Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PERAN BANK SYARIAH INDONESIA DALAM PEREKONOMIAN
SYARIAH DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktek Kerja Lapangan Laboratorium
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dosen Pembimbing:
Dr. Abdullah Safe’I, M.Ag

Disusun oleh:
Adam Fatahilah
1189220003
Dr. Abdullah Safe’I, M.Ag

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2021 M/ 1442 H
PERAN BANK SYARIAH INDONESIA DALAM PEREKONOMIAN
SYARIAH DI INDONESIA
Adam Fatahilah1, Dr. Abdulah Safe’I, M. Ag2
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung1, Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung2
adamfatahilah@gmail.com1

ABSTRACT
Meningkatnya kesadaran akan gaya hidup halal baik pada sektor riil maupun
keuangan berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan keuangan syariah,
khususnya di Indonesia dan di atas rata-rata industri keuangan di dunia secara
keseluruhan. Pada tahun 2020, ekonomi dan keuangan syariah terus menunjukkan
pertumbuhan positif karena sebagian besar industri di seluruh dunia mengalami
penurunan akibat pandemi COVID-19. Momentum ini dimanfaatkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia untuk memperkuat peran ekonomi dan keuangan
syariah dalam perekonomian nasional. Penggabungan tiga anak perusahaan
syariah bank BUMN yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan Bank
BNI Syariah ke dalam Bank Syariah Indonesia (BSI) diharapkan akan berdampak
lebih besar pada rantai nilai ekonomi syariah Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi peran strategis Bank Syariah Indonesia (BSI)
dalam perekonomian syariah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain studi literatur. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menganalisis isi dokumen, artikel, jurnal atau laporan. Hasil penelitian
menunjukkan penggabungan Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan Bank
BNI Syariah ke dalam Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki peran strategis
dalam perekonomian syariah Indonesia. Peran strategis ini dapat dilihat dari dua
perspektif. Peran strategis pertama berkaitan dengan penguatan Syariah Muamal
di Indonesia. Ini akan membantu mengembangkan pasar dan memperluas akses ke
ekonomi dan keuangan Syariah, mengurangi potensi terjadinya riba, gharar, dan
dhalim dalam muamalah di Indonesia. Peran strategis kedua berkaitan dengan
penguatan ekonomi nasional dengan menarik modal dan dana dari Bank Syariah
Nasional, yang dapat meningkatkan pembiayaan dalam usaha dan pembangunan
nasional.
Kata kunci : ekonomi syariah, perbankan syariah, Bank Syariah Indonesia

Abstract
Increased awareness of the halal lifestyle in both the real and financial sectors
contributes to the development of the Islamic economy and finance, particularly in
Indonesia and above the average financial industry in the world as a whole. In
2020, the Islamic economy and finance continued to show positive growth as
most industries around the world experienced a downturn due to the COVID-19
pandemic. This momentum was used by the Government of the Republic of
Indonesia to strengthen the role of Islamic economy and finance in the national
economy. The merger of three sharia subsidiaries of state-owned banks namely
Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah and Bank BNI Syariah into Bank
Syariah Indonesia (BSI) is expected to have a greater impact on the value chain of
the Indonesian Islamic economy. The purpose of this study is to identify the
strategic role of the Indonesian Islamic Bank (BSI) in the Indonesian Islamic
economy. This study uses a qualitative approach with a literature study design.
Data collection techniques are carried out by analyzing the contents of documents,
articles, journals or reports. The results show that the merger of Bank Syariah
Mandiri, Bank BRI Syariah and Bank BNI Syariah into Bank Syariah Indonesia
(BSI) has a strategic role in the Indonesian Islamic economy. This strategic role
can be seen from two perspectives. The first strategic role relates to strengthening
Sharia Muamal in Indonesia. This will help develop markets and expand access to
Islamic economics and finance, reducing the potential for usury, gharar and
dhalim in muamalah in Indonesia. The second strategic role relates to
strengthening the national economy by attracting capital and funds from the
National Sharia Bank, which can increase financing for business and national
development.
Keywords: Islamic economy, Islamic banking, Indonesian Islamic Bank

A. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian nasional tidak hanya dipengaruhi oleh
perubahan kondisi dunia tetapi juga oleh kondisi konsumen dalam negeri.
Misalnya, tumbuhnya kesadaran gaya hidup halal di sektor keuangan dan ternyata
mempengaruhi jenis dan tingkat konsumsi serta preferensi masyarakat dalam
perekonomian. Hal ini mendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah
di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya di atas rata-rata sektor
keuangan. Bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem bagi hasil (nisbah)
antara penabung (kreditur), peminjam (debitur) dan bank untuk menghitung
perhitungan biaya dan pendapatan . Keuntungan dan kerugian usaha akan
dibagikan secara adil sesuai dengan kontribusi dan kesepakatan kedua belah pihak
(Irmayanto, 2011). Produk Bank Umum Syariah meliputi penghimpunan dana
pihak ketiga dan pendistribusian dana. Dana yang dihimpun dari pihak ketiga
adalah berupa bentuk simpanan/wadiah dan investasi/mudharabah. Ada dua
produk utama dalam penyaluran pembiayaan di bank umum syariah, yaitu
pembiayaan bagi hasil seperti musyarakah dan mudharabah serta pembiayaan
prinsip jual beli atau murabahah (Setyaji dan Musharoh , 2018).
Syariat Islam dalam muamalah berdasarkan Al-Qurna dan as-Sunnah
merupakan media aktivitas tolong- menolong antar sesama umat manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “... Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya” (QS. Al- Maidah:2). Allah
Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu” (QS An-Nisaa: 29).
Kementerian Keuangan menyatakan bahwa kinerja perbankan syariah di
Indonesia relatif stabil di masa pandemi covid-19, dibandingkan dengan
perbankan konvensional terutama pada masa krisis, misalnya pada tahun 2008.
Intermediasi perbankan nasional secara umum cenderung mengalami penurunan,
tetapi kinerja perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan perbankan konvensional. Di tengah kondisi ekonomi yang
menantang karena pandemi Covid-19, total aset perbankan syariah secara nasional
tetap tumbuh. Pada Juli 2021, aset perbankan syariah di tanah air tumbuh sekitar
16,35%, pembiayaan tumbuh 6,82% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh
17,98% (https://keuangan.kontan.co.id/news/perbankan-syariah-tumbuh-kuat-di-
tengah-pandemi, diakses 1 November 2021).
Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-4 menurut World Islamic
Economic Status 2020 Report. Bank Indonesia mengumumkan pertumbuhan
ekonomi syariah pada 2019, tumbuh 5,72% persen. Berita ini juga disampaikan
oleh Presiden Rrepublik Indonesia Ir. Jokowi dalam pidatonya yang bertepatan
pada Hari Santri Nasional 2021 (http://www.tribunnews.com diakses 5 November
2021). Pertumbuhan dan kinerja ekonomi serta keuangan syariah merupakan
insentif bagi bank syariah dan lembaga keuangan syariah agar dapat bersaing,
merestrukturisasi rencana strategis mereka, dan merestrukturisasi model bisnis
mereka untuk meningkatkan kinerjanya.
Ekonomi syariah memiliki potensi untuk berkembang lebih optimal di
Indonesia pada masa yang akan datang. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia Indonesia tentu memiliki potensi yang bagus untuk
mengembangkan sektor ekonomi syariah. Sektor ekonomi syariah mencakup
banyak industri seperti perbankan syariah, keuangan non-perbankan, pasar modal,
rumah sakit syariah, hotel, pariwisata, makanan halal, fashion, industri kreatif,
ekspor dan sektor lain yang terkait dan mendukung ekonomi dan keuangan
syariah.
Keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI) yang resmi beroperasi pada
Februari 2021 merupakan penggabungan (merger) dari tiga bank syariah nasional
yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah (Rizal,
2021). Bank Syariah Indonesia mengubah konstelasi perbankan syariah di
Indonesia, dan membentuk polarisasi sekaligus pilar kekuatan baru dalam
ekonomi syariah di Indonesia. Penggabungan ketiga bank syariah yang telah
melalui proses due diligence, penandatanganan akta penggabungan, penyampaian
keterbukaan informasi, persetujuan izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) tersebut secara signifikan menghasilkan konsolidasi nilai aset Bank Syariah
Indonesia (BSI) mencapai Rp239,56 triliun yang menjadikannya menjadi bank
syariah dengan aset terbesar di Indonesia.
Masalah Penelitian
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana peran Bank Syariah
Indonesia (BSI) terhadap perekonomian syariah di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI)
terhadap perekonomian syariah di Indonesia. Manfaat dari penelitian adalah
sebagai informasi tentang peran strategis pendirian Bank Syariah Indonesia (BSI)
dari merjer tiga bank syariah anak perusahaan bank BUMN bagi pemerintah,
praktisi bisnis syariah, otoritas keuangan, dunia akademis, dan masyarakat secara
umum.

B. LANDASAN TEORI
Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam (Islamic economics) merupakan sistem
ekonomi yang berdasarkan prinsip Islam (syariah). Ruang lingkup ekonomi
syariah meliputi keseluruhan sektor ekonomi yang ada, baik sektor riil maupun
sektor keuangan (Bappenas, 2019). Ekonomi syariah memiliki karakteristik pada
orientasi kesetaraan dan kesinambungan dalam memberikan manfaat bagi seluruh
komponen ekonomi. Aspek konsep dan empiris ekonomi syariah didasarkan
sepenuhnya pada perilaku konsumen, produsen, dan rantai nilai yang sesuai nilai
dan prinsip Islam yang bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijtihad.
Ekonomi syariah tersusun secara teoritis konseptual dan relevan dalam praktik
empiris sepanjang masa. Pernyataan tersebut terbangun dari keyakinan bahwa
agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ’alamin). Nilai dan
manfaat ekonomi syariah meliputi seluruh umat baik Muslim maupun yang
beragama lain. Lebih lanjut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang- orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku- ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al – Maidah (5): 3).
Perwujudan ekonomi syariah dalam muamalah adalah tercegahnya muamalah
dari transaksi atau akad yang mengandung riba, gharar, dan zalim (Tarmizi,
2017). Muamalah yang sesuai prinsip syariah akan menghasilkan keadilan
ekonomi dan sosial, serta keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat Al– Baqarah (2)
ayat 168 yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga menekankan
pentingnya bermuamalah sesuai syariah atau hukum Islam dalam hadits yang
artinya “Akan datang suatu masa, orang – orang tidak perduli darimana harta
dihasilkan, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram” (HR.
Bukhari). Rasullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya:”Wahai
Rasulullah apakah itu? Beliau bersabda:” Syirik kepada Allah, sihir, membunuh
jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta
anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh wanita mu’min yang suci
berbuat zina” (HR. Bukhari).
Ekonomi syariah menjadi solusi bagi aktivitas muamlah keuangan, riil, dan
sosial. Komitmen pada ekonomi syariah akan menjadikan kehidupan berbangsa
dan bernegara berlandaskan gaya hidup halal yang menciptakan tidak hanya
pertumbuhan ekonomi namun juga keberkahan ekonomi. Seluruh sistem dalam
ekonomi syariah mulai pemasok, produksi, distribusi, pendukung, pemerintah,
hingga konsumen harus mendukung dan melaksanakan rantai nilai produk barang
dan jasa halal. Ekonomi syariah adalah solusi strategis bagi ekonomi Indonesia
dan dunia pada saat ini dan masa mendatang.
Perbankan Syariah
Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu
negara yang memiliki peran dalam menyediakan jasa di bidang keuangan oleh
lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya pasar modal dan pasar
uang. Sistem keuangan Indonesia dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem
perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktiknya, lembaga
keuangan perbankan memiliki peran sangat dominan. Perbankan nasional
mengelola sekitar 94,4% aset keuangan nasional (Irmayanto, 2011) yang
mencapai Rp8.000 triliun pada tahun 2018 (www.beritagar.id, diakses 5
November 2021).
Bank adalah suatu usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan pinjaman/kredit dan atau bentuk lainnya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Irmayanto, 2011). Fungsi perbankan syariah,
sebagaimana perbankan konvensional, adalah melakukan intermediasi antara pihak
surplus dana dengan pihak yang defisit dana melalui penghimpunan dana dan penyaluran
kredit atau pembiayaan, yang mampu meningkatkan aktivitas ekonomi (Mankiw, 2013).
Peran bank tersebut sangat penting dalam perekonomian karena memfasilitasi bagian
pelaku ekonomi yang surplus dana ke bagian pelaku ekonomi yang defisit dana, termasuk
dalam meningkatkan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi, dan membantu kebijakan
moneter pemerintah.
Klasifikasi perbankan nasional berdasarkan prinsip pengelolaan keuangannya
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito
serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan panjang dengan sistem
bunga/interest. Bank konvensional sangat dinamis karena sangat dipengaruhi oleh
tingkat suku bunga dan inflasi. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
merupakan lembaga bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah atas akadnya serta non ribawi dengan pola bagi hasil (Irmayanto,
2011), yang menyebabkan bank syariah relatif stabil dalam kinerjanya walaupun
pangsa pasar dalam aset keuangan nasional hanya sekitar 7%. Karakteristik utama
bank syariah adalah muamalah yang dilakukan menghindari penyebab haramnya
harta, yaitu tidak ada unsur zalim, gharar (tidak jelas), dan riba (Tarmizi, 2017).
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam
sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum
islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan
dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek yang
haram (www.ojk.go.id, diakses 5 November 2021).
Perbankan syariah merupakan salah satu bagian penting dari sistem perbankan
nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2019) telah menyusun
Masterplan Ekonomi Islam Indonesia 2019-2024 yang menyatakan lima strategi
dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia yaitu (1) penguatan rantai nilai
halal, (2) penguatan sektor keuangan Islam, (3) penguatan usaha mikro, kecil, dan
menengah, (4) pengembangan dan penguatan ekonomi digital, dan (5) kebijakan
strategis ekosistem. Berdasarkan strategi tersebut, salah satu pilar ekonomi Islam
di Indonesia adalah sektor keuangan Islam, yang termasuk didalamnya adalah
perbankan syariah.
Keberadaan perbankan syariah semakin berkembang di Indonesia. Hingga
akhir tahun 2020, tercatat sebanyak 14 bank umum syariah dan 20 unit usaha
syariah yang berkiprah dalam ekonomi dan keuangan syariah (OJK, 2021).
Pemerintah secara serius mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia untuk berkontribusi dan menopang pertumbuhan ekonomi
(www.kompas.com, diakses 5 November 2021).Selain itu, UU Perbankan Syariah
juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan
menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal
dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pemerintah secara serius mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia untuk berkontribusi dan menopang pertumbuhan ekonomi
(www.kompas.com, diakses 5 November 2021).
Kementerian Keuangan menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia relatif
stabil di masa pandemi covid-19, dibandingkan dengan perbankan konvensional
terutama pada masa krisis, misalnya pada tahun 2008. Intermediasi perbankan
konvensional secara umum cenderung mengalami penurunan, tetapi kinerja
perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan
perbankan konvensional. Periode Januari hingga September 2020, aset bank
syariah tumbuh 10,97%, lebih tinggi daripada perbankan konvensional yang
hanya tumbuh 7,77%. Dana pihak ketiga perbankan syariah tumbuh 11,65%,
sedikit di atas perbankan konvensional yang sebesar 11,49%. Penyaluran
pembiayaan perbankan syariah tumbuh 9,42%, jauh lebih tinggi daripada
perbankan konvensional yang hanya tumbuh 0,55% (www.tempo.co, diakses 5
November 2021).

C. METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
penelitian studi pustaka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Perspektif
analisis konten pada dokumen, artikel, jurnal, atau Muamalah
laporan. menggunakan
pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi pustaka. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan analisis konten pada dokumen,
Bank Syariah
Ekonomi Syariah
artikel, jurnal, atau laporan. Penelitian dilakukan dengan desain penelitian
Indonesia
analisis konten merupakan bentuk dari penelitian studi pustaka yang
dilakukan dengan meneliti dan mengkaji dokumen tertulis
Perspektif baik berbentuk
Ekonomi
cetak maupun digital dan dibahas secara kualitatif terhadap topik atau
masalah penelitian yang diamati (Sumarwan et al., 2014). Data yang
dikumpulkan meliputi karakteristik masing-masing bank syariah sebelum
penggabungan, pendapat pakar, laporan keuangan, dan laporan
manajemen bank. Pembahasan didasarkan pada dua perspektif, yaitu
perspektif muamalah yang berkaitan dengan kontribusinya pada
implementasi muamalah syariah dan perspektif ekonomi yang
menekankan pada kontribusinya bagi ekonomi nasional. Kerangka metode
penelitian disampaikan pada gambar berikut.

Bank Syariah
Mandiri

Bank BRI
Syariah

Bank BNI
Syariah

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perbankan syariah bersama perusahaan-perusahaan lain dalam rantai
nilai ekonomi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, memiliki peran
dalam penciptaan dan penambahan nilai atau manfaat dari aktivitas
muamalah syariah di Indonesia. Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam
(Islamic economics) merupakan keseluruhan sistem ekonomi yang
berdasarkan prinsip Islam (syariah) dengan sumber hukum Al-Quran dan
as- Sunnah. Ekonomi syariah melingkupi keseluruhan sektor yang ada
dalam ekonomi, baik berupa sektor riil maupun sektor keuangan
(Bappenas, 2019).
Secara umum, kinerja bank syariah dalam perekonomian Indonesia
pada kondisi yang baik, bahkan memiliki ketahanan kinerja jauh lebih baik
daripada perbankan konvensional. Sebagai implementasi muamalah
syariah, aktivitas operasional perbankan syariah didasarkan pada landasan
syariah Islam yaitu Al-Quran dan as- Sunnah. Hal tersebut menjadikan
aktivitas perbankan syariah tidak hanya berkinerja unggul, tahan terhadap
tekanan dan turbulensi ekonomi, namun juga diridhai dan diberkahi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya “Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang- orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku- ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al – Maidah:3).
Perwujudan ekonomi syariah dalam muamalah adalah tercegahnya
muamalah dari transaksi atau akad yang mengandung riba, gharar, dan
zalim (Tarmizi, 2017). Muamalah yang sesuai prinsip syariah akan
menghasilkan keadilan ekonomi dan sosial, serta keseimbangan antara
kebutuhan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
dalam Al-Quran surat Al– Baqarah (2) ayat 168 yang artinya “Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Rasulullah
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga menekankan pentingnya
bermuamalah sesuai syariah atau hukum Islam dalam hadits yang artinya
“Akan datang suatu masa, orang – orang tidak perduli darimana harta
dihasilkan, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram” (HR.
Bukhari).
Strategi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sebagaimana
dinyatakan oleh Bappenas (2019) terdiri atas empat rumusan strategi yaitu
(1) penguatan rantai nilai halal, (2) penguatan sektor keuangan Islam, (3)
penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah, dan (4) pengembangan dan
penguatan ekonomi digital. Keempat strategi tersebut perlu mendapatkan
perhatian pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam ekonomi
dan keuangan syariah agar memberikan kemaslahatan bagi umat Islam dan
bangsa Indonesia.
Strategi penguatan sektor keuangan Islam dalam pengembangan
ekonomi Islam di Indonesia meliputi diversifikasi produk dan layanan
perbankan syariah, integrasi antar sektor (riil dan keuangan), peningkatan
insentif pada perbankan syariah, pendirian Keuangan Halal Nasional
(National Halal Fund), penguatan nilai perbankan syariah, serta penguatan
proses manajemen perbankan syariah (Bappenas, 2019). Sektor keuangan
Islam yang kuat akan mengakselerasi perkembangan ekonomi syariah di
indoensia.
Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan penggabungan (merger)
atas Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank BRI Syariah (BRIS), dan Bank
BNI Syariah (BNIS). Penggabungan tersebut dilakukan pada proses mulai
Maret 2020 atau sekitar 11 bulan sebelum diresmikan operasionalnya oleh
Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021 (Rizal, 2021).
Penggabungan ketiga bank syariah yang telah melalui proses due
diligence, penandatanganan akta penggabungan, penyampaian keterbukaan
informasi, persetujuan izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tersebut secara signifikan menghasilkan konsolidasi nilai aset Bank
Syariah Indonesia (BSI) mencapai Rp239,56 triliun yang menjadikannya
menjadi bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia. Keseluruhan aset
yang dimiliki oleh ketiga bank syariah penyusun Bank Syariah Indonesia
(BSI) termasuk aset tetap, aset tidak tetap, human capital, mitra, nasabah,
dan jaringan termasuk kantor cabang, anjungan tunai mandiri (ATM),
aplikasi perbankan, atau aset penunjang lain menjadi penguat bagi
operasional Bank Syariah Indonesia (BSI).Keberadaan Bank Syariah
Indonesia (BSI) di Indonesia menjadi momentum penguatan ekonomi
syariah di Indonesia, sekaligus sebagai komitmen pemerintah RI dalam
mengembangkan ekonomi syariah di Indoensia.
Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan sejarah baru bagi perjalanan
ekonomi syariah di Indonesia. Bank Syariah Indonesia (BSI)
mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim
terbanyak di dunia yang sudah seharusnya memiliki perkembangan
ekonomi syariah yang masif. Hal ini menjadi salah satu identitas global
bagi Indonesia serta menjadi salah satu kebanggaan dan potensi besar
Indonesia untuk menjadi negara yang terdepan dalam perkembangan
ekonomi syariah (Rizal, 2021).
Bank Syariah Mandiri adalah salah satu anak perusahaaan Bank
Mandiri. Bank Syariah Mandiri memiliki kinerja yang sangat baik pada
tahun 2020 saat masa pandemi covid-19. Kinerja positif Bank Syariah
Mandiri ditunjukkan oleh perolehan laba bersih perusahaan sebesar
Rp1,43 triliun per Desember 2020, atau naik 12,51% dibandingkan dengan
periode tahun sebelumnya. Bank Syariah Mandiri juga memiliki kinerja
positif secara keseluruhan dengan pertumbuhan aset, pembiayaan dan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang signifikan dengan kualitas pembiayaan
yang tetap terjaga. Pembiayaan Bank Syariah Mandiri tumbuh 10,43%
secara tahunan dari Rp75,54 triliun menjadi Rp83,43 triliun. Dana Pihak
Ketiga (DPK) Bank Syariah Mandiri naik 12,80% yoy, dari Rp99,81
triliun menjadi Rp112,58 triliun. Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
tumbuh positif dengan kontribusi kenaikan pada pembiayaan segmen retail
sebesar 18,41% yoy menjadi Rp53,24 triliun. Bank Syariah Mandiri juga
mamu menjaga kualitas pembiayaan pada tahun 2020 yang ditunjukkan
dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) yang terjaga sebesar 0,72%
untuk NPF netto dan sebesar 2,51% untuk NPF gros (Mola, 2021).
Bank BRI Syariah adalah salah satu bank syariah di Indonesia
sekaligus anak perusahaan Bank BRI. Kinerja Bank BRI Syariah
menunjukkan peningkatan pesat sepanjang 2020. Bank BRI Syariah
meraup laba bersih Rp 248 miliar atau melonjak 235,14% dari periode
yang sama tahun sebelumnya (year on year). Bank BRI Syariah juga
membukukan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 40 triliun atau tumbuh
mencapai 46,24% yoy. Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang
oleh segmen ritel, mikro, dan konsumer untuk memberikan imbal hasil
yang lebih optimal. Total aset Bank BRI Syariah mencapai Rp57,7 triliun
atau meningkat 338% (www.keuangan.kontan.co.id, diakses 7 November
20212021).
Bank BNI Syariah sebagai anak perusahaan Bank BNI di bidang
keuangan syariah yang merupakan spin off pada tahun 2010, juga
menghasilkan kinerja keuangan yang baik sepanjang tahun 2020. Bank
BNI Syariah berhasil meraih predikat sebagai “Most Trusted Company”
pada ajang Corporate Governance Perception Index. Pada tahun 2020,
Bank BNI Syariah secara resmi masuk dalam kategori Bank BUKU III
(modal inti antara Rp5 triliun- Rp30 triliun). Pada masa pandemi covid- 9,
Bank BNI Syariah berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp505,11
miliar, walaupun kondisi ekonomi dan bisnis nasional dan global sedang
dalam masa kontraksi. Aset Bank BNI Syariah tumbuh 10,06% menjadi
Rp55,01 triliun dari tahun sebelumnya Rp49,98 triliun. Indikator coverage
ratio BNI Syariah tahun 2020 mencapai 116,33% yang memberikan
jaminan keamanan bagi nasabah dan investor. (Bank BNI Syariah, 2021)
Berdasarkan pengumpulan data penelitian, penggabungan Bank
Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah menjadi Bank
Syariah Indonesia (BSI) memiliki peran yang sangat strategis bagi
perkonomian syariah di Indonesia. Peran strategis tersebut dapat dilihat
dari dua perspektif. Peran yang pertama berkaitan dengan peran dakwah
dan syiar syariah Islam yang menghasilkan penguatan muamalah syariah
di Indonesia dan memungkinkan pengembangan pasar serta peningkatan
akses ekonomi dan keuangan syariah sehingga mengurangi potensi riba,
gharar, dan dhalim dalam muamalah di Indonesia. Peran yang kedua
adalah peran ekonomi terkait penguatan ekonomi nasional yang
disebabkan oleh perkembangan modal dan dana dari Bank Syariah
Indonesia yang mampu meningkatkan pembiayaan dalam usaha dan
pembangunan nasional.

Pada perspektif muamalah, keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI)


memiliki peran syiar dakwah muamalah syariah yang berlandaskan Al-
Quran dan as-Sunnah. Penggabungan ketiga bank syarah besar yaitu Bank
Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah menjadi Bank
Syariah Indonesia (BSI) menghasilkan penguatan muamalah syariah di
Indonesia dan memungkinkan pengembangan pasar serta peningkatan
akses ekonomi dan keuangan syariah sehingga mengurangi potensi riba,
gharar, dan dhalim dalam muamalah di Indonesia.
Keberadaan Bank Syariah Indonesia memberikan akses yang lebih
besar bagi umat Islam untuk tolong menolong dalam kebaikan melalui
muamalah syariah baik berbentuk tabungan, investasi, pembiayaan,
maupun mekanisme lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “... Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya” (QS.
Al- Maidah:2).
Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan fungsi intermediasi antara pihak
surlus dana kepada pihak defisit dana juga memungkinkan kerja sama
yang terjadi adaah kerja sama yang saling menguntungkan, terhindar dari
riba, gharar, dan dhalim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu” (QS
An-Nisaa: 29).
Penggabungan (merger) ketiga bank syariah besar di Indonesia
menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) juga menjadi simbol persatuan
umat Islam. Penggabungan tersebut menyatukan sebagian besar kekuatan
ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Persatuan umat Islam dalam
berbagai aspek dan bidang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, sebagaimana firman-Nya “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali
Imran:103). Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa Al Asy’ari “Seorang
mukmin terhadap orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, sebagian
mereka menguatkan sebagian yang lain, dan beliau menjalin antara jari-
jarinya” (www.muslim.or,id, diakses 7 November 2021).
Peran kedua berdasarkan perspektif ekonomi adalah peran ekonomi
terkait penguatan ekonomi nasional yang disebabkan oleh perkembangan
modal dan dana dari Bank Syariah Nasional yang mampu meningkatkan
pembiayaan dalam usaha dan pembangunan nasional. Bank Syariah
Indonesia memiliki aset konsolidasian hasil penggabungan sebesar
Rp239,56 triliun yang menjadikannya bank syariah terbesar di Indonesia.
Kekuatan aset Bank Syariah Indonesia tersebut juga meliputi intangible
aset seperti reputasi, jaringan, human capital, dan manajemen. Dengan
kemampuan yang besar, Bank Syariah Indonesia memiliki akses ke
pembiayaan yang lebih kuat dan ketahanan dalam operasioanl bank.
Menurut Dr. Irfan Sauqi Beik dalam www.wartaekonomi.co.id,
diakses 7 November 2021, Bank Syariah Indonesia dalam ekonomi syariah
akan menjadi pemimpin dalam dalam penetrasi pasar (market penetration
leader). Penetrasi yang berpotensi dilakukan Bank Syariah Indonesia akan
menggerakkan industri perbankan syariah untuk melakukan penetrasi
pasar lebih dalam dan lebih luas sehingga pangsa pasar perbankan syariah
dapat berkembang hingga dua digit. Bank Syariah Indonesia juga akan
menjadi pemancar nilai (value transmitter) keuangan syariah yang tidak
hanya memperkuat sektor keuangan syariah namun juga sektor riil
berlandasakan syariah, dan juga seluruh sektor dalam perekonomian
nasional. Bank Syariah Indonesia akan memberikan pengaruh nilai-nilai
syariah pada kegiatan perekonomian nasional secara keseluruhan.
Keberadaan Bank Syariah Indonesia juga memiliki peran sebagai
pusat inovasi keuagan syariah (innovation center). Sumber daya besar
yang dimiliki Bank Syariah Indonesia memungkinkan transformasi nilai-
nilai ekonomi syariah yang bersifat universal dan inklusif menjadi inovasi
produk dan layanan keuangan yang menyelesaikan permasalahan-
permasalahan mendasar dalam perekonomian seperti kemiskinan dan
kesenjangan. Keberadaan Bank Syariah Indonesia mampu meningkatkan
kualitas perbankan syariah nasional dan tidak menutup kemungkinan
meningkatkan daya saing bank syariah pada level global.
E. PENUTUP
Hasil penelitian menyatakan bahwa penggabungan Bank Syariah Mandiri,
Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI)
memiliki peran strategis bagi ekonomi syariah di Indonesia. Peran strategis
tersebut dapat dilihat dari dua perspektif. Peran strategis yang pertama berkaitan
dengan peran penguatan muamalah syariah di Indonesia yang memungkinkan
pengembangan pasar dan peningkatan akses ekonomi dan keuangan syariah
sehingga mengurangi potensi riba, gharar, dan dhalim dalam muamalah di
Indonesia. Peran strategis kedua adalah terkait penguatan ekonomi nasional yang
disebabkan oleh perkembangan modal dan dana dari Bank Syariah Indonesia yang
mampu meningkatkan pembiayaan dalam usaha dan pembangunan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

