Anda di halaman 1dari 2

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Hari ini di 72 tahun yang lalu, KH. Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama terdahulu berkumpul
dalam satu meja. Sebelumnya, tak pernah para ulama merasa resah seperti ini. Mereka
memiliki suatu tanggung jawab besar yang mereka panggul, yakni merawat dan menjaga
kehidupan beragama masyarakat mereka masing-masing.

Tapi di hari itu, mereka harus meninggalkan masyarakat mereka sementara waktu. Mereka
pergi dari rumah menuju satu titik untuk bertemu dengan ulama lainnya. Apa gerangan yang
memaksa mereka meninggalkan tanggungjawab besar itu? Tiada lain adalah mereka telah
mendapat tanggung jawab yang lebih besar: menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negara ketika itu sedang mendapat ancaman serius dari tentara penjajah.
Keadaan telah demikian genting.

Maka demi kepentingan negara, para ulama rela meninggalkan kewajiban mereka sejenak
kepada masyarakat sekitar. Karena menjaga negara sesungguhnya kewajiban paling besar
yang ditanggung oleh ulama. Ini selaras dengan apa yang diucapkan oleh KH. Wahab
Hasbulloh:

ِ ‫الو َط ِن م َِن‬
ِ‫اإل ْي َمان‬ َ ُّ‫حُب‬

Mencintai tanah air, memperjuangkan kedamaian tanah kelahiran adalah bagian dari Iman.
Tanpa ghirah dan semangat membela negara, mustahil seseorang dianggap sempurna
keimanannya. Sudah barang tentu, para ulama, yang memiliki kadar keimanan yang telah
tinggi, akan menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk memperjuangkan kedamaian tanah
kelahirannya itu.

Dari pertemuan itu, dihasilkan sebuah keputusan besar: Fatwa Resolusi Jihad. Fatwa ini
menghendaki bahwa setiap muslim berkewajiban untuk melindungi negaranya dari serangan
penjajah. Hanya dengan kondisi negara yang aman dan tentram lah ajaran agama dapat
dilestarikan dengan sempurna. Dalam surat al-Baqarah ayat 190 disebutkan:

َ ‫ِين ُي َقا ِتلُو َن ُك ْم َواَل َتعْ َت ُدوا إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ ْالمُعْ َتد‬
ِ‫ِين‬ َ ‫يل هَّللا ِ الَّذ‬
ِ ‫َو َقا ِتلُوا فِي َس ِب‬
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”

Jamaah Jum’ah yang dirahmati Allah,


Ayat di atas menegaskan bahwa kita memiliki tanggungjawab untuk mempertahankan
agama Allah. Kita harus memperjuangkan kelestarian agama kita dengan sepenuh jiwa dan
raga. Kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan para ulama di zaman dahulu. Mereka
rela turun ke medan, menghadapi langsung para musuh. Bahkan, KH. Mahrus Aly, salah
satu dari tiga tokoh Pondok Pesantren Lirboyo, memimpin perang langsung di area
peperangan.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Perang 10 November di Surabaya adalah perang paling heroik yang pernah ada di bumi
Nusantara. Para pejuang Indonesia berhadapan dengan musuh yang bersenjatakan
lengkap. Bahkan mereka telah mengepung kota dari seluruh daratan, laut dan udara.

Meski begitu, para pejuang Indonesia tidak sedikitpun gentar menghadapi musuh.
Mengapa? Karena di belakang mereka ada para ulama yang turut mengangkat senjata. Ada
Kiai Abbas Buntet yang menjadi pemimpin tentara di udara. Ada Kiai Mahrus Aly Lirboyo
yang menjadi panglima tentara di darat. Seluruh ulama dan rakyat bersatu padu
mempertahankan keutuhan negara.

Jamaah Jum’ah yang dirahmati Allah,

Karenanya, jangan pernah sekali-kali kita melupakan jasa para ulama. Perjuangan yang
mereka lakukan bukan hanya berdiam di masjid, duduk berdzikir, memutar tasbih. Justru
mereka adalah para pejuang yang paling gigih, yang tak sedikitpun melirik hal lain dalam
memperjuangkan negara, selain bahwa negara harus dibela mati-matian. Negara adalah
harta yang paling berharga bagi mereka. Berkat jasa mereka lah, kita bisa hidup di dalam
negara yang damai, dan menjalani hidup dengan santun dan tentram.

ِ‫ َو َن َف َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمنْ آ َي ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬،‫آن ْال َعظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللا لِي َو َل ُك ْم فِى ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ ‫َب‬
َ ‫ َوأَقُ ْو ُل َق ْولِي َه َذا َفأسْ َت ْغ ِف ُر‬،‫َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوإِ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬
‫هللا‬
‫العظِ ْي َم إِ َّن ُه ه َُو ال َغفُ ْو ُر الرَّ ِحيْم‬
َ

Anda mungkin juga menyukai