Anda di halaman 1dari 38

FILSAFAT ADMINISTRASI

MODUL 6
PEMBAGIAN ILMU
ADMINISTRASI MENURUT
LINGKUNGAN SUASANA
Anggota kelompok:
1. Rizki Setiyaningrum
2. Annisa Nur Safitri
3. Nabila Nida
4. Muhammad Ridwan
5. Calandra Irawan
Kegiatan Belajar 1
Ilmu administrasi menurut lingkungan
A. ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
Ilmu administrasi publik adalah suatu
rumpun dalam ilmu administrasi yang
membawahi semua administrasi dalam
lingkungan suasana kenegaraan untuk
masing-masing berkembang menjadi
pengetahuan sistematis sendiri-sendiri.
Segenap proses penyelenggaraan dalam suatu usaha kerja sama dari seluruh
rakyat dalam bentuk suatu negara merupakan sebuah karya yang luar biasa.
Sebuah administrasi kenegaraan yang tercipta meliputi bermacam-macam
administrasi yang lebih sempit, yakni:
1. administrasi pemerintah yang terdapat pada semua departemen
pemerintah pusat;
2. administrasi pemerintah daerah di tingkat daerah-daerah otonom;
3. administrasi kemiliteran;
4. administrasi kepolisian,
5. administrasi pengadilan;
6. administrasi perpajakan;
7. administrasi keimigrasian;
8. administrasi pendidikan nasional;
9. administrasi kesehatan rakyat;
10. administrasi perhubungan (The Liang Gie, 2006:6.3).
Setiap usaha kerja sama dari sekelompok orang yang dilakukan di mana pun
tentu berlangsung dalam lingkungan suasana tertentu. Lingkungan suasana
tersebut tidak hanya satu macam, melainkan ada tiga macam:
1. lingkungan suasana kenegaraan
2. lingkungan suasana perusahaan
3. lingkungan suasana kemasyarakatan
Berbagai kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan suasana kenegaraan
pada umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut.
1. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa pemberian pelayanan kepada
segenapkepentingan umum dan semua warga negara dalam suatu
negara.
2. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai sifat yang sangat penting, seperti
urusan urusan luar negeri, pertahanan, keamanan, dan pengadilan.
3. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan oleh badan-badan negara dan
aparaturpemerintah di pusat atau daerah.
4. Kegiatan-kegiatan tersebut terikat oleh peraturan-peraturan negara dan
peraturan peraturan daerah.
5. Kegiatan-kegiatan tersebut ditetapkan oleh para wakil rakyat yang
tersusun dalam suatu badan perwakilan di tingkat pusat atau daerah (The
Liang Gie, 2006:6.2).
Ilmu Administrasi publik lebih menyerupai suatu rumpun dalam ilmu Administrasi yang
membawahi semua Administrasi dalam lingkungan suasana kenegaraan.
Keberhasilan dari ilmu administrasi publik sebagai rumpun dalam ilmu administrasi dengan
terselenggaranya tiga hal berikut.
1. Pelayanan yang memuaskan kepada segenap kepentingan umum dan seluruh warga
negara. Ini berarti pelayanan yang adil merata, tepat waktu, cukup, terus menerus, dan
bersifat progresif.
2. Penyelenggaraan pemerintah yang bertanggung jawab. Ini berarti semua kegiatan
tersebut dilakukan oleh badan-badan negara dan aparatur pemerintahan dengan
menggunakan dan melalui berbagai pranata yang dapat menyatakan suara rakyat dan hasrat
masyarakat.
3. Adanya pemerintahan yang baik. Ini berarti dimungkinkannya bermacam-macam satuan-
satuan sosial yang menyelenggarakan tugas-tugas di luar kekangan pemerintah, sedangkan
kekuasaan pemerintah itu sendiri terbagi dan terbatas (The Liang Gie, 2006:6.3)
Bagi para pegawai negeri, pengetahuan dalam ilmu administrasi publik merupakan syarat
penting yang harus dimiliki. Hanya dengan bekal pengetahuan tersebut, dapatlah
penyelenggara semua dinas pemerintahan berjalan sebaik-baiknya. Inilah salah satu kunci
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu, pendidikan di rumpun ilmu
administrasi publik merupakan suatu keharusan, baik pendidikan tersebut bersifat akademis
dalam lingkungan perguruan tinggi ataupun berupa pelatihan jabatan secara berkala (The
Liang Gie, 2006:6.3).
