Ilmu pengetahuan modern itu bukan ilmu (“ilmu” berarti “kemampuan”, “kepandaian”,
“kebolehan”, dan sebagainya) dan juga bukan pengetahuan, melainkan suatu sistem
(sarana [means] atau alat [tool] manusia) untuk melakukan tiga hal, yakni:
1. memperoleh dan atau mengumpulkan “pengetahuan” yang benar dalam arti bahwa
“kebenaran atau kenyataannya dapat dibuktikan dengan sarana dan atau cara
tertentu” yang disebut metodologi studi atau metodologi ilmiah.
2. “mengingat secara logis relasional” segala pengetahuan yang telah diperoleh
tersebut di atas.
3. sarana yang dipergunakan untuk “mengingat” tersebut di atas adalah kerangka
teoretika atau tatanan kaitan teori, termasuk di dalamnya ajaran mengenai
“pengertian” (concept, begrip) dan pengembangannya (begripsontwikkeling,
begripsvorming), juga taksonomi dan terminologi. Untuk menerapkan segala
pengetahuan dan teori yang telah diperoleh ke dalam praktik kehidupan sehari-hari,
sarana yang dipergunakan adalah teknologi, semacam “reseptur” atau teknika
(technics).
Dengan demikian, ilmu pengetahuan terdiri atas:
1. metodika, untuk mencari pengetahuan;
2. metodika, untuk mencari pengetahuan;
3. teknika, untuk menerapkan pengetahuan.
Ilmu administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan juga merupakan suatu
sistem yang terdiri atas :
1. metodologi studi administrasi negara,
2. teoretika administrasi negara,
3. teknologi administrasi negara.
yang diperlukan bagi seorang sarjana administrasi negara, selain penguasaan disiplin
administrasi sebagai inti, juga pemahaman dalam disiplin pikir sosiologi, politikologi,
ekonomi, hukum, psikologi sosial, teknologi, dan bisnis (termasuk commerce) secara dasar
agar mereka memahami jalan pikiran sosiolog, ahli politik, ekonomis, yuris, sosial-psikologi,
teknologis, dan businessmen, yang mempunyai tata cara berpikir tersendiri dalam
(menentukan apa yang harus diperbuat dalam menghadapi atau memecahkan masalah.
Pelanggaran/pemecahan masalah melahirkan keputusan, yaitu keputusan untuk berbuat
atau keputusan untuk tidak berbuat. Tata cara penyelenggaraan segala keputusan yang
dilahirkan adalah administrasi.
Ilmu administrasi pada hakikatnya adalah ilmu penyelenggaraan keputusankeputusan
atasan. Atasan administrasi negara adalah pemerintah. Oleh sebab itu, administrasi negara
kadangkadang disebut administrasi pemerintah.
Jika semua hanya mau menjadi pelaksana, tergiur oleh gaji dan dasi mentereng, bangsa
kita akan tidak mempunyai pemikir yang berkualitas tinggi, sehingga mudah dipermainkan
oleh bangsabangsa lain yang cukup mempunyai ahli-ahli pemikir, dan secara halus, kita akan
dijajah lagi secara intelektual.
Dalam praktik, banyak orang tidak mampu melihat “administrasi” secara lengkap, yang
terdiri atas:
1. Pimpinan (governance, hiding geven),
2. Organisasi,
3. Sistem informasi, termasuk tata usaha,
4. Sistem manajemen,
5. Sistem operasi.
Sistematika ilmu administrasi negara yang akan dikemukakan, hanya merupakan
kerangka (framework) yang harus diisi oleh setiap ilmuwan atau sarjana menurut tujuan
studinya atau kuliahnya masing-masing dan berdasarkan hasil studinya sehari-hari mengenai
keadaan realitas masyarakat Indonesia yang berbeda-beda menurut pulau atau provinsi.
Setiap daerah (= masyarakat wilayah) mempunyai ciri-ciri khas, terutama Daerah Tingkat II,
dan di luar Jawa. Bahkan, kecamatan atau desa mempunyai ciri-ciri khas yang tidak dapat
diabaikan begitu saja.
Apa pun tujuan dari studi ilmu administrasi negara kita, beberapa aspek atau segi
administrasi negara perlu diperhatikan, di antaranya sebagai berikut :
Aspek Politik
Administrasi negara hanya menjalankan apa yang dikehendaki oleh pemerintah
mengenai negara sebagai badan politik. Dengan demikian, apa yang dikehendaki dan
menjadi keputusan pemerintah mengenai negara merupakan politik. Politik selalu
terdiri atas strategi dan policy, dan selalu menyangkut permainan kekuatan dan
kekuasaan. Dalam praktik, permainan politik dilakukan oleh orang-orang yang
kebanyakan atau sering tidak dapat memisahkan dirinya sebagai pejabat
pemerintah, warga negara, warga suku, warga keluarga besar, warga golongan, dan
sebagai manusia pribadi yang berpikir, berperasaan, dan mempunyai kepentingan
hidup. Jadi, memang sulit bagi pejabat administrasi negara, yang wajib menjalankan
perintah pejabat pemerintah yang menjadi atasannya, untuk selalu menjunjung
tinggi hukum, asas keadilan, dan asas efisiensi.
