MODUL 6
PEMBAGIAN ILMU
ADMINISTRASI MENURUT
LINGKUNGAN SUASANA
Anggota kelompok:
1. Rizki Setiyaningrum
2. Annisa Nur Safitri
3. Nabila Nida
4. Muhammad Ridwan
5. Calandra Irawan
Kegiatan Belajar 1
Ilmu administrasi menurut lingkungan
A. ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
Ilmu administrasi publik adalah suatu
rumpun dalam ilmu administrasi yang
membawahi semua administrasi dalam
lingkungan suasana kenegaraan untuk
masing-masing berkembang menjadi
pengetahuan sistematis sendiri-sendiri.
Segenap proses penyelenggaraan dalam suatu usaha kerja sama dari seluruh
rakyat dalam bentuk suatu negara merupakan sebuah karya yang luar biasa.
Sebuah administrasi kenegaraan yang tercipta meliputi bermacam-macam
administrasi yang lebih sempit, yakni:
1. administrasi pemerintah yang terdapat pada semua departemen
pemerintah pusat;
2. administrasi pemerintah daerah di tingkat daerah-daerah otonom;
3. administrasi kemiliteran;
4. administrasi kepolisian,
5. administrasi pengadilan;
6. administrasi perpajakan;
7. administrasi keimigrasian;
8. administrasi pendidikan nasional;
9. administrasi kesehatan rakyat;
10. administrasi perhubungan (The Liang Gie, 2006:6.3).
Setiap usaha kerja sama dari sekelompok orang yang dilakukan di mana pun
tentu berlangsung dalam lingkungan suasana tertentu. Lingkungan suasana
tersebut tidak hanya satu macam, melainkan ada tiga macam:
1. lingkungan suasana kenegaraan
2. lingkungan suasana perusahaan
3. lingkungan suasana kemasyarakatan
Berbagai kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan suasana kenegaraan
pada umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut.
1. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa pemberian pelayanan kepada
segenapkepentingan umum dan semua warga negara dalam suatu
negara.
2. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai sifat yang sangat penting, seperti
urusan urusan luar negeri, pertahanan, keamanan, dan pengadilan.
3. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan oleh badan-badan negara dan
aparaturpemerintah di pusat atau daerah.
4. Kegiatan-kegiatan tersebut terikat oleh peraturan-peraturan negara dan
peraturan peraturan daerah.
5. Kegiatan-kegiatan tersebut ditetapkan oleh para wakil rakyat yang
tersusun dalam suatu badan perwakilan di tingkat pusat atau daerah (The
Liang Gie, 2006:6.2).
Ilmu Administrasi publik lebih menyerupai suatu rumpun dalam ilmu Administrasi yang
membawahi semua Administrasi dalam lingkungan suasana kenegaraan.
Keberhasilan dari ilmu administrasi publik sebagai rumpun dalam ilmu administrasi dengan
terselenggaranya tiga hal berikut.
1. Pelayanan yang memuaskan kepada segenap kepentingan umum dan seluruh warga
negara. Ini berarti pelayanan yang adil merata, tepat waktu, cukup, terus menerus, dan
bersifat progresif.
2. Penyelenggaraan pemerintah yang bertanggung jawab. Ini berarti semua kegiatan
tersebut dilakukan oleh badan-badan negara dan aparatur pemerintahan dengan
menggunakan dan melalui berbagai pranata yang dapat menyatakan suara rakyat dan hasrat
masyarakat.
3. Adanya pemerintahan yang baik. Ini berarti dimungkinkannya bermacam-macam satuan-
satuan sosial yang menyelenggarakan tugas-tugas di luar kekangan pemerintah, sedangkan
kekuasaan pemerintah itu sendiri terbagi dan terbatas (The Liang Gie, 2006:6.3)
Bagi para pegawai negeri, pengetahuan dalam ilmu administrasi publik merupakan syarat
penting yang harus dimiliki. Hanya dengan bekal pengetahuan tersebut, dapatlah
penyelenggara semua dinas pemerintahan berjalan sebaik-baiknya. Inilah salah satu kunci
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu, pendidikan di rumpun ilmu
administrasi publik merupakan suatu keharusan, baik pendidikan tersebut bersifat akademis
dalam lingkungan perguruan tinggi ataupun berupa pelatihan jabatan secara berkala (The
Liang Gie, 2006:6.3).
