Anda di halaman 1dari 4

NPM : 1806206302

PJ MA : Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D


Topik Summary : Deflagrasi dan Contoh
Tanggal : 6 November 2020

Summary 8

Dalam konsep ledakan terdapat istilah defragrasi dan detonasi. Deflagrasi merupakan
proses pembakaran yang terjadi dalam waktu singkat, biasanya disertai dengan nyala terang dan
suara gemertak1. Menurut NFPA 68 tentang Standard Explosion Protection by Deflagration
Venting, deflagrasi merupakan zona penyebaran pembakaran yang memiliki kecepatan kurang dari
kecepatan suara pada unreacted medium2. Rata-rata penyebaran dari deflagrasi dikendalikan oleh
difusi panas dan spesies rekatif dari zona reaksi (flame dront) menuju material tidak terbakar2.
Pada aplikasinya, kecepatan penyebaran pembakaran bergantung dari tingkat penahanan dan
ukuran serta bentuk campuran flammable2. Pelepasan energi dari pembakaran yang menyebar
keluar pada deflagrasi berada dalam kecepatan subsonik yang biasanya <100 m/s dan tekanan <
0,5 Bar. Deflagarasi dapat dikontrol & dikurangi dampak buruknya, seperti pada kehidupan sehari-
hari, contoh deflagarasi seperti pembakaran mesin, penggunaan kompor gas, dan kembang api1.
Contoh reaksi deflagrasi adalah pada peledakan low explosive (black powder) sebagai berikut3

a. Potassium Nitrat + Charcoal + Sulfur


20NaNO3 + 30C + 10S -> 6Na2CO3 + Na2SO4 + 2Na2S + 14CO2 + 10CO + 10N2
b. Sodium Nitrat + Charcoal + Sulfur
20KNO3 + 30C + 10S -> 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S + 14CO2 + 10CO + 10N2

Selain itu, pada contoh kasus ledakan Beirut terjadi dua reaksi dekomposisi pada ammonium nitrat.
Reaksi pertama yaitu deflagrasi. Pada reaksi tersebut gelombang reaksi kimia berjalan melalui
material yang memiliki kecepatan lebih rendah dari kecepatan udara. Kecepatan gelombang reaksi
kimia tersebut terus meningkat hingga mencapai kecepatan udara. Ketika kecepatan telah
mencapai titik tersebut, maka terjadi lah denotasi4.

Detonasi adalah ledakan yang bersifat merusak dan memiliki kecepatan supersonic
mencapai 2000 m/s dan tekanan mencapai 20 Bar1. Beberapa jenis bahan kimia yang dapat
menyebabkan detonasi adalah TNT (Trinitrotoluene), Nitrogliserine, dan Dynamite. Biasanya
kasus deflagrasi yang tidak dapat ditangani dapat menjadi detonasi dan disebut kasus ledakan.
Tekanan yang dihasilkan deflagrasi atau detonasi dapat dijelaskan pada tabel berikut1.

Tekanan (Psi) Tekanan (Bar) Kecepatan Angin (m/jam) Dampak


1 Menjatuhkan orang
2 70
5 160 Merusak gendnag telinga
7,2 0,5
10 290
15 1,03 Merusak paru-paru
20 470
30 670
35 Menyebabkan kematian
50 940 50% kematian
65 99% kematian
290 20
Deflagrasi dapat menghasilkan tekanan hingga 0,5 Bar yang dapat merusak gendang
telinga, sementara detonasi dapat menghasilkan tekanan 20 Bar yang dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah terjadinya ledakan. Ledakan di industri
paling sering terjadi karena debu atau dust explosion1. Menurut Occupational Safety and Health
Association (OSHA) dibutuhkan lima faktor yang dapat membentuk dust explosion, tiga faktor
pertama sama dengan tiga faktor pembentuk api, yaitu bahan bakar (debu mudah terbakar), sumber
penyalaan (sumber panas), dan oksigen1. Sementara dua faktor lainnya adalah dispersi partikel
debu dalam jumlah dan konsentrasi yang cukup serta kondisi yang tertutup. Jika salah satu faktor
ini hilang maka dust explosion tidak akan terjadi1.

Debu yang mudah terbakar dapat berwujud partikel organik atau logam halus. Jenis debu
seperti ini dapat ditemukan di beberapa industri, seperti industri makanan, debu tepung, debu susu
bubuk, tembakau, tekstil, pestisida, dan farmasi. Semakin kecil diameter atau semakin halus suatu
debu maka semakin mudah debu tersebut menyala atau dapat bereaksi dengan energi yang rendah.
Ukuran debu juga berpengaruh terhadap konsentrasi dalam ruang tertutup. Kisaran konsentrasi
debu yang dapat menyebabkan ledakan adalah 75-100 g/m3 di udara. Kisaran konsentrasi debu
berbeda tergantung dari jenis debu dan dapat dilihat berdasarkan batas ledakan bawah (LEL) dan
batas ledakan atas (UEL) 1.

Berdasarkan NFPA 69, Standar on Explosion Prevention System, beberapa bentuk


pencegahan dan pengurangan efek ledakan adalah dengan melakukan pengendalian konsentrasi
O2, pengendalian konsentrasi bahan yang mudah terbakar, penekanan ledakan, pencegahan energi
deflagrasi keluar, dan sistem pemadaman atau percikan. Upaya pencegahan dan proteksi ledakan
dapat dikategorikan ke tiga kelompok, yaitu1

a. Isolasi dan Proteksi Aktif, yaitu sistem atau peralatan yang baru akan berfungsi setelah
ledakan terdeteksi. Beberapa beralatan yang masuk dalam kategori ini adalah atex quick
sliding valve, air activated quick sliding valve, hot water system, dan dry chemical system.
Beberapa keunggulan kategori ini adalah mencegah munculnya api dan mengurangi
tekanan, tidak melepaskan partikel debu bahan bakar/beracun ke udara, dan dapat
digunakan di seluruh area dengan sistem ventilasi yang kurang.
b. Isolasi dan Proteksi Pasif, yaitu sistem dan peralatan yang tidak perlu dilakukan aktivasi
atau selalu bekerja sebelum atau saat terjadinya ledakan. Beberapa peralatan yang masuk
ke kategori ini adalah sistem ventilasi tahan api (flameless vent), atex float valve, diverters,
explosion doors dan bursting disc.
c. Pencegahan. Peralatan yang masuk dalam kategori ini, seperti spark detection system dan
early CO detection system. Pada spark detection system, sensor optic ditempatkan di tiga
titik yang sama di sekitar ductwork. Saat beroperasi sistem ini akan aktif memantau suatu
proses dan melakukan kalibrasi untuk mengidentifikasi percikan berbahaya yang
berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan pada proses yang dilindungi. Informasi
tersebut kemudian dikirim ke pusat kontrol untuk mengaktifkan sistem proteksi secara
cepat. Proteksi ini dapat berupa proteksi aktif maupun pasif tadi.

Untuk mencegah dutch explosion, OSHA merekomendasikan agar perusahaan melakukan


hal-hal berikut1.

 Melakukan inspeksi debu berbahaya


 Membuat prosedur housekeeping dan pengendalian bahaya
 Menggunakan sistem pengumpulan debu yang benar
 Melakukan pemeriksaan residu debu secara teratur
 Jika terdapat sumber pengapian di dalam mesin, gunakan metode pembersihan yang tidak
menghasilkan dust cloud
 Memasang pengendalian asap api terbuka dan percikan api termasuk percikan api dan
gesekan mekanis

Referensi

1. OVIS UI - Old Channel, 2020. Video 7 Prof. Fatma. [video] Available at:
<https://www.youtube.com/watch?v=oPmy4TXjmlY&feature=youtu.be> [Accessed 6
November 2020].
2. Carroll, E., 2012. NFPA 67 ROP TC Letter Ballot (F2012). [ebook] National Fire
Protection Association, pp.7-10. Available at:
<https://www.nfpa.org/Assets/files/AboutTheCodes/67/67_F2012_ROP_ballot.pdf>
[Accessed 6 November 2020].
3. Anggara, R., 2017. Teknik Peledakan. [ebook] Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang
Bawah Tanah, pp.1-2. Available at: <https://bdtbt.esdm.go.id/wp-
content/uploads/2018/08/9rosid.pdf> [Accessed 6 November 2020].
4. Deccan Herald. 2020. How Could The Beirut Explosion Happen? Experts Explain. [online]
Available at: <https://www.deccanherald.com/science-and-environment/how-could-the-
beirut-explosion-happen-experts-explain-872226.html> [Accessed 6 November 2020].

Anda mungkin juga menyukai