Aspek Hukum
Negara Republik Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar 1945, adalah negara
hukum, khususnya negara hukum Pancasila. Di dalam negara hukum, kekuasaan
tertinggi adalah hukum. Semua harus tunduk kepada hukum. Semua negara maju
masa kini merupakan negara hukum. Negara-negara yang belum maju merupakan
negara oligarki (partai tunggal berkuasa) atau negara penguasa (machtsstaat). Di
dalam negara maju, bagian terbesar dari hukum merupakan hukum tertulis yang
dicipta dan dikembangkan melalui perundang-undangan. Ratusan, bahkan ribuan,
undang-undang diciptakan setiap tahun oleh badan legislatifnya, antara lain untuk
mencegah adanya ketidakpastian hukum dan untuk mencegah para pejabat
pemerintah main politik pribadi. Undang-undang itu ditegakkan dan dijunjung-tinggi
secara ketat oleh seluruh aparat negara dan masyarakat. Melalui undang-undang,
ditetapkan politik (strategi + policy) apa yang harus dijalankan oleh pemerintah
mengenai atau dalam suatu bidang urusan tertentu. Untuk meningkatkan
produktivitas legislatif (pembuatan undang-undang), Dewan Perwakilan Rakyat
mempunyai staf ahli yang besar jumlahnya, terdiri atas ahli- ahli dari berbagai bidang
yang membantu komisi-komisi DPR secara aktif dengan mengadakan studi, analisis,
survei, dan sebagainya untuk keperluan penilaian terhadap Rancangan Undang-
undang (RUU) yang diajukan oleh pemerintah sehingga proses pembuatan undang-
undang dapat berlangsung secara cepat.
Aspek Administrasi
Karena administrasi negara adalah administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-
tujuan yang bersifat kenegaraan, administrasi merupakan segi yang terpenting.
Administrasi adalah pimpinan dan pengendalian organisasi secara keseluruhan
(administration is the governance and overall control of an organization).
Administrasi dijalankan oleh setiap administrator. Administrator adalah setiap kepala
(unit) organisasi. Organisasi administrasi negara terdiri atas ribuan unit
suborganisasi, sub-suborganisasi, dan sub-sub organisasi yang masing-masing
memerlukan administrasi pada setiap unit organisasi administrasi negara tersebut di
atas dijalankan oleh seorang administrator negara dibantu oleh staff-nya.
Aspek Sosial – Budaya
Administrasi negara harus dijalankan secara efisien dalam mempergunakan
(mengerahkan) sumber daya manusia, finansial, dan fisik, menghasilkan jasa -jasa
administratif menuju tercapainya misi atau tujuan tiap -tiap unit organisasi
administrasi negara.Perhitungan dan pertimbangan ekonomis tidak dapat
dihindarkan karena masalah efisiensi adalah masalah ekonomis. Tujuan administrasi
atau manajemen bukan efisiensi. Tujuan administrasi adalah membuat organisasi
berfungsi efektif secara keseluruhan agar tugas, fungsi, dan misinya terlaksana dan
tujuannya tercapai secara sebaik -baiknya.
Aspek Teknologi
Administrasi negara modern dijalankan dengan penggunaan teknologi, metodologi,
teknik, dan sarana tertentu yang memerlukan desain (perancangan), pendidikan dan
latihan, serta attituda (sikap mental) tertentu pula. Sebagian besar dari administrasi
negara di Indonesia, terutama pada peringkat bawah, belum sampai pada pemikiran
dan pandangan demikian.
Aspek Moralitas dan Etika
Administrasi negara harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab, dengan
menjunjung tinggi moral dan etik, tidak boleh dilakukan secara sembarangan,
ngawur, dan sembrono. Di Indonesia sudah sangat diperlukan adanya undang-
undang tentang “asas-asas administrasi negara yang baik” (beginselen van behoorlijk
bestuur) beserta tata-cara (termasuk peradilan) penegakannya. Pada saat ini belum
ada instansi, seperti Conseil stat di Prancis atau Raad van State di Negeri Belanda
yang mengawasi tindaktanduk administrasi negara berdasarkan un- dang-undang
seperti yang dimaksud di atas.
Pengertian dan istilah administrasi negara terdiri atas dua pengertian yang dijadikan satu,
yakni:
1. Administrasi
2. Negara.
Apa yang dimaksud dengan administrasi telah diuraikan di atas. 2. Administrasi terdiri atas:
1. pimpinan,
2. organisasi,
3. informatika,
4. manajemen,
5. operasi.
Apa yang dimaksud dengan negara tidak dapat diuraikan hanya dalam satu paragraf. Secara
singkat, apa yang relevan dapat dirumus sebagai berikut. Negara merupakan suatu
organisasi yang terdiri atas: a.Wilayah kedaulatan (territory, territorium).
Penguasa negara:
penguasa/badan konstitutif,
penguasa/badan legislatif,
penguasa/badan yudikatif,
penguasa/badan konsultatif,
penguasa/badan inspektif,
penguasa/badan eksekutif,
penguasa/badan administratif. Pemerintah merupakan penguasa eksekutif.
Administrasi negara merupakan penguasa administratif.
Penduduk (population, bevolking).
Penduduk (population, bevolking).
Masyarakat negara (polity, staatsgemeenschap).
Bahasa/kebudayaan nasional.
Hukum nasional.
Rumah tangga ekonomi negara (political economy, staats- huishouding).
Unit-unit otonom (teritorial, sosietal, fungsional).
Sistem moneter nasional.
Sejarah Perkembangan Administrasi Negara di Indonesia
Untuk mempermudah kita bertolak dari asumsi bahwa Negara Indonesia dilahirkan pada
tanggal 1 Januari 1800, walaupun wilayah Negara Republik Indonesia yang kita kenal
sekarang sebenarnya baru terjadi secara definitif pada tanggal 1 Januari 1867, yaitu dengan
mulai berlakunya Undang Undang Perbendaharaan Negara 1864 (ICW atau Indische
Comptabiliteitswet 1864). Dengan adanya ICW, berarti:
lahirnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Indonesia yang pertama
yang merupakan Undang-undang (artinya disetujui serta oleh Dewan Perwakilan
Rakyat);
kepala negara merangkap sebagai pemerintah (gubernur jenderal) dan bertanggung
jawab menurut Undang Undang Dasar.
Sejak tahun itu, wilayah negara Indonesia sebenarnya tidak pernah berubah sampai
ditambah dengan Wilayah Provinsi Timor Timur pada bulan Juli tahun 1976. Negara
Indonesia merdeka, yakni Negara Republik Indonesia, lahir pada tanggal 17 Agustus 1945,
tetapi negara Indonesia kesatuan modern, dilihat dari segi wilayah dan organisasi
pemerintahan, dapatlah dikatakan, lahir secara formal pada tanggal 1 Januari 1800, dan
secara kenyataan, lahir pada tahun 1824 dengan suatu Traktat antara negeri Belanda dan
Inggris.
Yang meletakkan dasar-dasar administrasi negara modern di Indonesia adalah gubernur
Jenderal Daendels, dengan cara:
Seperti telah dikemukakan di atas, pengalaman membangun jalan sudah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman Majapahit, bahkan sebelumnya. Hal ini terbukti
dengan perjalanan Kaisar Hayam Wuruk mengelilingi sebagian Pulau Jawa dengan
menaiki kereta, tidak seluruhnya digotong dengan tandu.
Memang betul bahwa grandmaster dari jalan raya tersebut adalah Daendels, tetapi
tanpa pengalaman membangun jalan sebelumnya dan tanpa prestasi kerja para
petugas dan pekerja Indonesia, jalan raya Daendels tidak akan jadi. Hal ini dilupakan
oleh buku-buku sejarah yang ditulis oleh Belanda, seolaholah hanya Belandanya
yang berjasa dan jagoan. Hingga sekarang, kita masih mempergunakan jalan raya
Anyer–Banyuwangi tersebut walaupun telah diubah trasenya (alurnya) dan telah
diperlebar. Peninggalan lain dari administrasi Daendels adalah Gedung Departemen
Keuangan pada Lapangan Banteng Jakarta.
Selama periode Pemerintahan Inggris (Raffles, 1811–1816) tidak banyak perubahan
pada sistem yang dibangun oleh Daendels. Hanya nama-nama sebutannya yang
banyak diubah oleh Raffles, namun sistem pemerintahan dan administrasinya pada
dasarnya sama. Akan tetapi, yang telah diubah secara radikal oleh Raffles adalah jiwa
pemerintahannya, yakni dari jiwa otokratis militer menjadi demokratis sipil.
Keadaan sosial-ekonomi-politik menjelang pendudukan Jepang memang sangat rumit
karena penduduk mayoritas allohton dikuasai ekonominya oleh penduduk allohton Barat
dan Timur, dan politiknya dikuasai oleh golongan allohton Barat.
Indonesia secara administratif dibagi menjadi delapan gewest (sekarang menurut istilah UU
No. 5/1974: provinsi), masingmasing dikepalai oleh seorang gubernur: