 2.6:
 10 2 
a. log  3  = log 10 2 - log 10 3 = 2 - 3 = − 1
 10 
b. log 100 = log 102 = 2
c. log 3 10 1 = log 101/3 = 1/3
d. log 103 = 3log 10 = 3
e. ln e = 1
f. ln e 2 = ln e1/2 = 1/2
g. ln 1 = 0

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
Sederhanakan ekspresi berikut ini!
1) 4-2 . 43
2) (23)2
3) (4y)2
4) (12 . 5)2
3x
5) ( ) 2
5y
6) (32.x 3) 2
2
x 4y
7) 3
x 3y
33 -2
8) ( )
42
9) (4 -1) 3
10) (103)2
2xz -2 -2
11) ( )
3yz -3
23 x3
12) ( 2 ) -3( 2 ) -2
3 y
ESPA4112/MODUL 2 2.9

13) 3x-1(3y)
14) (3x)-1(2y)
-3
x -2 y
15) −1
x -4y
16) (3x)2 + (5y)0
17) (2x)-1 (y)2 (y-1)2

Gambarkan fungsi berikut.


18) y = 2x
19) y = 22x
20) y = ax
Untuk a = 1, 2, e dan 10

Sederhanakan ekspresi berikut ini :


21) 251/2
22) 163/4
23) 32-2/5
24) 6251/4
25) 16-1/4
26) 8-2/3

Ubahlah ke bentuk perpangkatan.


27) ( 1 2 ) 2
4
 3 
28) 5 5 
 
3
x
29)
y
30) x -1/2y-1/4

Ubahlah ke bentuk akar.


31) 2X2/3
32) X1/3Y-1/4
33) (3X)4/5
34) X-1/2Y-1/4
35) 4X-1/5
2.10 Matematika Ekonomi 1

Sederhanakan ekspresi berikut ini:


36) 4log (4.32)
37) 8log 64-3
38) 5log (25/625)
39) 3log (1/27)
40) 7log (49/343)
Tukar basisnya dengan yang ditunjukkan berikut :
41) 25log 625 dengan basis 5
42) 64log 8 dengan basis 2
43) 9log 243 dengan basis 3
44) 3log 81 dengan 9
45) 4log 2 dengan basis 16

Petunjuk Jawaban Latihan

1) 4
2) 26
3) 16y2
4) 602
9x 2
5)
25y 2
6) 34.x 6
x
7)
y
44
8)
36
1
9)
43
10) 106
9y 2
11)
4x 2 z 2
4
36 y
12)
29 x 6
ESPA4112/MODUL 2 2.11

9y
13)
x
2y
14)
3x
x2
15)
y2
16) 9x2 + 1
1
17) 2x

18) Gambar fungsi y = 2x


y

0 x

19) Gambar fungsi y = 22x

0 x
2.12 Matematika Ekonomi 1

20) Gambar fungsi y = ax untuk a = 1, 2, e dan 10

a=10 a=e
y
a=2

a=1

0 x

21) 5
22) 8
1
23)
4
24) 5
1
25)
2
1
26)
4
27) 12
5
28) 5 3
1
x3
29) 1
y2
1
30) 1 1
x 2 y4
3
31) 2 x 2
ESPA4112/MODUL 2 2.13

3
x
32)
4 y

33) 5
(3x) 4
1
34)
( x )( 4 y)
4
35) 5
x
4
36) log (4.32) = 3 4log 2
8
37) log 64-3 = -6
5
38) log (25/625) = -2
3
39) log (1/27) = -3
7
40) log (49/343) = -1
25
41) log 625 = 5log 25
64
42) log 8 = 2log 4-1
9
43) log 243 = (½)3log 243
3
44) log 81= 2. 9log 81
4
45) log 2 = 2. 16log 2

RA NGK UMA N

Perpangkatan merupakan suatu bentuk singkat dari bentuk perkalian


sesuatu yang sama lebih dari satu kali.
Bentuk akar merupakan pengubahan bentuk perpangkatan dengan
pangkat bilangan pecahan, demikian juga sebaliknya, bentuk
perpangkatan dapat ditemukan dari bentuk akar. Pengakaran memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:

m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a
m
a a
m = m
b b
2.14 Matematika Ekonomi 1

Logaritma merupakan proses penentuan pangkat apabila bilangan


dasar dan nilai perpangkatan telah diketahui. Sifat-sifat dasar logaritma
yang dapat digunakan dalam operasi logaritma adalah:
(1) alog x.y = alog x + alog y
(2) alog x/y = alog x - alog y
(3) alog xr = r a log x
(4) alog x = alog b . blog x
1
(5) alog b . blog a = 1 atau ( a log b) = b
( log a)
(6) alog a = 1
(7) alog 1 = 0

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


−1
 54   36  2
1) Hasil perpangkatan bilangan  3  .  3  adalah ….
6  8 
A. 0,014305114
B. 0,00170859375
C. 69,90506667
D. 585,2766347

1 5
 25  2  9  2
2) Nilai dari   .   adalah ….
 49   16 
135
A.
448
448
B.
135
7168
C.
1215
1215
D.
7168
ESPA4112/MODUL 2 2.15

( )(
3) Hasil dari 5 4 9 2 4 9 adalah …. )
A. (10 9 ) 4

B. 90
C. 63
D. 30

4) Jika diketahui log 2 = 0,301, log 3 = 0,477 maka hasil dari log 12
adalah ….
A. 2,778
B. 1,556
C. 1,079
D. 0,2872

( )
5
3 4
5) 7 7 jika diubah ke bentuk perpangkatan adalah ….
5
A. 7 12
7
B. 7 12
17
C. 7 12
12
D. 75

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
2.16 Matematika Ekonomi 1

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
ESPA4112/MODUL 2 2.17

Kegiatan Belajar 2

Banjar dan Deret

A. BANJAR

Banjar dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi yang wilayahnya


merupakan himpunan bilangan alam. Setiap bilangan yang merupakan
anggota suatu banjar dinamakan suku. Bentuk umum dari banjar adalah:
a1, a2, a3, . . . . . an
di mana
suku ke 1 = S1 = a1
suku ke 2 = S2 = a2
suku ke 3 = S3 = a3
..
..
suku ke n = Sn = an

Banjar di atas dapat disimbolkan dengan [an], sehingga kalau ditulis lagi
dengan lengkap menjadi:

[an] = a1, a2, a3 , . . . . . an

Suatu banjar yang tidak mempunyai akhir atau banyaknya suku tidak
terbatas dinamakan banjar tak terhingga. Sedangkan banjar yang banyaknya
suku tertentu dinamakan banjar terhingga.
Bilangan alam yang terdapat pada suatu banjar pada umumnya tersusun
secara teratur dengan suatu pola tertentu. Dengan memperhatikan pola yang
terdapat pada suku - sukunya, banjar dapat dibedakan menjadi banjar hitung,
banjar ukur dan banjar harmoni.
Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai
selisih yang besarnya sama. Jadi, suatu banjar

[an] = a1, a2, a3 , . . . . . an

akan disebut dengan banjar hitung apabila


2.18 Matematika Ekonomi 1

a2 - a1 = b
a3 - a2 = b
a4 - a3 = b
...
an - an-1 = b
di mana b merupakan beda yang besarnya tetap dan dapat bernilai positif atau
negatif.

Contoh 2.7:
a. [n] = 1 , 2 , 3 , 4, . . . . . n
b = Sn - Sn-1 = 1

b. [5n] = 5 , 10 , 15 , 20 , . . . 5n
b = Sn - Sn-1 = 5

c. [12 - 2n] = 10 , 8 , 6 , 4 , .... (12 - 2n)


b = Sn - Sn-1 = -2

Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai hasil
bagi yang sama besarnya. Jadi untuk banjar :
[an] = a1 , a2 , a3 , . . . . . an
akan disebut sebagai banjar ukur kalau
S2 / S1 = p
S 3 / S2 = p
...
Sn / Sn-1 = p
di mana p merupakan nilai banding (= ratio) yang besarnya tetap dan dapat
bertanda positif atau negatif.

Contoh 2.8:
a. [apn-1] = a , ap , ap2 , . . . ,apn-1

b. [5. 2n-1] = 5 , 10 , 20 , 40 , ...., 5(2n-1)

Banjar harmoni adalah banjar yang sukunya merupakan kebalikan dari


suku banjar hitung.
ESPA4112/MODUL 2 2.19

Contoh 2.9:
1 1 1 1 1
a. = 1 , , , , . . . ,
n 2 3 4 n
1 1 1 1 1 1
b. = , , , , ... ,
5n 5 10 15 20 5n

B. DERET

Bila suku-suku pada suatu banjar dijumlah, maka jumlah tersebut


dinamakan deret. Jadi deret merupakan penjumlahan semua suku suatu
banjar. Seirama dengan pembedaan banjar, maka deret dapat dibedakan
menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni.
Deret hitung merupakan jumlah suku-suku banjar hitung, deret ukur
merupakan jumlah suku-suku banjar ukur dan deret harmoni merupakan
jumlah suku-suku banjar harmoni.

Contoh 2.10:
a. Deret hitung : 1 + 2 + 3 + . . . + n

b. Deret ukur : 5 + 10 + 20 + . . + 5(2n-1)


1 1 1
c. Deret harmoni: 1 + + + . . . +
2 3 n

Karena sampai saat ini belum diketemukan rumus untuk menjumlahkan


deret harmoni, maka untuk selanjutnya deret harmoni tidak akan dibahas.
Secara umum suatu deret dapat ditulis sebagai:

Jn = a1 + a2 + a3 + . . . . + an

Untuk menyingkat cara penulisan, dapat dipakai tanda ∑ dan dibaca


"sigma", sehingga deret dapat ditulis menjadi :
n

∑a
i=1
i untuk deret terhingga

dan
2.20 Matematika Ekonomi 1

∑a
i =1
i untuk deret tak terhingga

Deret ukur dan deret hitung sering digunakan dalam matematika


ekonomi. Sebagai Contoh, Malthus, seorang ahli ekonomi teori, pernah
menyatakan bahwa penduduk mempunyai kecenderungan untuk tumbuh
seperti deret ukur, sedangkan bahan makanan tumbuh menurut deret hitung.
Anda telah mengenal deret ukur dan deret hitung, maka pernyataan Malthus
tersebut mengandung arti bahwa pertumbuhan penduduk sangat cepat dan
lebih cepat dibanding pertumbuhan makanan.
Apabila a adalah suku pertama suatu banjar dan b adalah beda antara dua
suku yang berurutan, maka sesuai dengan pengertian deret hitung:

suku pertama = a

suku kedua = a + b

suku ketiga = a + 2b

suku keempat = a + 3b
.....

suku ke n = a + (n - 1)b = Sn

Jadi suku ke n suatu banjar hitung, ditentukan oleh


Sn = a + (n - 1)b

Deret hitung jumlahnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

1
J = n(a + S n )
2

di mana n = banyaknya suku


a = suku pertama
Sn = suku ke n
ESPA4112/MODUL 2 2.21

Contoh 2.11:
Jika ingin mengetahui suku ketujuh suatu banjar hitung yang suku
pertamanya = 1 dan beda = 2 adalah:

Sn = a + (n - 1)b
= 1 + (7 - 1)2
= 13

Deret hitung dengan jumlah tujuh suku tersebut adalah:


1
Jn = n(a + S n )
2
1
J7 = 7(1+13)
2
= 49

Selain banjar hitung, kita telah mengenal banjar ukur. Suatu banjar ukur
ditandai oleh banjar yang hasil bagi suatu sukunya dengan suku sebelumnya
merupakan bilangan konstan. Atau suku suatu banjar ukur diperoleh dari
hasil kali suku sebelumnya dengan suatu pengali yang besarnya konstan. Bila
suatu banjar ukur memiliki suku pertama a dan pengali sebesar p, maka
secara matematis dapat ditulis:

suku pertama = a

suku kedua = ap

suku ketiga = ap2


...

suku ke n = apn-1 = Sn

Jadi suku ke n suatu banjar ukur ditentukan oleh Sn = apn-1


Jumlah n suku suatu banjar ukur dapat ditentukan dengan rumus
1 − p n a − pSn
J= a =
1− p 1− p
2.22 Matematika Ekonomi 1

Rumus di atas tidak berlaku untuk p = 1. Pada kasus p = 1, telah


diketahui bahwa satu dipangkatkan berapa saja hasilnya adalah satu, sehingga
suku ke n nilainya akan sama dengan suku pertamanya. Sehingga jumlah n
sukunya sama dengan hasil kali antara a dengan n. Bila p < 1 dan jumlah
sukunya tak terhingga, maka jumlahnya dihitung dengan menggunakan
rumus:
a
J=
1- p

Contoh 2.12:
Bila ada suatu banjar ukur yang suku pertamanya a = 1 dan pengalinya
p = 2 , maka besarnya suku ke 5 adalah:
Sn = apn-1
S5 = 1(25-1)
= 16

dan jumlah 5 sukunya adalah:


1 - p n a - pS n
J= a =
1- p 1- p
1 - 2.16 1 - 32
=1 =
1- 2 -1
= 31

1. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman selama setahun atau kurang, sering dihitung dengan
menggunakan cara yang sederhana, yaitu bunga yang hanya dikenakan pada
jumlah pinjaman. Jumlah yang dipinjam ini untuk selanjutnya akan disebut
dengan pokok pinjaman. Jika besarnya pokok pinjaman adalah p dengan
bunga sebesar r persen setahun dan lama meminjam adalah t tahun, maka
besarnya bunga yang harus di bayar yaitu I adalah hasil perkalian antara
pokok pinjaman dan bunga dan lama meminjam, atau

I = P.r.t
ESPA4112/MODUL 2 2.23

Contoh 2.13:
Berapakah jumlah yang harus dikembalikan oleh seseorang yang
meminjam uang sebanyak Rp2.500,00 pada tanggal 5 Juni 1992 dan
dikembalikan pada tanggal 5 Pebruari 1993 dengan bunga sebesar 14 persen?
Mulai tanggal 5 Juni 1992 sampai 5 Pebruari 1993 ada 8 bulan, atau
waktu peminjamannya 8/12 = 2/3 tahun. Besarnya bunga pinjaman:
I = P.r.t
= 2.500 (0,14) (2/3)
= 233,33

Jumlah yang harus dikembalikan adalah pokok pinjaman ditambah dengan


bunga, atau

Rp2.500,- + Rp233,33 = Rp2.733,33

2. Nilai Sekarang
Nilai sekarang dari jumlah yang diperoleh di masa mendatang atau
sering pula disebut dengan present value adalah nilai sejumlah uang yang
saat ini dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang lebih besar di masa
mendatang. Misalkan P adalah nilai sekarang dari uang sebanyak A pada t
tahun yang akan datang. Bila kemudian diumpamakan tingkat bunga adalah r,
maka bunga yang dapat diperoleh dari P rupiah adalah:

I = P.r.t

dan uang setelah t tahun menjadi:

P + P.r.t = P(1 + rt)

Karena A adalah nilai uang sebanyak P pada t tahun mendatang, maka

P(1 + rt) = A

atau
A
P=
1 + rt
2.24 Matematika Ekonomi 1

Contoh 2.14:
Setahun lagi Asbun akan menerima uang sebanyak Rp10.000,00.
Berapakah nilai sekarang uang tersebut jika tingkat bunga adalah 13 persen
setahun? Dalam masalah ini, A = 10.000,- r = 0,13 dan t = 1
10.000
P=
1 + (0,13)(1)
= 8.849,56

3. Bunga Majemuk
Bunga sederhana seperti yang dibahas sebelumnya adalah bunga yang
umumnya diterapkan untuk pinjaman dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang. Dengan bunga majemuk, bunga selain dikenakan pada pokok
pinjaman, juga dikenakan pada bunga yang dihasilkan. Misalkan seseorang
membungakan uangnya sebanyak P dengan bunga sebesar i pertahun. Setelah
satu tahun ia mendapatkan bunga sebesar:

bunga tahun pertama = P.i

Bunga dan pokok pinjaman pada akhir tahun menjadi:

P + P.i = P(1 + i)

Jumlah sebanyak itu, menjadi pokok pinjaman yang baru sehingga pada akhir
tahun kedua bunga yang diterima sebesar :

P(1 + i)(i)

Jumlah uang keseluruhan sekarang menjadi ;

P(1 + i) + P(1 + i)(i) = P(1 + i)(1 + i)

= P(1 + i)2

Dengan cara yang sama, maka di tahun ke tiga seluruh uangnya menjadi

= P(1 + i)3
ESPA4112/MODUL 2 2.25

dan dalam n tahun seluruh uangnya menjadi

= P(1 + i)n

Penggandaan uang atau penghitungan bunga dapat dilakukan lebih dari


satu kali dalam setahun. Misalkan pembayaran bunga dilakukan dalam m kali
setahun (dalam 5 periode setahun), pada tingkat bunga i pertahun, maka
tingkat bunga setiap periode adalah i/m dan jumlah periode pembungaan
(penghitungan bunga) adalah sebanyak nxm. Seandainya bunga yang
diperoleh dibungakan lagi selama n periode, maka rumus yang digunakan
untuk menghitung seluruh uangnya menjadi:
i
A = P(1 + ) n.m
m

Contoh 2.15:
Misalkan ada uang sebanyak Rp1.000,00 dibungakan selama 6 tahun
dengan bunga majemuk sebesar 5 persen per tahun dan diambil setahun
sekali, maka berapakah jumlah uang tersebut setelah 6 tahun?
Dari rumus
i
A = P(1 + ) n.m
m

P = 1.000, i = 5% = 0,05 , m = 1 ,dan n = 6.

Jumlah uangnya setelah 6 tahun menjadi:


0, 05 6.1
A = 1.000(1 + )
1
= 1.000(1,05)6
= 1.000(1,34010)
= 1.340,10
2.26 Matematika Ekonomi 1

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Bila suku pertama deret hitung adalah 2 dan bedanya tiga, hitunglah
suku ke-5 dan suku ke-8!
2) Bila suku kelima dari suatu deret hitung ditambah dengan suku
ketiganya sama dengan 22 dan suku kelima dikurangi dengan suku
ketiga sama dengan empat, maka berapakah nilai suku keempatnya?
3) Badu meminjam uang sebanyak Rp100.000,00 dengan bunga sebesar 18
persen pertahun. Berapa lamakah ia meminjam uang tersebut kalau
bunga yang kemudian harus dibayar ternyata sebanyak Rp27.000,00
4) Godril memiliki uang sebesar Rp500.000,00. Berapakah nilai uang
tersebut pada lima tahun yang akan datang bila tingkat bunga per tahun
adalah 17 persen?
5) Paijo pada saat berumur 10 tahun pernah menyimpan uang di bank
sebanyak Rp2.000,00 dengan bunga majemuk sebesar 15 persen yang
dibayar oleh bank setiap bulan. Kini Paijo berumur 25 tahun dan ingin
mengambil uang simpanannya itu. Berapa jumlah yang akan diterima
Paijo?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) suku ke-5 = 14 dan suku ke-8 = 23


2) Suku ke-4 = 11
3) 1,5 tahun.
4) Rp925.000,-.
5) Rp16.274,12

RA NGK UMA N

Banjar Hitung merupakan banjar yang memiliki pola perubahan


tambah dengan besar tambahan tetap. Nilai sukunya mengikuti Rumus:

Sn = a + (n - 1) b

Deret hitung merupakan jumlah suku-suku banjar hitung. Deret


ditentukan dengan Rumus-rumus:
ESPA4112/MODUL 2 2.27

Jn = n.a + {1 + 2 + 3 + ... + (n - 1)} b


n (a + Sn )
Jn =
2

Banjar Ukur merupakan banjar yang memiliki pola perubahan


kelipatan yang tetap. Faktor pelipat disimbolkan dengan r dan banjar
ukur biasa disajikan dalam bentuk:
a, ap, ap2, ..., ..., ..., ap(n-1)
Nilai suku banjar ukur mengikuti rumus:
Sn = a . p(n-1)

Deret ukur merupakan jumlah suku-suku banjar ukur. Ditentukan


dengan rumus:
(1- p n ) a − pSn
Jn = a =
1- p 1− p

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Diketahui suatu banjar hitung = 90, 78, 66, … , … , …


A. 18
B. 6
C. -6
D. -12

2) Sebuah banjar hitung mempunyai suku pertama 500, suku terakhir 60


dan jumlah suku sebanyak 12. Maka deret banjar tersebut adalah ….
A. 6720
B. 3360
C. 1680
D. 572

3) Diketahui suatu banjar ukur = 9, -18, 36, … , …


Maka deret 10 suku pertama adalah ….
A. 3069
B. 1533
C. -1533
D. -3069
2.28 Matematika Ekonomi 1

4) Diketahui suatu banjar ukur memiliki suku pertama: a, r = 6 dan jumlah


sukunya 7, maka deret banjar ukur tersebut adalah ….
(1 − 67 )
A. .a
−5
(1 + 67 )
B. .a
−5
(1 − 67 )
C. .a
7
(1 + 67 )
D. .a
7

5) Suatu banjar ukur mempunyai deret ukur = -1364, r = -2 dan jumlah


sukunya 10, maka suku pertama deret ukur tersebut adalah ….
A. 2
B. 3
C. 4
D. 5

6) Diantara pernyataan di bawah ini yang paling menguntungkan, jika


bunga 18% setahun adalah ….
A. sekarang menerima uang Rp1.700.000,00
B. 2 tahun kemudian menerima Rp2.500.000,00
C. 3 tahun kemudian menerima Rp3.000.000,00
D. 5 tahun kemudian menerima Rp4.000.000,00

7) Total penerimaan sebuah perusahaan pada bulan 2 sebesar Rp8 juta,


bulan 3 Rp10,4 juta dan bulan 4 Rp13,52 juta. Apabila perusahaan
tersebut berkembang seperti bulan-bulan tersebut maka total penerimaan
perusahaan tersebut pada bulan 10 adalah ….
A. Rp31,92 juta
B. Rp65,2584 juta
C. Rp84,836 juta
D. Rp110,2872 juta

8) Ratih menyimpan uangnya di Bank sebesar Rp800.000,00 dengan bunga


sederhana 14% setahun. Maka uang Ratih setelah 10 tahun adalah ….
A. Rp1.920.000,00
B. Rp2.720.000,00
ESPA4112/MODUL 2 2.29

C. Rp2.965.777,05
D. Rp11.200.000,00

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
2.30 Matematika Ekonomi 1

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) B 1) C
2) D 2) B
3) D 3) D
4) C 4) A
5) C 5) C
6) C
7) B
8) A
ESPA4112/MODUL 2 2.31

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences,
Eighth Edition, Prentice Hall International Inc,

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited.

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second


Edition, Addison-Wesley Publishing Company,

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of Economics a


Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill.

Weber, Jean E., (1982). Mathematical Analysis: Business and Economic


Applications, New York: Harper & Row.

Kembali ke Daftar Isi

Anda mungkin juga menyukai