Perilaku administrasi seperti diuraikan di atas diwujudkan melalui interaksi antarmanusia
dalam sebuah organisasi. Interaksi itu diawali dan diwarnai oleh keputusan yang ditetapkan
oleh administrator, yang diwujudkannya menjadi perilaku. Sejalan dengan cara mengambil
keputusan, perwujudannya menjadi perilaku pengendalian kerja sama. Karena itu, terdapat
tiga kemungkinan interaksi yang dikembangkan.
1. Interaksi yang bersifat otoriter. Hal ini diwarnai oleh keharusan menaati semua perintah
dari administrator yang memiliki kekuasaan dan hak menetapkan keputusan dan
memerintahkan pelaksanaannya, tanpa memberi kesempatan bertanya atau
2. Interaksi yang bersifat bebas yang diwarnai dengan memperbolehkan semua personel
menetapkan keputusan dan melaksana-kannya dengan atau tanpa bentukan personel yang
lain. Hal ini membuat administrator kehilangan fungsinya sebagai pengendali.
3. Interaksi yang bersifat demokratis yang diwarnai dengan kebersamaan dalam menetapkan
dan melaksanakan keputusan.
administrasi sosial Ilmu administrasi sosial juga lebih menyerupai suatu rumpun
dalam ilmu administrasi yang membawahi semua administrasi
dalam lingkungan suasana kemasyarakatan.Semua administrasi itu,
misalnya:
1. administrasi perhimpunan keahlian atau penelitian;
2. administrasi perkumpulan suatu jenis olahraga atau kesenian;
3. administrasi yayasan.
4. administrasi koperasi;
5. administrasi serikat buruh;
6. administrasi lembaga fakir miskin atau badan sosial yang
sejenis;
7. administrasi pekerjaan sosial;
8. administrasi i gereja (The Liang Gie, 2006:6.14).
Kegiatan Belajar 2
Dinamika Kekuasaan Dalam Pemerintahan Negara
A. Dinamika kekuasaan dalam pemerintahan
negara
Ilmu pemerintahan merupakan ilmu terapan
karena mengutamakan segi penggunaan dalam
praktik, yaitu dalam hal hubungan antara yang
memerintah (penguasa) dan yang diperintah
(rakyat). Dalam hal ini, harus dibedakan antara
rakyat, masyarakat, dan penduduk. Rakyat adalah
keseluruhan dari warga negara yang mempunyai
hak pilih. Masyarakat adalah yang harus dibina
dan dilayani oleh administrasi setempat,
sedangkan penduduk adalah semua penghuni dari
negeri tertentu yang harus diinventariskan (Muh.
Tamar, 2009:2.10).
Perkembangan ilmu pemerintahan di Indonesia sampai saat ini belum menyeluruh
diajarkan pada berbagai perguruan tinggi. Pembentukannya yang sebagian hanyalah
sebagai suatu jurusan, tetapi pengaturan dan penempatannya merupakan subbagian dari
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.
Hal tersebut akan membawa perkembangan baru dalam telaah ilmu pemerintahan dan terbuka
peluang untuk meningkatkan ilmu pemerintahan ke tahap kuantifikasi, bahkan untuk
mendapatkan teori-teori pemerintahan mutakhir. Jadi, ilmu pemerintahan tidak hanya terbatas
pada pemerintahan dalam negeri dan perumusan kebijakan, tetapi sudah berdimensi luas
walaupun tetap dalam objek formal studi pemerintahan, yaitu hubungan hubungan pemerintahan
yang terdiri atas gejala-gejala dan peristiwa pemerintahan (Muh. Tamar, 2009.2.13).
Filsafat KekuasaanKekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
1. Legistimate Power
Legistimate berarti pengangkatan. Jadi, legistimate power adalah kekuasaan yang diperoleh
melalui pengangkatan.
2. Coersive Power
Coersive berarti kekerasan. Jadi, coersive power adalah kekuasaan yang diperoleh dengan
cara kekerasan. Bahkan, mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata yang
sudah barang tentu di luar jalur konstitusional.
3. Expert Power
Expert berarti ahli. Jadi, expert power adalah kekuasaan yang diperoleh melalui keahlian
seseorang. Maksudnya, pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki keahlian untuk
memangku jabatan tersebut.
4. Reward Power
Reward berarti imbalan. Jadi, reward power adalah kekuasaan yang diperoleh sebagai suatu
pemberian atau imbalan.
5. Reverent Power
Reverent berarti daya tarik. Jadi, reverent power adalah kekuasaan yang diperoleh melalui
daya tarik seseorang.
■ Pembagian Kekuasaan
Kekuasaan dapat dipusatkan atau dibagi-bagi oleh pemegang kekuasaan. Meskipun para
ahli pemerintahan mencoba mengusulkan pendapat untuk membagi atau memilah
kekuasaan, pada prinsipnya tidak pernah secara keseluruhan diikuti oleh birokrat. Pendapat-
pendapat tersebut dapat digolong-golongkan serta diberi istilah sebagai berikut.
1. Ekapraja
Kekuasaan dipegang oleh satu lembaga (badan). Bentuk ini cenderung bersifat diktator (autokrasi).
2. Dwipraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh dua badan (lembaga). Bentuk ini tampak relatif lebih
bertanggung jawab dibandingkan bentuk lainnya.
3. Tripraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh tiga badan (lembaga). Bentuk ini banyak diusulkan oleh para
pakar yang menginginkan demokrasi secara murni.
4. Caturpraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh empat badan (lembaga). Bentuk ini harus benar-benar
dijalankan dengan konsekuen.
5. Pancapraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh lima badan (lembaga). Bentuk ini juga baik bila benar-benar
dapat dijalankan dengan konsekuen.
Menurut Gabriel Almond :
1) Rule making function ( aturan membuat fungsi )
2) Rule application function ( aturan fungsi aplikasi )
3) Rule adjudication function ( aturan fungsi ajudikasi )
Menurut Montesquie ( 1689 – 1755 ) ada 3 kekuasaan sebagai berikut :
4) Kekuasaan legislatif, yaitu pembuataan undang undang
5) Kekuasaan eksekutif, yaitu pelaksanaan undang undang
6) Kekuasaan legislatif, yaitu yang mengadili ( badan peradilan )
Menurut John Locke, ( 1932 – 1704 )
7) Kekuasaan legislatif, yaitu pembuataan undang undang
8) Kekuasaan eksekutif, yaitu pelaksana undang undang
9) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk mengadakan perserikatan
Menurut Lemaire :
10) Wetgeving, kewenangan membuat undang undang
11) Bastuur, kewenangan pemerintah
12) Politie, Kewenangan polisi
4) Rechtsspraak, kewenangan pengadilan
5) Bestuur zorg, kewenangan urusan pemerintahan dalam kesejahteraan masyarakat
Menurut abdul kadir audah :
1) Sultan tanfiziyah, kekuasaan penyelenggaraan undang undang
2) Sultan tashri’iyah, kekuasaan pembuat undang undang
3) Sultan qadhiyah, kekuasaan kehakiman
4) Sultan maliyah, kekuasaan keuangan
5) Sultan muqarabah wa taqwim, kekuasaan pengawasan masyarakat
Menurut UUD Republik Indonesia 1945 :
6) Majelis Permusyawaratan Rakyat, memegang kekuasaan konstitutif
7) Presiden, memegang kekuasaan eksekutif
8) Dewan perwakilan rakyat, memegang kekuasaan inspektif
9) Mahkamah agung, memegang kekuasaan yudikatif
10) Dewan pertimbangan agung, Memegang kekuasaan konsultatif
■ Menurut Undang undang 1945 tidak terdapat pemisahan kekuasaan drastis, melainkan hanya
pembagian kekuasaaan dengan demikian antarsetiap lembaga kekuasaan ada hubungan akan
dijelaskan dalam sistem pemerintahan indonesia ), selain itu anggota MPR terdiri atas anggota
DPR RI ditambah dengan utusan daerah dan golongan seperti dibawah ini :
■ 1. Regeling, kekuasaan membuat undang undang
■ 2. Bestuur, kekuasaan pemerintah
■ 3. Politie, kekuasaan kepolisian
■ 4. Rechtsspraak, kekuasaan mengadili
Tentang soal lembaga peradilan ( yudikatif ) dan kekuasaanya imam abu hanifah berpendapat bahwa
demi melaksanakan keadilan dengan seksama lembaga peradilan tidak saja harus memiliki
kebabasan dari segala tekanan dan ikut campur kekuasaan eksekutif tetapi harus juga diberikan
kekuasaan bagi hakim di pengadilan untuk sesuatu diantara hak hak rakyat.
Diindonesia saat ini sesuai dengan demokrasi pancasila dan UUD 1945 kekuasaan tersebut hanya
didistribusikan sehingga setiap pemegang kekuasaan tidak terpisah secara drastis tetapi saling
konsultasi. Kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang menjalankan undang undang untuk
pemerintah dengan sistem kabinet presidensial.
B. PANCASILA DAN AKTUALISASI FILSAFAT PANCASILA
SEBAGAI AJARAN DALÂM FILSAFAT PEMERINTAHAN Dl INDONESIA