www.goodnewsfromindonesia.id Bank BNI Syariah. 2021. Laporan Tahunan


2020. Jakarta: Bank BNI Syariah.

Bappenas.2019. Indonesia Islamic Economic Masterplan 2019-2024.


Jakarta:Bappenas

Irmayanto, J. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan.Jakarta:Penerbit Universitas


Trisakti

https://finansial.bisnis.com/read/20210130/231/1350096/laba-mandiri-syariah-
sepanjang-2020- capai-rp143-triliun. Diakses 5 November 2021.

OJK. 2021. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan Rizal, JG.
2021.

https://www.kompas.com/tren/rea d/2021/02/03/080500865/hal-hal-yang-perlu
diketahui-seputar-bank-syariah indonesia?page=all. Diakses 5 November 2021.

Setyaji, A.K. dan Musaroh. 2018. Analisis Faktor Penjelas Pendapatan Margin
Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi:559-
568.
Yogyakarta:Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Tarmizi, E.2017. Harta Haram Muamalat Kontemporer.

www.beritagar.id/artikel/berita/ju mlah-bank-di-indonesia-terlalu- banyak. Diakses


5 November 2021 2021.

www.keuangan.kontan.co.id. Laba bersih BRI Syariah (BRIS) melesat sebelum


resmi merger. https://keuangan.kontan.co.id/new s/laba-bersih-bri-syariah-bris-
melesat sebelum-resmi-merger. 5 November 2021

www.kompas.com. Mengintip Peluang Ekonomi Syariah di Indonesia.


https://money.kompas.com/read/2020/12/12/210000026/mengintip-peluang-
ekonomi-syariah-di-indonesia?page=all. Diakses 5 November 2021.
www.kompas.com. Kembangkan Ekonomi Syariah, Pemerintah Akan Bentuk
Direktorat Khusus Halal di Kementerian.

Pandemi, Sri Mulyani Sebut Bank Syariah Relatif Lebih Stabil dari Konvensional.
www.tempo.co/read/1418467/pan demi-sri-mulyani-sebut-bank- syariah-relatif-
lebih-stabil-dari- konvensional. Diakses 5 November 2021

www.wartaekonomi.co.id/read321981/ini-tiga-peran-penting-bsi-biar-ekonomi-
dan-euangan-syariah- berlari-kencang. Diakses 7 November 2021
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai