Dosen Pembimbing:
Dr. Abdullah Safe’I, M.Ag
Disusun oleh:
Adam Fatahilah
1189220003
Dr. Abdullah Safe’I, M.Ag
ABSTRACT
Meningkatnya kesadaran akan gaya hidup halal baik pada sektor riil maupun
keuangan berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan keuangan syariah,
khususnya di Indonesia dan di atas rata-rata industri keuangan di dunia secara
keseluruhan. Pada tahun 2020, ekonomi dan keuangan syariah terus menunjukkan
pertumbuhan positif karena sebagian besar industri di seluruh dunia mengalami
penurunan akibat pandemi COVID-19. Momentum ini dimanfaatkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia untuk memperkuat peran ekonomi dan keuangan
syariah dalam perekonomian nasional. Penggabungan tiga anak perusahaan
syariah bank BUMN yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan Bank
BNI Syariah ke dalam Bank Syariah Indonesia (BSI) diharapkan akan berdampak
lebih besar pada rantai nilai ekonomi syariah Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi peran strategis Bank Syariah Indonesia (BSI)
dalam perekonomian syariah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain studi literatur. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menganalisis isi dokumen, artikel, jurnal atau laporan. Hasil penelitian
menunjukkan penggabungan Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan Bank
BNI Syariah ke dalam Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki peran strategis
dalam perekonomian syariah Indonesia. Peran strategis ini dapat dilihat dari dua
perspektif. Peran strategis pertama berkaitan dengan penguatan Syariah Muamal
di Indonesia. Ini akan membantu mengembangkan pasar dan memperluas akses ke
ekonomi dan keuangan Syariah, mengurangi potensi terjadinya riba, gharar, dan
dhalim dalam muamalah di Indonesia. Peran strategis kedua berkaitan dengan
penguatan ekonomi nasional dengan menarik modal dan dana dari Bank Syariah
Nasional, yang dapat meningkatkan pembiayaan dalam usaha dan pembangunan
nasional.
Kata kunci : ekonomi syariah, perbankan syariah, Bank Syariah Indonesia
Abstract
Increased awareness of the halal lifestyle in both the real and financial sectors
contributes to the development of the Islamic economy and finance, particularly in
Indonesia and above the average financial industry in the world as a whole. In
2020, the Islamic economy and finance continued to show positive growth as
most industries around the world experienced a downturn due to the COVID-19
pandemic. This momentum was used by the Government of the Republic of
Indonesia to strengthen the role of Islamic economy and finance in the national
economy. The merger of three sharia subsidiaries of state-owned banks namely
Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah and Bank BNI Syariah into Bank
Syariah Indonesia (BSI) is expected to have a greater impact on the value chain of
the Indonesian Islamic economy. The purpose of this study is to identify the
strategic role of the Indonesian Islamic Bank (BSI) in the Indonesian Islamic
economy. This study uses a qualitative approach with a literature study design.
Data collection techniques are carried out by analyzing the contents of documents,
articles, journals or reports. The results show that the merger of Bank Syariah
Mandiri, Bank BRI Syariah and Bank BNI Syariah into Bank Syariah Indonesia
(BSI) has a strategic role in the Indonesian Islamic economy. This strategic role
can be seen from two perspectives. The first strategic role relates to strengthening
Sharia Muamal in Indonesia. This will help develop markets and expand access to
Islamic economics and finance, reducing the potential for usury, gharar and
dhalim in muamalah in Indonesia. The second strategic role relates to
strengthening the national economy by attracting capital and funds from the
National Sharia Bank, which can increase financing for business and national
development.
Keywords: Islamic economy, Islamic banking, Indonesian Islamic Bank
A. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian nasional tidak hanya dipengaruhi oleh
perubahan kondisi dunia tetapi juga oleh kondisi konsumen dalam negeri.
Misalnya, tumbuhnya kesadaran gaya hidup halal di sektor keuangan dan ternyata
mempengaruhi jenis dan tingkat konsumsi serta preferensi masyarakat dalam
perekonomian. Hal ini mendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah
di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya di atas rata-rata sektor
keuangan. Bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem bagi hasil (nisbah)
antara penabung (kreditur), peminjam (debitur) dan bank untuk menghitung
perhitungan biaya dan pendapatan . Keuntungan dan kerugian usaha akan
dibagikan secara adil sesuai dengan kontribusi dan kesepakatan kedua belah pihak
(Irmayanto, 2011). Produk Bank Umum Syariah meliputi penghimpunan dana
pihak ketiga dan pendistribusian dana. Dana yang dihimpun dari pihak ketiga
adalah berupa bentuk simpanan/wadiah dan investasi/mudharabah. Ada dua
produk utama dalam penyaluran pembiayaan di bank umum syariah, yaitu
pembiayaan bagi hasil seperti musyarakah dan mudharabah serta pembiayaan
prinsip jual beli atau murabahah (Setyaji dan Musharoh , 2018).
Syariat Islam dalam muamalah berdasarkan Al-Qurna dan as-Sunnah
merupakan media aktivitas tolong- menolong antar sesama umat manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “... Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya” (QS. Al- Maidah:2). Allah
Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu” (QS An-Nisaa: 29).
Kementerian Keuangan menyatakan bahwa kinerja perbankan syariah di
Indonesia relatif stabil di masa pandemi covid-19, dibandingkan dengan
perbankan konvensional terutama pada masa krisis, misalnya pada tahun 2008.
Intermediasi perbankan nasional secara umum cenderung mengalami penurunan,
tetapi kinerja perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan perbankan konvensional. Di tengah kondisi ekonomi yang
menantang karena pandemi Covid-19, total aset perbankan syariah secara nasional
tetap tumbuh. Pada Juli 2021, aset perbankan syariah di tanah air tumbuh sekitar
16,35%, pembiayaan tumbuh 6,82% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh
17,98% (https://keuangan.kontan.co.id/news/perbankan-syariah-tumbuh-kuat-di-
tengah-pandemi, diakses 1 November 2021).
Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-4 menurut World Islamic
Economic Status 2020 Report. Bank Indonesia mengumumkan pertumbuhan
ekonomi syariah pada 2019, tumbuh 5,72% persen. Berita ini juga disampaikan
oleh Presiden Rrepublik Indonesia Ir. Jokowi dalam pidatonya yang bertepatan
pada Hari Santri Nasional 2021 (http://www.tribunnews.com diakses 5 November
2021). Pertumbuhan dan kinerja ekonomi serta keuangan syariah merupakan
insentif bagi bank syariah dan lembaga keuangan syariah agar dapat bersaing,
merestrukturisasi rencana strategis mereka, dan merestrukturisasi model bisnis
mereka untuk meningkatkan kinerjanya.
Ekonomi syariah memiliki potensi untuk berkembang lebih optimal di
Indonesia pada masa yang akan datang. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia Indonesia tentu memiliki potensi yang bagus untuk
mengembangkan sektor ekonomi syariah. Sektor ekonomi syariah mencakup
banyak industri seperti perbankan syariah, keuangan non-perbankan, pasar modal,
rumah sakit syariah, hotel, pariwisata, makanan halal, fashion, industri kreatif,
ekspor dan sektor lain yang terkait dan mendukung ekonomi dan keuangan
syariah.
Keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI) yang resmi beroperasi pada
Februari 2021 merupakan penggabungan (merger) dari tiga bank syariah nasional
yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah (Rizal,
2021). Bank Syariah Indonesia mengubah konstelasi perbankan syariah di
Indonesia, dan membentuk polarisasi sekaligus pilar kekuatan baru dalam
ekonomi syariah di Indonesia. Penggabungan ketiga bank syariah yang telah
melalui proses due diligence, penandatanganan akta penggabungan, penyampaian
keterbukaan informasi, persetujuan izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) tersebut secara signifikan menghasilkan konsolidasi nilai aset Bank Syariah
Indonesia (BSI) mencapai Rp239,56 triliun yang menjadikannya menjadi bank
syariah dengan aset terbesar di Indonesia.
Masalah Penelitian
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana peran Bank Syariah
Indonesia (BSI) terhadap perekonomian syariah di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI)
terhadap perekonomian syariah di Indonesia. Manfaat dari penelitian adalah
sebagai informasi tentang peran strategis pendirian Bank Syariah Indonesia (BSI)
dari merjer tiga bank syariah anak perusahaan bank BUMN bagi pemerintah,
praktisi bisnis syariah, otoritas keuangan, dunia akademis, dan masyarakat secara
umum.
B. LANDASAN TEORI
Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam (Islamic economics) merupakan sistem
ekonomi yang berdasarkan prinsip Islam (syariah). Ruang lingkup ekonomi
syariah meliputi keseluruhan sektor ekonomi yang ada, baik sektor riil maupun
sektor keuangan (Bappenas, 2019). Ekonomi syariah memiliki karakteristik pada
orientasi kesetaraan dan kesinambungan dalam memberikan manfaat bagi seluruh
komponen ekonomi. Aspek konsep dan empiris ekonomi syariah didasarkan
sepenuhnya pada perilaku konsumen, produsen, dan rantai nilai yang sesuai nilai
dan prinsip Islam yang bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijtihad.
Ekonomi syariah tersusun secara teoritis konseptual dan relevan dalam praktik
empiris sepanjang masa. Pernyataan tersebut terbangun dari keyakinan bahwa
agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ’alamin). Nilai dan
manfaat ekonomi syariah meliputi seluruh umat baik Muslim maupun yang
beragama lain. Lebih lanjut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang- orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku- ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al – Maidah (5): 3).
Perwujudan ekonomi syariah dalam muamalah adalah tercegahnya muamalah
dari transaksi atau akad yang mengandung riba, gharar, dan zalim (Tarmizi,
2017). Muamalah yang sesuai prinsip syariah akan menghasilkan keadilan
ekonomi dan sosial, serta keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat Al– Baqarah (2)
ayat 168 yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga menekankan
pentingnya bermuamalah sesuai syariah atau hukum Islam dalam hadits yang
artinya “Akan datang suatu masa, orang – orang tidak perduli darimana harta
dihasilkan, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram” (HR.
Bukhari). Rasullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya:”Wahai
Rasulullah apakah itu? Beliau bersabda:” Syirik kepada Allah, sihir, membunuh
jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta
anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh wanita mu’min yang suci
berbuat zina” (HR. Bukhari).
Ekonomi syariah menjadi solusi bagi aktivitas muamlah keuangan, riil, dan
sosial. Komitmen pada ekonomi syariah akan menjadikan kehidupan berbangsa
dan bernegara berlandaskan gaya hidup halal yang menciptakan tidak hanya
pertumbuhan ekonomi namun juga keberkahan ekonomi. Seluruh sistem dalam
ekonomi syariah mulai pemasok, produksi, distribusi, pendukung, pemerintah,
hingga konsumen harus mendukung dan melaksanakan rantai nilai produk barang
dan jasa halal. Ekonomi syariah adalah solusi strategis bagi ekonomi Indonesia
dan dunia pada saat ini dan masa mendatang.
Perbankan Syariah
Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu
negara yang memiliki peran dalam menyediakan jasa di bidang keuangan oleh
lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya pasar modal dan pasar
uang. Sistem keuangan Indonesia dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem
perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktiknya, lembaga
keuangan perbankan memiliki peran sangat dominan. Perbankan nasional
mengelola sekitar 94,4% aset keuangan nasional (Irmayanto, 2011) yang
mencapai Rp8.000 triliun pada tahun 2018 (www.beritagar.id, diakses 5
November 2021).
Bank adalah suatu usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan pinjaman/kredit dan atau bentuk lainnya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Irmayanto, 2011). Fungsi perbankan syariah,
sebagaimana perbankan konvensional, adalah melakukan intermediasi antara pihak
surplus dana dengan pihak yang defisit dana melalui penghimpunan dana dan penyaluran
kredit atau pembiayaan, yang mampu meningkatkan aktivitas ekonomi (Mankiw, 2013).
Peran bank tersebut sangat penting dalam perekonomian karena memfasilitasi bagian
pelaku ekonomi yang surplus dana ke bagian pelaku ekonomi yang defisit dana, termasuk
dalam meningkatkan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi, dan membantu kebijakan
moneter pemerintah.
Klasifikasi perbankan nasional berdasarkan prinsip pengelolaan keuangannya
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito
serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan panjang dengan sistem
bunga/interest. Bank konvensional sangat dinamis karena sangat dipengaruhi oleh
tingkat suku bunga dan inflasi. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
merupakan lembaga bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah atas akadnya serta non ribawi dengan pola bagi hasil (Irmayanto,
2011), yang menyebabkan bank syariah relatif stabil dalam kinerjanya walaupun
pangsa pasar dalam aset keuangan nasional hanya sekitar 7%. Karakteristik utama
bank syariah adalah muamalah yang dilakukan menghindari penyebab haramnya
harta, yaitu tidak ada unsur zalim, gharar (tidak jelas), dan riba (Tarmizi, 2017).
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam
sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum
islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan
dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek yang
haram (www.ojk.go.id, diakses 5 November 2021).
Perbankan syariah merupakan salah satu bagian penting dari sistem perbankan
nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2019) telah menyusun
Masterplan Ekonomi Islam Indonesia 2019-2024 yang menyatakan lima strategi
dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia yaitu (1) penguatan rantai nilai
halal, (2) penguatan sektor keuangan Islam, (3) penguatan usaha mikro, kecil, dan
menengah, (4) pengembangan dan penguatan ekonomi digital, dan (5) kebijakan
strategis ekosistem. Berdasarkan strategi tersebut, salah satu pilar ekonomi Islam
di Indonesia adalah sektor keuangan Islam, yang termasuk didalamnya adalah
perbankan syariah.
Keberadaan perbankan syariah semakin berkembang di Indonesia. Hingga
akhir tahun 2020, tercatat sebanyak 14 bank umum syariah dan 20 unit usaha
syariah yang berkiprah dalam ekonomi dan keuangan syariah (OJK, 2021).
Pemerintah secara serius mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia untuk berkontribusi dan menopang pertumbuhan ekonomi
(www.kompas.com, diakses 5 November 2021).Selain itu, UU Perbankan Syariah
juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan
menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal
dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pemerintah secara serius mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia untuk berkontribusi dan menopang pertumbuhan ekonomi
(www.kompas.com, diakses 5 November 2021).
Kementerian Keuangan menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia relatif
stabil di masa pandemi covid-19, dibandingkan dengan perbankan konvensional
terutama pada masa krisis, misalnya pada tahun 2008. Intermediasi perbankan
konvensional secara umum cenderung mengalami penurunan, tetapi kinerja
perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan
perbankan konvensional. Periode Januari hingga September 2020, aset bank
syariah tumbuh 10,97%, lebih tinggi daripada perbankan konvensional yang
hanya tumbuh 7,77%. Dana pihak ketiga perbankan syariah tumbuh 11,65%,
sedikit di atas perbankan konvensional yang sebesar 11,49%. Penyaluran
pembiayaan perbankan syariah tumbuh 9,42%, jauh lebih tinggi daripada
perbankan konvensional yang hanya tumbuh 0,55% (www.tempo.co, diakses 5
November 2021).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
penelitian studi pustaka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Perspektif
analisis konten pada dokumen, artikel, jurnal, atau Muamalah
laporan. menggunakan
pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi pustaka. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan analisis konten pada dokumen,
Bank Syariah
Ekonomi Syariah
artikel, jurnal, atau laporan. Penelitian dilakukan dengan desain penelitian
Indonesia
analisis konten merupakan bentuk dari penelitian studi pustaka yang
dilakukan dengan meneliti dan mengkaji dokumen tertulis
Perspektif baik berbentuk
Ekonomi
cetak maupun digital dan dibahas secara kualitatif terhadap topik atau
masalah penelitian yang diamati (Sumarwan et al., 2014). Data yang
dikumpulkan meliputi karakteristik masing-masing bank syariah sebelum
penggabungan, pendapat pakar, laporan keuangan, dan laporan
manajemen bank. Pembahasan didasarkan pada dua perspektif, yaitu
perspektif muamalah yang berkaitan dengan kontribusinya pada
implementasi muamalah syariah dan perspektif ekonomi yang
menekankan pada kontribusinya bagi ekonomi nasional. Kerangka metode
penelitian disampaikan pada gambar berikut.
Bank Syariah
Mandiri
Bank BRI
Syariah
Bank BNI
Syariah
DAFTAR PUSTAKA
https://finansial.bisnis.com/read/20210130/231/1350096/laba-mandiri-syariah-
sepanjang-2020- capai-rp143-triliun. Diakses 5 November 2021.
OJK. 2021. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan Rizal, JG.
2021.
https://www.kompas.com/tren/rea d/2021/02/03/080500865/hal-hal-yang-perlu
diketahui-seputar-bank-syariah indonesia?page=all. Diakses 5 November 2021.
Setyaji, A.K. dan Musaroh. 2018. Analisis Faktor Penjelas Pendapatan Margin
Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi:559-
568.
Yogyakarta:Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Tarmizi, E.2017. Harta Haram Muamalat Kontemporer.
Pandemi, Sri Mulyani Sebut Bank Syariah Relatif Lebih Stabil dari Konvensional.
www.tempo.co/read/1418467/pan demi-sri-mulyani-sebut-bank- syariah-relatif-
lebih-stabil-dari- konvensional. Diakses 5 November 2021
www.wartaekonomi.co.id/read321981/ini-tiga-peran-penting-bsi-biar-ekonomi-
dan-euangan-syariah- berlari-kencang. Diakses 7 November 2021
Lampiran