Perilaku administrasi seperti diuraikan di atas diwujudkan melalui interaksi antarmanusia
dalam sebuah organisasi. Interaksi itu diawali dan diwarnai oleh keputusan yang ditetapkan
oleh administrator, yang diwujudkannya menjadi perilaku. Sejalan dengan cara mengambil
keputusan, perwujudannya menjadi perilaku pengendalian kerja sama. Karena itu, terdapat
tiga kemungkinan interaksi yang dikembangkan.
1. Interaksi yang bersifat otoriter. Hal ini diwarnai oleh keharusan menaati semua perintah
dari administrator yang memiliki kekuasaan dan hak menetapkan keputusan dan
memerintahkan pelaksanaannya, tanpa memberi kesempatan bertanya atau
2. Interaksi yang bersifat bebas yang diwarnai dengan memperbolehkan semua personel
menetapkan keputusan dan melaksana-kannya dengan atau tanpa bentukan personel yang
lain. Hal ini membuat administrator kehilangan fungsinya sebagai pengendali.
3. Interaksi yang bersifat demokratis yang diwarnai dengan kebersamaan dalam menetapkan
dan melaksanakan keputusan.

Faktor yang berpengaruh pada dinamika organisasi sebagai berikut.


1. Proses Pengambilan Keputusan dan Kualitas Keputusan
2. Memanfaatkan Kondisi Ekstern Organisasi
3. Personil yang Potensial
4. Ketentuan-ketentuan Formal
5. Nilai-nilai dalam Kehidupan
6. Teknologi
7. Sasaran dan Strategi Mencapainya.
B. Ilmu administrasi bisnis/niaga
Ilmu administrasi bisnis adalah suatu rumpun dalam ilmu
administrasi yang membawahi semua administrasi dalam
lingkungan suasana perusahaan untuk masing-masing
berkembang menjadi pengetahuan sistematis sendiri-
sendiri.
Ilmu administrasi bisnis juga lebih menyerupai suatu
rumpun dalam ilmu administrasi yang membawahi semua
administrasi dalam lingkungan suasana perusahaan. Semua
administrasi itu, misalnya:
a. administrasi penjualan dan pemasaran;
b. administrasi produksi;
c. administrasi periklanan;
d. administrasi perbankan;
e. administrasi perhotelan;f. administrasi pengangkutan
(The Liang Gie, 2006:6.9).
Nilai-nilai yang kiranya dapat menunjukkan keberhasilan dari ilmu administrasi bisnis
sebagai suatu rumpun dalam ilmu administrasi ialah terselenggaranya dua hal sebagai
berikut.
1. Adanya pertukaran prestasi timbal balik yang menguntungkan kedua belah pihak
sehingga proses pertukaran tersebut dapat berlangsung terus.
2. Penyelenggaraan pertumbuhan perekonomian yang langgeng dalam hidup
kemasyarakatan sehingga masyarakat menjadi tenteram dan sejahtera.
Ilmu administrasi sosial adalah suatu rumpun dalam ilmu
administrasi yang membawahi semua administrasi dalam
C. Ilmu lingkungan suasana kemasyarakatan.

administrasi sosial Ilmu administrasi sosial juga lebih menyerupai suatu rumpun
dalam ilmu administrasi yang membawahi semua administrasi
dalam lingkungan suasana kemasyarakatan.Semua administrasi itu,
misalnya:
1. administrasi perhimpunan keahlian atau penelitian;
2. administrasi perkumpulan suatu jenis olahraga atau kesenian;
3. administrasi yayasan.
4. administrasi koperasi;
5. administrasi serikat buruh;
6. administrasi lembaga fakir miskin atau badan sosial yang
sejenis;
7. administrasi pekerjaan sosial;
8. administrasi i gereja (The Liang Gie, 2006:6.14).
Kegiatan Belajar 2
Dinamika Kekuasaan Dalam Pemerintahan Negara
A. Dinamika kekuasaan dalam pemerintahan
negara
Ilmu pemerintahan merupakan ilmu terapan
karena mengutamakan segi penggunaan dalam
praktik, yaitu dalam hal hubungan antara yang
memerintah (penguasa) dan yang diperintah
(rakyat). Dalam hal ini, harus dibedakan antara
rakyat, masyarakat, dan penduduk. Rakyat adalah
keseluruhan dari warga negara yang mempunyai
hak pilih. Masyarakat adalah yang harus dibina
dan dilayani oleh administrasi setempat,
sedangkan penduduk adalah semua penghuni dari
negeri tertentu yang harus diinventariskan (Muh.
Tamar, 2009:2.10).
Perkembangan ilmu pemerintahan di Indonesia sampai saat ini belum menyeluruh
diajarkan pada berbagai perguruan tinggi. Pembentukannya yang sebagian hanyalah
sebagai suatu jurusan, tetapi pengaturan dan penempatannya merupakan subbagian dari
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.

Pentingnya pengembangan ilmu pemerintahan disadari oleh Pemerintah Republik


Indonesia, baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Hal ini dapat dilihat dari
amanat Presiden Soekarno saat meresmikan APDN Nasional di Malang pada 17 Maret
1956. Beliau mengemukakan bahwa penyelenggaraan APDN berarti Invesment of
human skill and mental investment. Pernyataan Presiden Soeharto saat meresmikan
kampus Jakarta pada 9 Maret 1972 mengemukakan hal berikut.
1. Perlunya penguasaan terhadap teknik dan seni pemerintahan.
2. Perlunya asas-asas administrasi negara modern yang universal dan yang dalam
penerapannya bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagai suatu ilmu, sejak dari awal pemikirannya sampai sekarang, selayaknya sudah sampai pada taraf
kuantifikasi ilmu. Oleh karena berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, ilmu pengetahuan memiliki beberapa
tahap perkembangan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1.Tahapan Klasifikasi
Ilmu pengetahuan tersebut berada dalam tahap pemilahan, dalam arti menentukan, termasuk kategori serta kelas
yang mana.
2. Tahap Komparasi
Saat ilmu pengetahuan tersebut berada dalam tahap diperbandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Tahap ini merupakan
lanjutan dari klasifikasi.
3.Tahap Kuantifikasi
Saat ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap diperhitungkan kematangannya. Dalam tahap ini, sudah dapat diukur
keberadaannya.
Pengembangan ilmu pemerintahan sebagai suatu ilmu yang diandalkan masih memerlukan
pengkajian dan penelitian yang mendalam, baik yang berlaku secara universal maupun yang
berlaku khusus pada masing-masing negara sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Untuk
sampai pada tahap ini, ilmu pemerintahan harus membangun dirinya secara metodologis serta
berani menggunakan kajian ilmu-ilmu lainnya dalam memperkuat dan memperkokoh
eksistensinya sehingga kajian-kajian filsafat pemerintahan, etika pemerintahan, ekologi
pemerintahan, dinamika kelembagaan pemerintahan, pemerintahan dan perubahan sosial
masyarakat, sejarah pemerintahan, metodologi pemerintahan, psikologi pemerintahan,
perbandingan pemerintahan. Kajian agama dan pemerintahan, kajian kebudayaan dan
pemerintahan, kajian ekonomi dalam pemerintahan, kajian politik dalam pemerintahan, kajian
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pemerintahan, kajian geografi dan
pemerintahan, serta kajian demografi dan pemerintahan akan memperkaya khazanah ilmu
pemerintahan.

Hal tersebut akan membawa perkembangan baru dalam telaah ilmu pemerintahan dan terbuka
peluang untuk meningkatkan ilmu pemerintahan ke tahap kuantifikasi, bahkan untuk
mendapatkan teori-teori pemerintahan mutakhir. Jadi, ilmu pemerintahan tidak hanya terbatas
pada pemerintahan dalam negeri dan perumusan kebijakan, tetapi sudah berdimensi luas
walaupun tetap dalam objek formal studi pemerintahan, yaitu hubungan hubungan pemerintahan
yang terdiri atas gejala-gejala dan peristiwa pemerintahan (Muh. Tamar, 2009.2.13).
Filsafat KekuasaanKekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
1. Legistimate Power
Legistimate berarti pengangkatan. Jadi, legistimate power adalah kekuasaan yang diperoleh
melalui pengangkatan.
2. Coersive Power
Coersive berarti kekerasan. Jadi, coersive power adalah kekuasaan yang diperoleh dengan
cara kekerasan. Bahkan, mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata yang
sudah barang tentu di luar jalur konstitusional.
3. Expert Power
Expert berarti ahli. Jadi, expert power adalah kekuasaan yang diperoleh melalui keahlian
seseorang. Maksudnya, pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki keahlian untuk
memangku jabatan tersebut.
4. Reward Power
Reward berarti imbalan. Jadi, reward power adalah kekuasaan yang diperoleh sebagai suatu
pemberian atau imbalan.
5. Reverent Power
Reverent berarti daya tarik. Jadi, reverent power adalah kekuasaan yang diperoleh melalui
daya tarik seseorang.
■ Pembagian Kekuasaan
Kekuasaan dapat dipusatkan atau dibagi-bagi oleh pemegang kekuasaan. Meskipun para
ahli pemerintahan mencoba mengusulkan pendapat untuk membagi atau memilah
kekuasaan, pada prinsipnya tidak pernah secara keseluruhan diikuti oleh birokrat. Pendapat-
pendapat tersebut dapat digolong-golongkan serta diberi istilah sebagai berikut.
1. Ekapraja
Kekuasaan dipegang oleh satu lembaga (badan). Bentuk ini cenderung bersifat diktator (autokrasi).
2. Dwipraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh dua badan (lembaga). Bentuk ini tampak relatif lebih
bertanggung jawab dibandingkan bentuk lainnya.
3. Tripraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh tiga badan (lembaga). Bentuk ini banyak diusulkan oleh para
pakar yang menginginkan demokrasi secara murni.
4. Caturpraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh empat badan (lembaga). Bentuk ini harus benar-benar
dijalankan dengan konsekuen.
5. Pancapraja
Pembagian kekuasaan dipegang oleh lima badan (lembaga). Bentuk ini juga baik bila benar-benar
dapat dijalankan dengan konsekuen.
Menurut Gabriel Almond :
1) Rule making function ( aturan membuat fungsi )
2) Rule application function ( aturan fungsi aplikasi )
3) Rule adjudication function ( aturan fungsi ajudikasi )
Menurut Montesquie ( 1689 – 1755 ) ada 3 kekuasaan sebagai berikut :
4) Kekuasaan legislatif, yaitu pembuataan undang undang
5) Kekuasaan eksekutif, yaitu pelaksanaan undang undang
6) Kekuasaan legislatif, yaitu yang mengadili ( badan peradilan )
Menurut John Locke, ( 1932 – 1704 )
7) Kekuasaan legislatif, yaitu pembuataan undang undang
8) Kekuasaan eksekutif, yaitu pelaksana undang undang
9) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk mengadakan perserikatan
Menurut Lemaire :
10) Wetgeving, kewenangan membuat undang undang
11) Bastuur, kewenangan pemerintah
12) Politie, Kewenangan polisi
4) Rechtsspraak, kewenangan pengadilan
5) Bestuur zorg, kewenangan urusan pemerintahan dalam kesejahteraan masyarakat
Menurut abdul kadir audah :
1) Sultan tanfiziyah, kekuasaan penyelenggaraan undang undang
2) Sultan tashri’iyah, kekuasaan pembuat undang undang
3) Sultan qadhiyah, kekuasaan kehakiman
4) Sultan maliyah, kekuasaan keuangan
5) Sultan muqarabah wa taqwim, kekuasaan pengawasan masyarakat
Menurut UUD Republik Indonesia 1945 :
6) Majelis Permusyawaratan Rakyat, memegang kekuasaan konstitutif
7) Presiden, memegang kekuasaan eksekutif
8) Dewan perwakilan rakyat, memegang kekuasaan inspektif
9) Mahkamah agung, memegang kekuasaan yudikatif
10) Dewan pertimbangan agung, Memegang kekuasaan konsultatif
■ Menurut Undang undang 1945 tidak terdapat pemisahan kekuasaan drastis, melainkan hanya
pembagian kekuasaaan dengan demikian antarsetiap lembaga kekuasaan ada hubungan akan
dijelaskan dalam sistem pemerintahan indonesia ), selain itu anggota MPR terdiri atas anggota
DPR RI ditambah dengan utusan daerah dan golongan seperti dibawah ini :
■ 1. Regeling, kekuasaan membuat undang undang
■ 2. Bestuur, kekuasaan pemerintah
■ 3. Politie, kekuasaan kepolisian
■ 4. Rechtsspraak, kekuasaan mengadili
Tentang soal lembaga peradilan ( yudikatif ) dan kekuasaanya imam abu hanifah berpendapat bahwa
demi melaksanakan keadilan dengan seksama lembaga peradilan tidak saja harus memiliki
kebabasan dari segala tekanan dan ikut campur kekuasaan eksekutif tetapi harus juga diberikan
kekuasaan bagi hakim di pengadilan untuk sesuatu diantara hak hak rakyat.
Diindonesia saat ini sesuai dengan demokrasi pancasila dan UUD 1945 kekuasaan tersebut hanya
didistribusikan sehingga setiap pemegang kekuasaan tidak terpisah secara drastis tetapi saling
konsultasi. Kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang menjalankan undang undang untuk
pemerintah dengan sistem kabinet presidensial.
B. PANCASILA DAN AKTUALISASI FILSAFAT PANCASILA
SEBAGAI AJARAN DALÂM FILSAFAT PEMERINTAHAN Dl INDONESIA

■ Organisasi negara mempunyai daur hidup, yaitu lahir, tumbuh, berkembang,dewasa,


kemudian mengalami kemunduran dan mati. Dalam organisasi negara, perlu perubahan
dan penyempumaan atau reformasi agar organisasi pada tingkat mana pun dapat
mencapai efektivitas. Organisasi yang tumbuh dan berkembang dengan pesat _perlu
restrukturisasi yang disesuaikan dengan besaran organisasinya. Demikian pula
organisasi yang mengalami kemunduran juga perlu direstrukturisasi agar tidak terjadi
kelebihan pegawai yang berakibat pada pemborosan (Robbin, 1987:21).
■ Reformasi dalam bidang administrasi negara perlu diarahkan pada peningkatan
profesionalisme birokrasi untuk meningkatkan pengabdian umum, pengayoman, dan
pelayanan publik. Hal ini perlu ditopang dengan sistem karier akuntabilitas,
transparansi, keterbukaan, dan aturan hukum (Sujatno, 2004: 16).
■ Pelaksanaan reformasi meliputi:
■ 1. reformasi struktur organisasi dan sistem pemerintahan
■ 2. reformasi peraturan atau penyederhanaan peraturan untuk
mengurangi biaya dan mengurangi penyelewengan
■ 3. reformasi distribusi kekuasaan
■ 4, reformasi budaya organisasi (Osborne, 2000: IO).
■ Reformasi administrasi negara adalah transformasi sistem
administrasi negara secara fundamental guna menciptakan
peningkatan efektivitas dan efisiensi serta
■ kemajuan untuk melakukan inovasi dengan mengubah struktur
organisasi negara sesuai dengan besarannya. Kemudian,
menyederhanakan peraturan-peraturan untuk mengurangi biaya dan
penyelewengan;
■ melakukan distribusi kekuasaan untuk menyeimbangkan kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif; mengubah budaya organisasi agar
selalu peka terhadap pengaruh lingkungan yang setiap saat berubah
■ untuk dapat menjadikan organisasi negara yang berkinerja tinggi, cerdas,
pembaru diri, dan bemutu, serta menjadikan sistem birokrasi yang tidak
kaku, tetapi sebagai sistem birokrasi yang inovatif dan menempatkan
manusia sebagai mesin. Berikut birokrasi di Indonesia yang diinginkan
sebagai birokrasi yang desentralistik, etis, manusiawi, demokratis,
fleksibel, dan inovatif.
■  1. Sebagai suatu birokrasi yang desentralisasi, terdapat pembagian
wewenang terhadap unit-unit kerja yang lebih dekat dengan masalah.
■ suatu birokrasi yang ditentukan oleh aturan-aturan dan kebijakan-
kebíjakan yang berorientasi publik mampu mencegah penyimpangan-
penyimpangan pelaksanaan
■ administrasi negara Indonesia,
■ Suatu birokrasi yang terstandarisasi dan bersifat manusiawi
menghargai pegawai sebagai manusia yang memiliki harkat
dan martabat serta harga dirí,
■ 4. Sebagai suatu birokrasi yang menggunakan proses
keseimbangan administrasi, ter dapat keseimbangan pekerjaan
yang dikerjakan staf sendiri dengan pekerjaan
■ 5. Memilih staf berdasarkan seleksi objektif, bulan
berdasarkan kriteria subjektif
■ (Sujatno, 2004:19).
■ Good governance merupakan isu sentral yang mengemuka
dalam pengelolaan administrasi negara dewasa ini. Untuk
mencapai good governance, organisasi negara melakukan
perubahan-perubahan yang terarah dengan mempunyai tiga
kaki sebagai berikut.
■ 1. Economic governance meliputi proses pembuatan
keputusan yang memfasilitasi equity, property, dan quality
oflife.
■ 2. Political governance adalah proses keputusan untuk
formulasi kebijakan.
■ 3. Administrative governance merupakan sistem implementasi
suatu kebijakan.
■ Menurut Sedarmayanti (2003:4-5),
■ reformasi organisasi negara Indonesia bertumpu pada demokratisasi,
pemberdayaan, dan pelayanan publik. Sebelum adanya reformasi
■ birokrasi di Indonesia, terdapat berbagai masalah dalam
penyelenggaraan administrasi negara di Indonesia.
■ 1. Pemerintah cenderung sentralistik. Kekuasaan eksekutif lebih
dominan dibandingkan kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif.
Pemerin-tahan tidak demokratis.
■ 2. Dalam pemberdayaan organisasi,terjadi disfungsional, kurang
profesional,
■ terjadi kegiatan korupsi, kolusi, dan nepotisme di berbagai sektor
kegiatan.
■ 3. Kinerja pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat kurang baik.
■ Dalam sistem administrasi negara Indonesia,
pembinaan organisasi berkaitan dengan perubahan
arah kemajuan yang tetap berkepribadian Indonesia.
Jadi, dalam reformasi, perlu dipertimbangkan nilai-
nilai yang berlaku sehingga pembinaan organisasi di
Indonesia berkaitan erat dengan etika Pancasila.
Etika Pancasila merupakan landasan moral
pembinaan organisasi Indonesia. Pembinaan
organisasi tersebut membuat
■  
■ pemerintah bersifat pro terhadap perubahan, yaitu
melakukan restrukturisasi yang etis. Pembaruan atau
perubahan tanpa dilandasi etika Pancasila tidak akan
■ mencapai sasaran. Bahkan, itu akan membuat
pembaruan di Indonesia tanpa kendali, demokratisasi
menjadi kebablasan, pemberdayaan masyarakat
menjadi
■ penindasan, serta pelayanan publik menjadi ajang
bisnis aparatur negara. Oleh karena itu, etika
Pancasila sangat
■ tepat menjadi landasan moral dalam pembinaan
organisasi negara Indonesia (Sutadji, 2007:238).
■ Dalam suatu organisasi negara untuk mewujudkan efektivitas
penyelenggaraan administrasi negara, perlu disusun struktur
organisasi untuk pengaturan hierarki
■ kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksud adalah kapasitas
seseorang untuk memengaruhi keputusan.
■ Kekuasaan berkaitan pula dengan wewenang, hak untuk
bertindak, atau hak memerintah orang lain agar bertindak ke
arah pencapaian tujuan. Kekuasaan seseorang dalam
organisasi tergantung pada posisi vertikalnya. Pimpinan
puncak organisasi dapat dinamakan inti kekuasaan. Semakin
dekat posisi seseorang dengan inti kekuasaan, semakin besar
pengaruh yang dipunyai seseorang untuk memengamhi
keputusan.
■ Terdapat dua faktor yang perlu mendapat perhatian sebagai
berikut.
■ 1. Semakin tinggi seseorang bergerak ke atas dalam sebuah
organisasi, otomatis orang tersebut akan mendekati inti kekuasaan
dan semakin besar kekuasaannya.
■ 2. Orang tidak perlu mempunyai kewenangan untuk memperoleh
kekuasaan karena
■ orang dapat bergerak secara horizontal ke arah kekuasaan tersebut,
tanpa bergerak
■ ke atas atau vertikal. Seorang teknisi yang berpangkat rendah,
tetapi dia adalah satu-satunya pegawai yang mengetahui cara
untuk memperbaiki mesin fotokopi organisasi. Jika peralatan
tersebut macet, tidak ada seorang pun, selain dia, yang bisa
memperbaiki mesin tersebut. Tiba-tiba, teknisi tersebut
berpengaruh lebih besar dalam hierarki vertikalnya.
■ Dengan demikian, dapat dipahami orang yang mempunyai kekuasaan besar
adalah
■ 1. orang yang berada pada inti kekuasaan
■ 2. orang yang dekat dengan inti kekuasaan
■ 3. orang yang memiliki keahlian yang tidak dimiliki orang lain yang sangat
dibutuhkan oleh organisasinya.
■ Menurut Robbin (1987:279), terdapat tiga jalan untuk mendapatkan
kekuasaan, yaitu
■ 1. kewenangan hierarkis
■ 2. kendali atas sumber daya
■ 3. jaringan kerja yang desentralisasi (Sutadji, 2007:268).
■ Tigajalan dalam mendapatkan kekuasaan tersebut dapat dijelaskan seperti
berikut

■ l . Kewenangan hierarkis
■ Kekuasaan seseorang dalam organisasi tergantung pada posisi
vertikalnya. Semakin tinggi bergerak vertikal dalam struktur
organisasi, tinggi pula kewenangan yang
■ dimilikinya. Kewenangan formal adalah sumber kekuasaan,
Demikian pula seorang manajer dapat memengaruhi bawahan
melalui keputusan formal. Bawahan menerima pengaruh ini
sebagai suatu hak tertentu, yaitu memberi imbalan dan hukuman
disertai hak prerogatif untuk membuat keputusan tertentu.
Penyelenggaraan administrasi publik memiliki hak prerogatif untuk
membuat keputusan, mempunyai hak untuk memberi imbalan atau
penghargaan, dan lain-lain.
■ 2. Kendali terhadap sumber daya Jika seseorang mempunyai
sesuatu yang diinginkan orang lain, seseorang memiliki kekuasaan
terhadap orang tersebut. Jika sebuah sumber daya langka dalam
organisasi, sumber daya bisa menjadi sumber kekuasaan.
■ Dalam penyelenggaraan administrasi negara Indonesia, rakyat
menjadi pemegang kekuasaan negara Indonesia. Rakyatlah
yang memiliki kekuasaan tertinggi. Hal
■ ini dicerminkan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.
Dalam pemilihan umum, rakyat berkuasa.
■ 3. Jaringan kerja didesentralisasikan Seseorang yang berada
pada tempat yang tepat dalam organisasi dapat
■ merupakan sumber kekuasaan. Mereka memperoleh
kekuasaan karena posisi mereka yang tepat dan
memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan fungsi lain
■ Tempat yang tepat dapat diartikan sebagai unit organisasi yang mendominasi
unitunit lainnya dalam suatu konfigurasi tertentu. Jika suatu organisasi yang
■ pengambilan keputusannya dipusatkan pada masalah/lower, seorang
pimpinan yang berada pada posisi Iower management memiliki kekuasaan
lebih besar daripada orang yang berada di unit lainnya.
■ Di Indonesia, dengan reformasi melalui restrukturisasi, pemerintah pusat
memberikan kewenangan yang besar kepada daerah tingkat II untuk
mengurus rumah
■ tangganya. Maka, bupati sebagai administrator di daerah memiliki
kewenangan dan kekuasaan yang besar untuk memengaruhi keputusan
daerahnya. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, semakin tinggi pula
kewenangan untuk memerintah orang lain bertindak mencapai tujuan serta
semakin tinggi tanggung jawab moral yang diembannya. Kekuasaan yang
berlebihan akan menimbulkan perbuatan kesewenangan atau kediktatoran
melalui pemaksaan kehendak, penindasan, pemerkosaan hak asasi, dan
perbuatan asusila lainnya.
■ Di Indonesia, masih terdapat kegiatan kediktatoran tersebut walaupun kita
merupakan negara Pancasila yang meyakini moral serta meyakini
kepemimpinan yang demokratis dan etis yang bukan bersifat kediktatoran.
Kediktatoran di Indonesia ingin
■ lebih lama berada di panggung politik sehingga terdapat rekayasa untuk
mempertahankan kekuasaan yang telah diperolehnya. Kegiatan
administrasi negara Indonesia yang berlandaskan etika Pancasila
merupakan kegiatan administrasi negara yang demokratis dan etis. Jadi,
perbuatan tidak susila dalam sistem administrasi negara Indonesia bukan
disebabkan Pancasila, tetapi disebabkan oleh aparatur negara selaku
pelaksana utama yang perilakunya belum sésuai dengan etika Pancasila
(Sutadji, 2007:271).
■ Sistem administrasi negara Indonesia yang dídasarkan pada etika Pancasíla
merupakan sistem administrasi negara yang bcrsifat demokratis dan etis,
yaítu anti kediktatoran,antipemaksaan kehendak, antipemerkosaan hak
dan antí kekerasan, antikejahatan, dan antipenindasan
■ Maka itu, dalam penyelenggaraan sistem administrasi negara Indonesia,
kekuasaan yang cenderung berlebihan di tangan administrator publik atau
presiden dan para birokrat lainnya sebenarnya dapat dikendalikan agar
kckuagaan dapat dilakukan dalam batas-batas kewajaran.Menurut Sukarna
(1981:22),
■ pengendalian kekuasaan administrator publik dalam penyelenggaraan
administrasi negara Indonesia dapat dilakukan dengan cara:
■ 1.pembagian kekuasaan
■ 2. kontrol lembaga yang lebih tinggi atau sederajat
■ 3. ketaatan pada kaidah-kaidah moral/etika.
■ Dalam menjelaskan hal di atas, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.
■ 1. Pembagian kekuasaan menurut Montesqiue untuk menghindari kekuasaan
yang sewenang-wenang perlu dilakukan pemisahan kekuasaan negara menjadi
tiga kekuasaan yang disebut trias politica, yaitu a) kekuasaan legislatif, b)
kekuasaan eksekutif, c) kekuasaan yudikatif. Ketiga kekuasaan ini
kedudukannya sama dan terpisah satu sama lain. Kelemahannya terletak pada
kedudukannya yang sama.
■ Apabila ada masalah yang berkaitan dengan tiga kekuasaan tersebut, tidak
akan ada badan yang dapat menyelesaikan masalah itu. Di Indonesia, ketiga
badan tersebut tidak terpisah secara tegas, melainkan terjadi hubungan
timbal balik sehingga cenderung melakukan kerja sama untuk
mempertahankan kekuasaannya masing- masing.
■ 2. Kontrol dari lembaga yang lebih tinggi atau yang sederajat untuk
mengendalikan administrasi publik atau presiden dapat dilakukan melalui
intern ataupun ekstern. Presiden dapat diusulkan pemberhentiannya oleh
MPR atas permintaan DPR dan berdasarkan hasil persidangan Mahkamah
Konstitusi. Apabila ternyata dalam persidangan peradilan yang digelar oleh
■ Mahkamah Konstitusi, presiden atau administrator publik melanggar
undang- undang; ia tidak layak Iagi menjadi presiden dan harus
diberhentikan oleh MPR. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.
Demikian pula, pimpinan suatu organisasi dapat diberhentikan oleh
pimpinan yang lebih tinggi dalam suatu organisasi apabila melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan hukum atau korupsi (penjelasan UUD 1945
tentang sistem pemerintahan).

Anda mungkin juga menyukai